PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Nelayan adalah orang yang hidup dari mata pencaharian hasil laut. Di
Indonesia para nelayan biasanya bermukin di daerah pinggir pantai atau pesisir
laut. Komunitas nelayan adalah kelompok orang yang bermata pencaharian hasil
pendapatan (income) nya lebih kecil dari pada pengeluaran untuk mencukupi
kebutuhan hidup keluarga dan diri nya dalam kurun waktu tertentu. Sejauh ini
pendapatan nelayan, khususnya nelayan tradisional dan nelayan ABK dari kapal
sesuai aturan lokal dan kebiasaan masyarakat setempat yang telah mengakar
Nomor 16 tahun 1964. UUBHP mengatur tentang perjanjian bagi hasil yang
diadakan dalam usaha penangkapan atau pemeliharaan ikan antara nelayan dan
adalah untuk meningkatkan taraf hidup nelayan dan penggarap tambak serta
sistem bagi hasil untuk usaha perikanan tangkap dan usaha perikanan tambak
perikanan.
suatu golongan yang “build in” atau menjadi bagian yang seolah – olah tetap
dalam struktur suatu masyrakat. Dalam konsep kemiskinan struktural ada suatu
mental atau jiwa usaha yang diperlukan untuk melepaskan diri dari ikatan
struktural yaitu nelayan yang tidak memiliki perahu. Dalam golongan ini banyak
terdapat orang – orang yang tidak mungkin hidup sejahtera hanya dari
ketergantungan dan menyetujui aturan sistem bagi hasil lokal yang ditetapkan
B. Rumusan Masalah
C. Tujuan Penelitian
D. Manfaat Penelitian
selanjutnya.
II. TINJAUAN PUSTAKA
sampai saat ini masih didominasi oleh usaha perikanan rakyat yang umumnya
dan efisiensi alat tangkap dan penggunaan faktor-faktor produksi lainnya belum
yang optimum, maka perlu diperhatikan beberapa aspek, seperti aspek biologi,
dapat “hidup” dan berkembang karena adanya alat penangkap ikan yang
berbagai cara.
langsung pada hasil laut, baik dengan cara melakukan penangkapan ataupun
sangat di lakukan untuk orang-orang sedang menangkap ikan di laut, dan yang
kelompok untuk melakukan penangkapan ikan di laut dan rumput laut, nelayan
dapat untuk melakukan dan menggunakan tangkap ikan. nelayan buruh, nelayan
juragan, dan nelayan perorangan. yang hanya dapat di gunakan untuk dapat
yang sedang menangkap ikan di laut, dan mereka dan dekat dengan lokasi
Nelayan buruh adalah nelayan yang bekerja dengan alat tangkap orang lain,
mereka bekerja sebagai nelayan adalah profesi yang di turunkan oleh orang tua.
ikan di laut dan sendiri dan dalam itu untuk pengoperasikannya tidak melibatkan
orang lain.
Masyarakat nelayan yang hanya berpendidikan rendah, tentunya pilihan
tempat yang masih dipengaruhi pasang surut Jadi bila ada yang menangkap ikan
di tempat budidaya ikan seperti tambak, kolam ikan, danau, sungai tidak
di kemudian hari.
1. Aspek Sosial
sosial masyarakat yang telah ada sejak dahulu. Menurut Mukhlis (1985) adanya
bisa diakses.
tata hubungan ponggawa – sawi mengacu pada tradisi dasar hubungan sosial
Faktor atau motif yang mendorong seorang nelayan mencari ponggawa ada
orang tua atau kerabat atau tidak adanya keterampilan lain, sedangkan alasan
(Iwan,2005).
hasil tangkapan yang dapat dijual, sedangkan sawi butuh modal. Kebutuhan
ponggawa akan tenaga kerja diperoleh dari sawi, sebaliknya kebutuhan sawi
akan pekerjaan diperoleh dari ponggawa. Keduanya terpaut dalam suatu sistem
anggota keluarga yang belum berpengalaman dan masih betul – betul baru
biasanya dijadikan sawi dan terkadang pula ada orang lain yang datang sendiri
adanya perjanjian kerja antara ponggawa dan sawi. Suatu perjanjian dimana
pihak sawi mengikatkan diri untuk bekerja pada ponggawa dengan kesepakatan
– kesepakatan yang tertentu yang telah disetujui bersama. Oleh karena itu
kepada ponggawa, hal ini menjadi sebab nelayan bergantung kepada ponggawa.
ponggawa dengan sawi dapat berbeda – beda tergantung kepada pihak yang
ponggawa karena lebih banyak dipengaruhi oleh aspek ekonomi. Dahulu nelayan
sosial ekonomi yang menjadi hutang budi. Sistem tradisi ini cukup mempunyai
selama ini, bergerak dalam bentuk saling menguntungkan antara kedua belah
memperlihatkan bahwa pihak anak buah (ABK) berada pada posisi yang kurang
menguntungkan. Hal ini terjadi karena pendapatan dari ABK sangat kecil
(Mulyadi, 2005).
Pola bagi hasil yang di kembangkan oleh masyarakat nelayan itu bertujuan
untuk mengurangi resiko. Adapun pola bagi hasil bagi komunitas nelayan
nelayan (sawi) setelah biaya-biaya keluar. Bagian untuk nelayan bisa dibagi rata
perorangan. Juragan tertentu selalu memperoleh lebih besar dari pada yang
maka pemilik atas nama usaha memberikan bonus kepada juragan sebagai
tambahan, ini berlaku untuk berbagai jenis usaha besar (ditandai dengan sarana
Menurut Arief (2005) sistem bag hasil dalam lembaga sosial ponggawa-sawi
menerapkan sistem bag tiga, yaitu satu bagian pemilik perahu (33,35%), satu
sehingga jika dikomulatifkan bagian ponggawa menjadi 66,7% dan satu bagian
tenaga operasional (sawi) sebanyak 33,3% yang dibagi dengan delapan orang
sebanyak 6.06% dari bagiannya sebagai bonus kepada juragan (satu bagian
sawi = 3,03%) sawi pakkaca (setengah bagian sawi = 11,51%) dan Pa’bas
keadilan yang menjadi landasan filosopis dan sosiologis UUBHP ini, maka
Pasal 2 mengatur perjanjian bagi hasil baik dalam usaha perikanan laut
masing – masing menerima bagian dari hasil usaha itu sesuai dengan jasa yang
diberikannya.
pemeliharaan ikan antara nelayan pemilik dan nelayan penggarap atau pemilik
tambak dan pengarap tambak ditetapkan dalam perjanjian bagi hasil dengan
mendapatkan porsi minimum 40 % dari hasil bersih. Sedang jika mengenai ikan
yang terdiri atas beban yang menjadi tanggungan penggarap tambak. seperti
tambak maka aturan menurut kebiasaan setempat itulah yang diterapkan (Pasal
5).
bersih. Hasil bersih adalah penerimaan total setelah dikurangi dengan beban
usaha perikanan. Dalam usaha penangkapan, beban usaha dibagi menjadi dua.
yaitu pertama. beban yang menjadi tanggungan bersama nelayan pemilik dan
nelayan penggarap, yang meliputi ongkos lelang. uang rokok/jajan. dan biaya
perbekalan untuk nelayan penggarap selama di laut. biaya untuk sedekah laut
serta iuran-iuran yang disahkan oleh Pemerintah Daerah seperti untuk koperasi,
Sedang dalam usaha perikanan darat beban usaha dibagi menjadi tiga.
penggarap tambak yang meliputi uang pembelian benih ikan pemeliharaan, biaya
perawatan pintu air dan saluran yang mengairi tambak yang diusahakan. Kedua,
tambak dengan pintu air dalam keadaan yang mencukupi kebutuhan, biaya untuk
memperbaiki dan mengganti pintu air yang tidak dapat dipakai lagi serta
F. Kerangka Pikir
ponggawa dan nelayan ( sawi ) telah berlangsung cukup lama sejak kegiatan
mesin, alat tangkap, selain itu ponggawa bertanggung jawab dengan kebutuhan
Pembagian hasil dilakukan setelah satu siklus penangkapan, sistem bagi hasil
yang diterapkan oleh ponggawa ada yang bagi 2 yaitu 1 bagian untuk ponggawa,
1 bagian untuk sawi dan bagi 3 yaitu 1 bagian untuk kapal/alat tangkap, 1 bagian
untuk mesin, dan 1 bagian untuk sawi yang dibagi sesuai dengan jumlah sawi.
Pembagian ini dilakukan setelah perongkosan keluar semua. Hubungan ini terus
berlangsung hingga nelayan tersebut tidak lagi bekerja pada ponggawanya atau
Kelompok Nelayan
Ponggawa Sawi
Kesejahteraan Masyarakat
III. METODOLOGI PENELITIAN
Desa Tamasaju Kecamatan Galesong Utara Kabupaten Takalar. Lokasi ini dipilih
penduduknya sebagian besar nelayan dan ada hubungan kerja sosial ekonomi
antara ponggawa dan sawi yang menimbulkan aturan sistem bagi hasil.
B. Jenis Penelitian
informasi secara mendalam, sehingga sangat baik untuk memperoleh data guna
mencapai tujuan dari penelitian ini dan pendekatan kuantitatif digunakan untuk
mengetahui pembagian atau sistem bagi hasil antara ponggawa dan sawi.
b. Pengamatan ( observation )
dikumpulkan atau diamati tanpa keterlibatan secara langsung. Jenis data yang
diperoleh dengan cara ini adalah antara lain, keadaan permukiman penduduk,
jenis peralatan dalam aktifitas usaha, pola aktifitas dan kegiatan sehari – hari
penduduk.
c. Wawancara
d. Merancang Kuisioner
Populasi dari penelitian ini adalah nelayan (sawi) dan ponggawa yang
E. Sumber Data
F. Analisis Data
yang ditentukan dapat tercapai yaitu di analisis secara deskriptif kualitatif dan
nelayan ( sawi ) dan ponggawa, bentuk – bentuk kerja sama antara ponggawa
π=TR−TC
π = Keuntungan
G. Konsep Operasional
1. Hubungan Kerja adalah jalinan kerja sama antara ponggawa dan sawi yang
2. Ponggawa adalah orang yang mempunyai modal untuk melaut termasuk alat
kerjanya.
4. Sistem bagi hasil adalah hasil bagi antara ponggawa dan nelayan yang