Anda di halaman 1dari 39

84

PEMBERDAYAAN MASYARAKAT NELAYAN DI PESISIR PANTAI BLANAKAN


KABUPATEN SUBANG

Oleh : Zaenal Abidin, AS


Dosen Jurusan Ilmu Pemerintahan FISIP Universitas Jenderal Achmad Yani
e-mail : m.zaenal27@gmail.com
Abstrak
Pemberdayaan adalah salah satu konsep didalam meningkatkan kualitas, baik kualitas
sumberdaya manusia atau kualitas perekonomian. Masyarakat nelayan sebagai masyarakat
yang memanfaatkan potensi laut dan pesisir laut sebagai pendapatan perekonomian tidak
dapat disandingkan dengan masyarakat ekonomi disektor lain, seperti sector pertanian, sector
perindustrian dll. Upaya pemberdayaan sangat diperlukan didalam mendongkrak persoalan-
persoalan yang ada di masyarakat pesisir (Nelayan) sebagai upaya meningkatkan kehidupan
mereka dan dapat disandingkan dengan sector perekonomian lain. Desa Blanakan Subang
sebagai salah satu wilayah pesisir laut, memiliki potensi yang sangat baik dalam
meningkatkan potensi kelautan yang ada. Dimana wilayah ini memiliki sarana dan prasarana
yang baik dibandingkan dengan wilayah pesisir lain. Namun persoalan-persoalan yang
menghambat proses pemberdayaan pasti selalu ada. Dalam penelitian ini, peneliti mencoba
mencari ada atau tidaknya konsep pemberdayaan yang dilakukan diwilayah yang berkaitan
dengan masyarakat pesisir (Nelayan), dan permasalahan apa saja yang menjadi penghambat
dan pendukung didalam mensukseskan proses pemberdayaan masyarakat nelayan. Proses
pemberdayaan masyarakat nelayan di Desa Blanakan Kabupaten Subang belum berjalan
dengan baik, proses pemberdayaan yang dilakukan di desa ini banyak dilakukan oleh
koperasi. Permasalahan yang timbul adalah ketika koperasi melakukan pemberdayaan
masyarakat nelayan hanya dilakukan kepada mereka-mereka yang memiliki perahu dan tidak
sampai kepada masyarakat nelayan buruh. Pemerintah desa melalui LPMDes (Lembaga
Pemberdayaan Desa) tidak melakukan pemberdayaan kepada masyarakat nelayan karena
menganggap proses pemberdayaan sudah dilakukan oleh koperasi. Permasalahan yang ada
didalam proses pemberdayaan di Desa Blanakan Subang ini hanya kurangnya koordinasi
yang dilakukan antara pemerintah desa melalui LPMDes dengan pihak Koperasi, karena
persoalan ini yang menghambat proses pemberdayaan di wilayah ini tidak ada, kecuali
persoalan koordinasi. Dimana peneliti berpendapat dengan adanya proses koordinasi yang
mereka lakukan akan mempermudah didalam mendisain dan melakukan proses
pemberdayaan, sehingga tidak ada lagi tumpang tindih kewenangan.
Kata Kunci : Pemberdayaan, Nelayan, LPMDes (Lembega Pemberdayaan Desa).

PEMBERDAYAAN MASYARAKAT NELAYAN DI PESISIR PANTAI BLANAKAN


KABUPATEN SUBANG

PENDAHULUAN terpanjang kedua didunia setelah kanada


81.000 Km. Indonesia yang sebagian besar
1. Latar Belakang Penelitian.
wilayahnya berada di pesisir dan memiliki
Indonesia merupakan Negara
potensi kelautan yang cukup besar,
bahari dan Negara kepulauan terbesar
seharusnya mampu mensejahterakan
didunia yang memiliki garis pantai

84
85

kehidupan masyarakatnya terutama dalam Mereka memperoleh kepuasan tersendiri


hal pemanfaatan dan pengelolaan potensi dari hasil menangkap ikan.
kelautan yang dimilikinya. Namun pada Kesulitan melepaskan diri dari
kenyataannya, kehidupan masyarakat belenggu kemiskinan karena mereka
pesisir selalu dilanda kemiskinan, bahkan didera oleh beberapa keterbatasan di
kehidupan pesisir sering di identikan bidang kualitas sumberdaya manusia,
dengan kemiskinan. Kesulitan untuk akses dan penguasaan teknologi, pasar,
melepakskan diri dari belenggu dan modal. Kebijakan dan implementasi
kemiskinan karena mereka didera oleh program-program pembangunan untuk
beberapa keterbatasan dibidang kualitas masyarakat di kawasan pesisir hingga saat
sumberdaya manusia, akses dan ini masih belum optimal dalam memutus
penguasaan teknolgi, pasar, dan modal. mata rantai belenggu kemiskinan dan
Kebijakan dan implementasi program- meningkatkan kesejahteraan mereka
program pembangunan untuk masyarakat (Kusnadi, 2009).
pesisir hingga saat ini dapat dikatakan
Masyarakat pesisir desa Blanakan
masih belum optimal dalam memutuskan
merupakan masyarakat yang berlokasi di
rantai kemiskinan dan meningkatkan
pesisir utara laut jawa, dimana mata
kesejahteraan mereka (Kusnadi, 2007).
pencahariannya menggantungkan pada
Masyarakat pesisir dikatagorikan
sektor pertanian, pembudidayaan ikan dan
sebagai kelompok orang yang mendiami
udang (tambak), dan nelayan. Dari semua
disuatu wilayah pesisir dan sumber
sektor yang ada, semuanya masih
kehidupan perekonomiannya bergantung
dijalankan scara tradisional. Pendekatan
pada pemanfaatan sumber daya laut dan
kelembagaan sebagai basis dalam kegiatan
pesisir. Masyarakat pesisir sendiri bukan
pemberdayaan memiliki beberapa
hanya nelayan, melainkan juga
keuntungan sebagai berikut: (1)
pemberdayaan ikan, pengolah ikan, bahkan
memperbesar kemampuan sumberdaya dan
pedagang ikan. Sedangkan Kemiskinan
meningkatkan skala usaha ekonomi
masyarakat pesisir dikategorikan sebagai
kolektif yang dimiliki masyarakat, (2)
kemiskinan struktural, kemiskinan super
meningkatkan posisi tawar kolektif dalam
struktural, dan kemiskinan cultural.
mengakses modal, pasar, teknologi, dan
Bebrapa pakar ekonomi mengatakan
kebijakan, (3) mengembangkan
bahwa nelyan tetap mau untuk tinggal
kemampuan koordinasi dan kerja sama
dalam lingkaran kemiskinn karena
kemitraan dalam pengelolaan kegiatan
kehendaknya untuk menjalani hidup.

85
86

ekonomi kolektif untuk mendukung diidentikan dengan wilayah Miskin yang


dinamika ekonomi kawasan, dan (4) menggantungkan diri di bidang pertanian,
memudahkan pengontrolan terhadap nelayan dan pembudidayaan ikan dan
perjalanan ekonomi bersama udang sebagai wilayah yang kurang maju
(Kusnadi,2009). secara ekonomi bila dibandingkan dengan
sektor-sektor perekonominan yang lain.
Bertolak dari uraian yang telah
dikemukakan tersebut di atas, maka dapat Nelayan (khususnya nelayan buruh
dikatakan bahwa fenomena seperti itu dan nelayan tradisional) merupakan
sangat menarik untuk diteliti, oleh kelompok masyarakat yang dapat
karenanya penelitian ini akan mengkaji digolongkan sebagai lapisan sosial yang
secara kritis atas pertanyaan bagaimana paling miskin diantara kelompok
peran lembaga-lembaga tersebut dapat masyarakat lain di sektor pertanian.
menjawab permasalahan masyarakat
Penelitian ini membatasi kajianya
pesisir (Nelayan) di desa Blanakan,
terhadap peran yang dijalankan oleh
Kecamatan Blanakan, Kabupaten Subang
Lembaga Pemberdayaan Masyarakat Desa
Jawa Barat. Dimana dalam Undang-
(LPMDes) dalam membina dan
undang desa No. 6 Tahun 2014 telah di
meningkatkan kualitas nelayan di Desa
jelaskan secara jelas kewenangan yang
Blanakan, Kec Blanakan kabupaten
dimiliki oleh desa, dimana didalam
Subang Jawa Barat. Hal ini didasarkan
kewenangan tersebut dijelaskan tentang
sejauh mana lembaga ini dapat
hak dan kewajiban yang melekat terhadap
menghantarkan masyarakat pesisir didalam
pemanfaatan potensi yang ada di
meningkatkan daya saing dan daya guna
daerahnya ( pasal 26 dan pasal 27), yang
yang dapat disejajarkan dengan sektor-
mana dalam penelitian ini peneliti ingin
sektor perekonomian lainnya.
mengetahui sejauh mana peran pemerintah
Desa didalam melaksanakan pemanfaatan Berdasarkan konsep dan
potensi yang dimilikinya, dalam hal ini pertanyaan yang disajikan sebagai
adalah permasalahan pemberdayaan perumusan masalah, peneliti menyajikan
masyarakat (Nelayan). hipotesis terkait dengan permasalahan
yang diangkat yakni : mengkaji Peranan
2. Perumusan Masalah.
yang dilakukan oleh Lembaga
Permasalahan pemberdayaan Pemberdayaan Msayarakat Desa didalam
terhadap wilayah-wilayah pesisir yang melakukan pemberdayaan masyarakat

86
87

pesisir (Nelayan) Blanakan didalam 4. Manfaat Penelitian


mengofimalkan tarap kehidupan nelayan
Manfaat yang ingin dicapai dari
baik secara perekonomian, sosial budaya
penelitian ini adalah :
maupun didalam peningkatan dibidang
pengetahuan (pendidikan), agar dapat 1. memberikan gambaran tentang
bersaing dengan sektor perekonomian potensi-potensi yang dimiliki
yang lain dan nelayan tidak lagi dipandang daerah dalam hal ini desa didalam
sebagai masyarakat yang lemah secara pemberdayaan khususnya wilayah
perekonomian. pesisir, sehingga dapat dijadikan
reverensi didalam proses
3. Tujuan Penelitian.
pemberdayaan desa dalam melihat
Tujuan dari penelitian ini adalah : tantangan dan hambatan didalam
proses pemberdayaan wilayah
1. Untuk mengidentifikasi dan
pesisir.
menguraikan secara jelas dan
2. Dapat Juga dijadikan sebagai acuan
mendalam mengenai peran
awal yang dapat dimanfaatkan
Lembaga Pemberdayaan
oleh pemerintah didalam
Msayarakat Desa Blanakan dalam
menentukan sebuah kebijakan
keikut sertaannya terlibat dalam
yang akan dikeluarkan sehingga
peningkatan kehidupan masyarakat
dapat dikatakan sesuai dengan
Pesisir Blanakan (nelayan) sebagai
kebutuhan masyarakatnya, dalam
bagian dari tugas pokok dan
hal ini adalah masyarakat pesisir
fungsinya.
(nelayan).
2. Untuk memberikan masukan bagi
pihak terkait baik Lembaga TINJAUAN PUSTAKA
Pemberdayaan Msayarakat Desa
1. Konsep Pemberdayaan
Maupun Pihak-pihak terkait
lainnya didalam upaya untuk Konsep pemberdayaan dalam
meningkatkan perekonomian wacana pembangunan masyarakat selalu
mandiri yang berasal dari desa dihubungkan dengan konsep mandiri,
(sektor Kelautan (Nekayan)). partisipasi, jaringan kerja, dan keadilan.
Pada dasarnya, pemberdayaan diletakkan
pada kekuatan tingkat individu dan sosial.
Menurut Hikmat (2006), pemeberdayaan

87
88

diartikan sebagai pemahaman secara ingin dicapai oleh sebuah perubahan


psikologis pengaruh kontrol individu sosial; yaitu masyarakat yang berdaya,
terhadap keadaan sosial, kekuatan politik, memiliki kekuasaan atau mempunyai
dan hak-haknya menurut undang-undang pengetahuan dan kemampuan dalam
(Hikmat, 2006). memenuhi kebutuhan hidupnya baik yang
bersifat fisik, ekonomi maupun sosial
Sementara itu menurut Suharto
seperti memiliki kepecayaan diri, mampu
(2005) Pemberdayaan merujuk pada
menyampaikan aspirasi, mempunyai mata
kemampuan orang, khususnya kelompok
pencaharian, berpartisipasi dalam kegiatan
rentan dan lemah sehingga mereka
sosial, dan mandiri dalam melaksanakan
memiliki kekuatan atau kemampuan dalam
tugas-tuagas kehidupannya. Menurut Ife
(a) memenuhi kebutuhan dasarnya
(1995), pemberdayaan memuat dua
sehingga mereka memiliki kebebasan
pengertian kunci, yakni kekuasaan dan
(freedom), dalam arti bukan saja bebas
kelompok lemah. Kekuasaan disini
dalam mengemukakan pendapat,
diartikan bukan hanya menyangkut
melainkan bebas dari kelaparan, bebas dari
kekuasaan politik dalam arti sempit,
kebodohan, bebas dari kesakitan; (b)
melainkan kekuasaan atau penguasaan
menjangkau sumber-sumber produktif
klien atas:
yang memungkinkan mereka dapat
meningkatkan pendapatannya dan 1) Pilihan-pilihan personal dan
memperoleh barang-barang dan jasa-jasa kesempatan-kesempatan hidup:
yang mereka perlukan; dan (c) kemampuan dalam membuat
berpartisipasi dalam proses pembangunan keputusan-keputusan mengenai
dan keputusankeputusan yang gaya hidup, tempat tinggal,
mempengaruhi mereka (Suharto, 2005). pekerjaan.

Pemberdayaan adalah sebuah 2) Pendefinisian kebutuhan,


proses dan tujuan. Sebagai proses, kemampauan menentukan
pemberdayaan adalah serangkaian kebutuhan selaras dengan
kegiatan untuk memperkuat kekuasaan aspirasi dan keiniginannya.
atau keberdayaan kelompok lemah dalam
3) Ide atau gagasan, kemampuan
masyarakat, termasuk individu-individu
mengekspresikan dan
yang mengalami masalah kemiskinan.
menyumbangkan gagasan dalam
Sebagai tujuan, maka pemberdayaan
merujuk pada keadaan atau hasil yang

88
89

suatu forum atau diskausi secara fisik, ekonomi maupun sosial, seperti
bebas tanpa tekanan. memiliki kepercaayan diri, mampu
menyampaikan aspirasi, mempunyai mata
4) Lembaga-lembaga, kemampuan
pencaharian, berpartisipasi dalam kegiatan
menjangkau, menggunakan da
sosial, dan mandiri dalam melaksanakan
mempegaruhi pranata-pranata
tugas-tugas kehidupannya. Pengertian
masyarakat, seperti lembaga-
pemberdayaan sebagai tujuan seringkali
lembaga sosial, pendidikan dan
digunakan sebagai indikator keberhasilan
kesehatan.
pemberdayaan sebagai sebuah proses.
5) Sumber-sumber; kemampuan
memobilisasi sumber-sumber 2. Konteks Masyarakat Nelayan
formal, informal dan
Secara geografis, masyarakat
kemasyarakatan.
nelayan adalah masyarakat yang hidup,
6) Aktivitas ekonomi, kemampuan
tumbuh, dan berkembang di kawasan
memanfaatkan dan mengelola
pesisir, yakni suatu kawasan transisi antara
mekanisme prodiuksi, distribusi,
wilayah darat dan wilayah laut. Sebagai
dan pertukaran barang serta jasa.
suatu sistem, masyarakat nelayan terdiri
7) Reproduksi, kemampuan dalam
atas kategori-kategori sosial yang
kaitannya dengan proses kelahiran,
membentuk kekuatan sosial. Mereka juga
perawatan anak, pendidikan dan
memiliki sistem nilai dan simbol-simbol
sosialisasi, dan tujan (Ife, 1995).
kebudayaan sebagai referensi perilaku
Sebagai proses, pemberdayaan mereka sehari-hari. Faktor budaya ini
adalah serangkaian kegiatan untuk menjadi pembeda masyarakat nelayan dari
memperkuat kekuasaan atau keberdayaan kelompok masyarakat lainnya. Sebagian
kelompok lemah dalam masyarakat, besar masyarakat pesisir, baik langsung
termasuk individu-individu yang maupun tidak langsung, menggantungkan
mengalami masalah kemiskinan. Sebagai kelangsungan hidupnya dari mengelola
tujuan, maka pemberdayaan menunjuk potensi sumberdaya perikanan. Mereka
pada keadaan atau hasil yang ingin dicapai menjadi komponen utama konstruksi
oleh sebuah perubahan sosial; yaitu masyarakat maritim Indonesia (Kusnadi,
masyarakat yang berdaya, memiliki 2009)
kekuasaan atau mempunyai kemampuan
Menurut Kusnadi, ada dua sebab
dan pengetahuan dalam memenuhi
yang menyebabkan kemiskinan nelayan,
kebutuhan hidupnya baik yang bersifat

89
90

yaitu sebab yang bersifat internal dan (4) penggunaan peralatan tangkap yang
bersifat eksternal. Kedua sebab tersebut tidak ramah lingkungan, (5) penegakan
saling berinteraksi dan melengkapi. Sebab hukum yang lemah terhadap perusak
kemiskinan yang bersifat internal berkaitan lingkungan, (6) terbatasnya teknologi
erat dengan kondisi internal sumber daya pengolahan hasil tangkapan pascapanen,
manusia nelayan dan aktivitas kerja (7) terbatasnya peluang-peluang kerja di
mereka. Sebab-sebab internal ini sektor non perikanan yang tersedia di desa-
mencakup masalah : (1) keterbatasan desa nelayan, (8) kondisi alam dan
kualitas sumber daya manusia nelayan, (2) fluktuasi musim yang tidak
keterbatasan kemampuan modal usaha dan memungkinkan nelayan melaut sepanjang
teknologi penangkapan, (3) hubungan tahun, dan (9) isolasi geografis desa
kerja (pemilik perahunelayan buruh) dalam nelayan yang mengganggu mobilitas
organisasi penangkapan yang dianggap barang, jasa, modal dan manusia (Kusnadi,
kurang menguntungkan nelayan buruh, (4) 2003).
kesulitan melakukan diversifikasi usaha
Selanjutnya Mulyadi, mengatakan
penangkapan, (5) ketergantungan yang
bahwa sesungguhnya, ada dua hal utama
tinggi terhadap okupasi melaut, dan (6)
yang terkandung dalam kemiskinan, yaitu
gaya hidup yang dipandang boros sehingga
kerentanan dan ketidakberdayaan
kurang berorientasi ke masa depan. Sebab
(Mulyadi, 2007). Dengan kerentanan yang
kemiskinan yang bersifat eksternal
dialami, orang miskin akan mengalami
berkaitan dengan kondisi di luar diri dan
kesulitan untuk menghadapi situasi
aktivitas kerja nelayan. Sebab-sebab
darurat. Ini dapat dilihat pada nelayan
eksternal ini mencakup masalah : (1)
perorangan misalnya, mengalami kesulitan
kebijakan pembangunan perikanan yang
untuk membeli bahan bakar untuk
lebih berorientasi pada produktivitas untuk
keperluan melaut. Hal ini disebabkan
menunjang pertumbuhan ekonomi nasional
sebelumnya tidak ada hasil tangkapan
dan parsial, (2) sistim pemasaran hasil
yang bisa dijual, dan tidak ada dana
perikanan yang lebih menguntungkan
cadangan yang dapat digunakan untuk
pedagang perantara, (3) kerusakan
keperluan yang mendesak. Hal yang sama
ekosistem pesisir dan laut karena
juga dialami oleh nelayan buruh, mereka
pencemaran dari wilayah darat, praktik
merasa tidak berdaya dihadapan para
penangkapan dengan bahan kimia,
juragan yang telah mempekerjakannya,
pengrusakan terumbu karang, dan
konservasi hutan bakau di kawasan pesisir,

90
91

meskipun bagi hasil yang diterimanya masalah politik, sosial dan ekonomi yang
dirasakan tidak adil. kompleks. Masalah-masalah tersebut
diantaranya adalah sebagai beikut: (1)
Keterbatasan kepemilikan aset
kemiskinan, kesenjangan sosial, dan
adalah ciri umum masyarakat nlayan yang
tekanan-tekanan ekonomi yang datang
miskin, hal ini tergambar dari kondisi setiap saat, (2) keterbatasan akses modal,
rumah. Rumah nelayan terletak di pantai, teknologi dan pasar, sehingga
di pinggir jalan kampung umumnya mempengaruhi dinamika usaha, (3)
merupakan bangunan non parmenen atau kelemahan fungsi kelembagaan sosial
semi parmenen, berdinding bambu, ekonomi yang ada, (4) kualitas SDM yang
berlantai tanah, ventilasi rumah kurang rendah sebagai akibat keterbatasan akses
baik sehingga sehari-hari bau anyir ikan pendidikan, kesehatan,dan pelayanan
menyengat dan meskipun siang hari, di publik, (5) degradasi sumberdaya
dalam rumah cukup gelap, sementara juru lingkungan, baik di kawasan pesisir, laut
mudi atau juragan jauh lebih baik maupun pulau-pulau kecil, dan (6) belum
berbentuk parmenen (Siswanto, 2008). kuatnya kebijakan yang berorientasi pada
kemaritiman sebagai pilar utama
Sebagai suatu masyarakat yang
pembangunan nasional (Kusnadi, 2009).
tinggal di kawasan pesisir, masyarakat
nelayan mempunyai karakteristik sosial Masalah-masalah di atas tidak
tersendiri yang berbeda dengan masyarakat berdiri sendiri, tetapi saling terkait satu
yang tinggal di daratan. Di beberapa sama lain. Misalnya, masalah kemiskinan.
kawasan pesisir yang relatif berkembang Masalah ini disebabkan oleh
pesat, struktur masyarakatnya bersifat hubunganhubungan korelatif antara
heterogen, memiliki etos kerja tinggi, keterbatasan akses, lembaga ekonomi
solidaritas sosial yang kuat, serta terbuka belum berfungsi, kualitas SDM rendah,
terhadap perubahan dan interaksi sosial. degradasi sumber daya lingkungan. Karena
Sekalipun demikian, masalah kemiskinan itu persoalan penyelesaian kemiskinan
masih mendera sebagaian masyarakat dalam masyarakat pesisir harus bersifat
pesisir, sehingga fakta sosial ini terkesan integralistik. Kalaupun harus memilih
ironi di tengah-tengah kekayaan sumber salah satu faktor sebagai basis
daya pesisir dan lautan (Kusnadi,2009). penyelesaian persoalan kemiskinan,
pilihan ini benar-benar menjangkau faktor-
Seperti juga masyarakat yang lain,
faktor yang lain atau menjadi motor untuk
masyarakat nelayan menghadapi sejumlah

91
92

mengatasi masalah-masalah yang lain. Nelayan dapat didefinisikan pula


Pilihan demikian memang sulit dilakukan, sebagai orang atau komunitas orang yang
tetapi harus ditempuh untuk secara keseluruhan atau sebagian dari
mengefisienkan dan mengoptimalkan hidupnya tergantung dari kegiatan
sumberdaya yang tersedia yang memang menangkap ikan. Beberapa kelompok
terbatas. nelayan memiliki beberapa perbedaan
dalam karakteristik sosial dan
3. Pengertian dan Penggolongan
kependudukan. Perbedaan tersebut dapat
Nelayan
dilihat pada kelompok umur, pendidikan
Nelayan adalah suatu kelompok status sosial, dan kepercayaan. Dalam satu
masyarakat yang kehidupannya tergantung kelompok nelayan juga sering ditemukan
langsung pada hasil laut, baik dengan cara perbedaan kohesi internal, dalam
melakukan penangkapan ataupun budi pengertian hubungan diantara sesama
daya. Mereka pada umumnya tinggal nelayan maupun di dalam
dipantai, sebuah lingkungan pemukiman hubunganbermasyarakat (Widodo dan
yang dekat dengan lokasi kegiatannya Saudi, 2006).
(Mulyadi, 2007). Nelayan identik dengan
Menurut Charles, kelompok
keterbatasan aset, lemahnya kemampuan
nelayan dapat dibagi empat kelompok
modal, posisi tawar dan akses pasar
yaitu: (1) nelayan subsisten (subsistence
(Siswanto, 2008). Sesungguhnya, nelayan
fishers), yaitu nelayan yang menangkap
bukanlah suatu entitas tunggal, mereka
ikan hanya untuk memenuhi kebutuhan
terdiri dari beberapa kelompok. Dilihat
sendiri, (2) nelayan asli
dari segi pemilikan alat tangkap, nelayan
(native/indigenous/aboriginal fishers),
dapat dibedakan menjadi tiga kelompok,
yaitu nelayan yang sedikit banyak
yaitu nelayan buruh, nelayan juragan, dan
memiliki karakter yang sama dengan
nelayan perorangan. Nelayan buruh adalah
kelompok pertama, namun memiliki juga
nelayan yang bekerja dengan alat tangkap
hak untuk melakukan aktivitas secara
milik orang lain. Sebaliknya, nelayan
komersial walaupun dalam skala yang
juragan adalah nelayan yang memiliki alat
sangat kecil, (3) nelayan rekreasi
tangkap yang dioperasikan oleh orang lain.
(recreational/sport fishers), yaitu orang-
Adapun nelayan perorangan adalah
orang yang secara prinsip melakukan
nelayan yang memiliki peralatan tangkap
kegiatan penangkapan hanya sekadar
sendiri, dan dalam pengoperasiannya tidak
untuk kesenangan atau berolah raga, dan
melibatkan orang lain (Mulyadi, 2007)

92
93

(4) nelayan komersial (commercial kemiskinan. Begitu miskinnya, masyarakat


fishers), yaitu mereka yang menangkap nelayan sering disebut kelompok miskin di
ikan untuk tujuan komersial atau anatara yang miskin (the poorest of the
dipasarkan baik untuk pasar domestik poor). Kecuali mereka diberdayakan, ada
maupun pasar ekspor (Charles, 2001). yang mengangkat mereka berupa
memberikan daya dan kekuatan dari luar
Disamping pengelompokan
mereka, maka mereka bias keluar dari
tersebut, terdapat beberapa terminologi
kemiskinan. Jika tidak, kemiskinan itu
yang sering digunakan untuk
akan tetap ada di antara mereka.
menggambarkan kelompok nelayan,
Kemiskinan itu akan makin parah,
seperti nelayan penuh untuk mereka yang
menciptakan kemelaratan massal, dalam
menggantungkan keseluruhan hidupnya
berbagai segi dan bidang kehidupan.
dari menangkap ikan; nelayan sambilan
Diawali dengan kemiskinan secara
untuk mereka yang hanya sebagian dari
ekonomi, seterusnya berkembang menjadi
hidupnya tergantung dari menangkap ikan;
kemiskinan dan kemelaratan sosial,
juragan untuk mereka yang memiliki
budaya, hukum, dan paada akhirnya
sumberdaya ekonomi untuk usaha
kemiskinan dalam politik, Suara mereka
perikanan seperti kapal dan alat tangkap;
tidak ada harganya. Dapat dibeli dan dijual
dan anak buah kapal untuk mereka yang
dengan harga murah. Ketika suara mereka
mengalokasikan waktunya dan
sudah terbeli, mereka tidak ada apa-apanya
memperoleh pendapatan dari hasil
lagi. Hanya hidup itu sendiri yang mereka
mengoperasikan alat tangkap ikan, seperti
punyai. Hidup yang bermakna bagi mereka
kapal milik juragan (Widodo dan Suadi,
sendiri (Dault, 2008)
2006).
Menurut Hikmat, mengemukakan
4. Alasan Pemberdayaan Nelayan
bahwa pemberdayaan dapat merupakan
Nelayan tradisional adalah salah satu upaya untuk mengaktualisasikan
masyarakat kecil, masyarakat miskin yang potensi yang sudah dimiliki oleh
sudah ada sejak zaman dulu. Salah satu masyarakat (Hikmat, 2006). Dengan kata
alasan kemiskinan ini adalah rendah lain, keberhasilan pemberdayaan
produktivitas dan pendapatan nelayan. masyarakat dalam konteks pembangunan
Secara struktur, nelayan terkungkung antara lain bermakna bahwa suatu
dalam kemiskinan. Nelayan tidak berdaya masyarakat tersebut menjadi bagian dari
dan tidak punya kekuatan untuk keluar dari pelaku pembangunan itu sendiri. Berbagai

93
94

aspek yang perlu diperhatikan dalam menentukan keberhasilan pemberdayaan


pemberdayaan masyarakat, antara lain secara berkelanjutan. Tanpa kemandirian
bagaimana suatu inovasi yang lebih maju akan sulit dicapai kesejahteraan sosial.
dapat bermanfaat bagi masyarakat, Unsur-unsur kemandirian masyarakat
bagaimana budaya lokal (termasuk tersebut ditentukan oleh kemampuan
kearifan lokal), bagaimana pula ekonomi yang dimiliki, kapasitas politik
mekanisme pelaksanaan dan pembiayaan pembangunan, dan memegang teguh
pembangunan tersebut. prinsip-prinsip sosial yang diyakini bisa
menciptakan tata kehidupan yang lebih
Atas dasar uraian di atas,
baik (Kusnadi, 2009).
pemberdayaan masyarakat nelayan sangat
diperlukan. Pemberdayaan masyarakat 5. Pemberdayaan Masyarakat
nelayan diartikan sebagai usaha-usaha Secara Partisipasi
sadar yang bersifat terencana, sistematik,
Lahirnya pemikiran pembangunan
dan berkesinambungan untuk membangun
partisipasi dilatarbelakangi oleh program,
kemandirian sosial, ekonomi dan politik
proyek, dan kegiatan pembangunan
masyarakat nelayan dengan mengelola
masyarakat yang datang dari atas atau dari
potensi sumberdaya yang mereka miliki
luar komunitas. Faktanya, konsep
untuk mencapai keejahteraan sosial yang
pembangunan ini sering gagal dan tidak
bersifat berkelanjutan. Kemandirian
sesuai dengan kebutuhan masyarakat lokal.
masyarakat sangat diperlukan untuk
Para praktisi pembangunan juga sering
meningkatkan posisi tawar (bergaining
mengalami frustasi terhadap kegagalan
position) mereka dalam pembangunan
program tersebut. Karena itu, reorientasi
kawasan dan pemanfaatan sumberdaya
terhadap strategi pembangunan masyarakat
lingkungan. Dengan demikian, diharapkan
adalah keniscayaan. Kemunculannya lebih
pada masa mendatang masyarakat nelayan
mengedepankan partisipasi dan
menjadi subyek pembangunan di
pemberdayaan masyarakat sebagai strategi
daerahnya dan kawasan pesisir memiliki
dalam pembangunan masyarakat. Untuk
perkembangan ekonomi
itu, diperlukan seperangkat teknik-teknik
yang dinamis. Program pemberdayaan yang dapat menciptakan kondisi adanya
harus bisa mendorong terciptanya keberdayaan masyarakat melalui proses
mobilitas vertikal masyarakat nelayan pemberdayaan masyarakat secara
(Satria, 2001). Kemandirian masyarakat partisipatif (Hikmat, 2006).
nelayan merupakan tahapan yang sangat

94
95

Pemberdayaan dan partisipasi adalah membiarkan semangat wiraswasta


merupakan hal yang menjadi pusat tumbuh dalam kehidupan masyarakat
perhatian dalam proses pembangunan berani mengambil resiko, berani bersaing,
belakangan ini di berbagai negara. menumbuhkan semangat untuk bersaing,
Kemiskinan yang terus melanda dan dan menemukan hal-hal baru (inovasi)
menggerus kehidupan umat manusia akibat melalui partisipasi masyarakat. Strategi
resesi internasional yang terus bergulir dan pembangunan meletakkan paartisipasi
proses restrukturisasi, agen-agen nasional- masyarakat sebagai fokus isu sentral
internasional, serta negara-negara setempat pembangunan saat ini. Partisipasi
menunjukkan perhatian yang sangat besar masyarakat di negara-negara dunia ketiga
terhadap strategi partisipasi masyarakat merupakan strategi efektif untuk mengatasi
sebagai sarana percepatan proses masalah urbanisasi dan industrialisasi
pembangunan. Karena itu perlu ditekankan (Craig dan Mayo, 1995).
peningkatan tentang pentingnya
Sementara itu, strategi
pendekatan alternatif berupa pendekatan
pemberdayaan meletakkan partisipasi aktif
pembangunan yang diawali oleh proses
masyarakat ke dalam efektivitas, efisiensi,
pemberdayaan masyarakat lokal (Craig
daan sikap kemandirian. Secara khusus,
dan Mayo, 1995).
pemberdayaan dilaksanakan melalui
Pemberdayaan dan partisipasi kegiatan kerja sama dengan para
merupakan strategi yang sangat potensial sukarelawan, bukan bersumber dari
dalam rangka meningkatkan ekonomi, pemerintah, tetapi dari LSM, termasuk
sosial dan transformasi budaya. Proses ini, organisasi dan pergerakan masyarakat
pada akhirnya, akan dapat menciptakan (Hikmat, 2006).
pembangunan yang lebih berpusat pada
Dikatakan juga bahwa partisipasi
rakyat. Salah satu agen internasional, Bank
masyarakat melalui LSM, saat ini
Dunia misalnya, percaya bahwa partisipasi
merupakan kunci partisipasi efektif untuk
masyarakat di negara dunia ketiga
mengatasi masalah kemiskinan. Dengan
merupakan sarana efektif untuk
cara ini, masyarakat kecil (kelompok
menjangkau masyarakat termiskin melalui
grassroot) dapat memperoleh keadilan,
upaya pembangkitan semangat hidup
hak asasi manusia, dan demokrasi. Kini,
untuk dapat menolong diri sendiri
pemberdayaan masyarakat miskin sudah
(Hikmat, 2006). Dalam hal ini cara terbaik
menjadi slogan umum. Dalam bidang
untuk mengatasi masalah pembangunan
pembangunan dan partisipasi masyarakat,

95
96

pemberdayaan merupakan hal penting bagi Di dalam mencari jawaban


negara-negara yang belum berkembang penelitian ini, peneliti menggunakan teori
dan miskin di bagian Utara dan Selatan. yang di sampaikan oleh Suhendra, yaitu
(Hikmat, 2006) mengemukakan pula sebagai Berikut : Menyatakan bahwa
bahwa partisipasi masyarakat dalam terdapat metode partisipatori assessment
melaksanakan gerakan pembangunan (MPA) yang terdiri dari 4 langkah
harus selalu di dorong dan (Suhendra, 2006) :
ditumbuhkembangkan secara bertahap,
1. Menemukan Masalah
mantap dan berkelanjutan. Jiwa partisipasi
a. Masalah Individu, kelompok,
masyarakat adalah semangat solidaritas
dan masyarakat yang dihadapi
sosial, yaitu hubungan sosial yang selalu
b. Klasifikasi kesejahteraan
didasarkan pada perasaan moral,
masyarakat setelah pelaksanaan
kepercayaan dan cita-cita bersama. Karena
pemberdayaan
itu seluruh warga masyarakat harus selalu
2. Menemukan dan mengenali
bekerjasama, bahu membahu, saling
potensi-potensi yang dimiliki
membantu dan mempunyai komitmen
a. Adanya sarana dan prasarana
moral dan sosial yang tinggi dalam
b. Adanya pelayanan yang baik
masyarakat. Sementara itu pendapat lain
dari pemerintah swasta maupun
yang menyatakan tentang political will
lsm dalam kegiatan
pemerintah yang juga harus tuntas dalam
pemberdayaan usaha.
menangani kemiskinan masyarakat pantai
3. Mengenali masalahan dan potensi
(termasuk nelayan), termasuk pembinaan
a. Mencari penyebab timbulnya
keluarga nelayan (anak dan isteri).
masalah dalam pemberdayaan
Penanganan yang dilakukan melalui
b. Mencari faktor pendukung dan
pendekatan partisipasif dapat
faktor penghambat dalam
membangkitkan peran kelompok
kegiatan pemberdayaan.
masyarakat nelayan sehingga kelompok
4. Memiliki solusi pemecahan
tersebut menjadi mandiri dan harmonis
masalah
terhadap mitra usaha (lembaga ekonomi
a. Memberikan pelatihan
dan keuangan) dan dapat terwujudnya
b. Memberikan program
kesejahteraan masyarakat pesisir yang
kemitraan
kemudian menyumbangkan potensi
c. Memberikan pembinaan
pendapatan negara dan dapat disejajarkan
d. Memberikan pengawasan
dengan sektor perekonomian yang lainnya.

96
97

Dimana peneliti berasumsi dengan mengetahui dan memahami dengan


teori tersebut akan memudahkan peneliti mengumpulkan serta mengklasifikasikan
untuk menemukan sebuah jawaban data dan informasi secara mendalam
penelitian, walaupun memang diawal mengenai proses penyampaian informasi.
disampaikan bahwasannya konsepan Kedalaman data dan informasi
pemberdayaan yang ada sudah dijelaskan, tersebut kemudian digunakan untuk
namun teori ini hanya mempermudah menganalisa, menginterpretasi dan
peneliti didalam mencari sebuah jawaban menjelaskan fenomena dan makna dari
penelitian. Namun dari ke 4 poin tersebut realitas tentang transformasi komunikasi
di atas peneliti hanya menggunakan 3 poin proses pemberdayaan yang dilakukan oleh
saja, karena poin terakhir (poin ke 4) Lembaga Pemberdayaan Msayarakat Desa
peneliti simpan sebagai bahan untuk kepada Nelayan. Oleh karenanya, ada
melakukan penelitian selanjutnya, artinya beberapa langkah yang ditempuh yakni: 1)
penelitian ini hanya baru sebatas mencari mengidentifikasi sumber informasi dalam
tahu sejauh mana proses pemberdayaan hal ini BPD guna menemukan topik dan
yang dilakukan ( ada atau tidak) dan juga rumusan masalah. 2) Field work (kerja
untuk melihat apa saja faktor-faktor yang lapangan) yang meliputi kegiatan
membuat pemberdayaan ini berjalan atau mencatat, mengamati, mendengarkan,
tidak berjalan. Karena peneliti berasumsi mengumpulkan bahan dan menangkap
bahwasannya ketika proses pemberdayaan semua fenomena, data dan
ini tidak berjalan dan dapat ditemukan informasitentang kasus yang diteliti. 3)
faktor penghambatnya, maka dengan menginterpretasi data dan informasi yang
adanya pemenitian ini diharapkan diperoleh serta hasil observasi. 4)
dicarikan sebuah solusi untuk menjadikan Memaparkan hasil studi dalam bentuk
disain pemberdayaan yang baik dilakukan laporan atau karya ilmiah (Salim, 2006).
diwilayah ini. Dalam menunjang penjaringan
informasi, peneliti menjadikan setiap pihak
METODE PENELITIAN
yang dapat memberikan informasi dan data
1. Tipe Penelitian. sebagai informan. Dalam rancangan
penelitian, informan yang akan dipilih dan
Tipe penelitian yang digunakan
telah diwawancarai dalam penelitian ini
dalam penelitian ini dengan pendekatan
adalah orang yang dipandang memiliki
kualitatif. Dengan rancangan desain seperti
akses informasi yang terdiri dari tokoh-
ini, calon peneliti berupaya untuk
tokoh masyarakat, Nelayan, Pemerintah

97
98

Desa (BPD) dan Kecamatan, Lembaga informan yang memiliki akses


Swadaya Masyarakat, dan lembaga- informasi. Pertanyaan yang akan
lembaga lain yang terkait dengan digunakan pun bersifat terbuka,
penelitian ini. artinya jawaban atas sebuah
pertanyaan dapat diikuti dengan
2. Metode Pengumpulan Data
pertanyaan turunan lainnya guna
Model penelitian yang digunakan memperdalam fokus penelitian.
dalam penelitian ini adalah dengan Wawancara dengan informan pun
menggunakan metode deskriptif dengan dilakukan secara informal dengan
pendekatan kualitatif. Semua data yang tujuan agar sang informan tidak
dikumpulkan dapat memungkinkan kaku sehingga dapat memberikan
menjadi sebuah jawaban atas apa yang data dan informasi sebanyak
dipertanyakan didalam penelitian mungkin mengenai kasus yang
(Moloeng,lelexy 2007). mendefinisikan mereka ketahui, alami dan
penelitian kualitatif adalah : “penelitian rasakan.
yang bermaksud untuk memahami 2. Pengamatan (observation)
fenomena tentang apa yang dialami oleh
Dalam penelitian ini, juga akan
subjek penelitian, misalnya perilaku,
dilakukan kegiatan atau aktifitas
persepsi, motivasi, tindakan-tindakan dan
pengamatan secara langsung
lain-lain”. Dan dengan cara deskrifsi
wilayah terhadap rangkaian
dalam bentuk kata-kata dan bahasa, pada
aktifitas kehidupan para pelajar
suatu konteks khusus yang alamiah dengan
dan mahsiswa di dalam asrama
memanfaatkan berbagai metode ilmiah.
atau pemondokan. Observasi ini
Didalam penelitian ini meliputi 3 (tiga)
menjadi penting bagi Penelit i
hal dalam mengumpulkan data dan
karena data dan informasi yang
informasi yang dapat menjelaskan
diperoleh dari informan tidak
permasalahan penelitian. Ketiga teknik
semuanya dapat menjawab
tersebut adalah :
pertanyaan penelitian. Selain itu,
1. Wawancara mendalam
kemungkinan subyektivitas dari
Teknik ini digunakan untuk informan selalu ada sehingga
memperoleh data dan informasi dibutuhkan kejelian pengamatan
sebanyak mungkin melalui tanya- untuk membantu menjawab
jawab (dialog) dengan para pertanyaan penelitian.

98
99

3. Studi dokumentasi dan non statistik. Apabila kemudian terdapat


kepustakaan data-data yang bersifat kuantitatif, maka
hal tersebut sesungguhnya hanya
Selain itu, calon peneliti juga akan
digunakan untuk mempermudah analisa
menjaring data dan informasi dari
dan penafsiran peneliti untuk menjawab
beberapa dokumen dan literatur
pertanyaan penelitian.
tentang obyek penelitian.
Berangkat dari argumen tersebut
Dokumen dan literatur dimaksud
maka ada 3 (tiga) model analisis data yang
berupa laporan-laporan
akan digunakan yakni :
Pemerintah Daerah, dokumen
1. Reduksi data yaitu pemilihan,
Sikon Kantrantibmas dari
penyederhanaan data, penafsiran,
Kepolisian setempat, dokumen
pengabstrakan dan transformasi data.
lainnya termasuk koran, jurnal
2. Penyajian data yaitu penyusunan
dan catatan calon peneliti.
kembali data dan informasi yang telah
3. Sumber Data diperoleh kedalam suatu bentuk yang
lebih sederhana.
Sumber data dalam penelitian ini
adalah : 3. Penarikan kesimpulan yaitu
penyusunan kesimpulan dari hasil
1. Sumber data utama diperoleh melalui
analisa sebelumnya yang disesuaikan
wawancara dengan informan dan
dengan pertanyaan penelitian.
pengamatan langsung di lapangan.
5. Lokasi Penelitian.
2. Sumber data tambahan diperoleh
dengan mempelajari bahan-bahan Lokasi yang akan peneliti pilih
tertulis yakni beberapa dokumen yang sebagai tempat penelitian adalah Lembaga
berkaitan dengan masalah penelit ian Pemberdayaan Msayarakat Desa Blanakan,
ini (Moloeng, lelexy, 2007). Kecamatan Blanakan, Kabupaten Subang,
Provinsi Jawa Barat.
4. Teknik Pengolahan Data
6. Populasi dan Sampling
Sehubungan dengan pendekatan
yang digunakan dalam penelitian ini yakni Populasi dalam penelitian atau
pendekatan kualitatif, maka dalam kajian ini adalah Para Nelayan Dan
menganalisis data, peneliti tidak Lembaga Pemberdayaan Msayarakat Desa
menggunakan uji statistik melainkan uji Blanakan, dengan teknik pengambilan

99
100

sampel yang dilakukan secara purposive ketua BPD), 15 Orang nelayan yang
sampling. Artinya, informan yang akan diambil dari jumlah keseluruhan anggota
dijadikan sampel tergantung pada tujuan nelayan 120 orang (KUD Mina Fajar
penelitian, adapun unit analisis atau Sidik Blanakan, 2013), yang mana 20
informan dalam kajian atau penelitian ini orang terasuk kedalam nelayan pemilik
terdiri dari: perahu dan sisanya nelayan buruh dan
yang dijadikan sebagai calon informan
1. Elemen Pemerintahan Desa, yang
dalam penelitian ini adalah 3 orang
dalam hal ini adalah Lembaga
nelayan pemilik perahu dan 12 orang
Pemberdayaan Msayarakat Desa
nelayan buruh. 5 orang yang bergerak
Blanakan.
dibidang kelautan (pengurus Koperasi dan
2. Elemen Masyarakat, yang para tokoh masyarakat). Namun dari
meliputi Nelayan, Tokoh jumlah informan yang akan dijadikan
Masyarakat, Tokoh Agama, sebagai objek penelitian ini tidak menutup
Tokoh Pemuda, dan berbagai kemungkinan akan bertambah, hal ini lebih
organisasi yang bergerak di dikarenakan untuk menyempurnakan data-
bidang Perikanan, dll). data yang ingin di cari dalam hal proses
pemberdayaan yang dilakukan oleh
Penentuan informan atau
pemerintah (BPD) didalam proses
responden dari kedua elemen tersebut
peningkatan tarap perekonomian
tidak ditentukan secara spesifik, melainkan
masyarakat pesisir, dalam hal ini
dilakukan Snowbowling, sehingga
masyarakat nelayan. Adapun untuk
diharapkan diperoleh data seakurat
pedoman wawancara tercantum dalam
mungkin. Namun didalam proses
lampiran 2.
pencarian data melalui wawancara ini akan
ditentuka jumlah inforam, diantaranya
adalah Pemerintah desa (Kepala desa dan

100
101

7. Diagram Tahapan Penelitian 8. Jadwal Pelaksanaan

Jadwal pelaksanaan penelitian ini


ditetapkan selama 360 ( tiga ratus enam
puluh ) hari kerja atau kurang lebih selama
6 ( Enam ) bulan, dengan tahapan dan
rincian kegiatan sebagai berikut :

HASIL PENELITIAN DAN


PEMBAHASAN

1. Hasil Penelitian
1.1. Gambaran umum Desa Blanakan
1.1.1. Keadaan Geografis
Desa Blanakan adalah satu dari 9
desa yang terletak di kecamatan balanakan
kabupaten Subang, dimana desa ini
memiliki potensi kelautan dan perikanan
yang sangat baik dibandingkan dengan 8
desa lainnya. Dimana di desa ini terdapat

101
102

sebuah pemukiman nelayan dan lahan 3,564 Ha dan Luas Tanah Tambak sekitar
pertambakan yang sangat luas. Tidak 331 Ha.
semua masyarakat di desa ini berprofesi 1.1.2. Keadaan Demografi
sebagai nelayan, karena didaerah ini selain Jumlah penduduk desa Blanakan
lahan tambah yang luas desa ini juga berdasarkan data desa Blanakan tahun
memiliki lahan pertanian yang juga sangat 2014 adalah 12.054 Orang (Pendataan
luas. Desa Blanakan secara administrative Profil Desa/Kelurahan Desa
berbatasan memiliki perbatasan sebagai Blanakan,2014). Terdiri dari jenis kelamin
berikut : laki-laki 6.584 orang dan perempuan 5.470
 Sebelah Utara : Laut Jawa orang. Kemudian untuk jumlah kepala
 Sebelah Selatan : Desa keluarga di desa blanakan adalah sebanyak
Ciasem Baru ( Kec. Ciasem) 3.600 kepala keluarga. Kepadatan
 Sebelah Timur : Desa penduduk di desa blanakan rata-rata 9.00/
Langgensari (Kec. Blanakan) Km. dari total jumlah penduduk yang
 Sebelah Barat : Desa 11.300 orang sekitar 3,176 (KUD Mina
Jayamukti (Kec. Blanakan) Fajar Sidik Blanakan, 2013) adalah
Letak wilayah yang berbatasan keluarga nelayan dan 315 penduduk
langsung dengan laut jawa memberikan berprofesi sebagai nelayan (Anggota Aktif
sebuah keuntungan bagi penduduk desa KUD Mina Fajar Sidik Blanakan, 2014).
blanakan untuk dapat memanfaatkan Berdasarkan data yang telah di
potensi kelautan didalam membantu peroleh dari hasil laporan pendataan profil
meningkatakan kehidupan khususnya desa blanakan tahun 2014 untuk jumlah
dalam bidang perekonomian, dimana penduduk berdasarkan usia dan
wilayah indonesia yang merupakan negara kesejahteraan dapat dijelaskan pada uraian
kedua yang memiliki garis pantai berikuit ini :
terpanjang didunia setelah kanada yaitu 1.1.2.1. Penduduk berdasarkan
81.000 Km memiliki potensi kelautan Usia dan kesejahteraan
yang dapat dimanfaatkan bagi penduduk Data tentang penduduk
yang berada di wilayah pantai tersebut. berdasarkan usia dan kesejahteraan ini erat
Luas wilayah desa Blanakan yaitu sekitar : hubungannya dengan tenaga kerja
980,460 Ha, dimana secara produktif. komposisi penduduk
penggunaannya dibagi kedalam : luas berdasarkan usia merupakan komponen
tanah pemukiman 156,329 Ha, luas tanah penting karena dapat mengetahui
persawahan 424,065 Ha, luas perkantoran karakteristik penduduk dan angka beban

102
103

kerja, selain itu data komposisi penduduk 1.1.3 Keadaan Sosial Ekonomi
berdasarkan usia dapat pula dimanfaatkan Desa Blanakan
untuk analisis jumlah angkatan kerja pada Keadaan sosial ekonomi desa
daerah tertentu atau dapat juga diketahui blanakan dapat dilihat dari jumlah
fasilitas kesehatan dan pendidikan yang penduduk menurut mata pencaharian
diperlukan di suatu daerah. penduduk, dimana ini sangat erat
Penduduk daerah penelitian di desa hubungannya dengan lingkungan dimana
blanakan berdasarkan usia dan dia tinggal. Lingkungan sangat
kesejahteraan dapat dilihat dari table di mempengaruhi tingkat mata pencahariandi
bawah ini : suatu tempat, dimana jika lingkungan
pedesaan maka mata pencaharian yang
akan dominan di wilayah ini adalah
pertanian dan perikanan (jika wilayah
pedesaan pesisir). Komposisi penduduk
berdasarkan mata pencaharian di desa
Blanakan dapat dilihat pada table berikut
ini

Dari tebel jumlah penduduk


berdasarkan usia dan kesejahteraan
penduduk, dapat dikatakan desa blanakan
sebagai desa yang kurang produktif
bekerja. Ini dapat dilihat dari table diatas,
dimana ibu rumahtangga mendominasi.
namun iburumah tangga di desa ini
memiliki kegiatan atau bekerja tidak penuh
waktu, artinya ibu-ibu di desa ini juga ikut
didalam kegiatan perekonomian walaupun
tidak penuh (Pagi sampai Siang hari atau
setengah hari).

103
104

1.1.4 Keadaan Sosial Budaya Desa


Blanakan
Keadaan sosial budaya desa
blanakan dapat dilihat dari jumlah
penduduk berdasarkan pendidikan,
pemelukan agama, dan penduduk menurut
kesehatan. Pendidikan merupakan hal
terpenting didalam sebuah proses
pembangunan di suatu wilayah, karena
tingkat kemandirian suatu wilayah juga
dapat dilihat dari tingkat pendidikan
masyarakatnya. Pendidikan juga memiliki
peranan penting dan strategi didalam
meningkatkan tarap kehidupan Dalam hal pemelukan agama,
perekonomian dan didalam meningkatkan warga desa Blanakan memeluk agama
sumber daya manusia suatu masyarakat Islam. Artinya secara kepercayaan atau
disuatu tempat. agama warga Desa Blanakan tidak
Pendidikan dijadikan salah satu beragam atau hanya ada pemeluk agama
pertimbangan penting didalam suatu islam saja. Sedangkan dalam hal Prasarana
institusu yang mampu menyediakan tenaga kesehatan desa blanakan dapat dikatakan
kerja yang sesauai dengan keahlian dan sudah memadai, dimana didesa ini terdapat
bahkan mempersiapkan masyarakat Puskesmas dan klinik. Hal ini di harapkan
dengan keterampilan-keterampilan yang di mampu mengingkatkan kesehatan
peroleh sehingga mampu membuka dan masyarakat di desa Blanakan. Selain
memperluas lapangan pekerjaan, atau Puskesmas dan klinik ada beberapa
bahkan dapat menumbuhkembangkan pasilitas kesehatan yang lain yang terdapat
potensi yang sudah dimiliki suatu wilayah di desa Blanakan, hal ini dapat dilihat
menjadi sebuah proses modernisasi. dalam table di bawah ini :
Komposisi penduduk berdasarkan
tingkat pendidikan di desa Blanakan ini
dapat dilihat pada table 4.3 penduduk
berdasarkan tingkat pendidikan.

104
105

pemberdayaan masyarakat pesisir


(nelayan) di desa Blanakan kabupaten
Subang oleh pemerintah desa, menurut
(Suhendra, 2006), yaitu sebagai Berikut :
Menyatakan bahwa terdapat
metode partisipatori assessment (MPA)
yang terdiri dari 4 langkah :

1. Menemukan Masalah
2 Pembahasan a. Masalah Individu, kelompok,
dan masyarakat yang dihadapi,
Dalam sub bab ini peneliti akan
b. Klasifikasi kesejahteraan
mengemukakan hasil penelitian yang
masyarakat setelah pelaksanaan
dilakukan dengan tema Pemberdayaan
pemberdayaan
masyarakat pesisir (nelayan) desa
2. Menemukan dan mengenali
blanakan, kecamatan blanakan, kabupaten
potensi-potensi yang dimiliki
subang jawa barat. Berdasarkan
a. Adanya sarana dan prasarana
permasalahan yang telah dikemukakan
b. Adanya pelayanan yang baik
dalam bab 1 dimana peneliti ingin
dari pemerintah swasta
mengetahui sejauh mana peranan lembaga
maupun lsm dalam kegiatan
pemberdayaan masyarakat desa, desa
pemberdayaan usaha.
blanakan didalam memberdayakan
3. Mengenali masalahan dan potensi
masyarakatnya (khususnya Nelayan).
a. Mencari penyebab timbulnya
Dalam hal ini peneliti membagi masalah dalam pemberdayaan,
dua informan, dimana informan dari pihak b. Mencari faktor pendukung dan
desa (LPMDes ataupun pihak desa) faktor penghambat dalam
dengan masyarakat nelayan. Hal ini kegiatan pemberdayaan.
dilakukan agar penelitian ini dapat 4. Memiliki solusi pemecahan
berkembang dengan baik dan dapat masalah
memaksimalkan data-data yang dihasilkan. a. Memberikan pelatihan
Sehingga diharapkan mendapatkan hasil b. Memberikan program
penelitian yang lebih maksimal. Adapun kemitraan
dinemsi dan indikator yang digunakan c. Memberikan pembinaan
peneliti sebagai tolak ukur dalam d. Memberikan pengawasan

105
106

2.1. Menemukan Masalah Dimana koperasi dibawah dinas


2.1.1. Masalah Individu, kelautan dan perikanan
kelompok, dan masyarakat yang berkoordinasi langsung kesana,
dihadapi. namun ketika ada sebuah
permasalahan yang berkaitan
Dari hasil wawancara yang
tentang pemberdayaan ataupun
dilakukan peneliti mendapatkan 6
permasalahan lain yang berkaitan
informan yang pada hasilnya semua
dengan nelayan ataupun yang
informan hampir mendekati
lainnya ini jelas adalah
kesimpulan yang sama walaupun
kewenangan dari pemerintah desa.
dalam tanggapan yang berbeda-beda.
Dengan kata lain koperasi. ”
berikut adalah informan yang sudah
3. Sekertaris Koperasi Unit Desa
diwawancarai oleh peneliti, sebagai
Mina Fajar Sidik desa Blanakan
berikut :
Bpk. Dasam.
1. Ketua Lembaga Peberdayaan “ Permasalahan yang berarti
masyarakat Desa, desa Blanakan didalam pengelolaan kelautan dan
kabupaten Subang bpk. Toto anggota koperasi (nelayan) tidak
Sugiarto SH. mengalami permasalahan yang
“ Tidak ada masalah. Karena berarti, kalau pun ada saat ini
Dalam hal pemberdayaan hanya permasalahan sekitar alat
masyarakat nelayan semuanya tangkap nelayan saja, dikarenakan
sudah dilakukan oleh koperasi, Jadi masih adanya nelayan yang
kami harus melakukan apa lagi. Ini memakai alat tangkap yang
yang kami sebut di awal kami tidak dilarang oleh pemerintah lewat
bermasalah dalam hal kementrian kelautan, namun
pemberdayaan masyarakat perlahan tapi pasti hal ini juga
nelayan.“ mulai kita perbaiki bersama
2. Sekertaris Desa Blanakan Bpk. melalui penyuluhan kepada para
Heri Susanto SH. nelayan agar tidak menggunakan
“ Kalau permasalahan tidak ada kembali alat tangkap yang dilarang
sebenarnya, namun dalam oleh pemerintah.”
prakteknya adanya tumpang tindih 4. Nelayan pemilik perahu, Bpk.
kewenangan yang dimiliki antara Tarman.
pemerintah desa dengan koperasi.

106
107

“ Permasalahan yang dihadapi ketahui bersama yang namanya


tidak ada, bagi kami nelayan pemukiman nelayan dimana-mana
permasalahan yang dihadapi hanya tidak jauh seperti itu. Namun
persoalan cuaca yang tidak alangkah baiknya pemukiman
menentu dengan hasil tangkapan nelayan juga bersih dan layak
yang semakin hari semakin untuk ditinggali.”
menurun saja.” Dari hasil wawancara di atas
5. Nelayan Buruh, Bpk walim. peneliti menyimpulkan ada beberapa
“ Permasalahan yang di alami tidak permasalahan yang dihadapi dari
ada, karena koperasi sudah setiap informan, dimana dari pihak
memperlakukan kita dengan baik, pemerintah baik dari LPMDes
baik dalam bidang keselamatan, maupun dari Desa sendiri yang
maupun kesehatan. Walaupun menganggap tidak adanya
kadang bantuan-bantuan dari singkronisai terhadap persoalan-
pemerintah tidak pernah sampai persoalan yang dihadapi bersama,
kekami, hal ini dikarenakan kami sehingga didalam penenganannya
bukanlah anggota koperasi.” berjalan dengan caranya masing-
6. Tokoh masyarakat bpk. H. Udin masing didalam menghadapi
“ Tidak ada persoalan dengan persoalan nelayan. Hal ini
keberadaan masyarakat nelayan di dikarenakan adanya tumpang tindih
lingkungan ini, justru dengan kewenangan antara Pemerintah desa
adanya mereka kita sangat di dengan dinas kelautan. Dimana
untungkan dari sisi ekonomi. peneliti melihat peran koperasi lebih
Namun mungkin yang menjadi besar didalam melayani masyarakat
permaikan kedepan adalah nelayan dibandingkan dengan
penataan kembali pemukiman pemerintah desa, hal ini dianggap
nelayan tersebut, dimana bisa kita wajar oleh pemerintah desa dimana
bedakan antara wilayah utara kewenangan ini memang
(pemukiman nelayan) dengan tanggungjawab dari ketua koperasi
wilayah di selatan. Wilayah utara didalam mensejahterakan dan
terkesan sangat kumuh sekali memberdayakan anggotanya. Namun
dibandingkan dengan wilayah hal lain yang terlupakan adalah
selayan, hal ini seharusnya menjadi masyarakat nelayan buruh, dimana
perhatian bersama. Walaupun kita nelayan buruh ini tidak terdaftar

107
108

menjadi anggota koperasi. Dimana program pemberdayaan yang


walaupun memang mereka dilakukan pemerintah desa melalui
mendapatkan layanan kesehatan dan LPMDes ini lebih kepada tumpang
keselamatan kerja dari koperasi tindihnya kewenangan dan tidak
layaknya anggota koperasi (nelayan adanya keseriusan pemerintah untuk
pemilik perahu) namun mereka menjadikan masyarakat nelayan ini
mengalami beberapa kesulitan, sejajar dengan kehidupan dengan
dimana tarap kehidupan sector perekonomian lainnya.
perekonomian mereka tidak
2.1.2. Klasifikasi kesejahteraan
mengalami peningkatan.
masyarakat setelah pelaksanaan
Hal lain yang peneliti anggap
pemberdayaan.
menjadi sebuah persoalan adalah
nelayan buruh ini menjadi golongan 1. Ketua Lembaga Peberdayaan
yang terlupakan, dimana koperasi masyarakat Desa, desa Blanakan
lebih fokus kepada anggotanya kabupaten Subang bpk. Toto
karena memang ini adalah tugas dan Sugiarto SH.
fungsi dari koperasi itu sendiri, dan “ Terus terang kami dari LPMDes
mengesampingkan persoalan dari tidak pernah melakukan
nelayan buruh. Sedangkan dari pemberdayaan secara langsung
LPMDes sendiri mereka tidak di kepada masyarakat nelayan, hal ini
perhatikan dengan baik, hal ini dapat kami hindari karena takut
dilihat dari 5 ruang lingkup kegiatan bertabrakan dengan kewenangan
LPMDes (Pendataan Profil yang dimiliki oleh ketua koperasi,
Desa/Kelurahan Desa karena kalau kami melakukan hal
Blanakan,2014) : 1. ini dikhawatirkan tidak singkron
Kemasyarakatan, 2. Pembangunan, dengan program-program yang
3. Pemuda dan olah raga, 4. sudah direncanakan oleh ketua
Keagamaan, 5. Peranan wanita. koperasi beserta anggota-
Tidak ada program khusus untuk anggotanya. Mungkin kalau pun
menangani persoalan yang dihadapi kami harus melakukan
oleh masyarakat nelayan pada pemberdayaan sebatas pada
umumnya dan masyarakat nelayan masyarakat pengolah hasil
buruh pada khususnnya. Dimana tangkapan nelayan (Ikan asin, dan
peneliti merlihat tidak adanya pengolahan abon ikan) dan hal ini

108
109

pun kami fokuskan kepada ibu- kemudian ditularkan kepada


ibunya saja, karena hal ini sangat anggota yang lainnya. Dan
susah untuk dilakukan oleh kaum persoalan lain yang timbul adalah
lelaki. Jadi kalau ditanyakan ketika kita mengirimkan anggota
tingkat kesejahteraan nelayan, jelas masyarakat untuk mengikuti acara
lebih sejahtera dibandingkan tersebut dan melakukan
dengan masyarakat kelompok penyuluhan kepada masayarakat
petani, dimana masyarakat nelayan seakan mereka acuh tiak
memiliki jaminan kesehatan yang acuh, mereka lebih memilih melaut
ditanggung oleh koperasi.“ dibandingkan menghadiri acara-
2. Sekertaris Desa Blanakan Bpk. acara seperti itu. Tapi kalau
Heri Susanto SH. berbicara tingkat kesejahteraan
“ Pemberdayaan masyarakat tentu masyarakat nelayan
nelayan selalu kita lakukan, salah sejahtera.”
satunya mengirimkan perwakilan 3. Sekertaris Koperasi Unit Desa
untuk mengikuti penyuluhan Mina Fajar Sidik desa Blanakan
ataupun pelatihan baik di tingkat Bpk. Dasam.
kabupaten ataupun tingkat “ Kalau persoalan sejahtera atau
provinsi. Namun persoalannya tidak kami bingung menjawabnya,
adalah orang-orang yang kami karena kami tidak punya indikator
kirim notabene mereka bukanlah khusus untuk mengukur tingkat
nelayan, atau dengan kata lain kesejahteraan nelayan, namun yang
mereka masyarakat biasa yang pasti hal-hal yang mengarah
bahkan tidak mengerti apa-apa kepada kesejahteraan terus kami
dalam bidang kelautan kita tingkatkan. Mulai dari tingkat
kirimkan. Hal ini dilakukan karena pendidikan keluarga nelayan,
sangat sulit sekali untuk kesehatan nelayan dan keluarganya
mengirimkan mereka untuk sampai kepada peningkatan
mengikuti acara-acara yang seperti kuwalitas nelayan sendiri melalui
itu berbeda dengan petani, dimana penyuluhan dan pelatihan, yang
para petani mau mengirimkan bekerjasama dengan dinas
anggota kelompoknya untuk perikanan dan kelautan. Saya kira
mengikuti acara-acara pelatihan hal itu sudah cukup menjawab
ataupun penyuluhan yang pertanyaan sejauh mana

109
110

kesejahteraan masyarakat nelayan, “ Untuk kesejahteraan nelayan saya


karena setiap tahun kita selalu kira sudah baik, apa yang
meningkatkan mutu pelayanan dilakukan oleh koperasi sudah
kepada seluruh anggota.” lebih dari cukup, walaupun
4. Nelayan pemilik perahu, Bpk. memang ada hal-hal yang lain
Tarman. seperti tidak tersalurkannya
“ Kesejahteraan kami sebagai bantuan pemerintah kepada kami.
anggota koperasi dapat dikatakan Yah hal ini kami sadari karena
sudah baik, karena koperasi memang kami tidak terdaftar
memberikan kami banyak sekali sebagai anggota koperasi, sehingga
fasilitas yang membantu bantuan pemerintah didasarkan
meringankan beban hidup kami. kepada data keanggotaan.”
Mulai dari kesehatan, pendidikan 6. Tokoh masyarakat bpk. H. Udin
sampai kepada pelatihan dan “Kesejahteraan masyarakat nelayan
penyuluhan. Hal lain yang kami saya kira lebih baik dibandingkan
rasakan baik adalah, kami sebagai dengan kesejahteraan masyarakat
nelayan merasa terfasilitasi sekali lainnya. kenapa saya bilang seperti
dengan keberadaan KUD. Dimana itu, kebetulan saya salah satu
kita tidak lagi harus memikirkan pengurus gapoktan (kelompok
kemana kami akan menjual hasil tani), kami tidak memiliki jaminan
tangkapan kami, dan yang kesehatan seperti yang dimiliki
terpenting adalah KUD Mina Fajar nelayan. Jadi kalau anggota
ini adalah salah satu koperasi kelompok kami sakit ya hanya bisa
terbaik yang ada diwilayah mendoakan saja, berbeda dengan
jawabarat, dimana disini hasil nelayan mereka ditanggung biaya
tangkapan kami yang dijual disini pengobatannya oleh koperasi.”
dihargai dengan baik dan tidak Permasalahan kesejahteraan
pernah di hutang. Itu sangat memang menjadi fokus utama
penting sekali, karena dibeberapa didalam sebuah pemberdayaan,
koperasi yang lain hasil tangkapan dimana hasil akhir yang ingin
kami dihutang, tentunya hal ini dicapai dari sebuah pemberdayaan
akan menghambat perputaran adalah kesejahteraan. Dari hasil
perekonomian kami dan keluarga.” wawancara di atas memang
5. Nelayan Buruh, Bpk walim. menyimpulkan tingkat kesejahteraan

110
111

masyarakat nelayan dapat “Kalau sarana dan prasarana kita


dikategorikan baik, namun hal ini sudah ada yah, mulai dari TPI
hanya dilakukan oleh koperasi (tempat penjualan ikan), tempat
terhadap para anggotanya saja. Atau bersandar perahu, dan pernah
dengan kata lain pemenuhan dibuatkan perumahan khusus buat
kesejahteraan itu tidak dilakukan nelayan. Nah kembali setelah
oleh pemerintah. Kembali peneliti semuanya ada pengelolaan dan
menyimpulkan hal ini terjadi karena pemeliharaannya di lakukan oleh
adanya kurang koordinasi antara ketua koperasi karena kembali saya
pemerintah desa dalam hal ini sampaikan itu adalah kewenangan
LPMDes dengan pihak koperasi, dari koperasi.“
dimana pihak koperasi menjalankan 2. Sekertaris Desa Blanakan Bpk.
tugas dan kewajibannya sesuai Heri Susanto SH.
dengan fungsinya sebagai koperasi “ Sarana dan prasarana sudah dapat
untuk mensejahterakan anggotanya, dikatakan sudah memadai,
dan LPMDes tidak melakukan walaupun memang tidak semua
pemberdayaan karena takut dibuat khusus untuk nelayan.
melangkahi kewenangan yang Artinya sarana dan prasarana yang
dimiliki oleh ketua kolerasi dan untuk kepentingan bersama kita
dikhawatirkan pemberdayaan yang buatkan dan sarana dan prasarana
mereka lakukan berbenturan dengan untuk menunjang kegiatan nelayan
program pemberdayaan yang kita juga sudah ada, mulai dari TPI
dilakukan koperasi. (tempat penjualan Ikan) sampai
kepada sekolah yang dekat dengan
2.2. Menemukan dan mengenali potensi-
permukiman mereka.”
potensi yang dimiliki
3. Sekertaris Koperasi Unit Desa
2.2.1. Adanya sarana dan Mina Fajar Sidik desa Blanakan
prasarana Bpk. Dasam.
“ Bisa dilihat saja sarana dan
1. Ketua Lembaga Peberdayaan
prasarana untuk menunjang
masyarakat Desa, desa Blanakan
kegiatan nelayan sudah ada
kabupaten Subang bpk. Toto
semuanya, namun untuk persoalan
Sugiarto SH.
layak atau tidaknya kami kira
semuanya sudah kami anggap

111
112

layak. Mulai dari tempat penjualan 6. Tokoh masyarakat bpk. H. Udin


ikan yang besar, kami memiliki “ Sarana dan prasarana untuk
pabrik es sendiri, pom solar sendiri, nelayan dapat dikatakan baik,
mobil ambulance sendiri. Dan masalahnya semuanaya sudah
semuanya kami mencoba untuk tersedia dan dapat dipenuhi
memenuhi standar yang diberikan semuanya oleh sendiri. Dimana
pemerintah kepada kami selaku yang paling dibutuhkan adalah
pengelola koperasi. Jadi kalau bahan bakar solar dan es buat
ditanyakan sarana dan prasarana pengawet hasil tangkapan agar
yang dimiliki koperasi untuk tetap segar, itu semuanya sudah ada
kegiatan koperasi bisa dikatakan disini.”
sudah baik dan sesuai.”
Sarana dan prasarana menjadi
4. Nelayan pemilik perahu, Bpk.
hal terpenting didalam sebuah
Tarman.
pelayanan, dimana sarana dan
“ Semua sarana dan prasarana
prasarana dijadikan salah satu
disini sudah sangat baik
indikator terhadap baik dan
dibandingken dengan beberapa
buruknya sebuah pelayanan. Dalam
koperasi yang ada.”
penelitian ini peneliti melihat dan
5. Nelayan Buruh, Bpk walim.
menyimpulkan hasil wawancara
“ Dari beberapa TPI (tempat
yang dilakukan menunjukan hal
penjualanikan) yang pernah saya
yang baik dalam hal sarana dan
datangi, mungkin TPI ini yang
prasarana, dimana diwilayah ini
dapat dikatakan memiliki standar
sarana dan prasarana penunjang
sarana dan prasarana yang baik.
kegiatan nelayan sudah tersedia
Tidak hanya itu pelayanan yang
dengan baik. Diwilayah Blanakan
diberikan juga sangat baik,
memiliki Pabrik pengolahan es,
contohnya setiap kami ada keluhan
dimana es ini banyak diperuntukan
sakit dan melapor ke satpam maka
untuk mengawetkan es, baik ikan
kami langsung ditangani dan di
dari laut sampai ke tempat penjualan
sarankan untuk ke dokter yang
maupun dari tempat penjualan
sudah ditunjuk dan bekerjasama
sampai di distribusuian kepada
dengan koperasi. Jadi saya kira
penjual-penjual. Selain itu tempat
untuk sarana dan prasarana di
penjualan ikan (TPI) yang relatif
koperasi ini sudah baik”

112
113

bersih, tempat ini juga sudah yang baik untuk mendongkrak


menyediakan pom solar, memiliki kualitas, baik SDM maupun sarana
mobil ambulance, tempat pendidikan atau prasarana agar kelompok
yang dekat dengan pemukiman nelayan ini menjadi sektor yang
nelayan dan juga pasar yang juga juga dapat memberikan kontribusi
tidak jauh dari permukiman mereka. besar bagi daerah. Tentunya ini
harus dibicarakan bersama dengan
Dengan adanya sarana dan
ketua koperasi agar apa yang akan
prasarana yang baik tersedia di
kita lakukan tidak bertabrakan
lokasi ini tentu akan mempermudah
dengan kewenangan yang
kegiatan nelayan didalam
dimilikinya.“
menjalankan usaha, karena semua
2. Sekertaris Desa Blanakan Bpk.
yang mereka butuhkan berada tidak
Heri Susanto SH.
jauh dari permukiman mereka.
“ Untuk persoalan dalam konsep
2.2.2 Adanya pelayanan yang baik pelayanan, kami dari pihak desa
dari pemerintah, swasta maupun mungkin hanya sebatas secara
lsm dalam kegiatan administratif saja atau dengan kata
pemberdayaan usaha. lain prosesnya sama dengan
masyarakat yang lain, tidak ada
1. Ketua Lembaga Peberdayaan
proses pelayanan yang istimewa.”
masyarakat Desa, desa Blanakan
3. Sekertaris Koperasi Unit Desa
kabupaten Subang bpk. Toto
Mina Fajar Sidik desa Blanakan
Sugiarto SH.
Bpk. Dasam.
“ Semua pihak melakukan
“ Proses pelayanan yang baik
pelayanan yang baik didalam
selalu kita lakukan, baik untuk
pemenuhan kebutuhan kearah
meningkatkan hasil tanggkapan
kesejahteraan, tentunya dalam hal
sampai kepada pelayanan yang
ini kembali saya sampaikan
berkaitan dengan sarana dan
bahwasannya pemenuhuan
prasana, dan yang paling penting
kebutuhan tadi banyak dilakukan
buat kami adalah bagai mana
oleh koperasi. Mungkin yang
caranya kita melayani dengan baik
menjadi pekerjaan rumah lembaga
para nelayan ini agar mereka ketika
kami adalah bagaimana
pergi melaut tidak memiliki beban,
mengkonsep proses pemberdayaan
artinya kesehatan dan persoalan

113
114

yang para nelayan hadapi di darat Peneliti melihat bahwasannya


sudah terselesaikan dan tidak pelayanan yang baik, yang di
terbawa sampai mereka melaut. sebutkan oleh para informan ini
Seperti di jelaskan di pertanyaan hanya sebatas pelayanan yang
sebelumnya, bahwasannya diberikan oleh koperasi kepada
pemenuhan sarana dan prasarana nelayan. Namun proses pelayanan
yang terus kami tingkatkan juga yang diberikan pemerintah terhadap
menjadi salah satu strategi kita masyarakat nelayan masih belum
didalam memenuhi kebutuhan dapat dirasakan oleh nelayan secara
pelayanan yang baik untuk para langsung. Karena hal ini dikarenakan
nelayan.” kewenangan yang dimiliki desa lewat
4. Nelayan pemilik perahu, Bpk. LPMDes tersebut peranannya masih
Tarman. kalah dibandingkan dengan peran
“ Pelayanan yang dilakukan oleh dari koperasi.
koperasi kepada para nelayan
2.3. Mengenali masalahan dan potensi
sudah dikatakan baik, seperti
2.3.1. Mencari penyebab
halnya pelayanan kesehatan dan
timbulnya masalah dalam
juga proses pengamanan hasil
pemberdayaan
tangkapan kami agar tidak hilang
1. Ketua Lembaga Peberdayaan
di curi orang juga sudah sangat
masyarakat Desa, desa Blanakan
baik.”
kabupaten Subang bpk. Toto
5. Nelayan Buruh, Bpk walim.
Sugiarto SH.
“ Pelayanan sudah sangat baik
“ Penyebab utama dari timbulnya
dilakukan”
masalah dalam hal pemberdayaan
6. Tokoh masyarakat bpk. H. Udin
disini adalah kurangnya
“ Saya kira untuk masalah
kewenangan yang kami miliki
pelayanan yang diberikan oleh
sebagai lembaga yang memiliki
koperasi sudah sangat baik, namun
kewenangan untuk melakukan
untuk proses pelayanan yang
proses pemberdayaan, yang kedua
dilakukan pemerintah desa saya
proses pemberdayaan ini dirasakan
kurang faham. Tapi saya kira untuk
sangat sulit dilakukan kepada
hal ini dirasa sama saja seperti
masyarakat nelayan karena mainset
halnya proses pelayanan desa
dari nelayan tersebut.
terhadap masyarakat.”

114
115

Bahwasannya ketika kita mencoba murah. Namun hal itu perlahan-


untuk melakukan penyuluhan lahan kita mulai mengatasi
ataupun pelatihan mereka suka persoalan itu dengan memberikan
menanyakan “ada uangnya tidak” pinjaman modal untuk mereka
sehingga mereka memilih untuk mengganti alat tangkap yang
meninggalkan kegiatan-kegiatan mereka miliki dengan alat tangkap
yang tidak menghasilkan secara yang disarankan oleh pemerintah.”
finansial.“ 4. Nelayan pemilik perahu, Bpk.
2. Sekertaris Desa Blanakan Bpk. Tarman.
Heri Susanto SH. “ Persoalan saya kira pasti ada saja,
“ Persoalan yang dihadapi dalam namun persoalan ini lebih bersifat
proses pemberdayaan seperti yang teknis saja. Dimana harga ikan
dijelaskan dalam pertanyaan yang yang tidak stabil, cuaca yang tidak
sebelumnya adalah susahnya menentu, dan persoalan yang
mengirimkan perwakilan nelayan berarti saya kira tidak ada sejauh
untuk mengikuti penyuluhan dan ini.”
pelatihan, karena memang hal ini 5. Nelayan Buruh, Bpk walim.
mereka anggap membosankan dan “ Pesoalan yang dihadapi sekarang
tidak banyak membantu mereka .” adalah mengenai anjuran
3. Sekertaris Koperasi Unit Desa pemerintah tentang pelarangan
Mina Fajar Sidik desa Blanakan beberapa alat tangkap, dimana
Bpk. Dasam. memang hampir semua nelayan
“ Sejauh ini sih permasalahan yang mengeluhkan hal itu. Di satu sisi
sangat berarti tidak ada, mungkin kami tunduk dan takut terhadap
sekarang kita sedang menghadapi aturan yang di keluarkan oleh
persoalan alat tangkap. Dimana pemerintah, tapi disisi lain anak isti
pemerintah melalui mentri kami membutuhkan penghasilan
perikanan dan kelautan melarang untuk melanjutkan hidup. Hal ini
beberapa alat tangkap, sedangkan juga sudah kami bicarakan dengan
para nelayan ketika harus pengurus koperasi, dan mereka
mengganti alat tangkap yang memberikan beberapa solusi
mereka punya dengan alat tangkap dengan memberikan pinjaman
yang disarankan oleh pemerintah modal untuk membeli alat tangkap
memerlukan biaya yang tidak baru, namun kami masih

115
116

mempertimbangkannya jangan 2.3.1.2. Mencari faktor


sampai hutang kami juga banyak pendukung dan faktor
kepada koperasi sehingga penghambat dalam kegiatan
berpengaruh kepada penghasilan pemberdayaan.
kami utnuk dibawa kerumah.” 1. Ketua Lembaga Peberdayaan
6. Tokoh masyarakat bpk. H. Udin masyarakat Desa, desa Blanakan
“ Saya kira tidak ada yah.” kabupaten Subang bpk. Toto
Sugiarto SH.
Dari hasil wawancara diatas,
“ Saya rasa pertanyaan ini sama
peneliti menyimpulkan Beberapa
dengan pertanyaan sebelumnya,
persoalan yang menimbulkan
jadi intinya dari persoalan-
kurangnya proses pemberdayaan dan
persoalan yang saya sebutkan
persoalan-persoalan yang dihadapi
sebelumnya dijadikan bahan
dalam hal ini adalah : pertama, tidak
evaluasi dari situ kita bisa tahu apa
adanya keikutsertaan pemerintah
yang akan kita lakukan
dalam hal ini pemerintahan desa
selanjutnya.“
melalui LPMDes didalam proses
2. Sekertaris Desa Blanakan Bpk.
pemberdayaan masyarakat nelayan,
Heri Susanto SH.
hal ini lebih dikarenakan tidak
“ Kita harus memberdayakan
adanya kerjasama yang dilakukan
kembali, masyarakat-masyarakat
oleh pemerintah desa dengan
terdidik untuk ikut terjun langsung
koperasi sebagai bagain dari
didalam menjawab persoalan-
masyarakat nelayan. Kedua, Mainset
persoalan yang dihadapi bersama,
masyarakat nelayan yang masih
tentunya kita bisa duduk bersama
kurang terhadap pentingnya
dengan pengurus kopersi dan
penyuluhan dan pelatihan yang mana
sumber daya manusia yang kita
akan meningkatkan pengetahuan
miliki untuk mulai memikirkan
mereka didalam menjalankan proses
persoalan-persoalan yang dihadapi.
penangkapan ikan dilaut. Ketiga,
Karena kalau kita melihat potensi
peraturan pemerintah yang diberikan
yang kita miliki disini sangat besar
kepada masyarakat nelayan tidak
sekali, hanya membutuhkan
dibarengi dengan solusinya, sehingga
kerjasama bersama didalam
persoalan ini menjadi tanggungjawab
membangun ini semua.”
pemerintah desa.

116
117

3. Sekertaris Koperasi Unit Desa 6. Tokoh masyarakat bpk. H. Udin


Mina Fajar Sidik desa Blanakan “ Persoalan yang dihadapi sekarang
Bpk. Dasam. adalah tidak adanya kerjasama
“ Dalam hal ini jelas yang harus yang harmonis antara koperasi
kita utamakan adalah mutu dari dengan pemerintah desa, seolah-
nelayan tersebut, sehingga ketika olah mereka berjalan sendiri-
kita dihadapkan kedalam sebuah sendiri. Kalau saja mereka bisa
persoalan ini dapat di selesaikan seiring sejalan membangun
bersama. Artinya bahwa harus masyarakat nelayan dengan
adanya kesadaran dari nelayan potensi-potensi yang dimilikinya,
sendiri tentang oersoalan bersama saya yakin masyarakat nelayan
yang juga harus dicarikan juga bisa disandingkan tarap
solusinya bersama, karena selama kesejahteraannya dengan sektor
ini semua persoalan selalu perekonomian yang lain.”
dilimpahkan kepada kami dan kami
Pemberdayaan masyarakat nelayan
harus mencarikan solusinya
oleh desa di wilayah ini mengalami
sendiri. Yang mana terkadang
kendala dikarenakan tidak adanya
solusi yang kami berikan tidak
kerjasama dengan koperasi sebagai unit
sesuai dengan keinginan mereka,
yang memang kosentrasi memberdayakan
tapi apa boleh buat hanya itu yang
mereka. Potensi yang besar dimiliki oleh
bisa kita perbuat karena kita tidak
desa didalam mensejahterakan masyarakat
benar-benar tau apa yang
nelayan, diantaranya dengan kelengkapan
sebenarnya mereka inginkan
sarana dan prasarana yang mereka miliki,
didalam memecahkan masalah
tentu akan mempermudah didalam
tersebut.”
melakukan sebuah peningkatan potensi
4. Nelayan pemilik perahu, Bpk.
sumberdaya manusia dan sumberdaya
Tarman.
yang lainnya. Karena tujuan dari
“ Mungkin harus mengoptimalkan
dilakukannya pemberdayaan tentu salah
kembali potensi-potensi yang
satunya adalah meningkatkan kualitas dari
dimiliki sehingga bisa maksimal.”
objek yang diberdayakan tersebut, dan
5. Nelayan Buruh, Bpk walim.
pemberdayaan akan berhasil jika ditunjang
“ Ya memperbaiki fasilitas-fasilitas
dengan baik adanya sarana dan prasarana
yang sudah mulai rusak saja
yang tersedia.
mungkin.”

117
118

Persoalan yang terjadi adanya mentransformasikan ilmu kepada para


tumpang tindih kewenangan antara nelayan yang lain. Menyiapkan kader-
pemerintah desa melalui LPMDes dengan kader terbaik yang dimiliki adalah hal
koperasi, namun peneliti tidak melihat terbaik didalam membantu proses
pesoalan ini menjadi masalah yang besar pemberdayaan dan peningkatan kualitas
didalam proses pemberdayaan. Justru hal SDM yang ada di daerah ini, dimana
ini menjadi kekuatan besar yang dimiliki diharapkan dengan adanya kader-kader
oleh desa didalam membangun masyarakat terbaik yang dikirimkan untuk mengikuti
nelayan didalam melakukan pelatihan dan penyuluhan dapat
pemberdayaan, dengan kata lain adanya mempraktekan dan mentransformasikan
kerjasama didalam mendisain konsep ilmunya kepada orang-orang yang tidak
pemberdayaan yang mereka sepakati mengikuti atau tidak mau ikut terlibat
bersama tentu akan mempermudah dan didalam proses penyuluhan dan pelatihan
mempercepat proses pemberdayaan yang tersebut. Jadi dengan kata lain kegiatan-
dilakukan bersama. Peneliti sangat optimis kegiatan yang berkaitan dengan
sekali dengan adanya pemberdayaan yang pemberdayaan baik yang di selenggarakan
dilakukan bersama antara desa dengan oleh pemerintah maupun oleh koperasi
koperasi akan menjadikan masyarakat bisa terserap dengan baik.
nelayan dapat disandingkan dengan sektor Kepala desa sebagai pembina di
perekonomian yang lain, mengingat sarana koperasi memiliki akses untuk mengawasi
dan prasarana yang dimiliki sangat dan memberikan pertimbangan didalam
memadai untuk menunjang keberhasilan mengeluarkan keputusan di koperasi.
unit usaha ini. Namun yang perlu di ingat adalah kepala
desa sebagai pembina tidak memiliki
Program Pelatihan yang dilakukan
kewenangan yang lebih dibandingkan
setiap tahun harus tetap dilaksanakan
dengan ketua koperasi, karena unit usaha
sebagai bagian dari program
ini membawahi anggota, yang mana setiap
pemberdayaan masyarakat nelayan, namun
keputusan harus dikonsultasikan terlebih
yang perlu diperhatikan didalam
dahulu kepada anggota. mungkin utnuk
mengirimkan perwakilan untuk
kedepannya ada sebuah singkronisasi
mengikutinya adalah orang yang
kembali dan mengembalikan lagi
berkecimpung langsung dibidang.
bahwasannya koperasi masuk kedalam
Sehingga ilmu yang mereka dapatkan
salah satu unit usaha milik desa yang
dapat diaplikasikan dilapangan, dan dapat
pengelolaan dan wewenangnya ada juga di

118
119

desa. Karena yang saya perhatikan (nelayan pemilik perahu). hal ini juga
koperasi adalah unit usaha yang yang membuat pemerintah desa tidak
mensejahterakan anggotanya, sedangkan melalukan pemberdayaan, karena
kategori anggota menurut koperasi adalah menganggap semuanya sudah
orang-orang yang memiliki perahu atau dilakukan oleh koperasi sebagai
perperan aktif didalam penjualan ikan di lembaga induk dari masyarakat
koperasi, bagaimana dengan para nelayan nelayan. Tidak adanya singkronisasi
buruh yang notabene mereka hanya antara pemerintahan desa (LPMDes)
sebagai pelaksana lapangan (buruh). dengan koperasi juga menjadi salah
Menjadi pekerjaan rumah bersama untuk satu permasalahan tidak adanya
mensingkronkan kembali bagaimana proses pemberdayaan masyarakat
proses kemitraan ini dapat berjalan dengan nelayan. Peneliti melihat adanya
baik sehingga kesejahteraan di masyarakat 2. Potensi besar yang dimiliki tidak
nelayan bisa dirasakan bersama. dimanfaatkan dengan baik didalam
melakukan pemberdayaan, sarana dan
KESIMPULAN DAN SARAN
prasarana yang ada di tempat ini
1. Kesimpulan sudah sangat memadai untuk
melakukan sebuah peningkatan
Berdasarkan hasil penelitian dan
sumberdaya, namun tidak
pembahasa mengenai pemberdayaan
dimanfaatkan dengan baik. Sehingga
masyarakat pesisir (nelayan) desa
masyarakat nelayan masih tidak dapat
Blanakan, kecamatan Blanakan,
disandingkan dengan sektor ekonomi
Kabupaten Subang jawa barat. Penelit i
lain. Sarana dan prasarana mulai dari
mengambil kesimpulan sebagai berikut :
tempat penjualan ikan yang sangat
1. Pemberdayaan masyarakat nelayan besar dan tertata rapih, tempat
oleh LPMDes desa Blanakan pengisian solar, tempat bersandar
Kabupaten Subang tidak berjalan kapal yang sangat baik, mobil
dengan baik, hal ini dikarenakan tidak ambulance, kepemilikan pabrik es
adanya kegiatan pemberdayaan yang (untuk mengawetkan hasil
dilakukan oleh LPMDes. tangkapan), semuanya terdapat di
Pemberdayaan cenderung lebih wilayah ini. Dimana tidak semua
banyak dilakukan oleh Koperasi unit wilayah nelayan memiliki fasilitas
desa, walaupun pemberdayaan ini sarana dan prasarana yang baik.
masih di lingkup yang sangat kecil Namun semua sarana dan prasarana

119
120

tersebut terkesan hanya di di jalankan bersama, sehingga tidak ada


perjuangkan atau dihasilkan oleh kerja lagi saling mengandalkan untuk proses
keras dari koperasi semata. pemberdayaan. Karena yang hasil
3. Pola fikir masyarakat nelayan yang wawancara dan pembahawsan peneliti
masih kurang terhadap pentingnya menemukan adanya proses yang dominan
manfaat dari pemberdayaan baik itu didalam pemberdayaan yang dilakukan
bersifat penyuluhan dan pelatihan oleh koperasi, namun kosentrasi mereka
ataupun kegiatan pemberdayaan adalah anggota, sedangkan kategori
lainnya yang mana akan anggota menurut koperasi adalah orang-
meningkatkan pengetahuan mereka orang yang memiliki perahu atau berperan
didalam menjalankan proses aktif didalam penjualan ikan di koperasi,
penangkapan ikan dilaut. Hal ini juga bagaimana dengan para nelayan buruh
menjadi aktor pengambat terhadap yang notabene mereka hanya sebagai
tidak berjalannya proses pelaksana lapangan (buruh). Hal ini
pemberdayaan yang dilakukan. menjadi pekerjaan rumah bersama untuk
2. Saran mensingkronkan kembali bagaimana
Peran LPMDes didalam proses proses kemitraan ini dapat berjalan dengan
pemberdayaan masyarakat nelayan baik sehingga kesejahteraan di masyarakat
sangatlah kurang berjalan, namun melalui nelayan bisa dirasakan bersama, tidak
Kepala desa sebagai pembina di koperasi hanya dilakukan oleh koperasi namun juga
memiliki akses untuk mengawasi dan oleh pemerintah dan lebih memperluas
memberikan pertimbangan didalam objek pemberdayaannya lagi, agar
mengeluarkan keputusan di koperasi. kesejahteraan dapat dirasakan bersama
Namun yang perlu di ingat adalah kepala bukan hanya pemiliki perahu tapi juga bagi
desa sebagai pembina tidak memiliki buruh nelayan.
kewenangan yang lebih dibandingkan Dalam penelitian yang berikutnya,
dengan ketua koperasi, karena unit usaha mungkin akan lebih baik mencari jalan
ini membawahi anggota, yang mana setiap agar bagaimana konsep pemberdayaan
keputusan harus dikonsultasikan terlebih masyarakat nelayan ini dapat dilakukan
dahulu kepada anggota. mungkin utnuk bersama. Sehingga tidak ada tumpang
kedepannya ada sebuah singkronisasi tindih didalam pelaksanaan pemberdayaan
kembali dan antara koperasi dengan masyarakat nelayan di desa Blanakan
pemerintahan desa untuk mengkonsep kabupaten subang. Dengan adanya konsep
bersama proses pemberdayaan yang akan bersama yang disepakati untuk melakukan

120
121

pemberdayaan, peneliti optimis ................ 2003. Akar Kemiskinan


bahwasannya pemberdayaan dmasyarakat Nelayan. Yogyakarta: LKiS Pelangi
nelayan di wilayah ini akan berjalan Aksara.136 hlm.
dengan baik dan sesuai dengan konsep
................ 2009. Keberdayaan Nelayan
pemberdayaan yang diharapkan.
dan Dinamika Ekonomi Pesisir.
DAFTAR PUSTAKA Pusat Penelitian Wilayah Pesisir Dan
Pulau-Pulau Kecil. Jember: Lembaga
1. Referensi Buku
Penelitian Universitas Jember. 152
Agus Salim. 2001. Tori dan Paradigma
hlm.
Penelitian Sosial. Yogyakarta: Tiara
Wacana Mc Ardle, J. (1989), “Community
Development Tools of Trade”.
Charles AT. 2001. Sustainable fishery
Community Quar-terly Journal 16:
systems. Canada: Blakwell Science
47-54 p.
Ltd. 370 p.
Moleong Lexy.j. 2007. Metode Penelitian
Craig, G. and Mayo, M. (eds) (1995)
Kualitatif. Bandung: Remaja
Community Empowerment. A Reader
Rosdakarya
in Participation and Development.
London: Zed Books. Pp. 1-11. Mulyadi S. 2007. Ekonomi Kelautan.
Jakarta: PT Raja Grafindo Persada.
Dault A. 2008. Pemuda Dan Kelautan.
148 hlm.
Jakarta: Pustaka Cidesindo. 222 hlm.
Satria A. 2001. Dinamika Modernisasi
Hikmat A, 2006, Strategi Pemberdayaan
Perikanan: Formasi Sosial dan
Masyarakat. Bandung: Humaniora
Mobilitas Nelayan. Bandung:
Utama Press. 240 hlm.
Humaniora Utama Press. 153 hlm.
Ife, Jim. 1995. Community Development:
Siswanto B. 2008. Kemiskinan dan
Creating Community Alternatives –
Perlawanan Kaum nelayan. Malang:
Vision, Analysis and Practice.
Laksbang Mediatama. Hlm 193-216.
Australia: Longman. 297 p.
Suharto E, 2005, Membangun Masyarakat
Kusnadi, Sumarjono, Sulistiowati,Yunita,
Memberdayakan Rakyat. Kajian
Subchan, Puji. 2007. Strategi Hidup
Strategi Pembangunan Kesejahteraan
Masyarakat Nelayan. Yogyakarta:
LKiS Pelangi Aksara.

121
122

Sosial dan Pekerjaan Sosial. 5. Apa solusi yang ditawarkan oleh


Bandung: PT Refika Aditama. BPD didalam menjawab kendala
dan tantangan pemberdayaan
Suhendra. 2006. Peranan birokrasi dalam
masyarakat (nelayan) ?
pemberdayaan masyarakat. Bandung:
Alfabeta. 3. Masyarakat (Nelayan, Tokoh
Masyarakat, Tokoh Agama, Tokoh
Widodo J dan Suadi. 2006. Pengelolaan
Pemuda, dan berbagai organisasi
Sumberdaya Perikanan Laut.
yang bergerak di bidang Perikanan)
Yogyakarta: Gajah Mada Universit y
Press. 252 hlm. 1. Adakah keterlibatan BPD didalam
proses peningkatan perekonomian
2. Datar-Data
kehidupan Nelayan ?
1. Data Anggota Nelayan KUD Mina
2. Proses pemberdayaan seperti apa
Fajar Sidik Blanakan Tahun 2013
yang dilakukan oleh BPD yang
2. Profil Desa Blanakan Tahun 2014
pernah dilakukan didalam
Lampiran 2.
meningkatkan tarap perekonomian
Pedoman Wawancara masyarakat ?
3. Apakah proses pendekatan
1. Badan Pemberdaya Masyarakat
pemberdayaan yang dilakukan oleh
(BPD) Desa Blanakan
BPD sudah sesuai dengan harapan ?
1. Sejauh mana BPD terlibat didalam
4. Apakah anda dilibatkan didalam
masalah peningkatan
proses pemberdayaan yang
perokonomian masyarakat
dilakukan oleh BPD, baik dalam
(Nelayan) ?
proses perencanaan pemberdayaan
2. Proses pemberdayaan apa yang
(Konsep) ataupun proses
dilakukan oleh BPD didalam
pelaksanaan pemberdayaannya
meningkatkan tarap kehidupan
(sosialisasi) ?
perekonomian masyarakat ?
5. Adakah proses pemberdayaan yang
3. Didalam proses pemberdayaan,
anda tawarkan kepada BPD dan
konsep pemberdayaan yang seperti
dilaksanakan oleh BPD ?
apa yang dilakukan ?
4. Adakah kendala yang dihadapi oleh
BPD didalam menjalankan proses
pemberdayaan masyarakat?

122

Anda mungkin juga menyukai