Anda di halaman 1dari 5

NAMA : MUH.

ISRA SIRATU

NIM : B011191014

KELAS : MKU HUKUM A BAHASA INDONESIA

LAPORAN HASIL BACAAN

A. KARANGAN ILMIAH (JURNAL)

Judul Identifikasi Keberadaan Pengamba’ Dan Pola Relasi Dengan Masyarakat


Nelayan Pesisir Timur Banyuwangi
Penulis Yovita Vivianty Indriadewi Atmadjaja
Tahun Terbit 28 Februari 2017
Jumlah Halaman 15
ISSN e-ISSN: 2549-3604, p-ISSN: 2549-6972

Isi atau Inti Materi Dalam jurnal ini membahas mengenai sistem kerjasama antara pemilik modal
(pengamba) dan nelayan di masyarakat nelayan pesisir timur Banyuwangi.
Masalah ini dilatar belakangi dengan adanya suatu kerjasama penangkapan
hasil laut antara pengamba’ (pemilik modal) dan jurag (nelayan) di
masyarakat nelayan. Dalam sistem kerjasamanya, pengamba’ (pemilik modal)
berkontribusi atas perahu, mesin dan peralatan tangkap yang dibutuhkan
nelayan. Sedangkan jurag (nelayan) berkontribusi atas tenaga dan keahlian.
Tetapi di sisi lain, pengamba’ (pemilik modal) juga ikut membantu dalam
melakukan kegiatan melaut. Pada jurnal ini bermaksud untuk membahas
sistem kerjasama antara pengamba’ (pemilik modal) dan jurag (nelayan),
kemudian menganalisisnya dalam perspektif dalam hubungan patron-klien.
Dari analisis jurnal tersebut dapat diketahui bahwa pemahaman para nelayan
di pesisir timur Banyuwangi dalam membangun kerjasama melautnya yaitu,
bagi para nelayan pekerjaan melaut yang mereka lakukan dengan nelayan
lainnya merupakan murni kerjasama bukan upah-mengupah ataupun yang
lainnya. Para nelayan bekerja dengan penuh kebersamaan dan saling tolong
menolong dengan satu sama lain. Dalam kerjasama melautnya, modal
diperoleh dari pengamba’ (pemilik modal). Pengamba’ (pemilik modal) dan
jurag (nelayan) saling berperan penting, dan keduanya mempunyai tugas
masing-masing dalam bekerja. Nelayan di pesisir timur Banyuwangi
melakukan kerjasama melautnya dengan saling adil dan jujur dalam bekerja
dan berbagi hasil. Kedua, sistem kerjasama melaut antara pengamba’ (pemilik
modal) dan jurag (nelayan) di pesisir timur Banyuwangi yaitu pengamba
(pemilik modal) merupakan pemodal, sedangkan jurag (nelayan) hanya
bekerja. Akan tetapi, dalam sistem kerjasama melautnya pengamba’ (pemilik
modal) juga ikut bekerja melaut bersama para jurag (nelayan). Dengan
demikian, pengamba’ (pemilik modal) dan jurag (nelayan) saling bekerjasama
dalam melaut. Dalam distribusi pendapatan kerjasama melautnya, para
nelayan menerapkan prinsip bagi hasil yang tidak bertentangan dengan
prinsip-prinsip yang ada pada daerah mereka tersebut. Dari hasil kerjasamanya
terlebih dahulu diambil untuk biaya pengeluaran melaut (solar dan es batu),
dan sisanya dibagikan kepada pihak-pihak yang terlibat yaitu pengamba
(pemilik modal), jurag (nelayan), dan peralatan melautnya.
Dalam jurnal tersebut banyak permalasalahan yang terjadi pada masyarakat
nelayan dapat dilihat bahwa masyarakat nelayan hidup dalam suasana alam
yang keras yang selalu diliputi ketidakpastian (uncertainty) dalam
menjalankan usahanya. Musim paceklik yang selalu datang tiap tahunnya dan
lamanya pun tidak dapat dipastikan membuat masyarakat nelayan terus
menghadapi berbagai permasalahan kompleks. Terlepas dari kondisi alam di
wilayah penelitian menunjukan bahwa akses untuk penguasaan sumberdaya
dapat dikatakan masih sangat terbatas. Keterbatasan ini seperti masih
menggunakan dayung, sehingga akan mempengaruhi hasil tangkapan mereka.
Usaha untuk meningkatkan produksi di bidang perikanan bagi masyarakat
nelayan tentu tidak terlepas dari pemilikan alat tangkap. Karena dengan
tersedianya alat tangkap yang memadai tentu akan berpengaruh terhadap
tingkat produktivitas. Masyarakat nelayan masih banyak yang menggunakan
alat tangkap tradisional yang diwariskan oleh nenek moyang mereka. Sistem
peralatan masyarakat nelayan sebagian besar masih menggunakan dayung dan
perahu londe, baru sebagian menggunakan perahu besar seperti pamo, pelang,
dibantu dengan alat motor tempel.
Solusi Yang Ditawarkan Adapun solusi yang dapat ditawarkan mengenai teknologi tangkapan sebagai
kunci keberhasilan nelayan dalam berusaha, bagi masyarakat nelayan yang
terpenting adalah mendapatkan hasil tangkapan sebanyak mungkin, tetapi
kondisi yang didapat selama ini bahwa tingkat produktivitas bagi masyarakat
nelayan khususnya di bidang perikanan masih sangat rendah, rendahnya
tingkat produktivitas tersebut dipengaruhi oleh rendahnya penguasaan akan
teknologi. Keterbatasan teknologi tangkapan seperti kail, perahu, sistem
transportasi yang digunakan oleh mereka selama ini ada kaitannya dengan
hasil tangkapan maupun modal yang dimiliki, karena untuk memenuhi
kebutuhan sehari-hari saja tidak cukup untuk membeli beras, keperluan rumah
tangga lainnya, apalagi membeli alat-alat pancing ataupun untuk memperbaiki
perahu, dan modal itu tidak didapat dari pemerintah melainkan meminjam
kepada pengamba’. Hasilnya semua anggota akan bergantung kepada
pengamba.
Selanjutnya perlunya pembentukan kelembagaan yang ditaati oleh masyarakat
nelayan sehingga kepentingan dan tujuan yang telah disepakati bersama dapat
dilaksanakan dengan baik serta kapasitas lembaga/organisasi yang
memperlihatkan masyarakat untuk bekerjasama dalam memobilisasi sumber-
sumber daya yang tersedia guna menyelesaikan masalah-masalah dalam
masyarakat nelayan. Hal ini tidak terlepas dari peranan individu, kelompok,
pemerintah, dan organisasi/lembaga yang tumbuh dari masyarakat
mencerminkan orisinalitas daerah tersebut. Melalui kelembagaan inilah
pengamba’ dapat mengembangkan dirinya, memudahkan kelompok untuk
mendapatkan akses permodalan dan pasar. Kelembagaan kelompok perlu
diperkuat, dibimbing dan didampingi agar kelembagaan kelompok ini
nantinya dapat mandiri baik dalam menjalankan usahanya, ataupun dalam
mengatasi kesulitan akses permodalan maupun pemasaran.
Kesimpulan Kesimpulan yang dapat diambil dari jurnal tersebut yakni pemerintah harus
memperhatikan segala aspek untuk meningkatkan pemberdayaan bagi
masyarakat nelayan seperti halnya membuat teknologi tangkapan ikan agar
mempermudah nelayan untuk berlaut. Serta memberikan bantuan modal,
banyak masyarakat mengeluhkan hal tersebut dikarenakan bantuan yang
diberikan pemerintah sangat minim dan mekanismenya terjaring sulit. Maka
dari itu pemerintah harus membenahi semuanya dengan terstruktur dan mudah
dipahami masyarakat nelayan. Agar nantinya Indonesia dapat meningkatkan
sumber daya alam serta nantinya menjadikan Indonesia berjaya dengan
julukan poros maritim dunia.
B. KARANGAN NON – ILMIAH (NOVEL)

Judul Sebuah Seni Untuk Bersikap Bodo Amat


Penulis Mark Manson
Penerbit PT. Gramedia Widiasarana Indonesia
Tahun Terbit Februari, 2018
Jumlah Halaman 256
Cetakan XIX; Januari, 2019
ISBN 978-602-452-698-6

Isi atau Inti Materi Dalam bukunya ini, Mark Manson, seorang blogger kondang yang tinggal di
New York dengan berjuta-juta pembaca, menjelaskan berbagai fakta seputar
kehidupan sosial yang didasari oleh pengalaman-pengalaman pribadinya.
Setiap manusia memiliki banyak hal untuk dipedulikan. Namun di balik itu,
terlalu banyak memedulikan sesuatu ternyata tidaklah baik. Sebab, hal tersebut
akan berdampak pada kehidupan kita bahagia atau justru menderitanya diri
kita. Maka itulah mengapa kita perlu mengimplementasikan sebuah sikap
bodo amat yang telah Mark rancang di dalam bukunya ini. Kita harus betul-
betul memilah kepedulian kita terhadap suatu hal. Dan, cukup kepada hal yang
sederhana saja kita peduli; mendesak dan penting. Jangan sampai kita
memedulikan hal-hal sepele yang dapat merusak kebahagiaan kita.
Dalam kehidupan pasti akan dijumpai masalah-masalah; masalah kecil, hingga
masalah yang pelik. Masalah tidak bisa dihindari, namun masalah itu haruslah
kita hadapi. Kegagalan datang silih berganti, yang justru membuat kita
memperbaikinya dan menjadikan kita sukses. Kita pun tahu, untuk apa kita
menderita, dan untuk apa kita menghadapi masalah.
Kemudian Mark Manson menjelaskan bahwa kita jangan mencari-cari
kepastian yang murni. Sebab, dengan mencari kepastian kita akan semakin
sengsara. Cukup dengan ketidakpastian, maka kita akan merasa nyaman,
karena kita tidak tahu apakah diri kita pantas untuk dicintai, dikawani, dan
sebagainya. Itu merupakan salah satu amunisi untuk sebuah sikap masa bodo,
menangkal stereotip yang tidak penting untuk dipikirkan. Lalu kita terbuka
terhadap kepastian-kepastian yang akan ditemui dalam pengalaman.

Sikap masa bodo berhubungan dengan prinsip yang dikemukakan oleh Mark,
yakni ‘melakukan sesuatu’. Tak peduli apapun yang merintangi jalan kita,
maka lakukan saja. Setelah itu, kita jangan sampai menemukan diri sendiri,
sebab ini dapat membuat potensi diri tertutup (pesimistis), membuat diri kita
tidak yakin untuk melakukannya. Jangan pula kita merasa istimewa, sebab
dengan merasa biasa-biasa saja, kita dapat selalu menjadi orang yang belajar
dan mau membenahi diri.
Kelebihan Buku ini memiliki daya tarik berupa cara penyampaiannya yang santai, namun
mengena. Dalam bukunya, Mark Manson kerap mengajak pembaca untuk
belajar dari fakta-fakta pada masa lampau yang dapat diambil hikmahnya, dan
kemudian mengembangkannya menjadi suatu motivasi dan narasi yang utuh
dan jelas. Harga buku ini sangat bersahabat sebagai buku motivasi dan sarana
perbaikan diri.
Kekurangan Di dalam buku ini terdapat banyak kata sulit, dan ukuran hurufnya kecil-kecil,
sehingga membuat bosan. Ditambah pula dengan sinopsis buku yang terlalu
ramai di bagian sampul belakangnya.

Anda mungkin juga menyukai