Ardiyansyah Tanjung
Pemerintah Kota Gunungsitoli
e-mail: ardyns_tj@yahoo.com
Abstrak
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui dan menganalisis proses pemberdayaan masyarakat
nelayan di Kecamatan Gunungsitoli Idanoi. Aspek yang diteliti dalam penelitian ini terdiri dari tiga,
yaitu: enabling, empowering, dan protecting. Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan pendekatan
penelitian kualitatif dengan metode studi kasus. Teknik pengumpulan data dilakukan dengan cara
wawancara mendalam, pengamatan terlibat, dan studi dokumentasi. Hasil penelitian menunjukkan
bahwa pelaksanaan pemberdayaan masyarakat nelayan di Kecamatan Gunungsitoli Idanoi belum
berjalan secara maksimal. Pada setiap tahapan/proses pemberdayaan, masyarakat nelayan tidak
dilibatkan secara penuh sehingga program pemberdayaan yang dihasilkan bukanlah program yang
sesuai dengan kebutuhan masyarakat nelayan. Masyarakat nelayan juga mempunyai keterbatasan
dalam mengakses berbagai sumber daya yang ada, mulai dari akses informasi dan teknologi, akses
modal, hingga akses pasar. Proses pendampingan yang diharapkan dapat mengatasi permasalahan ini
juga tidak berjalan secara maksimal.
Kata Kunci: Pemberdayaan, Masyarakat Nelayan, Kemandirian
Abstract
This research aimed to identify and analyze the process of fishermen community empowerment at Gunungsitoli
Idanoi Sub-district. The aspects to be researched included the three pillars: enabling, empowering, and protecting.
This research employed a qualitative method with a case study. The data were collected by means of in-depth
interviews, participant observation, and document reviews. The research results showed that the implementation
of the fishermen community empowerment at Gunungsitoli Idanoi Sub-district did not run optimally. At each
stage/process of empowerment, the fishermen were not fully involved so that the empowerment programs did
not fit their needs. The community also had limited access to various available resources, such as information
and technology, capital, and markets. This condition was further exacerbated by weak institutional capacity of
fishermen groups at the sub-district. The advocating process which was expected to solve the existing problems
did not run optimally.
Keywords: Empowerment, Fishermen Community, Resilience
156 J u r nJaul r n a l
Ilmu Administrasi Volume XIII | Nomor 1 | April 2016
Ilmu Administrasi
Media Pengembangan dan Praktik Administrasi
Media Pengembangan dan Praktik Administrasi
Pemberdayaan Masyarakat Nelayan di Kecamatan Gunung Sitoli Idanoi Kota Gunungsitoli
} Ardiyansyah Tanjung
Selain itu, strategi pemberdayaan seperti ini terbukti tidak mampu memberi perubahan,
sama sekali tidak mendorong masyarakat malahan kelompok nelayan yang ada hanya
untuk hidup mandiri, bahkan cenderung muncul ketika bantuan dari pemerintah akan
menimbulkan kebergantungan masyarakat dikucurkan.
dari sasaran. Oleh karena itu, sebanyak apapun Ketiga, pendampingan kelompok nelayan
bantuan yang diberikan oleh pemerintah tanpa di Kecamatan Gunungsitoli Idanoi tidak
diintegrasikan dengan strategi yang tepat, dipersiapkan dengan baik oleh pemerintah.
maka sampai kapanpun tidak akan mampu Dari 11 (sebelas) kelompok nelayan yang
memberi kontribusi berarti bagi peningkatan ada, Pemerintah Kota Gunungsitoli hanya
kesejahteraan masyarakat penerima bantuan memfasilitasi satu orang tenaga pendamping
tersebut. Kondisi ini juga yang terjadi pada perikanan. Tenaga pendamping perikanan yang
pelaksanaan pemberdayaan masyarakat hanya satu orang tentu tidaklah cukup untuk
nelayaan di Kecamatan Gunungsitoli Idanoi. menjangkau semua kelompok nelayan yang
Program pemberdayaan yang dicanangkan ada di Kecamatan Gunungsitoli Idanoi. Dalam
melalui pemberian bantuan alat tangkap ikan kondisi seperti ini, maka tidak mengherankan
pada akhirnya tidak mampu mewujudkan setiap program Pemerintah Kota Gunungsitoli
kemandirian masyarakat nelayan di Kecamatan termasuk pemberian bantuan alat tangkap ikan
Gunungsitoli Idanoi. Hal ini dapat dilihat dari tidak mampu dimaksimalkan penggunaannya
fenomena yang didasarkan pada pengamatan oleh para nelayan.
serta wawancara awal (pra-penelitian), yang Dari fenomena-fenomena yang di
meliputi hal-hal sebagai berikut: kemukakan di atas, maka pelaksanaan pem
Pertama, program/bantuan yang diberikan berdayaan masyarakat nelayan di Kecamatan
kepada masyarakat nelayan di Kecamatan Gunungsitoli Idanoi ini sangat menarik untuk
Gunungsitoli Idanoi tidak diawali dengan diteliti. Dengan demikian, penelitian ini pada
identifikasi kebutuhan rill nelayan. Akibatnya, dasarnya bertujuan untuk mengetahui dan
program/bantuan tersebut tidak tepat sasaran menganalisis proses pemberdayaan masyarakat
dan tidak tepat guna. Sebagai contoh, bantuan nelayan di Kecamatan Gunungsitoli Idanoi,
yang terakhir diterima oleh kelompok nelayan termasuk hambatan-hambatan yang dihadapi.
di Desa Tetehosi I yaitu satu paket jala/jaring Dari hasil analisis ini diharapkan mampu
ikan. Paket jala/jaring ikan tersebut ternyata menghasilkan rekomendasi perbaikan atas
tidak dapat dimanfaatkan oleh para nelayan. permasalahan tersebut sehingga penelitian ini
Pasalnya, jala/jaring ikan tersebut ukurannya diharapkan bermanfaat bagi Pemerintah Kota
sangat kecil, sementara berdasarkan pengalaman Gunungsitoli, khususnya masyarakat nelayan
para nelayan untuk menangkap ikan di sekitar di Kecamatan Gunungsitoli Idanoi.
wilayah pesisir Kecamatan Gunungsitoli Idanoi
menggunakan jala/jaring yang ukurannya lebih B. LANDASAN TEORETIS
besar lagi.
Dalam penelitian ini disampaikan beberapa
Kedua, masyarakat nelayan di Kecamatan
kerangka teori/konsep yang berkaitan dengan
Gunungsitoli Idanoi yang mayoritas nelayan
topik kajian. Adapun beberapa hal tersebut
tradisional pada dasarnya tidak memiliki
adalah konsep participatory governance, konsep
pengetahuan dan ketrampilan yang memadai
pembangunan desa, dan konsep pemberdayaan
mengenai teknologi perikanan. Selama ini,
masyarakat nelayan.
para nelayan hanya mengandalkan intuisi
dan pengalaman secara turun temurun 1. Konsep Participatory Governance
dalam menangkap ikan. Bahkan, hingga
Dalam perkembangan paradigma
saat ini pengolahan hasil laut di Kecamatan
administrasi publik, konsep participatory
Gunungsitoli Idanoi belum ada. Faktor penyebab
governance muncul sebagai dorongan untuk
utamanya adalah kurangnya pengetahuan,
melakukan perubahan besar dalam menjawab
informasi, dan modal usaha dalam mengolah
tantangan globalisasi yang berkembang sangat
hasil tangkapan tersebut. Begitu juga halnya
pesat. Selain itu, tuntutan yang kuat terhadap
dengan pemasaran hasil tangkapan para
penyelenggaran negara untuk lebih demokratis
nelayan masih belum memiliki akses yang luas
juga mendorong munculnya konsep participatory
sehingga ketergantungan nelayan kepada para
governance ini. (Sumarto, 2009 dan Sukardi, 2009)
tengkulak/penggalas ikan masih sangat tinggi.
Kelompok nelayan yang telah dibentuk juga
Pendapat di atas sejalan dengan pendapat keterlibatan secara emosional, dan memperoleh
Osmani (2008: 10), yang mengemukakan manfaat secara langsung maupun tidak
bahwa: “The idea of participatory governance has langsung dari keterlibatannya.
gained enormous popularity in recent times, both
in academic discourse and actual practice. Analysts 2. Konsep Pembangunan Desa
have used theoretical constructs such as ‘deliberative Menurut Yulianti dan Poernomo (2003:
democracy’ and ‘empowered participatory 23) desa adalah, “Suatu kesatuan hukum, di
governance’ to scrutinise the scope and limitations of mana bertempat tinggal suatu masyarakat
people’s participation in the process of governance”. yang berkuasa dan mengadakan pemerintahan
Dengan kata lain, konsep participatory governance sendiri”. Dalam pengertian tersebut terkandung
ini muncul untuk mengkiritisi pengelolaan makna bahwa desa memiliki apa yang disebut
pemerintahan yang mengesampingkan sebagai “hak otonomi”, yaitu hak untuk
partisipasi masyarakat dalam pembuatan mengatur dan mengurus rumah tangganya
keputusan publik. sendiri berdasarkan asal usul dan adat istiadat
Berdasarkan pendapat di atas, maka setempat.
pengertian governance menurut Sumarto tidak Selain memiliki “hak otonomi”, desa juga
terbatas pada peran pemerintah semata, akan menjadi tolok ukur keberhasilan pembangunan
tetapi memiliki pengertian yang lebih luas di suatu daerah. Hal ini disebabkan karena
sebagaimana dikemukakan berikut: “Governance pembangunan di era otonomi daerah saat
adalah mekanisme, praktik dan tata cara ini sebenarnya berada di desa karena desa
pemerintah dan warga mengatur sumberdaya merupakan ujung tombak dari pelaksanaan
dan memecahkan masalah-masalah publik. kehidupan yang demokratis di daerah. Oleh
Kualitas governance dinilai dari kualitas interaksi karena itu, pembangunan desa harus senantiasa
yang terjadi antara komponen governance, yaitu: menjadi perhatian utama pemerintah dengan
pemerintah, civil society, dan sektor swasta”. mengoptimalkan potensi sumber daya yang
(Sumarto, 2009:15) ada di desa. Hal ini sejalan dengan pendapat
Dari beberapa teori tersebut, dapat yang dikemukakan oleh Mutawali, et al. (1995:
disimpulkan bahwa pemerintah dalam konsep 9) bahwasannya pembangunan desa adalah:
participatory governance hanya ditempatkan “Kegiatan pembangunan yang ber
sebagai salah satu aktor dan tidak selalu menjadi langsung di pedesaan dan meliputi seluruh
aktor paling menentukan. Implikasinya, peran aspek kehidupan masyarakat, dilaksanakan
pemerintah sebagai pembangun maupun secara terpadu dengan mengembangkan
penyedia jasa pelayanan dan infrastruktur swadaya gotong-royong. Pembangunan
akan bergeser menjadi pendorong terciptanya desa diarahkan untuk memanfaatkan secara
lingkungan yang mampu memfasilitasi pihak optimal potensi sumber daya alam, dan
lain. Singkatnya, participatory governance dapat mengembangkan sumber daya manusianya
tercipta apabila dua kekuatan saling mendukung: dengan meningkatkan kualitas hidup,
warga yang bertanggung jawab, aktif, dan meningkatkan keterampilan, meningkatkan
memiliki kesadaran, bersama pemerintah yang prakarsa, dengan mendapatkan bimbingan dan
terbuka, tanggap, mau mendengar, dan mau bantuan dari aparatur pemerintahan, sesuai
melibatkan (inklusif). (Sumarto, 2009:3) dengan bidang tugasnya masing-masing”.
Dalam kegiatan pembangunan, partisipasi Merujuk pada pendapat di atas, maka
masyarakat merupakan perwujudan dari melaksanakan pembangunan pedesaan harus
konsep participatory governance. Partisipasi dilakukan dengan pendekatan secara multisektoral
yang dimaksud dalam hal ini adalah partisipasi (holistik) dengan memanfatkan sumber daya
masyarakat dalam keseluruhan proses alam dan sumber daya manusia secara optimal.
pem bangunan, mulai dari perencanaan, Selanjutnya menurut Adisasmita (2006: 21),
pelaksanaan, evaluasi, hingga pemanfaatan “Pembangunan masyarakat pedesaan merupakan
hasil pembangunan (Mardikanto dan Soebiato, bagian dari pembangunan masyarakat yang
2013: 82-84). Bahkan Wasistiono (1998) diarakan kepada pembangunan kelembagaan dan
menegaskan bahwa partisipasi masyarakat partisipasi serta pemberdayaan masyarakat dalam
tidak cukup dengan keterlibatannya dalam meningkatkan kesejahteraan pada satuan wilayah
keseluruhan proses pembangunan. Akan tetapi, pedesaan”.
partisipasi masyarakat tersebut harus dilandasi Dari pengertian tersebut mengandung
dengan rasa sukarela (tanpa paksaan), adanya makna, bahwa pembangunan desa tidak hanya
158 J u r nJaul r n a l
Ilmu Administrasi Volume XIII | Nomor 1 | April 2016
Ilmu Administrasi
Media Pengembangan dan Praktik Administrasi
Media Pengembangan dan Praktik Administrasi
Pemberdayaan Masyarakat Nelayan di Kecamatan Gunung Sitoli Idanoi Kota Gunungsitoli
} Ardiyansyah Tanjung
diukur dari pelaksanaan pembangunan untuk 2. Keterbatasan akses modal, teknologi dan
meningkatkan kesejahteraan masyarakat, pasar, sehingga mempengaruhi dinamika
akan tetapi sejauhmana masyarakat tersebut usaha.
diberdayakan dan secara mandiri berpartisipasi 3. Kelemahan fungsi kelembagaan sosial
mengembangkan dan melestarikan hasil ekonomi yang ada.
pembangunan. 4. Kualitas SDM yang rendah sebagai
akibat keterbatasan akses pendidikan,
3. Konsep Pemberdayaan Masyarakat
kesehatan,dan pelayanan publik.
Nelayan
5. Degradasi sumberdaya lingkungan, baik
Konsepsi pemberdayaan berkaitan erat di kawasan pesisir, laut maupun pulau-
dengan daya dan keberdayaan. Setiap manusia pulau kecil.
memiliki potensi yang dapat berkembang. 6. Belum kuatnya kebijakan yang berorientasi
Artinya bahwa tidak ada seorang individu pada kemaritiman sebagai pilar utama
pun yang tidak mempunyai daya sama sekali. pembangunan nasional.
Manusia selemah apapun dirinya, masih
mempunyai daya dan kekuatan yang sewaktu- Atas dasar uraian di atas, pemberdayaan
waktu dapat semakin hilang atau semakin masyarakat nelayan menurut Kusnadi (2009: 30)
berkembang, tergantung pada situasi dan kondisi dilakukan secara sadar, terencana, sistematik,
yang mengarahkannya. Agar daya itu tidak dan berkesinambungan untuk membangun
semakin menghilang, diperlukan adanya upaya kemandirian sosial, ekonomi, dan politik
untuk membangun daya itu, sehingga daya masyarakat nelayan dengan mengelola potensi
itu semakin berkembang. Hal ini sebagaimana sumber daya yang mereka miliki untuk mencapai
dikatakan oleh Kartasasmita (1996: 145) yang kesejahteraan sosial yang bersifat berkelanjutan.
mendefinisikan pemberdayaan sebagai, Hal ini perlu dilakukan untuk meningkatkan
“Upaya untuk membangun daya itu, dengan posisi tawar (bargaining position) masyarakat
mendorong, memotivasi, dan membangkitkan nelayan dalam pembangunan kawasan dan
kesadaran akan potensi yang dimilikinya serta pemanfaatan sumberdaya lingkungan. Dengan
berupaya untuk mengembangkannya”. demikian, tujuan mendasar pemberdayaan
Selanjutnya, Carlzon (Cook & Macaulai, masyarakat nelayan menurut Kusnadi (2009:
1996: 2) mengemukakan bahwa untuk 32-33) adalah, “Menjadikan masyarakat nelayan
mengembangkan potensi yang dimiliki memiliki keberdayaan di berbagai bidang
seseorang perlu dilakukan upaya-upaya untuk kehidupan, sehingga dengan keberdayaan
‘...membebaskan seseorang dari kendali yang tersebut mereka akan lebih mudah meraih
kaku dan memberi orang tersebut kebebasan kesejahteraan sosial secara berkelanjutan”.
untuk bertanggung jawab terhadap ide- Dari uraian di atas, dapat disimpulkan
idenya’. Hal ini sejalan dengan pendapat Carver bahwa pemberdayaan mengacu pada
(Clutterbuck, 1995: 12) yang menyatakan bahwa, peningkatan sumber daya dan kemampuan
“Empowerment in terms of encouraging and allowing masyarakat miskin untuk berpartisipasi,
individuals, to take personal responsibility for memutuskan, mengontrol, dan terlibat
improving the way they do their jobs and contribute dalam setiap proses yang mempengaruhi
to the organization goals”. kehidupan mereka. Untuk mewujudkan
Dari pendapat di atas, pemberdayaan pemberdayaan dimaksud perlu memahami
berarti memberi kekuatan kepada individu proses pemberdayaan masyarakat yang tepat
untuk bertanggung jawab atas kegiatan yang sehingga setiap program pemberdayaan
mereka kerjakan dalam upaya mencapai tujuan yang dicanangkan akan senantiasa ber
yang diharapkan. Dalam konteks masyarakat kesinambungan.
nelayan, pemberdayaan sangat diperlukan
4. Proses Pemberdayaan Masyarakat
karena masyarakat nelayan selama ini
menghadapi sejumlah masalah politik, sosial, Sebagai suatu proses, pemberdayaan
dan ekonomi yang kompleks. Masalah-masalah merupakan proses yang berkesinambungan
tersebut diantaranya adalah sebagai berikut (on going process) sepanjang hidup seseorang/
(Kusnadi, 2009: 28): masyarakat (Adi, 2008: 84). Dengan kata
1. Kemiskinan, kesenjangan sosial, dan lain, pemberdayaan merupakan serangkaian
tekanan-tekanan ekonomi yang datang kegiatan untuk memperkuat dan atau
setiap saat. mengoptimalkan keberdayaan kelompok
160 J u r nJaul r n a l
Ilmu Administrasi Volume XIII | Nomor 1 | April 2016
Ilmu Administrasi
Media Pengembangan dan Praktik Administrasi
Media Pengembangan dan Praktik Administrasi
Pemberdayaan Masyarakat Nelayan di Kecamatan Gunung Sitoli Idanoi Kota Gunungsitoli
} Ardiyansyah Tanjung
yang diperoleh di lapangan akurat dan sesuai dan menggantungkan dari luar, maka
dengan kondisi yang sebenarnya. inisiatif dan kemampuan masyarakat tidak
akan berkembang. Akibatnya, program
D. HASIL PENELITIAN DAN pembangunan masyarakat di wilayah tersebut
PEMBAHASAN akan terhenti dengan sendirinya tanpa memberi
manfaat yang berarti bagi masyarakat.
Keberhasilan pemberdayaan masyarakat
Berdasarkan penjelasan di atas, upaya pem
nelayan dalam konteks pembangunan dapat
berdayaan masyarakat nelayan juga dituntut
terwujud apabila masyarakat nelayan tersebut
untuk mampu menggali, mengembangkan,
menjadi bagian dari pelaku pembangunan
dan memanfaatkan potensi yang dimiliki oleh
itu sendiri. Dengan kata lain, pemberdayaan
masyarakat nelayan. Untuk mewujudkan hal
yang berhasil adalah pemberdayaan yang
ini, keterlibatan masyarakat nelayan sangat
mengedepankan participatory governance
dibutuhkan bahkan sebelum dilakukanya
dalam setiap tahapannya. Artinya, pemerintah
perumusan program pemberdayaan tersebut.
dalam mencanangkan berbagai program
Berdasarkan informasi yang diperoleh
pemberdayaan yang ditujukan untuk
dari lokasi penelitian, perumusan program
masyarakat nelayan bukan merupakan aktor
pemberdayaan masyarakat nelayan di
utama, akan tetapi senantiasa bersinergi dengan
laksanakan dengan terlebih dahulu melakukan
masyarakat nelayan maupun dengan pihak lain
survey kepada masyarakat nelayan yang
dalam keseluruhan prosesnya.
menjadi sasaran. Hal ini sesuai dengan
Untuk mengetahui sejauhmana pem
pernyataan dikemukakan oleh Kabid Kelautan
berdayaan masyarakat nelayan di Kecamatan
Dinas Pertanian, Peternakan, Kelautan, dan
Gunungsitoli Idanoi dalam konteks participatory
Perikanan Kota Gunungsitoli kepada penulis,
governance, di bawah ini akan dijelaskan
yang mengungkapkan bahwa sebelum di
proses pemberdayaan masyarakat nelayan di
tentukan bantuan apa yang akan diberikan,
Kecamatan Gunungsitoli Idanoi, yang terdiri
pemerintah terlebih dahulu melakukan survey
dari pengembangan potensi masyarakat
ke lapangan mengenai kebutuhan masyarakat
nelayan, penguatan potensi masyarakat nelayan,
nelayan. Survey ini dilakukan secara langsung
dan perlindungan masyarakat nelayan.
oleh tenaga pendamping perikanan yang ada di
1. Pengembangan Potensi Masyarakat lapangan.
Nelayan Pelaksanaan survey sebagaimana di
kemukakan oleh Kabid Kelautan di atas
Dalam konteks pemberdayaan masyarakat
juga dibenarkan oleh masyarakat nelayan di
nelayan, proses ini diwujudkan melalui pelibatan
Kecamatan Gunungsitoli Idanoi. Akan tetapi
mereka secara langsung dalam setiap tahapan
keterlibatan masyarakat nelayan dalam survey
program pemberdayaan yang dicanangkan.
tersebut dinilai hanya sebatas formalitas. Hal
Keterlibatan masyarakat nelayan ini dimulai
ini sesuai dengan informasi yang dikemukakan
sejak perumusan, pelaksanaan, hingga evaluasi
oleh salah seorang Nelayan Desa Tetehosi I (R.
terhadap program pemberdayaan tersebut.
Zamasi) dan Ketua Kelompok Nelayan Desa
Untuk lebih terarah, penjelasan mengenai ketiga
Humene (I. Gea), yang mengungkapkan bahwa
proses pemberdayaan ini dititikberatkan pada
tenaga pendamping perikanan yang ditugaskan
keterlibatan masyarakat nelayan pada setiap
melakukan survey ke lapangan hanya sekedar
tahapannya.
menandatangani laporan sehingga survey yang
a. Perumusan Program Pemberdayaan dilakukan terkesan hanya sebatas formalitas.
Bahkan, Camat Gunungsitoli Idanoi dan
Setiap upaya pembangunan harus meng pemerintah desa setempat (Kepala Desa Tetehosi
gali, mengembangkan, dan memanfaatkan I) juga mengakui bahwa dalam pelaksanaan
potensi sumberdaya yang tersedia di survey tersebut, pemerintah kecamatan dan
masyarakat. Dengan tergarapnya sumberdaya pemerintah desa tidak dilibatkan sama sekali.
alam, manusia, dan kelembagaan yang ada, Tidak terlibatnya masyarakat dalam
akan meningkatkan pengetahuan, keterampilan, perumusan program pemberdayaan tersebut
dan kemampuan masyarakat untuk ber pada akhirnya menghasilkan program pem
swakarsa dan berswadaya melaksanakan berdayaan yang tidak sesuai dengan kebutuhan
pembangunan di masa mendatang. Sebaliknya, masyarakat nelayan. Bahkan, dari tiga jenis
jika potensi sumberdaya lokal tidak tergarap bantuan yang diberikan oleh Pemerintah Kota
162 J u r nJaul r n a l
Ilmu Administrasi Volume XIII | Nomor 1 | April 2016
Ilmu Administrasi
Media Pengembangan dan Praktik Administrasi
Media Pengembangan dan Praktik Administrasi
Pemberdayaan Masyarakat Nelayan di Kecamatan Gunung Sitoli Idanoi Kota Gunungsitoli
} Ardiyansyah Tanjung
164 J u r nJaul r n a l
Ilmu Administrasi Volume XIII | Nomor 1 | April 2016
Ilmu Administrasi
Media Pengembangan dan Praktik Administrasi
Media Pengembangan dan Praktik Administrasi
Pemberdayaan Masyarakat Nelayan di Kecamatan Gunung Sitoli Idanoi Kota Gunungsitoli
} Ardiyansyah Tanjung
dikemukakan Ketua Kelompok Nelayan Desa Fowa dilakukan juga membuktikan bahwa program
(K. Zendrato) berikut, “Setelah bantuan dibagikan pemberdayaan yang disasarankan untuk
dan dokumen serah terima telah ditanda-tangani, masyarakat nelayan di Kecamatan Gunungsitoli
pemerintah tidak pernah sekalipun melakukan Idanoi tidak lebih hanya sekadar melaksanakan
evaluasi. Memang setelah bantuan dibagikan program rutin tahunan pemerintah.
tenaga pendamping mengunjungi kami tapi itu Tidak maksimalnya proses pengembangan
bukan untuk melakukan evaluasi, hanya sebatas potensi masyarakat nelayan di Kecamatan
menandatangani laporannya”. Gunungsitoli Idanoi disebabkan oleh beberapa
Berdasarkan pendapat di atas, maka faktor yang pada akhirnya menghambat
sudah cukup menjelaskan bahwa evaluasi proses pemberdayaan masyarakat nelayan
terhadap pelaksanaan program pemberdayaan di Kecamatan Gunungsitoli Idanoi secara
masyarakat nelayan di Kecamatan Gunungsitoli keseluruhan. Adapun faktor-faktor penghambat
Idanoi belum pernah dilakukan. Memang dimaksud meliputi hal-hal sebagai berikut:
Camat Gunungsitoli Idanoi mengungkapkan Pertama, program pemberdayaan
bahwa Pemerintah Kecamatan selama ini aktif masyarakat nelayan yang tidak tepat.
melakukan monitoring terhadap pelaksanaan Sebagaimana dijelaskan sebelumnya, program
program/kegiatan yang berada di wilayah pemberdayaan masyarakat nelayan di
Pemerintahan Kecamatan Gunungsitoli Idanoi. Kecamatan Gunungsitoli Idanoi merupakan
Namun evaluasi khusus mengenai pelaksanaan program dalam bentuk pemberian bantuan
program pemberdayaan masyarakat nelayan ini alat tangkap ikan. Program pemberdayaan
diakui belum pernah dilakukan sama sekali. dalam bentuk bantuan ini pada dasarnya hanya
Dari uraian di atas, proses pengembangan dapat memenuhi kebutuhan praktis sesaat.
potensi masyarakat nelayan di Kecamatan Selain itu, strategi pemberdayaan seperti ini
Gunungsitoli Idanoi belum berjalan dengan sama sekali tidak mendorong masyarakat
baik. Apabila mencermati kembali konsep yang untuk hidup mandiri, bahkan cenderung
dikemukakan oleh Kartasasmita (1996), proses menimbulkan kebergantungan masyarakat
pengembangan potensi masyarakat yang dikenal dari sasaran. Oleh karena itu, sebanyak apapun
dengan istilah enabling ini sebenarnya memiliki bantuan yang diberikan oleh pemerintah tanpa
makna yang sangat luas. Sebelum melakukan diintegrasikan dengan strategi yang tepat, maka
pengembangan potensi yang dimiliki oleh sampai kapanpun tidak akan mampu memberi
masyarakat, maka terlebih dahulu masyarakat kontribusi berarti bagi peningkatan kesejahteraan
perlu didorong, dimotivasi, dan dibangkitkan masyarakat penerima bantuan tersebut.
kesadaran akan potensi yang dimilikinya. Untuk Kedua, kurangnya keterlibatan masyarakat
mewujudkan hal ini, maka satu-satunya cara nelayan dalam setiap tahapan program
yang dapat dilakukan adalah melalui pelibatan pemberdayaan yang dicanangkan. Sebagaimana
masyarakat dalam setiap tahapan program dijelaskan sebelumnya, sejak perumusan program,
pemberdayaan yang dicanangkan. pelaksanaan program, hingga evaluasi program
Pelibatan masyarakat sebagaimana di pemberdayaan, masyarakat nelayan di Kecamatan
maksud dalam konsep ini sangat penting Gunungsitoli Idanoi masih belum dilibatkan
karena kebutuhan masyarakat hanya mampu sepenuhnya. Pentingya keterlibatan masyarakat
dipahami oleh masyarakat itu sendiri. Dengan dalam program pemberdayaan masyarakat telah
kata lain, masyarakat sebenarnya memahami beberapa kali dibahas dalam tulisan ini. Hal ini
kebutuhannya, akan tetapi diperlukan peran perlu mendapatkan penegasan bahwa tujuan
serta dari pihak-pihak luar sehingga kebutuhan pemberdayaaan masyarakat tidak akan pernah
masyarakat tersebut lebih terarah dalam upaya terwujud tanpa adanya keterlibatan masyarakat
peningkatan taraf hidup masyarakat itu sendiri. di dalamnya. Begitu juga halnya dengan program
Oleh karena itu, peran pemerintah dalam pemberdayaan masyarakat nelayan wajib
program pemberdayaan masyarakat nelayan ini melibatkan masyarakat nelayan dalam setiap
sangat dibutuhkan untuk membantu masyarakat tahapannya.
nelayan mengeksplor kebutuhannya.
Mencermati kenyataan yang terjadi, 2. Penguatan Potensi Masyarakat Nelayan
Pemerintah Kota Gunungsitoli sejauh ini Untuk melaksanakan proses penguatan
masih belum mampu menghasilkan program potensi masyarakat ini diperlukan langkah-
pemberdayaan yang sesuai dengan kebutuhan langkah yang tidak sebatas penciptaan iklim
masyarakat nelayan. Bahkan penelitian yang dan suasana. Langkah-langkah tersebut
menyangkut penyediaan berbagai masukan (input) Kecamatan Gunungsitoli Idanoi tidak menentu.
dan pembukaan akses ke dalam berbagai peluang Hal ini pada akhirnya menyebabkan munculnya
(opportunities) yang akan membuat masyarakat konflik di antara kelompok nelayan di Kecamatan
menjadi makin berdaya. Akses yang dimaksud Gunungsitoli Idanoi.
dapat berupa akses terhadap modal usaha, akses Konflik yang terjadi di antara kelompok
terhadap pasar, akses terhadap informasi dan nelayan terkait dengan akses informasi yang
teknologi, maupun akses terhadap sarana dan tidak merata ini biasanya berkaitan dengan
prasarana. Dengan demikian, penguatan potensi perbedaan jumlah bantuan yang diterima oleh
masyarakat nelayan ini tidak hanya menekankan setiap kelompok. Bahkan kelompok nelayan yang
penguatan individu sebagai anggota masyarakat, mendapatkan bantuan lebih sedikit menuding
akan tetapi juga menekankan penguatan terhadap pemerintah pandang bulu dalam memberikan
pranata-pranata yang ada dalam kehidupan informasi mengenai bantuan untuk nelayan ini.
masyarakat. Permasalahan di atas sebenarnya tidak akan
terjadi seandainya pemerintah memiliki akses
a. Akses Informasi dan mekanisme yang jelas dalam penyampaian
Informasi mengenai program pem informasi mengenai program pemberdayaan
berdayaan masyarakat nelayan di Kecamatan masyarakat nelayan ini. Selain itu, informasi
Gunungsitoli Idanoi sebagaimana dikemukakan mengenai program pemberdayaan masyarakat
oleh Kabid Kelautan disampaikan melalui surat nelayan ini akan lebih praktis seandainya
pemberitahuan. Selain itu, tenaga pendamping melibatkan pemerintah kecamatan/desa dalam
perikanan juga berperan dalam menginformasikan penyampaiannya. Namun dalam kasus ini,
mengenai program pem berdayaan tersebut. sepertinya dinas terkait mengesampingkan
Namun, pernyataan yang dikemukakan oleh peran dari pemerintah kecamatan/desa sehingga
Kabid Kelautan ini tidak sesuai dengan informasi informasi mengenai program pemberdayaan ini
yang disampaikan oleh Camat Gunungsitoli tidak merata didapatkan oleh masyarakat nelayan
Idanoi dan Ketua Ketua Kelompok Nelayan Desa di Kecamatan Gunungsitoli Idanoi.
Tetehosi I (OP. Gea), yang sama-sama menyatakan
b. Akses Teknologi
bahwa informasi mengenai program bantuan
untuk masyarakat nelayan ini berasal tenaga Karakteristik teknologi yang digunakan
pendamping perikanan secara langsung tanpa masyarakat pesisir, khususnya nelayan,
melalui pemberitahuan secara tertulis. pada umumnya masih bersifat tradisional.
Dalam kondisi seperti ini, penulis mencermati Dengan karakteristik seperti ini menyebabkan
bahwa informasi yang diterima oleh masyarakat produktivitas masyarakat nelayan rendah
nelayan di Kecamatan Gunungsitoli Idanoi yang berujung pada rendahnya pendapatan
tentunya beragam tergantung dari informasi yang diperoleh.Untuk lebih jelasnya, di bawah
yang disampaikan oleh tenaga pendamping ini ditampilkan karakteristik teknologi yang
perikanan tersebut. Apalagi jadwal kunjungan digunakan oleh nelayan tradisional dan nelayan
tenaga pendamping kepada kelompok nelayan di industri, yang diolah dari berbagai sumber.
166 J u r nJaul r n a l
Ilmu Administrasi Volume XIII | Nomor 1 | April 2016
Ilmu Administrasi
Media Pengembangan dan Praktik Administrasi
Media Pengembangan dan Praktik Administrasi
Pemberdayaan Masyarakat Nelayan di Kecamatan Gunung Sitoli Idanoi Kota Gunungsitoli
} Ardiyansyah Tanjung
yang jelas dalam pencapaian tujuan organisasi. Pendampingan dalam program pemberdayaan
Namun dari hasil penelitian yang diperoleh masyarakat ini merupakan bagian dari proses
di lapangan, satu-satunya kriteria yang masih perlindungan masyarakat.
dimiliki oleh kelompok nelayan di Kecamatan Pelaksanaan pendampingan masyarakat
Gununungsitoli Idanoi hanyalah kepengurusan nelayan di Kecamatan Gunungsitoli Idanoi
organisasi. Sementara visi misi dan strategi memiliki tujuan akhir membantu masyarakat
organisasi tidak ada sama sekali. Namun untuk meningkatkan kesejahteraannya.
sangat disayangkan, hingga saat ini kelompok Pencapaian tujuan tersebut harus didukung
nelayan di Kecamatan Gunungsitoli Idanoi oleh tenaga pendamping yang memahami
belum pernah dibekali dengan pengetahuan peran dan kedudukannya dalam melakukan
mengenai pengelolaan organisasi yang baik pendampingan. Adapun peran dan fungsi
dan benar. Dengan demikian, kelompok tenaga pendamping perikanan sebagaimana
nelayan di Kecamatan Gunungsitoli Idanoi bisa dijelaskan oleh Tenaga Pendamping Perikanan
dikatakan lemah secara kelembagaan, yang Kecamatan Gunungsitoli Idanoi, sebagai
ini pada akhirnya tidak mampu berkontribusi berikut:
dalam penguatan potensi yang dimiliki oleh “Peran utama tenaga pendamping
masyaralat nelayan itu sendiri. perikanan ini adalah sebagai fasilitator bagi
Kedua, keterbatasan masyarakat nelayan masyarakat/kelompok binaan dengan pihak-
dalam mengakses berbagai sumber daya. Pada pihak luar. Selain itu, tenaga pendamping juga
pembahasan sebelumnya telah dijelaskan bahwa berperan dalam mentransfer pengetahuan dan
masyarakat nelayan di Kecamatan Gunungsitoli ketrampilan kepada masyarakat/kelompok
Idanoi memiliki keterbatasan dalam mengakses binaan yang berguna untuk peningkatan
berbagai sumber daya yang ada.Mulai dari akses kesejahteraan masyarakat yang bersangkutan.
informasi, akses teknologi, akses modal, hingga Tenaga pendamping perikanan juga berperan
akses pasar, semuanya masih belum berjalan sebagai problem solution seputar perikanan serta
dengan baik. Padahal, tolak ukur keberhasilan sebagai mediator antara masyarakat/kelompok
proses penguatan potensi masyarakat ini binaan dengan pihak-pihak luar termasuk
terletak pada pemberian akses yang luas kepada dengan pemerintah”.
masyarakat ke dalam berbagai sumber daya Dari pernyataan di atas, peran dan fungsi
yang ada. Dengan terbatasnya akses masyarakat tenaga pendamping sudah diketahui secara jelas
nelayan ini, maka tidak mengherankan apabila oleh Tenaga Pendamping Perikanan Kecamatan
pada akhirnya penguatan potensi masyarakat Gunungsitoli Idanoi. Program nyata tenaga
nelayan di Kecamatan Gunungsitoli Idanoi pendamping perikanan dalam menjalankan
tidak tercapai. peran dan fungsinya sebagaimana dijelaskan
oleh Kabid Kelautan dilakukan dengan
3. Perlindungan Masyarakat Nelayan mengunjungi langsung masyarakat nelayan.
Dalam konteks pemberdayaan masyarakat, Kunjungan tersebut bertujuan untuk berbagai
perlindungan masyarakat tidak hanya sebatas masukan dari para nelayan untuk kemudian
melindungi yang lemah, akan tetapi berfungsi disampaikan kepada dinas terkait. Selain itu,
untuk menjaga keberlanjutan dari suatu kegiatan pendampingan juga dilakukan melalui
program pemberdayaan. Keberlanjutan yang keikutsertaan tenaga pendamping dalam rapat-
dimaksud dalam hal ini tidak berarti program rapat kelompok nelayan.
pemberdayaan tersebut harus diagendakan Dari penuturan yang disampaikan oleh
secara rutin. Akan tetapi program pemberdayaan beberapa informan, pelaksanaan kegiatan
yang telah atau sedang berlangsung memberikan pendampingan sebagaimana dijelaskan oleh
dampak positif jangka panjang bagi masyarakat. Kabid Kelautan di atas pada kenyataannya
Sebagaimana dijelaskan sebelumnya, tidak berjalan dengan baik. Kunjungan
masyarakat nelayan pada umumnya masih kepada kelompok nelayan memang dilakukan
hidup di bawah garis kemiskinan.Saking oleh tenaga pendamping perikanan, akan
miskinnya, masyarakat nelayan ini sering disebut tetapi kunjungan ini tidak dilakukan setiap
sebagai kelompok masyarakat yang miskin di bulan. Selain itu, kunjungan yang dilakukan
antara yang miskin (the poorest of the poor). Untuk oleh tenaga pendamping ini tidak memiliki
memberdayakan masyarakat nelayan ini, maka mekanisme sama sekali. Begitu juga halnya
perlu dilakukan pendampingan dalam setiap dengan keikutsertaan tenaga pendamping pada
program yang disasarankan untuk mereka. rapat-rapat kelompok nelayan tidak berjalan
168 J u r nJaul r n a l
Ilmu Administrasi Volume XIII | Nomor 1 | April 2016
Ilmu Administrasi
Media Pengembangan dan Praktik Administrasi
Media Pengembangan dan Praktik Administrasi
Pemberdayaan Masyarakat Nelayan di Kecamatan Gunung Sitoli Idanoi Kota Gunungsitoli
} Ardiyansyah Tanjung
170 J u r nJaul r n a l
Ilmu Administrasi Volume XIII | Nomor 1 | April 2016
Ilmu Administrasi
Media Pengembangan dan Praktik Administrasi
Media Pengembangan dan Praktik Administrasi
Pemberdayaan Masyarakat Nelayan di Kecamatan Gunung Sitoli Idanoi Kota Gunungsitoli
} Ardiyansyah Tanjung
Kusnadi. 2003. Akar Kemiskinan Nelayan. Roesmidi dan Riza Risyanti. 2006. Pemberdayaan
Yogyakarta: LKiS Pelangi Aksara. Masyarakat. Sumedang: Alqaprint
________, dkk. 2007. Strategi Hidup Masyarakat Jatinangor.
Nelayan. Yogyakarta: LKiS Pelangi Aksara. Satria A. 2001. Dinamika Modernisasi Perikanan:
_______. 2009. Keberdayaan Nelayan dan Dinamika Formasi Sosial dan Mobilitas Nelayan.
Ekonomi Pesisir. Yogyakarta: Ar-Ruzz Bandung: Humaniora Utama Press.
Media. Soetomo, 2009. Pembangunan Masyarakat,
Mardikanto, Totok dan Poerwoko Soebiato. Merangkai Sebuah Kerangka. Yogyakarta:
2013. Pemberdayaan Masyarakat dalam Pustaka Pelajar.
Perspektif Kebijakan Publik. Edisi Revisi. Soleh, Chabib. 2014. Dialetika Pembangunan
Bandung: Alfabeta. dengan Pemberdayaan. Bandung:
Miles, Matthew B and A. Michael Huberman. Fokusmedia.
1994. Data Management and Analysis Suharto, Edi. 1997. Pembangunan, Kebijakan Sosial,
Methods. In: Norman K. Denzin end Yvonna S. dan Pekerjaan Sosial: Spekrum Pemikiran.
Lincoln. Handbook of Qualitative Research. Bandung: Lembaga Studi Pembangunan
Thousand Oaks, CA: Sage. p 428-429. STKS (LSP-STKS).
Moleong, Lexy J. 2007. Metodologi Penelitian ___________. 2005. Membangun Masyarakat
Kualitatif. Bandung: Remaja Rosdakarya. Memberdayakan Rakyat. Bandung: Refika
Mulyadi, Deddy. 2015. Studi Kebijakan Publik Aditama.
dan Pelayanan Publik, Konsep dan Aplikasi Sukardi, Akhmad. 2009. Participatory Governance
Proses Kebijakan Publik dan Pelayanan Publik. dalam Pengelolaan Keuangan Daerah.
Bandung: Alfabeta. Yogyakarta: LaksBang.
Mutawali, et al. 1995. Pembangunan Desa Terpadu. Sumarto, Hetifah Sj. 2009. Inovasi, Partisipasi,
Bandung: YBA-IKLUM STIA LAN-RI. dan Good Governance: 20 Prakarsa Inovatif
Nikijuluw, PHV. 2002. Rezim Pengelolaan dan Partisipatif di Indonesia. Edisi Kedua.
Sumberdaya Perikanan: P3R. Jakarta: Pustaka Jakarta: Yayasan Obor Indonesia.
Cidesindo. Undang Undang Republik Indonesia Nomor
Osmani, Siddique R. 2008. Participatory 16 Tahun 2006 tentang Sistem Penyuluhan
Governance and The Millennium Development Pertanian, Perikanan, dan Kehutanan.
Goals (MDGs). New York: United Nations. Undang Undang Republik Indonesia Nomor 23
Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah.
Nomor 43 Tahun 2014 tentang Peraturan Undang Undang Republik Indonesia Nomor 6
Pelaksanaan Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2014 tentang Desa.
Tahun 2014 tentang Desa. Wasistiono, Sadu. 1998. Pemberdayaan Aparatur
Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 32 Daerah. Bandung: Abdi Praja.
Tahun 2011 tentang Pedoman Pemberian Williams, Michael. 1998. Enabling beyond
Hibah dan Bantuan Sosial yang Bersumber Empowering. London: Thorogood Limited.
dari Anggaran Pendapatan dan Belanja
Wrihatnolo, Randy R. dan Riant Nugroho
Daerah.
Dwidjowijoto. 2007. Manajemen
Peraturan Menteri Dalam Negeri Republik Pemberdayaan, Sebuah Pengantar dan
Indonesia Nomor 39 Tahun 2012 tentang Panduan Untuk Pemberdayaan Masyarakat.
Perubahan Atas Peraturan Menteri Dalam Jakarta: PT. Elex Media Komputindo.
Negeri Nomor 32 Tahun 2011 Tentang
Yulianti, Yayuk dan Mangku Poernomo. 2003.
Pedoman Pemberian Hibah dan Bantuan
Sosiologi Pedesaan. Yogyakarta: Lappera
Sosial yang Bersumber dari Anggaran
Pustaka Utama.
Pendapatan dan belanja daerah.
172 J u r nJaul r n a l
Ilmu Administrasi Volume XIII | Nomor 1 | April 2016
Ilmu Administrasi
Media Pengembangan dan Praktik Administrasi
Media Pengembangan dan Praktik Administrasi