Anda di halaman 1dari 11

Muscab I HNSI Kepulauan Meranti 2017

1. Pendahuluan.

Himpunan Nelayan Seluruh Indonesia (HNSI) secara nasional resmi berdiri pada tanggal 21
Mei 1973. Organisasi ini lahir dari pernyataan sikap secara bersama oleh enam organisasi nelayan
sebelumnya, yakni; Organisasi Nelayan Golkar, Pengurus Pusat SERNEMI, Pengurus Besar Serikat
Nelayan Islam Indonesia, Gerakan Nelayan Marhaen, Karyawan Nelayan Pancasila, dan Dewan
Pimpinan Pusat GENSI. Sejak resmi berdiri, praktis tidak ada lagi organisasi nelayan selain HNSI.
Secara politis, organisasi HNSI pada awalnya didorong atau lebih dikehendaki untuk melakukan proses
depolitisasi terhadap masyarakat nelayan yang sebelumnya terkotak-kotak dalam beberapa kelompok
dengan orientasi kepentingan politik yang berbeda-beda. Setelah proses ini berhasil diprakarsai, dan
HNSI terbentuk menjadi sebuah kekuatan yang menghimpun seluruh nelayan di Indonesia, ternyata
dalam perjalanannya hanya menjadi instrumen politik bagi kepentingan rezim Orde Baru. Sehingga
eksistensi HNSI yang diharapkan dapat mengartikulasikan kepentingan nelayan, mengambil prakarsa
untuk memengaruhi kebijaksanaan pemerintah agar mengakomodir hukum adat dan memberikan hak-
hak ekslusif kepada nelayan selama itu tidak pernah tercapai. Bagaimana HNSI bisa memperjuangkan
hak-hak dan kepentingan nelayan, menghargai dan menjunjung tinggi profesi nelayan, independen dan
jauh dari kepentingan politik, kalau pimpinan HNSI di tingkat pusat saja harus melalui penunjukan
langsung dari pemerintah. Maka tidak salah kalau kemudian selama dalam perjalanannya kurang lebih
20 tahun, HNSI tidak dapat berbuat banyak untuk nelayan. Sebaliknya, HNSI yang notabene
menghimpun seluruh kekuatan nelayan di seluruh Indonesia justru dimanfaatkan menjadi kepentingan
politik bagi rezim Orde Baru. HNSI dengan nelayannya harus mengakomodir dan menyukseskan
kepentingan politik rezim. Tetapi sebaliknya, aspirasi dan kepentingan sosial-ekonomi dan politik
komunitas nelayan tidak harus diakomodasi dalam kebijakan publik. Salah satu indikator sederhana
untuk mengukur ketidakberpihakan rezim terhadap nelayan waktu itu adalah, dengan ditetapkannya
Undang-undang Perikanan No. 9 Tahun 1985. Tidak ada satu pasal pun di dalam produk hukum ini
yang membela kepentingan atau memperjuangkan hak-hak ekslusif nelayan. 

Terpinggirkannya nelayan dalam proses politik dan hukum terjadi karena sangat lemahnya
posisi tawar nelayan kita. Pada tingkat politik, nelayan merupakan subjek terlemah dalam relasi
kekuasaan pengelolaan sumberdaya. Secara politik, nelayan tidak berdaya menghadapi industri yang
merusak laut maupun menghadapi kekuatan dari luar yang global dan kapital. Dari aspek hukum,
nelayan lemah karena tidak ada perlindungan terhadap hak-hak komunal pesisir (hukum adat dan
kearifan lokal) dalam konsep pengelolaan sumberdaya pesisir dan lautan. Bagaimana posisi tawar
nelayan tidak menjadi lemah, kalau produk hukum yang dilahirkan pun tidak mendapatkan legitimasi.
Fenomena dan fakta tersebut di atas tentu bisa dipahami karena berkaitan erat dengan strategi dan
kebijakan pemerintah masa lalu yang menganak-tirikan sumberdaya pesisir dan lautan. Diperparah
dengan konfigurasi kebijakan ekonomi bahwa sumberdaya perikanan laut adalah milik bersama
(common property), sentralistik dan mengabaikan pluralisme hukum masyarakat. Kebijakan wilayah

Halaman 1
Kepulauan Meranti
Muscab I HNSI Kepulauan Meranti 2017

pesisir dan lautan yang didasarkan pada doktrin “common property” telah menyebabkan wilayah laut
nasional menjadi arena pertarungan di bawah kekuasaan “hukum samudra,” siapa yang kuat akan
keluar sebagai pemenangnya. Konsekuensinya, selain gagal memberikan perlindungan hukum bagi
nelayan dan sumberdaya pesisir dan lautan, juga kerugian yang ditimbulkan sangat besar baik secara
ekonomi sumberdaya (over eksploitasi), ekologis (kerusakan ekosistim sumberdaya alam pesisir dan
lautan), maupun kemiskinan struktural yang diderita oleh masyarakat pesisir-nelayan kita.

Sentralisme kebijakan dan antipluralisme hukum juga tidak kalah destruktifnya. Keduanya
secara sinergis telah menciptakan konflik antar pelaku sumberdaya wilayah pesisir dan lautan. Di mata
nelayan tradisional, kebijakan tersebut lebih dipahami sebagai legalisasi pengusaha untuk menguras
sumberdaya alam, tanpa memedulikan kepentingan nelayan. Citra itu semakin terkukuhkan ketika
aparat penegak hukum senantiasa muncul sebagai “pembela dan pelindung” pengusaha apabila terlibat
konflik dengan nelayan, dan HNSI yang sedianya menjadi jembatan berlabuhnya segala kepentingan
nelayan untuk diperjuangkan, ternyata hanya menjadi pelengkap penderitaan nelayan.
Di atas kepentingan politik rezim orde baru, di tengah kebijakan pembangunan ekonomi yang
menganak-tirikan anak pesisir-nelayan dan sumberdaya yang dimilikinya, dan di bawah reruntuhan
konfigurasi kebijakan wilayah pesisir dan laut yang menempatkan komunitas pesisir-nelayan pada
kemiskinan, tertinggal, kumuh, dan compang-camping, ada harapan baru ketika terjadi perubahan arus
politik dan demokrasi di tanah air. Sebagai pelaku utama di wilayah pesisir dan lautan, nelayan pantas
bersyukur atas tumbangnya rezim Orde Baru tersebut. Karena kebijakan rezim ini lah yang
menyebabkan puluhan tahun anak-anak pesisir-nelayan di negeri ini menderita dan membiarkan anak-
anak pesisir-nelayan tak punya kapasitas berkuasa di laut. Padahal di dalam tubuh anak-anak negeri
pesisir sejak dulu mengalir darah-darah kebaharian-kemaritiman.

Reformasi adalah awal dari sebuah proses perubahan, dimana perubahan ini hampir terjadi di
segala bidang kehidupan masyarakat, termasuk perubahan peta politik berdemokrasi di tanah air. Hal
yang sama juga terjadi pada organisasi yang bernama HNSI, karena pada era ini HNSI untuk pertama
kalinya membaharui komitmen dan cita-citanya, serta meletakkan dasar tujuan perjuangan
organisasinya. Puncaknya terjadi ketika Musyawarah Nasional (MUNAS) IV HNSI tahun 2000
dilaksanakan. Dikatakan sejarah baru karena pada MUNAS IV HNSI tahun 2000 untuk pertama
kalinya Anggaran Dasar HNSI dibuat dan disahkan, serta untuk pertama kalinya Dewan Pimpinan
Pusat (DPP) ditetapkan oleh Musyawarah Organisasi-organisasi nelayan, anak-anak pesisir, dan
pembudidaya ikan di seluruh Indonesia, sesuai Pasal 25 ayat 1 dan 2 Anggaran Dasar HNSI. 
Sebagai wadah berhimpunnya seluruh kekuatan nelayan, HNSI secara normatif sesuai dengan
semangat Anggaran Dasar (Pasal 5) bertujuan untuk memperjuangkan hak-hak dan kepentingan
nelayan di seluruh Indonesia, yaitu mencapai kesejahteraan hidup yang layak dan adil bagi masyarakat
nelayan/pembudidaya ikan, anak-anak pesisir-nelayan khususnya dan rakyat Indonesia pada umumnya
berdasarkan Undang-undang Dasar 1945.

Halaman 2
Kepulauan Meranti
Muscab I HNSI Kepulauan Meranti 2017

Dan untuk mencapai tujuan dimaksud, baik secara nasional oleh DPP HNSI, maupun secara regional di
Provinsi Riau, khususnya di wilayah Kepulauan Meranti sebagai Kabupaten termuda, HNSI akan terus
melakukan usaha-usaha, sebagai berikut :
1. Mengadakan modernisasi perikanan dengan memberikan bimbingan dan tuntunan
kepada nelayan di bidang penangkapan, pengolahan, dan pemasaran, dan budidaya ikan,
serta mendorong terbentuknya Koperasi Nelayan yang bergerak di bidang perikanan.
2. Meningkatkan taraf hidup nelayan, baik jasmani maupun rohani.
3. Meningkatkan partisipasi nelayan dalam mempercepat tercapainya tujuan pembangunan
nasional, khususnya pembangunan Kabupaten Kepulauan Meranti.
4. Mengadakan kerja sama dengan berbagai badan dan lembaga yang bergerak dalam
bidang perikanan, baik di dalam maupun luar negeri.
5. Mengusahakan terciptanya iklim kerja profesi nelayan yang baik dan memperjuangkan
adanya peraturan perundang-undangan yang memberikan jaminan dan perlindungan
hukum bagi kepentingan nelayan, termasuk Jaminan Hari Tua (Pasal 6 AD), disamping
berbagai rekomendasi kebijaksanaan HNSI sebagai masukan kepada pemerintah mulai
dari Pemerintah Kabupaten dan Pemerintah Provinsi melalui Dinas Kelautan dan
Perikanan, dan Pemerintah Pusat melalui Kementerian Kelautan dan Perikanan RI,
dalam rangka memajukan dan menyejahterakan nelayan/pembudidaya ikan, anak-anak
pesisir di seluruh Indonesia.

Dalam konteks Kabupaten Kepulauan Meranti, sebagai Kabupaten termuda di Provinsi Riau
yang baru terbentuk pada tanggal 19 Desember 2008, keberadaan HNSI di daerah Kepulauan Meranti
juga masih terbilang relatif baru. DPC HNSI Kepulauan Meranti baru secara efektif terbentuk pada
tahun 2010, dan sejak kepengurusan DPC HNSI Kepulauan Meranti dilantik terjadi revisi pengurus
setelah dianggap tidak aktif menjalankan roda organisasi. Karena baru, tugas awal DPC HNSI
Kepulauan Meranti adalah membentuk Ranting-ranting (DPRt) dan Rukun Nelayan di seluruh
kecamatan dan kelurahan/desa di Kabupaten Kepulauan Meranti, dan pada tahun 2017 ini untuk
pertama kalinya DPC HNSI Kepulauan Meranti melaksanakan Musyawarah Cabang I di Selatpanjang,
selain untuk memilih kepengurusan yang lebih solid untuk masa kerja lima tahun mendatang periode
kepengurusan DPC HNSI Kepulauan Meranti 2017-2022, juga merekomendasikan beberapa hal
penting menyangkut dengan isu-isu strategis peluang pengembangan nelayan dan potensi sumberdaya
kelautan dan perikanan di Kepulauan Meranti.
Meskipun baru, dan secara kelembagaan keberadaan DPC HNSI Kepulauan Meranti belum diketahui
oleh sebagian masyarakat nelayan di Kepulauan Meranti, namun secara kolektif DPC HNSI Kepulauan
Meranti sudah melakukan banyak hal untuk nelayan di negeri ini. Satu hal harus dipahami mengapa
DPC HNSI Kepulauan Meranti belum dikenal secara luas oleh masyarakat nelayan dan belum berjalan
secara efektif adalah karena selain kondisi geografis wilayah Kepulauan Meranti dengan jumlah

Halaman 3
Kepulauan Meranti
Muscab I HNSI Kepulauan Meranti 2017

nelayan yang terdistribusi di berbagai pesisir pulau-pulau, juga karena terbentur dengan persoalan
fasilitas sehingga untuk mensosialisasikan HNSI kepada masyarakat nelayan di seluruh Kepulauan
Meranti butuh waktu, dana dan pengorbanan yang ekstra. Ini merupakan tugas pokok utama untuk
segera melakukan sosialisasi dan membentuk rukun-rukun nelayan di tingkat Kelurahan/Desa se-
Kabupaten Kepulauan Meranti sebagaimana yang telah diamanatkan dalam AD/ART HNSI.
Untuk mencapai hal tersebut di atas, maka diperlukan regenerasi-suksesi kepengurusan dan
reorganisasi struktur DPC HNSI Kepulauan Meranti sebagaimana yang telah diatur dalam AD/ART
HNSI melalui serangkaian mekanisme, salah satunya adalah Musyawarah Cabang yang bersifat
musyawarah pengambilan keputusan tertinggi di tingkat Cabang atau daerah Kabupaten/Kota untuk
meneruskan estafet keorganisasian dan kepengurusan DPC HNSI Kepulauan Meranti yang lebih
efektif.

2. Nama Kegiatan dan Tema Kegiatan.

Kegiatan ini bernama Musyawarah Cabang (Muscab) I Dewan Pimpinan Cabang


Himpunan Nelayan Seluruh Indonesia (HNSI) Kepulauan Meranti Periode Tahun 2017-2022,
atau disingkat dengan “Muscab I DPC HNSI Kepulauan Meranti”, Periode 2017-2022.

Tema kegiatan ini, mengambil tema sesuai dengan slogan pelaut-pelaut dan nelayan kita yang tersohor
sejak zaman dahulu di Kepulauan Nusantara, yang juga menjadi slogan TNI-Angkatan Laut Republik
Indonesia kebanggaan kita, yaitu “Justru di laut lah kita berjaya”, “Berjuang untuk
meningkatkan taraf hidup dan kesejahteraan nelayan”.
Tema tersebut sejalan dengan visi Bupati Kepulauan Meranti, Drs. Irwan, M.Si, menjadikan
Kepulauan Meranti dan Kota Selatpanjang sebagai sentra Minapolitan di Provinsi Riau dan Indonesia,
“Kota yang berbasis Kelautan dan Perikanan”, yang mana visi tersebut juga sejalan dengan arah
kebijakan pembangunan nasional sesuai visi Presiden Republik Indonesia Ir. Joko Widodo, menjadikan
Indonesia sebagai Poros Utama Maritim Internasional, dengan lautan sebagai tulang punggung
kekuatan ekonomi nasional bangsa kita, Indonesia.

3. Waktu dan Tempat Pelaksanaan Kegiatan.

Kegiatan ini akan dilaksanakan selama 2 hari, dimulai pada hari Rabu, tanggal 25 Januari 2017,
mulai Pukul 13.00 WIB, hingga selesai pada hari Kamis, tanggal 26 Januari 2017, berakhir pada pukul
21.00 WIB, tempat pelaksanaan di Hotel Grand Meranti, Kota Selatpanjang.

Halaman 4
Kepulauan Meranti
Muscab I HNSI Kepulauan Meranti 2017

4. Peserta Kegiatan.

Sesuai Pasal 74 ART HNSI, peserta Musyawarah Cabang I DPC HNSI Kepulauan Meranti
terdiri dari :
a) Peserta, Peninjau dan Undangan.
b) Peserta terdiri atas ;
- Perwakilan utusan DPD HNSI Provinsi Riau.
- Seluruh anggota DPC HNSI Kepulauan Meranti.
- 3 orang utusan Pimpinan Ranting se Kabupaten Kepulauan Meranti.
- dan 1 orang utusan Rukun Nelayan se Kabupaten Kepulauan Meranti.
c) Peninjau, adalah perorangan yang ditentukan oleh Panitia Muscab.
d) Undangan, terdiri atas :
- Undangan perwakilan Institusi Pemerintah/SKPD terkait dengan program pengembangan
nelayan dan sumberdaya kelautan dan perikanan.
- Undangan perorangan, yaitu seseorang yang dianggap memiliki minat untuk
meningkatkan pembangunan perikanan dan taraf hidup nelayan.
- Undangan khusus, yaitu utusan DPP HNSI.

Total seluruh peserta, peninjau dan undangan pada kegiatan ini adalah 100 orang.

5. Landasan dan Dasar Kegiatan.

I. AD/ART HNSI.
II. SK DPC HNSI Kepulauan Meranti, tanggal 05 Januari 2017, tentang keputusan
pelaksanaan Musyawarah Cabang I HNSI Kepulauan Meranti 2017.
III. Keputusan Rapat Pengurus Harian Dewan Pimpinan Cabang HNSI Kepulauan Meranti
bersama Pengurus Harian DPRt HNSI se Kepulauan Meranti, tanggal 09 Januari 2017.

6. Tujuan dan Target Kegiatan.

a. Tujuan Kegiatan :
1. Sebagai media pertanggungjawaban kepengurusan Dewan Pimpinan Cabang HNSI
Kepulauan Meranti periode 2011-2016.

Halaman 5
Kepulauan Meranti
Muscab I HNSI Kepulauan Meranti 2017

2. Memilih Ketua Umum/Pimpinan dan Pengurus Harian Dewan Pimpinan Cabang HNSI
Kepulauan Meranti periode 2017-2022.
3. Menentukan arah kebijakan Dewan Pimpinan Cabang HNSI periode 2017-2022.
b. Target Kegiatan :
1. Tersampaikannya Laporan Pertanggungjawaban kepengurusan Dewan Pimpinan Cabang
HNSI Kepulauan Meranti periode 2011-2016.
2. Terpilihnya Ketua Umum dan Pengurus Harian Dewan Pimpinan Cabang HNSI periode 2017-
2022.
3. Terciptanya arah kebijakan DPC HNSI Kepulauan Meranti periode 2017-2022.

7. Susunan Acara
(terlampir dalam lampiran khusus yang menjadi satu kesatuan/bagian dari proposal ini)

8. Kepanitiaan.
(terlampir dalam lampiran khusus yang menjadi satu kesatuan/bagian dari proposal ini)

9. Kebutuhan Dana/Biaya Penyelenggaraan Kegiatan.


Estimasi kebutuhan biaya yang diperlukan untuk terselenggaranya kegiatan ini yaitu ;
Rp. 81.200.000,- (Delapan Puluh Satu Juta Dua Ratus Ribu Rupiah), biaya tersebut bersumber
dari;
- Bantuan Pemerintah Kabupaten Kepulauan Meranti.
- Bantuan dari BUMN dan BUMD di Kepulauan Meranti.
- Bantuan dari pihak swasta, peorangan dan sponsor yang bersimpati kepada perjuangan
HNSI, dan bantuan pihak lainnya yang tidak mengikat.
Sebagai wadah perhimpunan nelayan, HNSI sangat mendukung dan berkomitmen penuh terhadap
upaya penghematan dan efisiensi anggaran. Oleh sebab itu, pengajuan anggaran biaya untuk acara
Musyawarah Cabang yang akan diselenggarakan ini sudah dengan perhitungan yang sangat efektif dan
efisien. Dengan demikian dukungan dan simpati dari semua pihak terhadap suksesnya kegiatan
Musyawarah Cabang ini sangat diharapkan, demi kemajuan nelayan kita di Kepulauan Meranti.

(untuk rincian biaya yang terperinci, terlampir dalam lampiran khusus yang menjadi satu
kesatuan/bagian dari proposal ini)

Halaman 6
Kepulauan Meranti
Muscab I HNSI Kepulauan Meranti 2017

10. Penutup.
Demikian proposal ini disusun dengan harapan dukungan penuh dan peran serta dari semua pihak,
dalam rangka untuk mencapai tujuan seperti yang dituliskan di dalam Pendahuluan di atas, dan sesuai
tema kegiatan Musyawarah Cabang I DPC HNSI Kepulauan Meranti, “Justru di laut-lah kita
Berjaya, “Berjuang untuk meningkatkan taraf hidup dan kesejahteraan nelayan”, DPC HNSI
Kepulauan Meranti sangat membutuhkan sentuhan kearifan dan dukungan semua pihak, terutama
Pemerintah melalui Dinas Kelautan & Perikanan (DKP), baik di Kabupaten Kepulauan Meranti
maupun di Provinsi Riau sebagai institusi yang menaungi bidang Kelautan dan Perikanan. Begitu juga
dengan dukungan pihak Swasta/Pengusaha, terutama Pelaku Usaha Sumberdaya Kelautan, sehingga
dengan dukungan semua pihak tersebut (Pemerintah dan Pelaku Usaha) dapat membina kerja sama dan
kemitraan yang lebih baik dengan HNSI sebagai wadah berhimpunnya seluruh nelayan, serta
melibatkan organisasi nelayan ini dalam setiap program kerja pemerintah, mitra usaha Pengusaha
sumberdaya Kelautan, untuk mewujudkan kesejahteraan masyarakat pesisir-nelayan berbasis
sumberdaya perikanan sebagaimana yang diamanatkan dalam (Pasal 5 ) AD HNSI, dan amanat cita-
cita-tujuan pembangunan nasional.

Semoga Musyawarah Cabang I DPC HNSI Kepulauan Meranti dapat terselenggara dengan sukses
dan melahirkan kepengurusan nelayan yang lebih solid dan bersama kepengurusan DPC HNSI
Kepulauan Meranti periode 2017-2022, nelayan Kepulauan Meranti berjaya di laut, berkehidupan
sejahtera dan menjadi pemilik atau tuan di atas tanah-air sendiri, pesisir dan lautan Kepulauan Meranti,
lautan Indonesia..
Selatpanjang, 10 Januari 2017

Panitia Pelaksana
Musyawarah Cabang I HNSI Kepulauan Meranti

Ketua, Sekretaris,

Aziz Tengku Habibie

Halaman 7
Kepulauan Meranti
Muscab I HNSI Kepulauan Meranti 2017

Lampiran I.

Susunan Acara Musyawarah Cabang I DPC HNSI Kepulauan Meranti 2017

ACARA WAKTU PENANGGUNG JAWAB

Tanggal 25 Januari 2017


1. Registrasi peserta Muscab/Check In 11.00 – 13.00 Panitia Pelaksana/OC
2. Pembukaan 13.00 – 16.00
a. Pembacaan ayat Al-Qur’an
b. Menyayikan lagu :
i. Indonesia Raya
ii. Hymne Tanah Melayu.
iii. Mars HNSI
c. Tari Persembahan Tepak Sirih.
Sambutan
a. Prakata Ketua Panitia Pelaksana
b. Ketua DPD HNSI Provinsi Riau
c. Ketua DPRD Kepulauan Meranti
d. Bupati Kepulauan Meranti sekaligus membuka
MUSCAB.
3. 3. ISHO & Coffee Break & Makan malam 16.00 – 19.30 Panitia/Sie Konsumsi
4. Agenda Muscab Hari Pertama.
a. Pleno 1 19.30 – 21.30 Panitia Pengarah/SC
Pembacaan Tata Tertib Muscab dan Pemilihan
Pimpinan Sidang Tetap.
b. Coffee Break, Istirahat 21.30 – 06.00

Tanggal 26 Januari 2017


5. Agenda Muscab Hari Kedua
a. Sarapan Pagi 06.00 - 07.30 Panitia/Sie Konsumsi
b. Pleno 2 07.30 – 10.00 Pimpinan Sidang.
Laporan Pertanggung Jawaban, Pandangan Umum,
Pengesahan LPJ, dan Pendemisioneran DPC HNSI
2011-2016.
c. Coffee Break. 10.00 – 10.30 Panitia/Sie Konsumsi
d. Pleno 3 10.30 – 12.00 Pimpinan Sidang.
Pembacaan Tata Tertib Pemilihan Ketua Umum
dan Anggota Formatur.
e. ISHO & Makan Siang 12.00 – 13.00 Panitia/Sie Konsumsi
f. Pleno 4. 13.00 – 15.30 Pimpinan Sidang
Pemilihan dan penetapan Ketua Umum serta
Formatur.
g. ISHO & Coffee Break 15.30 – 16.00 Panitia/Sie Konsumsi
h. Sidang Komisi & Laporan dan pengesahan hasil 16.00 – 17.30 Pimpinan Sidang
sidang komisi.
i. ISHO, Makan Malam 17.30 – 19.30 Panitia/Sie Konsumsi
6. Acara Penutupan Muscab.
a. Penetapan Keputusan Muscab
b. Pidato Ketua terpilih DPC HNSI periode 2017- 19.30 – 20.00 Pimpinan Sidang
2022. 20.00 – 20.15 Ketua Terpilih
c. Pengembalian Palu Sidang kepada SC/Panitia
Pengarah. 20.15 – 20.30 Panitia Pengarah
7. Penutup & Doa. 20.30 – 21.00
8. Istirahat 21.00 – 06.00 Panitia Pelaksana

Tanggal 27 Januari 2017


9. Sarapan pagi. 06.00 – 08.00
10. Check out peserta 08.00 – 12.00

Halaman 8
Kepulauan Meranti
Muscab I HNSI Kepulauan Meranti 2017

Lampiran II
Susunan Kepanitiaan Musyawarah Cabang I
DPC HNSI Kepulauan Meranti Tahun 2017

Pembina : Bupati Kepulauan Meranti


: Wakil Bupati Kepulauan Meranti
: Kepala Dinas Kelautan dan Perikanan Kepulauan Meranti.

Penasehat : DPRD Kepulauan Meranti.


: Lembaga Adat Melayu Riau Kepulauan Meranti

Pelindung : Kapolres Kepulauan Meranti

Penanggung Jawab : DPP HNSI


: DPD HNSI Provinsi Riau

Panitia Pengarah/Steering Committee


Ketua : DPD HNSI Riau
Anggota : Eldi Syahputra
: Aziz (Ex Officio)
: Patrialis Akbari
: Mohd. Qarafi
: Sri Karta Raharja

Panitia Pelaksana/Organizing Committee


Ketua : Aziz
Sekretaris : Tengku Habibie
Bendahara : Amrun

Seksi Acara & Sekretariat : Adi Febriadi


: Enny
: Heru Maruli

Seksi Humas : Tengku Ikhwan


: Muhd. Hafiz
: Rusli bin Kadir
: A. Rasyid

Halaman 9
Kepulauan Meranti
Muscab I HNSI Kepulauan Meranti 2017

Seksi Publikasi & Dokumentasi : Tengku Said Ismail


: Muhammad Yunus
: Zamri

Seksi Konsumsi : Rosni H. Harun


: Jummulyana
: Tengku Syarifah Nissa

Seksi Perlengkapan : Samsul Bahari


: Amizan
: Asnawi HS

Seksi Transportasi & Akomodasi : Benny Insit


: Zulkarnain
: Rustam

Seksi Keamanan : Sarifudin


: Riduan
: Riki Banglas

Ditetapkan di Selatpanjang, 10 Januari 2017


DPC HNSI Kepulauan Meranti

AZIZ
Plt. Ketua

Halaman 10
Kepulauan Meranti
Muscab I HNSI Kepulauan Meranti 2017

Lampiran III
ESTIMASI ANGGARAN BIAYA KEGIATAN

NO JENIS HARGA KUANTITI SATUAN TOTAL


1 Administrasi/Kesekretariatan Rp 5.000.000 1 Paket Rp 5.000.000
2 Spanduk Acara Rp 200.000 2 Buah Rp 400.000
3 Spanduk Selamat Datang Rp 200.000 2 Buah Rp 400.000
4 Baliho Acara Rp 300.000 3 Paket Rp 900.000
5 Transportasi Panitia Rp 1.000.000 1 Paket Rp 1.000.000
6 Akomodasi Peserta Rp 250.000 30 x 2 hari kamar Rp 15.000.000
7 Konsumsi (Lunch & Dinner) Rp 50.000 100/4 kali makan Paket Rp 20.000.000
8 Coffee/Tea Break & Snack Rp 25.000 100/4 kali break Paket Rp 10.000.000
9 Fullday Ballroom Rp 2.000.000 2 hari Paket Rp 4.000.000
10 Dokumentasi Rp 1.000.000 1 Paket Rp 1.000.000
11 Publikasi dan Humas Rp 1.000.000 1 Paket Rp 1.000.000
12 Meeting/Seminar Kit Peserta Rp 50.000 100 orang Rp 5.000.000
13 Transportasi Peserta Rp 150.000 100 orang Rp 15.000.000
14 Bendera/Panji HNSI Rp 10.000 100 Paket Rp. 1.000.000
15 Honor MC & Penari Tepak Rp 300.000 5 orang Rp 1.500.000
TOTAL Rp 81.200.000
1. Alokasi Dana.

Total dana yang kami butuhkan untuk merealisasikan kegiatan ini berjumlah
Rp 81.200.000 (Delapan Puluh Satu Juta Dua Ratus Ribu Rupiah)

2. Sumber Dana
a. Kas Panitia Pelaksana Muscab DPC HNSI Rp 1.000.000
b. Sponsorship
c. Donatur/Bantuan Perseorangan
d. Donatur/Bantuan Perusahaan
e. Bantuan Hibah Pemkab Kepulauan Meranti
Untuk setiap dukungan bantuan dana terhadap kegiatan Muscab I HNSI Kepulauan Meranti, agar
ditransfer ke rekening Panitia Pelaksana Muscab, dengan nomor Account :
Bank Riau :

Selatpanjang, 10 Januari 2017


Bendahara Panitia Pelaksana
Musyawarah Cabang I HNSI Kepulauan Meranti

Amrun

Halaman 11
Kepulauan Meranti

Anda mungkin juga menyukai