Anda di halaman 1dari 9

STRATEGI PEMBERDAYAAN MASYARAKAT DI DAERAH

PESISIR

Shofa Alya Cantika


Pendidikan Non Formal, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan
Universitas Sultan Ageng Tirtayasa
achantikashofa@gmail.com

Abstrak
Indonesia memiliki lebih dari 65% wilayah laut yang menjadikan Indonesia memiliki potensi besar dari
sumber daya alami yang dimiliki laut. Akan tetapi masyarakat pesisir masih dalam kondisi tertinggal dalam
hal perekonomian padahal seharusnya kualitas ekonomi masyarakat pesisir bagus jika dilihat dari sumber
daya alami yang ada. Tetapi perekonomian di wilayah pesisir masih tertinggal karena disebabkan oleh
beberapa factor alamiah dan factor non alamiah. Yang memberikan tekanan-tekanan kepada masyarakat
pesisir sehingga mempenaruhi kondisi ekonomi mereka. Oleh karena itu perlu adanya dorongan dari luar
untuk melakukan pemberdayaan masyarakat pesisir agar kualitas ekonomi maupun masyarakat pesisir
membaik. Dengan dilakukan pemberdayaan masyarakat perlu adanya strategi-strategi dalam melaksanakan
pemberdayaan untuk masyarakat pesisir, yaitu: 1) Menganalisis keadaan atau potensi sumber daya; 2)
Menentukan Materi Pemberdayaan; 3) Pendekatan metode pemberdayaan; 4) Pendampingan kegiatan
pemberdayaan.

Kata kunci: Masyarakat pesisir, Pemberdayaan Masyarakat, Strategi

Abstract

Indonesia has more than 65% of the sea area which makes Indonesia has great potential from natural
resources owned by the sea. However, coastal communities are still lagging behind in terms of the economy
even though the economic quality of coastal communities should be good when viewed from the existing
natural resources. But the economy in coastal areas is still lagging because it is caused by several natural and
non-natural factors. Which puts pressures on coastal communities so that it affects their economic conditions.
Therefore, there is a need for external encouragement to empower coastal communities so that the quality of
the economy and coastal communities improves. With community empowerment, it is necessary to have
strategies in implementing empowerment for coastal communities, namely: 1) Analyzing the condition or
potential of resources; 2) Determine Empowerment Materials; 3) Empowerment method approach; 4)
Assistance in empowerment activities.

Key words: Coastal Communities, Community Empowerment, Strategy

PENDAHULUAN hutan mangrove, pantai berpasir, ataupun


sumberdaya buatan seperti tambak, kawasan
Sebagai negara Kepulauan terbesar di pariwisata, kawasan industry dan perhubungan.
dunia dengan lebih dari 65% wilayah laut, Meskipun demikian kontribusi sektor kelautan
Indonesia memiliki potensi pembangunan masih relatif kecil bagi perekonomian nasional.
ekonomi yang sangat besar. Potensi tersebut Wilayah pesisir dan lautan di Indonesia, memiliki
berupa sumberdaya alami seperti terumbu karang, sumberdaya alam melimpah yang sekaligus juga
menyimpan berbagai permasalahan yang perlu independent dengan orang-orang diluar wilayah
ditangani secara terintegrasi dan terpadu. tersebut, dan memiliki budaya yang relative sama.
(Kristiyanti, 2016) Masyarakat juga dapat dipahami sebagai
sekelompok individu yang memiliki kepentingan
Di Kemukakan oleh Fadel Muhammad Bersama dan memilki budaya juga Lembaga yang
(2009) bahwa “Saat ini masih banyak nelayan khas.
hidup dibawah garis kemiskinan, Kita upayakan
dengan adanya regulasi mengenai nelayan kita Masyarakat menurut Linton adalah
berharap bisa meningkatkan kesejahteraan yang sekelompok manusia yang telah cukup lama
lebih baik lagi dari sebelumnya.” Pernyatan ini hidup dan bekerja sama sehingga terbentuk
sesuai dengan kondisi nelayan di Pesisir pantai, organisasi yang mengatur setiap individu dalam
yang sampai saat ini masih bergelut dengan masyarajat tersebut dan membuat setiap individu
kemiskinan. Penghasilan yang didapat oleh buruh itu dapat mengatur dirinya sendiri dan berpikir
nelayan dan nelayan kecil tidak bisa mencukupi tentang dirinya sebagai satu kesatuan sosial
kebutuhan hidup sehari-hari. Selain budaya dengan Batasan tertentu.
konsumtif, kecilnya pendapatan telah
menyebabkan mereka terjerat lingkaran hutang. Menurut Wahyudin (2015), masyarakat
Pengeluaran terbesar mereka digunakan untuk pesisir pada umumnya telah masuk kedalam
melunasi hutang, belanja kebutuhan sehari-hari kategori masyarakat pluraristik tapi masih tetap
dan membayar biaya sekolah. Penghasilan dari memiliki jiwa kebersamaan. Artinya rata-rata
melaut langsung habis, sehingga mereka struktur masyarakat pesisir merupakan gabungan
berhutang lagi dan sulit keluar dari kemiskinan. karakteristik dari masyarakat pekotaan dan
Jika sudah begitu, kelompok perempuanlah yang masyarakat pedesaan.
bertanggung jawab untuk mencukupi kebutuhan Bagi masyarakat pesisir, tinggal di dekat
hidup keluarga dengan berjualan, mencari hutang, pantai adalah hal yang disenangi untuk dilakukan,
dan menggadaikan barang yang dimilikinya. mengingat aspek-aspek menguntungkan yang aka
Masyarakat pesisir pada umumnya diperoleh oleh mereka sebagai masyarakat pesisir,
mengalami keterbelakangan dibandingan dengan seperti kemudahan aksesibilitas dari dan ke mata
pelaku usaha lainnya, yang secara umum pencaharian lebih terjamin dilihat dari masyarakat
keterbelakangan ini disebabkan oleh beberapa yang biasa menggantungkan kehidupan pada
faktor. Lebih jauh Kusnadi (2003) menegaskan potensi perikanan dan laut sekitarnya, seperti
bahwa faktor tersebut dapat diklasifikasikan ke menangkap ikan, budidaya rumput laut dan
dalam faktor alamiah dan non-alamiah. Faktor sebagainya.
alamiah merujuk pada fluktuasi musim-musim
penangkapan dan struktur alamiah faktor sumber
daya ekonomi desa. Sedangkan faktor non Karakteristik Masyarakat Pesisir
alamiah berkaitan dengan keterbatasan daya
Secara sosiologis, karakteristik
jangkau teknologi penangkapan, ketimpangan
masyarakat pesisir berbeda dengan masyarakat
dalam bagi hasil dan tidak adanya jaminan sosial
tenaga kerja yang pasti, lemahnya penguasaan agraris karena perbedaan sumber daya yang ada
dan yang akan dihadapi.
jaringan pemasaran dan belum berfungsinya
koperasi nelayan yang ada, serta dampak negatif Masyarakat agraris yang didominasi oleh
kebijakan modernisasi perikanan. Oleh karena itu, kaum tani memiliki sumber daya yang terkontrol,
agar bisa keluar dari belenggu keterbelakangan yaitu pengelolahan lahan untuk produksi dan hasil
perlu ada intervensi dari luar sebagai suatu produksi yang cenderung dapat diprediksi.
dorongan untuk memberdayakan mereka. Dengan sifat produksi yang seperti itu
menjadikan lahan produksi yang tetap. Hal ini
menjadikan mobilitas usaha yang reatif rendah
KAJIAN LITERATUR dan elemen resiko yang tidak besar.

Pengertian Masyarakat Pesisir Karakteristik tani dan nelayan itu berbeda.


Nelayan hingga saat ini masih menghadapi
Pengertian masyarakat sudah banyak sumber daya dengan sifak akses terbuka (open
dikemukakakn oleh para ahki di ilmu access). Dengan karakteristik sumber daya yang
kemasyarakatan. Masyrakat adalah sebagian besar seperti ini menjadikan nelayan harus berpindah-
orang yang tinggal di daerah yang sama, relative pindah untuk memperoleh hasil yang maksimal,
dan demikian elemen resiko pun mennjadi besar. serta memanfaatkan sumber daya melalui
Kondisi sumber daya yang beresiko seperti ini, penetapan kebijakan, program, kegiatan, dan
menyebabkan nelayan menjadi karakter yang pendampingan yang sesuai dengan esensi masalah
keras, tegas dan terbuka. dan prioritas kebutuhan masyarakat desa.

Menurut Satria (2015) ada juga beberapa Mardikanto dan Sabieto (2012)
nelayan yang merangkap sebagai tani. Hal ini mengemukakan bahwa pemberdayaan sebagai
tentunya ditunjang oleh ekosistem yang ada dan sebuah proses yang mana merupakan serangkaian
memadai, seperti tersedianya lahan persawahan di kegiatan untuk memperkuat atau mengoptimalkan
sekitar pantai. Sehingga ada musim-musim yang keberdayaan (kemampuan dan keunggulan
memungkinkan untuk turun ke persawahan dan bersaing) kelompok lemah dalam masyarakat,
ada musim lain untuk Kembali ke perairan atau yang didalamnya termasuk individu-individu
melaut. Adanya rangkap pekerjaan ini pun yang mengalami masalah kemiskinan. Sebagai
sebagai bentuk adaptasi masyarakat pesisir sebuah proses, pemberdayaan merujuk pada
terhadap kondisi ekologi yang mereka hadapi. kemampuan untuk berpartisipasi, memperoleh
kesempatan serta dapat mengakses sumber daya
Tradisi masyarakat pesisir sangat kental dan layanan guna memperbaiki kualitas hidup.
dengan aktivitas bahari, jauh sebelum teknologi Sehingga dapat diartikan bahwa pemberdayaan
mesin modern digunakan pada perahu-perahu masyarakat merupakan sebuah proses terencana
nelayan. Bagi masyarakat daerah pesisir, untuk meningkatkan skala kualitas masyarakat.
menangkap ikan dengan cara yang tradisional
selain untuk melestarikan budaya pendahulu juga Pada hakekatnya, pemberdayaan tidak
dianggap sebagai cara yang tepat untuk tetap bisa dilakukan secara individual melainkan secara
bersahabat dengan alam sekitar yang telah kelompok, sebagai bagian dari aktualisasi
menjadi tempat penghasilan kehidupan nelayan eksistensi manusia. Menurut Hamid (2018),
(Fajrie, 2017). manusia atau masyarakat dapat dijadikan tolak
ukur normatif, yang menempatkan konsep
permberdayaan sebagai suatu bagian dari upaya
Pengertian dan Tujuan Pemberdayaan untuk membangun eksistensi masyarakat secara
Masyarakat pribadi, keluarga, dan bahkan bangsa sebagai
aktualisasi kemanusiaan yang adil dan beradab.
Pemberdayaan berasal dari kata ‘daya’ Untuk itu, dalam kegiatan pemberdayaan
yang artinya tenaga atau kekuatan. Kemudian masyarakat perlu adanya pengenalan mengenai
diberi awalan ‘ber’ sehingga menjadi berdaya hakekat manusia yang akan menjadi sumbangsi
yang memiliki artian memiliki atau mempunyai dalam menerapkan berbagai konsep atau program
tenaga atau kekuatan. Maka pemberdayaan bisa pemberdayaan kepada masyarakat.
diartikan sebagai upaya yang dilakukan agar
objek menjadi berdaya atau memiliki tenaga atau Berdasarkan dari beberapa pemahaman
kekuatan. ( Dedeh Maryani , Ruth Roselin E. mengenai pemberdayaan masyarakat, dapat
Nainggolan, 2019) diambil artian bahwa pemberdayaan masyarakat
merupakan kegiatan terencana meningkatkan atau
Pemberdayaan masyarakat dapat mengoptimalkan kualitas masyarakat berdasarkan
didefinisikan sebagai tindakan sosial diamana kebutuhan dan kekuatan yang dimiliki untuk
penduduk suatu kumunitas yang mendorong kemandirian masyarakat, yang
mengorganisasikan diri dalam membuat diadakan guna memecahkan masalah-masalah
perencanaan dan tindakna kolektif, untuk sosial yang timbul akibat tidak adanya
memecahkan masalah sosial atau memenuhi keberdayaan pada suatu kelompok atau
kebutuhan sosial sesuai dengan kemampuan dan masyaratakat. (Kusnadi, Filosofi Pemberdayaan
sumber daya yang dimiliki (Gunawan, 2009). Masyarakat Pesisir, 2006)
(Hamid, 2018)
Menurut Theresia et al (2014),
Dalam Undang-Undang Nomor 6 Tahun menjelaskan bahwa power dispowerment, yakni
2014, mengatakan bahwa Pemberdayaan peniadaan power pada sebagian besar masyarakat,
Masyarakat Desa adalah upaya mengembangkan akibatnya masyarakat tidak memiliki akses
kemandirian dan kesejahteraan masyarakat memadai terhadap akses produktif yang
dengan meningkatkan pengetahuan, sikap, umumnya dikuasai oleh mereka yang memiliki
keterampilan, perilaku, kemampuan, kesadaran, power, dan selanjutnya keterbelakangan ekonomi
yang membuat mereka semaikn jauh dengan seluruh masyarakat yang menjadi
kekuasaan. sasaran pemberdayaan untuk memilih
metode apa yang sepantasnya digunakan
Berdasarkan penjelasan diatas, tujuan pada kegiatan pemberdayaan, termasuk
pemberdayaan itu terbagi menjadi dua arah, yaitu didalamnya proses pengambilan
yang pertama, melepaskan belenggu kemiskinan keputuan oleh masyarakat itu sendiri.
dan keterbelakangan. Kedua, memperkuat posisi 4. Minat dan kebutuhan. Hal yang menjadi
lapisan masyarakat dalam struktur ekonomi dan dasar prioritas untuk menjalankan
kekuasaan. pemberdayaan masyarakat yaitu haruslah
Tujuan utama dari pemberdayaan adalah berdasarkan minat dan kebutuhan
untuk memperkuat kekuasaan masyarakat, masyarakat itu sendiri.
terkhusus kelompok lemah dengan kondisi 5. Kelompok masyarakat bawah. Sasaran
ketidakberdayaan. pemberdayaan masyarakat sebaiknya
lebih diarahkan kepada masyarakat yang
Suharto (2010) mengidentifikasi beberapa termasuk kedalam kategori orang yang
kelompok yang dikategorikan sebagai kelompok berada pada tingkat akar rumput
lemah atau tidak berdaya, antara lain: 1) lemah masyarakat.
secara struktural, yaitu lemah secara kelas atau 6. Keragaman budaya. Kegiatan
tingkat ekonominya, gender, maupun dari pemberdayaan masyarakat sebisanya
minoritas yang diperlakukan tidak adil atau disesuaikan dengan budaya masyarakat
mendapat perlakuan diskriminasi; 2) Lemah yang ada agar mempermudah proses dan
secara khusus, yaitu seperti lansia, anak-anak, tidak menimbulkan persoalan.
remaja, penyandang cacat, dan masyarakat yang 7. Terarah dan spesialis. Untuk fasiltator
terasing; 3) Lemah secara personal, yaitu orang- atau penyuluh yang terlibat dalam
orang yang mengalami masalah pribadi atau kegiatan pemberdayaan masyarakat
keluarga. haruslah orang yang memang
keterampilan atau ahli dibidangnya.
Prinsip Pemberdayaan Masyarakat 8. Belajar sambil bekerja. Kegiatan
Salah satu aspek pennting untuk pemeberdayaan masyarakat tidak hanya
menjalankan kegiatan atau program penberdayaan sekedar untuk memberikan gagasan atau
masyarakat adalah prinsip pemberdayaan konsep berdasarkan teori oleh fasilitator
masyarakat yang terkait dengan kebijakan yang melainkan kelompok masyarakat yang
dapat digunakan sebagai pedoman dalam program menjadi sasaran pemberdayaan didorong
pemberdayaan masyarakat secara utuh dan untuk mampu menerapkan konsep yang
menyeluruh sehingga tujuan dari pemberdayaan diperoleh dari penyuluh.
dapat tercapai dan tepat sasaran. Terutama pada 9. Perubahan budaya. Kegiatan
masalah kelompok yang rentan terhadap pemberdayaan masyarakat haruslah di
kemiskinan agar dapat terealisasi. lakukan sesuai dengan nilai budaya
lokal kelompok sasaran. Dengan
Menurut Dahana dan Bhatnagar (1980) demikian dapat di hindari timbulnya
mengatakan ada beberapa prinsip yang perlu kejutan budaya di kalangan kelompok
diperhitungkan dalam melakukan pemberdayaan sasaran kegiatan pemberdayaan
masyarakat, yaitu: 10. Kepemimpinan. Kegiatan pemberdayaan
masyarakat ini tidak hanya
1. Kerja sama dan partisipasi. Perlu
menguntungkan satu pihak saja tetapi
adanya kerja sama yang bersifat solid
dapat dirasakan juga manfaatnya oleh
antar masyarakat dalam berpastisipasi
masyarakat yang menjadi sasaran.
merealisasikan program pemberdayaan.
11. Segenap keluarga. Di kalangan penyuluh
2. Menggunakan meotde yang tepat.
dalam pemberdayaan masyarakat
Metode yang digunakan sebaiknya
sebaiknya memperlakukan keluarga
disesuaikan dengan kondisi dan ekonomi
sebagai suatu bagian sistem sosial
masyarakat agar dapat digunakan dengan
dengan cara mengaktifkan
efektif dan efisien serta bernilai guna.
perananggota keluara untuk saling
3. Demokratis. Dalam menjalankan
bekerja satu sama lain agar supaya
pemberdayaan masyarakat sebaiknya
harapan untuk mencapai sasaran
memberi kesempatan yang luas kepada
kegiatan pemberdayaan dapat terealisasi.
Adapun prinsip pemberdayaan masyarakat dengan penduduk untuk mengurus pesisir dan
menurut Suharto (2005) jika dilihat dari lautnya sesuai dengan adat mereka.
perspektif pekerja sosial, yaitu:
Sesuai dengan prinsip pemberdayaan
Pertama, pemberdayaan adalah proses masyarakat, bahwa untuk mewujudkan tujuan
kolaboratif, karena pekerja sosial dan masyarakat pemberdayaan, maka hal yang terpenting adalah
harus bekerjasama sebagai partner. Kedua, terletak pada pelaksanaan proses/ tahapan suatu
proses pemberdayaan menempatkan masyarakat program/ kegiatan, yang seharusnya melibatkan
sebagai aktor atau subjek yang kompoten dan partisipasi masyarakat yang tinggi. Alasannya
mampu menjangkau sumber-sumber dan karena masyarakatlah yang paling mengetahui
kesempatan-kesempatan. Ketiga, masyarakat dan memahami masalah yang dihadapi,
harus di melihat diri mereka sendiri sebagai agen kebutuhan utamanya, dan potensi-potensi yang
penting yang dapat mempengaruhi perubahan. dimiliki, sehingga fasilitator sebaiknya
Keempat, kompetensi diperoleh atau di pertajam melakukan pendekatan secara bottom –up
melalui pengalaman hidup, khususnya (aspirasi masyarakat).
pengalaman yang memberikan perasaan
mampu pada masyarakat. Kelima, solusi-solusi Suharto (2012) mengemukakan bahwa,
yang berasal dari situasi khusus, harus pelaksanaan proses dan pencapaian tujuan
beragam dan menghargai keberagaman yang pemberdayaan dapat dicapai melalui penerapan
berasal dari faktor-faktor yang berada pada situasi pendekatan pemberdayaan yang disingkat
masalah tersebut. Keenam, jaringan-jaringan menjadi 5P, yaitu:
sosial informal merupakan sumber dukungan Pemungkinan: menciptakan suasana/iklim
yang penting bagi penurunan ketegangan dan yang memungkinkan potensi masyarakat
meningkatkan kompetensi serta kemampuan berkembang secara optimal. Pemberdayaan harus
mengendalikan seseorang. Ketujuh, masyarakat mampu membebaskan masyarakat dari sekat-
harus berpartisipasi dalam pemberdayaan sekat kultural dan struktural yang menghambat.
mereka sendiri : tujuan, cara dan hasil harus
dirumuskan oleh mereka sendiri. Kedelapan, Penguatan: memperkuat pengetahuan dan
tingkat kesadaran merupakan kunci dalam kemampuan yang dimiliki masyarakat dalam
pemberdayaan, karena pengetahuan dapat memecahkan masalah dan memenuhi kebutuhan-
memobilisasi tindakan bagi perubahan. kebutuhannya. Pemberdayaan harus mampu
Kesembilan, pemberdayaan melibatkan akses menumbuh-kembangkan segenap kemampuan
terhadap sumber-sumber dan kemampuan dan kepercayaan diri masyarakat yang menunjang
untuk menggunakan sumber-sumber tersebut kemandirian mereka.
secara efektif. Kesepuluh, proses pmberdayaan
Perlindungan: melindungi masyarakat
bersifat dinamis, sinergis, berubah terus,
terutama kelompokkelompok lemah agar tidak
evolutif; permasalahan selalu memiliki beragam
tertindas oleh kelompok yang kuat, menghindari
solusi. Dan kesebelas, pember-dayaan dicapai
terjadinya persaingan yang tidak seimbang
melalui struktur-struktur personal dan
(apalagi tidak sehat) antara yang kuat dengan
pembangunan ekonomi secara parallel.
yang lemah, dan mencegah terjadinya eksploitasi
kelompok kuat terhadap kelompok lemah.
Pemberdayaan harus diarahkan pada penghapusan
PEMBAHASAN segala jenis diskriminasi dan dominasi yang tidak
Masyarakat pesisir memerlukan bentuk menguntungkan rakyat kecil.
kegiatan nyata yang dapat membangun ekonomi Penyokongan: memberikan bimbingan dan
mereka tanpa menghilangkan kultur dan dukungan agar masyarakat mampu menjalankan
karakteristik dari masyarakat pesisir tersebut. peran dan tugas-tugas kehidupannya.
Maka diperlukan bentuk kegiatan yang berbasis Pemberdayaan harus mampu menyokong
masyarakat. masyarakat agar tidak terjatuh ke dalam keadaan
Berdasarkan Undang-Undang no.22 tahun dan posisi yang semakin lemah dan terpinggirkan.
1999 tentang desentralisasi dan otonomi daerah Pemeliharaan: memelihara kondisi yang
yang memberikan wewenang kepada daerah kondusif agar tetap terjadi keseimbangan
untuk mengurus sendiri segala urusan daerahnya. distiribusi kekuasaan antara berbagai kelompok
Begitu juga dengan wilayah pesisir, ketua dalam masyarakat.Pemberdayaan harus mampu
masyarakat atau kepala suku dapat bekerjasama
menjamin keselarasan dan keseimbangan yang (information and communication
memungkinkan setiap orang memperoleh technology/ICT) mutlak harus menjadi
kesempatan berusaha perhatian. Sehingga peralatan yang memang
sudah ketinggalan zaman bisa diinovasikan
Untuk melakukan suatu kegiatan sesuai dengan perkembangan teknologi saat
pemberdayaan masyarakat diperlukan strategi ini.
yang tepat agar kegiatan dapat terlaksana dengan
baik agar tujuan dapat tercapai. 2. Bina Usaha

Materi yang diberikan beraitan dengan


bidang usaha seperti kewirausahaan. Tak
Analisis Keadaan Atau Potensi Sumber Daya dipungkiri eksistensi UMKM saat ini
Menganalisis merupakan strategi yang memang sudah meluas ke seluruh Indonesia.
tepat untuk memulai kegiatan pemberdayaan Maka perlu dicoba untuk membuat hal baru
masyarakat bisa dengan menyusun instrumen berbau UMKM yang inovatif untuk
pengumpulan data. Dalam kegiatan ini informasi masyarakat pesisir tentunya berdasarkan
yang diperlukan dapat berupa hasil penelitian- potensi sumber daya yang dimiliki.
penelitian yang telah dilakukan sebelumnya, 3. Bina Lingkungan
referensi yang ada, dan dari hasil temuan
pengamatan lapangan. Mungkin ada saja dari beberapa
masyarakat tidak menyadari bahwa cara
Hasil dari analisis ini bisa dijadikan latar bekerja mereka dapat merusak lingkungan.
belakang dilakukannya suatu kegiatan Menghadapi kenyataan tersebut, upaya
pemberdayaan masyarakat. pemberdayaan terhadap kesadaran
lingkungan (sumber daya alam dan
lingkungan hidup yang lain) sudah saatnya
Pemilihan Materi Pemberdayaan memperoleh perhatian yang serius.
Penetapan materi tentunya telah disepakati 4. Bina Kelembagaan
sejak tahap persiapan atau sosialisasi dan
identifikasi masalah yang dilakukan secara Bina kelembagaan tidak cukup hanya
partisipatif. Penentuan atau penetapan materi dengan pembentukan lembaga-lembaga yang
dalam suatu program pemberdayaan masyarakat diperlukan, tetapi jauh lebih penting dari
harus diperhatikan betul aspirasi masyarakat pembentukannya, adalah seberapa jauh
sebagai sasaran kegiatan, tetapi dengan tetap kelembagaan yang telah dibentuk itu telah
memperhatikan potensi masyarakat pesisir yang berfungsi secara efektif. Dengan tersedianya
didominasi oleh nelayan. dan efektifnya kelembagaan, akan sangat
berpengaruh terhadap keberhasilan bina
Materi yang diberikan pada setiap kegiatan manusia, bina usaha, dan bina lingkungan.
atau program pemberdayaan hendaknya sesuai
dengan kebutuhan masyarakat, masalah yang
dihadapi, kualitas meliputi pengetahuan, Sosialisasi Pemberdayaan Masyarakat
keterampilan dan pengalaman, potensi wilayah,
kondisi sosial dan budaya masyarakat, kondisi Sosialisasi dalam kegiatan pemberdayaan
ekonomi, serta kebijakan pemerintah setempat. masyarakat tidak boleh dipandang sebelah mata,
karena sosialisasi adalah Langkah penting bahkan
1. Bina Manusia menentukan berhasil tidaknya suatu kegiatan atau
Materi yang diberikan terfokuskan pada program pemberdayaan.
peningkatan kemampuan masyarakat yang Sosialisasi merupakan upaya
diikuti dengan perkembangan ilmu, mengkomunikasikan kegiatan untuk menciptakan
teknologi, dan seni (IPTEKS) yang dialog dengan masyarakat. Melalui sosialisasi
bermanfaat untuk meningkatkan akan membantu untuk meningkatkan pemahaman
produktivitas, perbaikan kualitas produk, masyarakat serta pihak-pihak yang terkait
meningkatkan efisiensi, dan daya saing yang mengenai program, dan kegiatan-kegiatan apa
dihasilkan. Dalam kaitan ini, seiring dengan saja yang telah direncanakan. Dari sosialisasi ini
perkembangan IPTEKS, penguasaan
teknologi informasi dan komunikasi
dapat mendorong minat masyarakat pesisir untuk Masyarakat sebagai pelaku dan orang luar
ikut berpartisipasi dalam kegiatan pemberdayaan. sebagai fasiliatator; 4) Saling belajar dan
menghargai perbedaan; 5) Santai dan
Kegiatan sosialisasi sebaiknya informal; 6) Tringulasi; 7) Mengoptimalkan
dilaksanakan lebih dari satu kali, karena proses hasil; 8) Orientasi praktis; 9) Berkelanjutan
ini merupakan tahapan pengenalan, serta dan selang waktu; 10) Belajar dari kesalahn;
mengingat tingkat penerimaan masyarakat akan 11) dan Keterbukaan
hal-hal yang baru bukanlah sesuatu yang instan,
mereka membutuhkan waktu dan pembuktian 2. Metode Partisipasi Assesment dan
yang cukup untuk dapat menerima, dan Rencana
memberikan respon yang positif terhadap suatu
kegiatan. Hal ini disebabkan, karena kegiatan Metode ini tidak jauh berbeda dengan
pemberdayaan masyarakat membutuhkan waktu metode RPA. Metode Partisipatori
yang cukup panjang (bisa sampai beberapa Assesment (MPA) terdiri atas empat langkah:
tahun). menemukan masalah, menemukenali potensi,
menganalisis masalah dan potensi, serta
memilih solusi pemecahan masalah.

Pendekatan Metode Pemberdayaan

Metode menjadi salah satu hal yang sangat Pendampingan Kegiatan Pemberdayaan
penting untuk diperhatikan dalam pelaksanaan Masyarakat
pemberdayaan masyarakat. Harus diperhitungkan
ketepatan dalam menetapkan berbagai metode Dalam pelaksanaan suatu
selama pelaksanaan suatu kegiatan kegiatan/program pemberdayaan masyarakat,
pemberdayaan, seperti dalam penyampaian materi keberadaan tim pendamping/agen/aparat
atau kegiatan penyuluhan agar dapat diterima dan pemberdayaan merupakan instrumen yang sangat
dipahami oleh sasaran kelompok masyarakat. penting dalam menentukan suksesnya proses
pemberdayaan masyarakat.Tim pendamping
Setiap fasilitator, hendaknya memahami berasal dari berbagai latar belakang pendidikan/
bahwa sistem pendekatan metode pemberdayaan pengetahuan, pengalaman, keahlian dan lain
masyarakat berprinsip pada experience learning sebagainya, mulai dari yang terkait dengan aspek
cycle (ELC) atau belajar dari pengalaman, artinya teknis (sesuai dengan sumber daya yang dimiliki
bahwa kelompok sasaran/masyarakat calon calon lokasi), aspek ekonomi, aspek sosial dan
penerima manfaat yang kita hadapi, adalah orang- budaya. Sebagai agen pemberdayaan, tim
orang dewasa yang telah mempunyai pengalaman pendampingan dalam menjalankan tugasnya
hidup. Oleh karena itu, pendekatan metode yang bukanlah untuk menggurui masyarakat setempat,
digunakan adalah sistem pendidikan orang karena pada umumnya masyarakat tersebut telah
dewasa (andragogi). mempunyai pengalaman dalam menjalankan
kegiatannya. Namun demikian, masyarakat masih
Dalam pelaksanaan pemberdayaan butuh bimbingan dalam bekerja untuk lebih
masyarakat selama ini, ada beberapa metode yang meningkatkan kapasitas hidupnya. Oleh karena
sering diterapkan pada pelaksanaan itu, peran pendamping dalam kegiatan
kegiatan/program pemberdayaan masyarakat, pemberdayaan adalah sebagai fasilitator,
seperti yang dikemukakan Nawawi (2009) antara dinamisator, komunikator, dan pembimbing
lain: masyarakat.
1. Metode Participatory Rural Appraisal Perlu diperhatikan disini, bahwa peran
(PRA) fasilitator itu sampai dengan tingkat keberlanjutan
Metode ini diartikan sebagai pendekatan program karena fasilitator berperan langsung
dan teknik-teknik pelibatan masyarakat dalam hal pendampingan yang mana menjadi
dalam prosesproses pemikiran yang sumber utama tercapainya tujuan yang akan
berlangsung selama kegiatan perencanaan, dirasakan oleh masyarakat.
pelaksanaan, serta pemantauan dan evaluasi Kenyataan di lapangan, mengapa tidak
program pembangunan masyarakat. PRA sedikit program pemberdayaan yang kurang
memiliki 11 prinsip dalam pelaksanaannya: berhasil, atau dengan kata lain tidak terjadinya
1) Mengutamakan yang terabaikan; 2) sustainabel (keberlanjutan) kegiatan, sehingga
Pemberdayaan (penguatan) masyarakat; 3)
kemandirian masyarakat sebagai tujuan akhir, 4. Pendampingan kegiatan pemberdayaan
setelah selesainya suatu program pemberdayaan masyarakat. Untuk hal ini fasilitator
dilaksanakan, tidak dapat terwujud. Hal tersebut sangat berperan penting demi
umumnya terjadi karena, para pendamping tidak/ kesuksesan kegiatan pemberdayaan.
kurang menjalankan fungsinya sebagai seorang Maka dari itu penting bagi fasilitator
fasilitator, mereka lebih sering menentukan secara untuk memahami betul fungsi dari
sepihak, termasuk penetapan metode pelaksanaan fasilitator itu sendiri.
kegiatan pemberdayaan.

Menghadapi masyarakat yang kurang


berdaya, memang membutuhkan kesabaran yang DAFTAR PUSTAKA
luar biasa bagi seorang agen pemberdayaan,
terutama bagaimana menjadi seorang pendengar
yang baik, karena karakter masyarakat biasanya Dedeh Maryani , Ruth Roselin E. Nainggolan.
lebih tertutup dan bahkan sering merasa curiga (2019). Pemberdayaan Masyarakat.
kepada orang baru yang berasal dari luar wilayah Yogyakarta: Deepublish.
mereka. al, A. T. (2014). Pembangunan Berbasis
Masyarakat (Aan bagi Praktisi,
Akademis, dan Pemerhati
SIMPULAN Pengembangna Masyarakat). Bandung:
Alfabeta.
Sesuai dengan prinsip pemberdayaan
masyarakat, bahwa untuk mewujudkan tujuan Eka Putri Arviyanthi, Margaretha Suryaningsih,
pemberdayaan, maka hal yang terpenting adalah Tri Yuniningsih . (2014). Strategi
terletak pada pelaksanaan proses/ tahapan suatu Pemberdayaan Masyarakat Pesisir
program/ kegiatan, yang seharusnya melibatkan Secara Terpadu Di Kota Semarang
partisipasi masyarakat yang tinggi. Alasannya (Studi Kasus Di Kelurahan
karena masyarakatlah yang paling mengetahui Mangunharjo). Journal Of Public Policy
dan memahami masalah yang dihadapi, And Management Review.
kebutuhan utamanya, dan potensi-potensi yang
dimiliki, sehingga fasilitator sebaiknya Endah, K. (2020). PEMBERDAYAAN
melakukan pendekatan secara bottom –up MASYARAKAT : MENGGALI
(aspirasi masyarakat). POTENSI LOKAL DESA. Jurnal
MODERAT.
Untuk melakukan suatu kegiatan
pemberdayaan masyarakat diperlukan strategi Fadel, M. (2009). Reinventing Local Government:
yang tepat agar kegiatan dapat terlaksana dengan Pengalaman dari Daerah. Jakarta:
baik agar tujuan dapat tercapai, antara lain: Gramedia.

1. Menganalisis keadaan atau potensi Fajrie, M. (2017). GAYA KOMUNIKASI


sumber daya. Dalam hal ini dilakukan MASYARAKAT PESISIR WEDUNG
kegiatan pengumpulan informasi. Bisa JAWA TENGAH. INJECT.
dengan mengumpulkan data, melakukan Hamid, H. (2018). MANAJEMEN
beberapa penelitian atau membuat PEMBERDAYAAN MASYARAKAT.
laporan penelitian. Makassar: De La Macca.
2. Pemilihan materi untuk pemberdayaan.
Yaitu materi seperti apa yang akan Haris, A. (2014). MEMAHAMI PENDEKATAN
diambil untuk pemberdayaan, bisa PEMBERDAYAAN MASYARAKAT
dengan bentuk bina manusia, bina usaha, MELALUI PEMANFAATAN MEDIA.
bina lingkungan maupun bina Lembaga. JUPITER.
3. Pendekatan metode pemberdayaan.
Julkrismi, E. (2018). Pengaruh Pola Kehidupan
Dalam pemilihan metode harus diikut
Masyarakat Pesisir Terhadap Pola
sertakan suara masyarakat karena
Pemukiman Dipantai Pasar Bawah.
masyarakatlah yang nantinya akan
Yogyakarta: Universitas ‘Aisyiyah
menjalankan program atau kegiatan
Yogyakarta.
pemberdayaan tersebut.
Kristiyanti, M. (2016). PEMBERDAYAAN Siska Salatan, V. E. (2018). STRATEGI
MASYARAKAT PESISIR PANTAI PEMBERDAYAAN MASYARAKAT
MELALUI PENDEKATAN ICZM NELAYAN SOMA PAJEKO DI
(INTEGRATED COASTAL ZONE KECAMATAN SALIBABU
MANAGEMENT). Unisbank. KABUPATEN KEPULAUAN
TALAUD SULAWESI UTARA. Balai
Kusnadi. (2003). Akar Kemiskinan Nelayan. Besar Riset Sosial Ekonomi Kelautan
Yogyakarta: LKiS Pelangi Aksara. dan Perikanan.
Kusnadi. (2006). Filosofi Pemberdayaan Siti Hajar, Irwan Syari Tanjung, Yurisna Tanjung,
Masyarakat Pesisir. Bandung: Zulfahmi. (2018). Pemberdayaan dan
Humaniora. Partisipasi Masyarakat Pesisir. Medan:
Maifizar, A. (2016). Karakteristik Dan Fenomena Lembaga Penelitian dan Penulisan
Kemiskinan Keluarga Miskin Pedesaan Ilmiah AQLI.
Di Aceh. Jurnal Community. Suharto, E. (2005). Membangun Masyarakat
Nawawi. (2009). Pembangunan Dan Problema Memberdayakan Rakyat. Bandung: PT
Masyarakat. Surabaya: Putra. Refika AditamaTjokrowinoto.

S, M. T. (2012). Pemberdayaan Masyarakat Wahyudin, Y. (2015). SISTEM SOSIAL


Dalam Perspektif Kebijakan Publik. EKONOMI DAN BUDAYA
Bandung: Alfabeta. MASYARAKAT PESISIR.
ResearchGate.
Satria, A. (2015). Pengantar Sosiologi
Masyarakat Pesisir. Jakarta: Yayasan
Pustaka Obor Indonesia.

Anda mungkin juga menyukai