Anda di halaman 1dari 18

} Halaman 155 – 172

PEMBERDAYAAN MASYARAKAT NELAYAN DI KECAMATAN


GUNUNGSITOLI IDANOI KOTA GUNUNGSITOLI

Ardiyansyah Tanjung
Pemerintah Kota Gunungsitoli
e-mail: ardyns_tj@yahoo.com

Abstrak
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui dan menganalisis proses pemberdayaan masyarakat
nelayan di Kecamatan Gunungsitoli Idanoi. Aspek yang diteliti dalam penelitian ini terdiri dari tiga,
yaitu: enabling, empowering, dan protecting. Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan pendekatan
penelitian kualitatif dengan metode studi kasus. Teknik pengumpulan data dilakukan dengan cara
wawancara mendalam, pengamatan terlibat, dan studi dokumentasi. Hasil penelitian menunjukkan
bahwa pelaksanaan pemberdayaan masyarakat nelayan di Kecamatan Gunungsitoli Idanoi belum
berjalan secara maksimal. Pada setiap tahapan/proses pemberdayaan, masyarakat nelayan tidak
dilibatkan secara penuh sehingga program pemberdayaan yang dihasilkan bukanlah program yang
sesuai dengan kebutuhan masyarakat nelayan. Masyarakat nelayan juga mempunyai keterbatasan
dalam mengakses berbagai sumber daya yang ada, mulai dari akses informasi dan teknologi, akses
modal, hingga akses pasar. Proses pendampingan yang diharapkan dapat mengatasi permasalahan ini
juga tidak berjalan secara maksimal.
Kata Kunci: Pemberdayaan, Masyarakat Nelayan, Kemandirian

Fishermen Community Empowerment at Gunungsitoli Idanoi


Sub-district of Gunungsitoli City

Abstract
This research aimed to identify and analyze the process of fishermen community empowerment at Gunungsitoli
Idanoi Sub-district. The aspects to be researched included the three pillars: enabling, empowering, and protecting.
This research employed a qualitative method with a case study. The data were collected by means of in-depth
interviews, participant observation, and document reviews. The research results showed that the implementation
of the fishermen community empowerment at Gunungsitoli Idanoi Sub-district did not run optimally. At each
stage/process of empowerment, the fishermen were not fully involved so that the empowerment programs did
not fit their needs. The community also had limited access to various available resources, such as information
and technology, capital, and markets. This condition was further exacerbated by weak institutional capacity of
fishermen groups at the sub-district. The advocating process which was expected to solve the existing problems
did not run optimally.
Keywords: Empowerment, Fishermen Community, Resilience

A. PENDAHULUAN Permasalahan yang dialami oleh


masyarakat nelayan pada dasarnya berkaitan
Pengalaman bangsa Indonesia di masa
dengan keterbatasan ekonomi (kemiskinan).
lalu dalam membangun wilayah pesisir dan
Keterbatasan ekonomi masyarakat nelayan
lautan menunjukkan hasil yang kurang optimal
ini bukanlah perkara sederhana mengingat
dan cenderung menuju ke arah yang tidak
dampak yang ditimbulkannya sangat luas.
berkelanjutan. Masyarakat nelayan sebagai
Dengan keterbatasan ekonomi ditambah
komunitas wilayah pesisir sering kali tersisih
kualitas SDM yang rendah akan memicu para
dari pembangunan, sebab prioritas kebijakan
nelayan melakukan eksploitasi yang besar-
pemerintah lebih terfokus kepada sektor
besaran terhadap sumber daya laut yang ada
pertanian atau daratan. Kurangnya keberpihakan
sehingga dapat mengancam kelangsungan
pemerintah, masyarakat, maupun pihak ketiga
kehidupan generasi yang akan datang.
kepada masyarakat nelayan ini pada akhirnya
Permasalahan yang dihadapi oleh
memunculkan berbagai permasalahan yang
masyarakat nelayan yang tinggal pada wilayah
kompleks dalam pengelolaan wilayah pesisir.
pesisir di seluruh Indonesia hampir sama. Kota

Jurnal Jurnal 155


Volume XIII | Nomor 1 | April 2016 Ilmu Administrasi
Ilmu Administrasi
Media Pengembangan dan Praktik Administrasi
Media Pengembangan dan Praktik Administrasi
Pemberdayaan Masyarakat Nelayan di Kecamatan Gunung Sitoli Idanoi Kota Gunungsitoli
} Ardiyansyah Tanjung

Gunungsitoli yang berada di Kepulauan Nias Berbagai permasalahan yang dihadapi


dengan di kelilingi lautan yang luas juga tidak para nelayan di Kecamatan Gunungsitoli
mampu memberi kontribusi yang berarti dalam Idanoi pada dasarnya bisa diatasi melalui
meningkatkan kesejahteraan masyarakat pesisir pemberdayaan. Melalui pemberdayaan,
khususnya masyarakat nelayan. Padahal dari masyarakat nelayan akan lebih kuat dan
enam kecamatan yang ada di Kota Gunungsitoli, memiliki kemandirian sosial, ekonomi, dan
tiga diantaranya terletak di wilayah pantai. politik untuk mencapai kesejahteraan sosial
Bahkan, salah satu kecamatan terluas di Kota yang bersifat berkelanjutan. Oleh karena itu,
Gunungsitoli yaitu Kecamatan Gunungsitoli Pemerintah Kota Gunungsitoli melalui Dinas
Idanoi mayoritas masyarakatnya bermata Pertanian, Peternakan, Kelautan, dan Perikanan
pencaharian sebagai nelayan. Kota Gunungsitoli melakukan pemberdayaan
Kecamatan Gunungsitoli Idanoi secara kepada masyarakat nelayan di Kota
keseluruhan terdiri dari 26 desa. Dari 26 desa Gunungsitoli melalui program pengembangan
tersebut, tiga desa diantaranya memiliki jumlah perikanan tangkap. Program ini merupakan
nelayan yang paling banyak, yaitu Desa Tetehosi satu-satunya program pemberdayaan
I, Desa Fowa, dan Desa Humene. Selain itu, yang dicanangkan oleh Pemerintah Kota
wilayah pantai dari ketiga desa tersebut juga Gunungsitoli untuk masyarakat nelayan sejak
digunakan sebagai tempat berlabuhnya perahu- Kota Gunungsitoli dibentuk pada tahun 2008.
perahu nelayan dari desa lainnya di Kecamatan Dari enam kecamatan di Kota Gunungsitoli,
Gunungsitoli Idanoi. Bahkan nelayan-nelayan hanya satu kecamatan yang menjadi sasaran
dari desa lainnya juga ikut bergabung dalam dari pelaksanaan program ini, yaitu Kecamatan
kelompok nelayan yang ada di tiga desa Gunungsitoli Idanoi. Program ini berupa
tersebut. pengadaan alat-alat tangkap ikan yang
Masyarakat nelayan di Desa Tetehosi kemudian dibagikan kepada masyarakat
I, Desa Fowa, dan Desa Humene mayoritas nelayan. Adapun alat-alat tangkap ikan yang
merupakan nelayan tradisional. Dikatakan pernah dibagikan kepada masyarakat nelayan
sebagai nelayan tradisional karena para nelayan di Kecamatan Gunungsitoli Idanoi, yaitujala/
di tiga desa tersebut sebagian besar masih jaring ikan sebanyak 50 unit, perahu motor
menggunakan perahu/kapal yang masih bermesin 10 GT sebanyak 35 unit, dan cool box
sederhana. Dari 367 perahu/kapal yang dimiliki sebanyak 70 unit.
nelayan di Kecamatan Gunungsitoli Idanoi, 224 Alat-alat tangkap ikan sebagaimana
diantaranya masih berupa perahu tanpa motor. disebutkan di atas pada dasarnya tidak
Sebagai nelayan tradisional, kehidupan nelayan diserahkan secara langsung kepada masyarakat
sangat bergantung pada keadaan cuaca. Jika nelayan, akan tetapi diserahkan melalui
cuaca buruk (gelombang laut besar), maka para kelompok nelayan yang ada di masing-masing
nelayan tidak akan pergi melaut. Selama tidak desa. Tujuannya adalah untuk mempermudah
melaut, praktis mereka tidak menghasilkan memecahkan berbagai permasalahan yang
pendapatan sama sekali sehingga untuk dihadapi oleh anggota dalam kelompok
memenuhi kebutuhan hidup terpaksa ditutupi tersebut. Selain itu, dengan adanya kelompok
dengan cara berutang. Kondisi ini biasanya nelayan, distribusi dan pengawasan bantuan
berlangsung berminggu-minggu bahkan yang diberikan kepada para nelayan dapat
berbulan-bulan tergantung keadaan cuaca. dengan mudah dilaksanakan.Adapun kelompok
Masyarakat nelayan di Kecamatan nelayan yang ada di Kecamatan Gunungsitoli
Gunungsitoli Idanoi sebenarnya menyadari Idanoi berjumlah 11 kelompok yang berpusat
bahwa untuk memenuhi kebutuhan keluarga di tiga desa, yaitu Desa Tetehosi I sebanyak tiga
terutama jika gelombang laut sedang besar, kelompok, Desa Fowa sebanyak dua kelompok,
perlu mencari alternatif pekerjaan lain. Akan dan Desa Humene sebanyak enam kelompok.
tetapi masyarakat nelayan tidak memiliki Banyak sedikitnya jumlah kelompok nelayan
keterampilan lain selain sebagai nelayan. Selain ini tergantung dari jumlah masyarakat nelayan
itu, melakukan atau memulai pekerjaan lain di masing-masing desa.
seperti bertani/berladang juga membutuhkan Berkaitan dengan hal di atas, pem­
modal, sementara akses masyarakat nelayan berdayaan masyarakat melalui pemberian
terhadap modal tidak ada. Dalam kondisi seperti bantuan, baik melalui pribadi maupun melalui
ini, maka masyarakat nelayan pada akhirnya kelompok masyarakat, pada dasarnya hanya
hanya bisa pasrah dengan keadaan yang terjadi. dapat memenuhi kebutuhan praktis sesaat.

156 J u r nJaul r n a l
Ilmu Administrasi Volume XIII | Nomor 1 | April 2016
Ilmu Administrasi
Media Pengembangan dan Praktik Administrasi
Media Pengembangan dan Praktik Administrasi
Pemberdayaan Masyarakat Nelayan di Kecamatan Gunung Sitoli Idanoi Kota Gunungsitoli
} Ardiyansyah Tanjung

Selain itu, strategi pemberdayaan seperti ini terbukti tidak mampu memberi perubahan,
sama sekali tidak mendorong masyarakat malahan kelompok nelayan yang ada hanya
untuk hidup mandiri, bahkan cenderung muncul ketika bantuan dari pemerintah akan
menimbulkan kebergantungan masyarakat dikucurkan.
dari sasaran. Oleh karena itu, sebanyak apapun Ketiga, pendampingan kelompok nelayan
bantuan yang diberikan oleh pemerintah tanpa di Kecamatan Gunungsitoli Idanoi tidak
diintegrasikan dengan strategi yang tepat, dipersiapkan dengan baik oleh pemerintah.
maka sampai kapanpun tidak akan mampu Dari 11 (sebelas) kelompok nelayan yang
memberi kontribusi berarti bagi peningkatan ada, Pemerintah Kota Gunungsitoli hanya
kesejahteraan masyarakat penerima bantuan memfasilitasi satu orang tenaga pendamping
tersebut. Kondisi ini juga yang terjadi pada perikanan. Tenaga pendamping perikanan yang
pelaksanaan pemberdayaan masyarakat hanya satu orang tentu tidaklah cukup untuk
nelayaan di Kecamatan Gunungsitoli Idanoi. menjangkau semua kelompok nelayan yang
Program pemberdayaan yang dicanangkan ada di Kecamatan Gunungsitoli Idanoi. Dalam
melalui pemberian bantuan alat tangkap ikan kondisi seperti ini, maka tidak mengherankan
pada akhirnya tidak mampu mewujudkan setiap program Pemerintah Kota Gunungsitoli
kemandirian masyarakat nelayan di Kecamatan termasuk pemberian bantuan alat tangkap ikan
Gunungsitoli Idanoi. Hal ini dapat dilihat dari tidak mampu dimaksimalkan penggunaannya
fenomena yang didasarkan pada pengamatan oleh para nelayan.
serta wawancara awal (pra-penelitian), yang Dari fenomena-fenomena yang di­
meliputi hal-hal sebagai berikut: kemukakan di atas, maka pelaksanaan pem­
Pertama, program/bantuan yang diberikan berdayaan masyarakat nelayan di Kecamatan
kepada masyarakat nelayan di Kecamatan Gunungsitoli Idanoi ini sangat menarik untuk
Gunungsitoli Idanoi tidak diawali dengan diteliti. Dengan demikian, penelitian ini pada
identifikasi kebutuhan rill nelayan. Akibatnya, dasarnya bertujuan untuk mengetahui dan
program/bantuan tersebut tidak tepat sasaran menganalisis proses pemberdayaan masyarakat
dan tidak tepat guna. Sebagai contoh, bantuan nelayan di Kecamatan Gunungsitoli Idanoi,
yang terakhir diterima oleh kelompok nelayan termasuk hambatan-hambatan yang dihadapi.
di Desa Tetehosi I yaitu satu paket jala/jaring Dari hasil analisis ini diharapkan mampu
ikan. Paket jala/jaring ikan tersebut ternyata menghasilkan rekomendasi perbaikan atas
tidak dapat dimanfaatkan oleh para nelayan. permasalahan tersebut sehingga penelitian ini
Pasalnya, jala/jaring ikan tersebut ukurannya diharapkan bermanfaat bagi Pemerintah Kota
sangat kecil, sementara berdasarkan pengalaman Gunungsitoli, khususnya masyarakat nelayan
para nelayan untuk menangkap ikan di sekitar di Kecamatan Gunungsitoli Idanoi.
wilayah pesisir Kecamatan Gunungsitoli Idanoi
menggunakan jala/jaring yang ukurannya lebih B. LANDASAN TEORETIS
besar lagi.
Dalam penelitian ini disampaikan beberapa
Kedua, masyarakat nelayan di Kecamatan
kerangka teori/konsep yang berkaitan dengan
Gunungsitoli Idanoi yang mayoritas nelayan
topik kajian. Adapun beberapa hal tersebut
tradisional pada dasarnya tidak memiliki
adalah konsep participatory governance, konsep
pengetahuan dan ketrampilan yang memadai
pembangunan desa, dan konsep pemberdayaan
mengenai teknologi perikanan. Selama ini,
masyarakat nelayan.
para nelayan hanya mengandalkan intuisi
dan pengalaman secara turun temurun 1. Konsep Participatory Governance
dalam menangkap ikan. Bahkan, hingga
Dalam perkembangan paradigma
saat ini pengolahan hasil laut di Kecamatan
administrasi publik, konsep participatory
Gunungsitoli Idanoi belum ada. Faktor penyebab
governance muncul sebagai dorongan untuk
utamanya adalah kurangnya pengetahuan,
melakukan perubahan besar dalam menjawab
informasi, dan modal usaha dalam mengolah
tantangan globalisasi yang berkembang sangat
hasil tangkapan tersebut. Begitu juga halnya
pesat. Selain itu, tuntutan yang kuat terhadap
dengan pemasaran hasil tangkapan para
penyelenggaran negara untuk lebih demokratis
nelayan masih belum memiliki akses yang luas
juga mendorong munculnya konsep participatory
sehingga ketergantungan nelayan kepada para
governance ini. (Sumarto, 2009 dan Sukardi, 2009)
tengkulak/penggalas ikan masih sangat tinggi.
Kelompok nelayan yang telah dibentuk juga

Jurnal Jurnal 157


Volume XIII | Nomor 1 | April 2016 Ilmu Administrasi
Ilmu Administrasi
Media Pengembangan dan Praktik Administrasi
Media Pengembangan dan Praktik Administrasi
Pemberdayaan Masyarakat Nelayan di Kecamatan Gunung Sitoli Idanoi Kota Gunungsitoli
} Ardiyansyah Tanjung

Pendapat di atas sejalan dengan pendapat keterlibatan secara emosional, dan memperoleh
Osmani (2008: 10), yang mengemukakan manfaat secara langsung maupun tidak
bahwa: “The idea of participatory governance has langsung dari keterlibatannya.
gained enormous popularity in recent times, both
in academic discourse and actual practice. Analysts 2. Konsep Pembangunan Desa
have used theoretical constructs such as ‘deliberative Menurut Yulianti dan Poernomo (2003:
democracy’ and ‘empowered participatory 23) desa adalah, “Suatu kesatuan hukum, di
governance’ to scrutinise the scope and limitations of mana bertempat tinggal suatu masyarakat
people’s participation in the process of governance”. yang berkuasa dan mengadakan pemerintahan
Dengan kata lain, konsep participatory governance sendiri”. Dalam pengertian tersebut terkandung
ini muncul untuk mengkiritisi pengelolaan makna bahwa desa memiliki apa yang disebut
pemerintahan yang mengesampingkan sebagai “hak otonomi”, yaitu hak untuk
partisipasi masyarakat dalam pembuatan mengatur dan mengurus rumah tangganya
keputusan publik. sendiri berdasarkan asal usul dan adat istiadat
Berdasarkan pendapat di atas, maka setempat.
pengertian governance menurut Sumarto tidak Selain memiliki “hak otonomi”, desa juga
terbatas pada peran pemerintah semata, akan menjadi tolok ukur keberhasilan pembangunan
tetapi memiliki pengertian yang lebih luas di suatu daerah. Hal ini disebabkan karena
sebagaimana dikemukakan berikut: “Governance pembangunan di era otonomi daerah saat
adalah mekanisme, praktik dan tata cara ini sebenarnya berada di desa karena desa
pemerintah dan warga mengatur sumberdaya merupakan ujung tombak dari pelaksanaan
dan memecahkan masalah-masalah publik. kehidupan yang demokratis di daerah. Oleh
Kualitas governance dinilai dari kualitas interaksi karena itu, pembangunan desa harus senantiasa
yang terjadi antara komponen governance, yaitu: menjadi perhatian utama pemerintah dengan
pemerintah, civil society, dan sektor swasta”. mengoptimalkan potensi sumber daya yang
(Sumarto, 2009:15) ada di desa. Hal ini sejalan dengan pendapat
Dari beberapa teori tersebut, dapat yang dikemukakan oleh Mutawali, et al. (1995:
disimpulkan bahwa pemerintah dalam konsep 9) bahwasannya pembangunan desa adalah:
participatory governance hanya ditempatkan “Kegiatan pembangunan yang ber­
sebagai salah satu aktor dan tidak selalu menjadi langsung di pedesaan dan meliputi seluruh
aktor paling menentukan. Implikasinya, peran aspek kehidupan masyarakat, dilaksanakan
pemerintah sebagai pembangun maupun secara terpadu dengan mengembangkan
penyedia jasa pelayanan dan infrastruktur swadaya gotong-royong. Pembangunan
akan bergeser menjadi pendorong terciptanya desa diarahkan untuk memanfaatkan secara
lingkungan yang mampu memfasilitasi pihak optimal potensi sumber daya alam, dan
lain. Singkatnya, participatory governance dapat mengembangkan sumber daya manusianya
tercipta apabila dua kekuatan saling mendukung: dengan meningkatkan kualitas hidup,
warga yang bertanggung jawab, aktif, dan meningkatkan keterampilan, meningkatkan
memiliki kesadaran, bersama pemerintah yang prakarsa, dengan mendapatkan bimbingan dan
terbuka, tanggap, mau mendengar, dan mau bantuan dari aparatur pemerintahan, sesuai
melibatkan (inklusif). (Sumarto, 2009:3) dengan bidang tugasnya masing-masing”.
Dalam kegiatan pembangunan, partisipasi Merujuk pada pendapat di atas, maka
masyarakat merupakan perwujudan dari melaksanakan pembangunan pedesaan harus
konsep participatory governance. Partisipasi dilakukan dengan pendekatan secara multisektoral
yang dimaksud dalam hal ini adalah partisipasi (holistik) dengan memanfatkan sumber daya
masyarakat dalam keseluruhan proses alam dan sumber daya manusia secara optimal.
pem­ bangunan, mulai dari perencanaan, Selanjutnya menurut Adisasmita (2006: 21),
pelaksanaan, evaluasi, hingga pemanfaatan “Pembangunan masyarakat pedesaan merupakan
hasil pembangunan (Mardikanto dan Soebiato, bagian dari pembangunan masyarakat yang
2013: 82-84). Bahkan Wasistiono (1998) diarakan kepada pembangunan kelembagaan dan
menegaskan bahwa partisipasi masyarakat partisipasi serta pemberdayaan masyarakat dalam
tidak cukup dengan keterlibatannya dalam meningkatkan kesejahteraan pada satuan wilayah
keseluruhan proses pembangunan. Akan tetapi, pedesaan”.
partisipasi masyarakat tersebut harus dilandasi Dari pengertian tersebut mengandung
dengan rasa sukarela (tanpa paksaan), adanya makna, bahwa pembangunan desa tidak hanya

158 J u r nJaul r n a l
Ilmu Administrasi Volume XIII | Nomor 1 | April 2016
Ilmu Administrasi
Media Pengembangan dan Praktik Administrasi
Media Pengembangan dan Praktik Administrasi
Pemberdayaan Masyarakat Nelayan di Kecamatan Gunung Sitoli Idanoi Kota Gunungsitoli
} Ardiyansyah Tanjung

diukur dari pelaksanaan pembangunan untuk 2. Keterbatasan akses modal, teknologi dan
meningkatkan kesejahteraan masyarakat, pasar, sehingga mempengaruhi dinamika
akan tetapi sejauhmana masyarakat tersebut usaha.
diberdayakan dan secara mandiri berpartisipasi 3. Kelemahan fungsi kelembagaan sosial
mengembangkan dan melestarikan hasil ekonomi yang ada.
pembangunan. 4. Kualitas SDM yang rendah sebagai
akibat keterbatasan akses pendidikan,
3. Konsep Pemberdayaan Masyarakat
kesehatan,dan pelayanan publik.
Nelayan
5. Degradasi sumberdaya lingkungan, baik
Konsepsi pemberdayaan berkaitan erat di kawasan pesisir, laut maupun pulau-
dengan daya dan keberdayaan. Setiap manusia pulau kecil.
memiliki potensi yang dapat berkembang. 6. Belum kuatnya kebijakan yang berorientasi
Artinya bahwa tidak ada seorang individu pada kemaritiman sebagai pilar utama
pun yang tidak mempunyai daya sama sekali. pembangunan nasional.
Manusia selemah apapun dirinya, masih
mempunyai daya dan kekuatan yang sewaktu- Atas dasar uraian di atas, pemberdayaan
waktu dapat semakin hilang atau semakin masyarakat nelayan menurut Kusnadi (2009: 30)
berkembang, tergantung pada situasi dan kondisi dilakukan secara sadar, terencana, sistematik,
yang mengarahkannya. Agar daya itu tidak dan berkesinambungan untuk membangun
semakin menghilang, diperlukan adanya upaya kemandirian sosial, ekonomi, dan politik
untuk membangun daya itu, sehingga daya masyarakat nelayan dengan mengelola potensi
itu semakin berkembang. Hal ini sebagaimana sumber daya yang mereka miliki untuk mencapai
dikatakan oleh Kartasasmita (1996: 145) yang kesejahteraan sosial yang bersifat berkelanjutan.
mendefinisikan pemberdayaan sebagai, Hal ini perlu dilakukan untuk meningkatkan
“Upaya untuk membangun daya itu, dengan posisi tawar (bargaining position) masyarakat
mendorong, memotivasi, dan membangkitkan nelayan dalam pembangunan kawasan dan
kesadaran akan potensi yang dimilikinya serta pemanfaatan sumberdaya lingkungan. Dengan
berupaya untuk mengembangkannya”. demikian, tujuan mendasar pemberdayaan
Selanjutnya, Carlzon (Cook & Macaulai, masyarakat nelayan menurut Kusnadi (2009:
1996: 2) mengemukakan bahwa untuk 32-33) adalah, “Menjadikan masyarakat nelayan
mengembangkan potensi yang dimiliki memiliki keberdayaan di berbagai bidang
seseorang perlu dilakukan upaya-upaya untuk kehidupan, sehingga dengan keberdayaan
‘...membebaskan seseorang dari kendali yang tersebut mereka akan lebih mudah meraih
kaku dan memberi orang tersebut kebebasan kesejahteraan sosial secara berkelanjutan”.
untuk bertanggung jawab terhadap ide- Dari uraian di atas, dapat disimpulkan
idenya’. Hal ini sejalan dengan pendapat Carver bahwa pemberdayaan mengacu pada
(Clutterbuck, 1995: 12) yang menyatakan bahwa, peningkatan sumber daya dan kemampuan
“Empowerment in terms of encouraging and allowing masyarakat miskin untuk berpartisipasi,
individuals, to take personal responsibility for memutuskan, mengontrol, dan terlibat
improving the way they do their jobs and contribute dalam setiap proses yang mempengaruhi
to the organization goals”. kehidupan mereka. Untuk mewujudkan
Dari pendapat di atas, pemberdayaan pemberdayaan dimaksud perlu memahami
berarti memberi kekuatan kepada individu proses pemberdayaan masyarakat yang tepat
untuk bertanggung jawab atas kegiatan yang sehingga setiap program pemberdayaan
mereka kerjakan dalam upaya mencapai tujuan yang dicanangkan akan senantiasa ber­
yang diharapkan. Dalam konteks masyarakat kesinambungan.
nelayan, pemberdayaan sangat diperlukan
4. Proses Pemberdayaan Masyarakat
karena masyarakat nelayan selama ini
menghadapi sejumlah masalah politik, sosial, Sebagai suatu proses, pemberdayaan
dan ekonomi yang kompleks. Masalah-masalah merupakan proses yang berkesinambungan
tersebut diantaranya adalah sebagai berikut (on going process) sepanjang hidup seseorang/
(Kusnadi, 2009: 28): masyarakat (Adi, 2008: 84). Dengan kata
1. Kemiskinan, kesenjangan sosial, dan lain, pemberdayaan merupakan serangkaian
tekanan-tekanan ekonomi yang datang kegiatan untuk memperkuat dan atau
setiap saat. mengoptimalkan keberdayaan kelompok

Jurnal Jurnal 159


Volume XIII | Nomor 1 | April 2016 Ilmu Administrasi
Ilmu Administrasi
Media Pengembangan dan Praktik Administrasi
Media Pengembangan dan Praktik Administrasi
Pemberdayaan Masyarakat Nelayan di Kecamatan Gunung Sitoli Idanoi Kota Gunungsitoli
} Ardiyansyah Tanjung

lemah dalam masyarakat, termasuk individu- b) Empowering


individu yang mengalami masalah kemiskinan
Proses empowering ini dimaksudkan untuk
dan keterbelakangan (Mardikanto dan Soebiato,
memperkuat potensi atau daya yang dimiliki
2013).
oleh masyarakat (Kartasasmita, 1996: 159-160).
Secara umum, Lippit (Mardikanto dan
Dalam proses ini diperlukan langkah-langkah
Soebiato, 2013: 123-125) mengemukakan
positif yang tidak hanya sebatas penciptaan
tujuh tahapan kegiatan pemberdayaan, yaitu:
iklim dan suasana. Langkah-langkah tersebut
penyadaran; menunjukkan adanya masalah;
menyangkut penyediaan berbagai masukan
membantu pemecahan masalah; menunjukkan
(input) dan pembukaan akses ke dalam
pentingnya perubahan; melakukan pengujian
berbagai peluang (opportunities) yang akan
dan demonstrasi; memproduksi dan publikasi
membuat masyarakat menjadi makin berdaya
informasi; serta melaksanakan pemberdayaan/
(Mardikanto dan Soebiato, 2013: 43).
penguatan kapasitas. Keseluruhan tahapan
Dalam empowering, upaya yang sangat
pemberdayaan ini akan terlihat jelas
pokok dilakukan menurut Mardikanto dan
pelaksanaan­ nya dalam proses pemberdayaan
Soebiato (2013: 43) adalah, “Peningkatan taraf
masyarakat yang dicanangkan. Adapun proses
pendidikan dan derajat kesehatan serta akses
pemberdayaan masyarakat secara spesifik dapat
ke dalam sumber-sumber kemajuan ekonomi
dilihat dari tiga sisi sebagaimana dikemukaan
seperti modal, teknologi, informasi, lapangan
oleh Kartasasmita (1996), sebagai berikut:
kerja, dan pasar”.
a) Enabling Berdasarkan pendapat di atas, pelaksanaan
empowering kepada masyarakat nelayan
Enabling merupakan proses pertama dilakukan melalui pendidikan dan pelatihan
dalam pemberdayaan masyarakat yang di­ serta akses yang seluas-luasnya terhadap
maksudkan untuk menciptakan suasana atau berbagai sumber daya. Akses yang dimaksud
iklim yang memungkinkan potensi masyarakat dapat berupa akses terhadap modal usaha,
berkembang (Kartasasmita, 1996: 159-160). akses terhadap pasar, akses terhadap informasi
Lebih lanjut Mardikanto dan Soebiato (2013: dan teknologi, maupun akses terhadap sarana
43) menyebutkan bahwa titik tolak dari proses dan prasarana. Dengan demikian, empowering
ini adalah, “Pengenalan bahwa setiap manusia, tidak hanya menekankan penguatan individu
setiap masyarakat, memiliki potensi yang dapat sebagai anggota masyarakat, akan tetapi juga
dikembangkan. Artinya, tidak ada masyarakat menekankan penguatan terhadap pranata-
yang sama sekali tanpa daya karena kalau pranata yang ada dalam kehidupan masyarakat
demikian akan sudah punah”. (Mardikanto dan Soebiato, 2013: 43-44).
Dengan demikian, memberdayakan
masyarakat sama halnya dengan membangun c) Protecting
daya itu dengan mendorong, memotivasi,
Dalam proses yang ketiga ini menegaskan
dan membangkitkan kesadaran akan potensi
bahwa memberdayakan mengandung pula
yang dimilikinya serta berupaya untuk
arti melindungi (Kartasasmita, 1996: 159-160).
mengembangkannya. (Mardikanto dan
Dalam konsep pemberdayaan masyarakat,
Soebiato, 2013: 43). Pemikiran ini sejalan dengan
perlindungan dan pemihakan kepada yang
pandangan Williams (1998: 7) yang mengatakan
lemah merupakan perihal yang sangat
bahwa, “’enabling’ consists of a series of related
mendasar sifatnya (Mardikanto dan Soebiato,
managerial processes which, when used effectively
2013: 44).
and in concert, help others to do what they need to
Lebih lanjut Mardikanto dan Soebiato
do”.
(2013: 44) menjelaskan bahwa, “Pemberdayaan
Berdasarkan pengertian di atas, peneliti
masyarakat bukan membuat masyarakat
mencermati bahwa wujud nyata dari enabling
menjadi makin tergantung pada berbagai
ini dapat dilakukan melalui pencanangan
program pemberian (charity). Karena pada
program-program pemberdayaan dengan
dasarnya setiap apa yang dinikmati, harus
melibatkan masyarakat dalam setiap program
dihasilkan atas usaha sendiri (yang hasilnya
pemberdayaan tersebut. Keterlibatan
dapat dipertukarkan dengan pihak lain)”.
masyarakat nelayan ini merupakan langkah
Berdasarkan uraian di atas, peneliti men­
awal untuk membangkitkan kemandirian
cermati bahwa protecting pada dasarnya tidak
masyarakat dengan mengikutsertakan mereka
hanya sebatas melindungi yang lemah, akan
memahami kebutuhannya secara langsung.
tetapi protecting juga berfungsi untuk menjaga

160 J u r nJaul r n a l
Ilmu Administrasi Volume XIII | Nomor 1 | April 2016
Ilmu Administrasi
Media Pengembangan dan Praktik Administrasi
Media Pengembangan dan Praktik Administrasi
Pemberdayaan Masyarakat Nelayan di Kecamatan Gunung Sitoli Idanoi Kota Gunungsitoli
} Ardiyansyah Tanjung

keberlanjutan dari suatu program pemberdayaan. 1. Kepala Dinas Pertanian, Peternakan,


Oleh karena itu, wujud nyata dari proses Kelautan, dan Perikanan Kota Gunungsitoli;
protecting ini dilakukan dengan memberikan 2. Kepala Bidang KelautanDinas Pertanian,
pendampingan terhadap masyarakat yang Peternakan, Kelautan, dan Perikanan Kota
menjadi sasaran pemberdayaan. Gunungsitoli;
Peran utama pendamping/penyuluh pada 3. Camat Gunungsitoli Idanoi;
dasarnya hanya dibatasi pada penyampaian 4. Tenaga Pendamping Perikanan Kecamatan
inovasi dan atau mempengaruhi proses Gunungsitoli Idanoi;
pengambilan keputusan yang dilakukan oleh
5. Eks. Tenaga Pendamping Perikanan
penerima manfaatnya. Akan tetapi dalam
Kecamatan Gunungsitoli Idanoi;
perkembangannya, pendamping/penyuluh
6. Kepala Desa Tetehosi I;
dituntut harus mampu menjadi jembatan
penghubung antara pemerintah atau lembaga 7. Pengurus Kelompok Nelayan di
pemberdayaan masyarakat (Mardikanto dan Kecamatan Gunungsitoli Idanoi; dan
Soebiato, 2013: 140). 8. Masyarakat Nelayan di Kecamatan
Mencermati kedudukan masyarakat Gunungsitoli Idanoi.
nelayan yang sering disebut kelompok miskin di Teknik pengumpulan data yang diguna­­kan
antara yang miskin (the poorest of the poor), maka dalam penelitian ini adalah pengamatan terlibat,
keberadaan pendamping/penyuluh ini wajib wawancara mendalam, dan studi dokumentasi.
menjadi prasyarat utama yang harus diakomodir Pengamatan terlibat yang dilakukan penulis
dalam setiap program pemberdayaan yang selama penelitian dilakukan dengan cara
disarankan kepada mereka. Oleh karena itu, ikut serta dalam rapat-rapat yang diadakan
seorang pendamping/penyuluh haruslah di lokasi penelitian. Pelaksanaan wawancara
profesional, dalam arti memiliki kualifikasi pada umumnya dilakukan secara formal
tertentu baik yang menyangkut kepribadian, dengan menggunakan pedoman wawancara
pengetahuan, sikap, dan ketrampilan mem­ dan alat perekam. Namun ada sebagian
fasilitasi pemberdayaan masyarakat. informan (masyarakat) yang tidak mau hasil
wawancaranya direkam sehingga menuntut
C. METODE PENELITIAN penulis untuk mengingat serta mencatat point-
Penulis mencermati bahwa fenomena point penting yang disampaikan oleh informan.
pemberdayaan masyarakat nelayan ini merupakan Sedangkan studi dokumentasi dilakukan untuk
suatu proses untuk mengungkapkan permasalahan memperoleh informasi-informasi yang relevan
sosial. Sesuai karakternya, permasalahan sosial melalui dokumen-dokumen terkait dengan
hanya akan dapat dipecahkan secara lebih penelitian.
mendalam melalui pendekatan kualitatif dengan Setelah dilakukan pengumpulan data,
membangun interaksi komunikasi dengan langkah selanjutnya yang dilakukan oleh
masyarakat setempat (Herdiansyah, 2010: 10). penulis adalah merangkum data/informasi
Berdasarkan hal tersebut, pendekatan penelitian yang diperoleh melalui observasi, wawancara,
yang digunakan penulis dalam penelitian ini dan kajian dokumentasi ke dalam bentuk tulisan.
adalah pendekatan kualitatif dengan metode studi Setelah data diformat berdasarkan instrumen
kasus. Penggunaan metode studi kasus dalam pengumpul data dan telah berbentuk tulisan
penelitian ini sangat tepat mengingat objek dalam (script), langkah selanjutnya adalah melakukan
penelitian ini dibatasi pada masyarakat nelayan penyajian data (data display). Penyajian data
yang tergabung dalam kelompok nelayan yang dalam penelitian ini dilakukan dalam berbagai
ada di Kecamatan Gunungsitoli Idanoi. bentuk, seperti uraian singkat, bagan, tabel, dan
Dalam penelitian ini, informan yang gambar dengan tujuan untuk mempermudah
digunakan adalah purposive sampling proses analisis data yang selanjutnya akan
(pengambilan sampel berdasarkan tujuan). berpengaruh terhadap perumusan kesimpulan
Berkaitan dengan teknik penentuan sampel serta saran/rekomendasi.
ini, maka informan kunci dalam penelitian ini Teknik verifikasi data yang digunakan
merupakan orang-orang tertentu yang dianggap dalam penelitian ini adalah triangulasi (data
mengetahui dan memahami bagaimana dan metodologi), member check, klarifikasi bias,
pelaksanaan pemberdayaan masyarakat nelayan dan external auditor. Penggunaan keempat
di Kecamatan Gunungsitoli Idanoi. teknik ini dimaksudkan agar data/informasi

Jurnal Jurnal 161


Volume XIII | Nomor 1 | April 2016 Ilmu Administrasi
Ilmu Administrasi
Media Pengembangan dan Praktik Administrasi
Media Pengembangan dan Praktik Administrasi
Pemberdayaan Masyarakat Nelayan di Kecamatan Gunung Sitoli Idanoi Kota Gunungsitoli
} Ardiyansyah Tanjung

yang diperoleh di lapangan akurat dan sesuai dan menggantungkan dari luar, maka
dengan kondisi yang sebenarnya. inisiatif dan kemampuan masyarakat tidak
akan berkembang. Akibatnya, program
D. HASIL PENELITIAN DAN pembangunan masyarakat di wilayah tersebut
PEMBAHASAN akan terhenti dengan sendirinya tanpa memberi
manfaat yang berarti bagi masyarakat.
Keberhasilan pemberdayaan masyarakat
Berdasarkan penjelasan di atas, upaya pem­
nelayan dalam konteks pembangunan dapat
berdayaan masyarakat nelayan juga dituntut
terwujud apabila masyarakat nelayan tersebut
untuk mampu menggali, mengembangkan,
menjadi bagian dari pelaku pembangunan
dan memanfaatkan potensi yang dimiliki oleh
itu sendiri. Dengan kata lain, pemberdayaan
masyarakat nelayan. Untuk mewujudkan hal
yang berhasil adalah pemberdayaan yang
ini, keterlibatan masyarakat nelayan sangat
mengedepankan participatory governance
dibutuhkan bahkan sebelum dilakukanya
dalam setiap tahapannya. Artinya, pemerintah
perumusan program pemberdayaan tersebut.
dalam mencanangkan berbagai program
Berdasarkan informasi yang diperoleh
pemberdayaan yang ditujukan untuk
dari lokasi penelitian, perumusan program
masyarakat nelayan bukan merupakan aktor
pemberdayaan masyarakat nelayan di­
utama, akan tetapi senantiasa bersinergi dengan
laksanakan dengan terlebih dahulu melakukan
masyarakat nelayan maupun dengan pihak lain
survey kepada masyarakat nelayan yang
dalam keseluruhan prosesnya.
menjadi sasaran. Hal ini sesuai dengan
Untuk mengetahui sejauhmana pem­
pernyataan dikemukakan oleh Kabid Kelautan
berdayaan masyarakat nelayan di Kecamatan
Dinas Pertanian, Peternakan, Kelautan, dan
Gunungsitoli Idanoi dalam konteks participatory
Perikanan Kota Gunungsitoli kepada penulis,
governance, di bawah ini akan dijelaskan
yang mengungkapkan bahwa sebelum di­
proses pemberdayaan masyarakat nelayan di
tentukan bantuan apa yang akan diberikan,
Kecamatan Gunungsitoli Idanoi, yang terdiri
pemerintah terlebih dahulu melakukan survey
dari pengembangan potensi masyarakat
ke lapangan mengenai kebutuhan masyarakat
nelayan, penguatan potensi masyarakat nelayan,
nelayan. Survey ini dilakukan secara langsung
dan perlindungan masyarakat nelayan.
oleh tenaga pendamping perikanan yang ada di
1. Pengembangan Potensi Masyarakat lapangan.
Nelayan Pelaksanaan survey sebagaimana di­
kemukakan oleh Kabid Kelautan di atas
Dalam konteks pemberdayaan masyarakat
juga dibenarkan oleh masyarakat nelayan di
nelayan, proses ini diwujudkan melalui pelibatan
Kecamatan Gunungsitoli Idanoi. Akan tetapi
mereka secara langsung dalam setiap tahapan
keterlibatan masyarakat nelayan dalam survey
program pemberdayaan yang dicanangkan.
tersebut dinilai hanya sebatas formalitas. Hal
Keterlibatan masyarakat nelayan ini dimulai
ini sesuai dengan informasi yang dikemukakan
sejak perumusan, pelaksanaan, hingga evaluasi
oleh salah seorang Nelayan Desa Tetehosi I (R.
terhadap program pemberdayaan tersebut.
Zamasi) dan Ketua Kelompok Nelayan Desa
Untuk lebih terarah, penjelasan mengenai ketiga
Humene (I. Gea), yang mengungkapkan bahwa
proses pemberdayaan ini dititikberatkan pada
tenaga pendamping perikanan yang ditugaskan
keterlibatan masyarakat nelayan pada setiap
melakukan survey ke lapangan hanya sekedar
tahapannya.
menandatangani laporan sehingga survey yang
a. Perumusan Program Pemberdayaan dilakukan terkesan hanya sebatas formalitas.
Bahkan, Camat Gunungsitoli Idanoi dan
Setiap upaya pembangunan harus meng­ pemerintah desa setempat (Kepala Desa Tetehosi
gali, mengembangkan, dan memanfaatkan I) juga mengakui bahwa dalam pelaksanaan
potensi sumberdaya yang tersedia di survey tersebut, pemerintah kecamatan dan
masyarakat. Dengan tergarapnya sumberdaya pemerintah desa tidak dilibatkan sama sekali.
alam, manusia, dan kelembagaan yang ada, Tidak terlibatnya masyarakat dalam
akan meningkatkan pengetahuan, keterampilan, perumusan program pemberdayaan tersebut
dan kemampuan masyarakat untuk ber­ pada akhirnya menghasilkan program pem­
swakarsa dan berswadaya melaksanakan berdayaan yang tidak sesuai dengan kebutuhan
pembangunan di masa mendatang. Sebaliknya, masyarakat nelayan. Bahkan, dari tiga jenis
jika potensi sumberdaya lokal tidak tergarap bantuan yang diberikan oleh Pemerintah Kota

162 J u r nJaul r n a l
Ilmu Administrasi Volume XIII | Nomor 1 | April 2016
Ilmu Administrasi
Media Pengembangan dan Praktik Administrasi
Media Pengembangan dan Praktik Administrasi
Pemberdayaan Masyarakat Nelayan di Kecamatan Gunung Sitoli Idanoi Kota Gunungsitoli
} Ardiyansyah Tanjung

Gunungsitoli kepada masyarakat nelayan di mengalami perubahan melalui Peraturan


Kecamatan Gunungsitoli Idanoi ternyata hanya Menteri Dalam Negeri Nomor 39 Tahun 2012.
dua yang bisa digunakan, yaitu perahu motor Dalam Pasal 27 Peraturan ini disebutkan bahwa,
dan cool box. Sementara bantuan jaring ikan (gill anggota/kelompok masyarakat yang ingin
net permukaan) sama sekali tidak bisa digunakan. mendapatkan bantuan sosial harus terlebih
Hal ini disebabkan oleh jaring ikan yang diterima dahulu menyampaikan usulan tertulis kepada
masyarakat nelayan tidak sesuai dengan kondisi kepala daerah.Tahapan ini secara keseluruhan
laut di sekitar Kecamatan Gunungsitoli Idanoi telah dilakukan oleh kelompok nelayan di
yang membutuhkan jaring ikan yang lebih besar Kecamatan Gunungsitoli Idanoi dengan
lagi. mengajukan proposal permohonan bantuan
Usulan mengenai kebutuhan masyarakat kepada Walikota Gunungsitoli.
nelayan ini sebenarnya telah disampaikan Setelah tahapan di atas, bantuan tersebut
beberapa kali oleh masyarakat nelayan di kemudian disalurkan secara langsung kepada
Kecamatan Gunungsitoli Idanoi kepada kelompok nelayan penerima bantuan. Pada
Pemerintah Kota Gunungsitoli. Usulan ini tahapan ini, penyaluran bantuan biasanya
disampaikan melalui musyawarah perencanaan berjalan lancar meskipun tidak melibatkan
pembangunan (musrenbang) desa/kecamatan, pemerintah kecamatan maupun pemerintah
rapat-rapat di kecamatan, maupun melalui desa. Permasalahan sebenarnya terjadi pada unit
kegiatan reses DPRD Kota Gunungsitoli. Bahkan bantuan yang diterima oleh nelayan. Berdasarkan
pada saat penulis mengikuti kegiatan reses hasil wawancara kepada masyarakat nelayan,
DPRD Kota Gunungsitoli yang dipusatkan di bantuan yang diterima spesifikasinya tidak
Desa Fowa, terlihat perwakilan dari masyarakat sesuai dengan yang tertera pada dokumen serah
nelayan menyampaikan beberapa usulan terima bantuan tersebut. Hal ini sesuai dengan
program pemberdayaan yang dibutuhkan oleh informasi yang dikemukakan oleh salah seorang
masyarakat nelayan di Kecamatan Gunungsitoli Ketua Kelompok Nelayan Desa Humene (S.
Idanoi. Namun sangat disayangkan setelah Telaumbanua) berikut, “Kami melihat bantuan
penulis menelusuri lebih lanjut, ternyata usulan- yang diberikan spesifikasinya tidak sesuai
usulan yang disampaikan oleh masyarakat dengan yang tertera pada dokumen penyerahan.
nelayan ini tidak ada tindak lanjutnya. Mesin yang kami terima seharusnya buatan
Dari uraian di atas, program pemberdayaan Jepang, namun yang diterima buatan China.
yang diperuntukkan bagi masyarakat nelayan di Memang dari segi spesifikasi hampir sama, tapi
Kecamatan Gunungsitoli Idanoi selama ini masih tetap aja tidak sama. Meskipun demikian, kami
belum memperhatikan keterlibatan masyarakat terima saja daripada nggak dapat sama sekali”.
nelayan dalam perumusannya. Oleh karena Meskipun masyarakat nelayan mengetahui
itu, program pemberdayaan yang diterima adanya ketidaksesuaian bantuan yang diterima
oleh masyarakat nelayan pada akhirnya tidak dengan spesifikasi yang sebenarnya, tetapi
sesuai dengan kebutuhan masyarakat nelayan mereka tidak berani untuk melakukan protes
di Kecamatan Gunungsitoli Idanoi. karena adanya kekhawatiran tidak diberikan
bantuan lagi pada kesempatan yang lain. Padahal
b. Pelaksanaan Program Pemberdayaan ketidakberanian masyarakat ini pada akhir­
Setelah program pemberdayaan berhasil nya merugikan masyarakat nelayan sendiri.
dirumuskan, tahapan selanjutnya adalah Bahkan, pada saat peneliti mempertanyakan hal
pelaksanaan program tersebut. Tahapan ini ini kepada Kabid Kelautan, tidak adanya protes
merupakan tahapan yang sama pentingnya dari masyarakat menjadi pembenaran bahwa
dengan tahapan perumusan program. Segala bantuan yang diberikan sudah sesuai dengan
program yang masih dalam bentuk konsep spesifikasi yang sebenarnya.
akan diimplementasikan secara langsung Terlepas dari hal di atas, permasalahan
pada tahapan ini. Bahkan, keberhasilan suatu yang sebenarnya justru terjadi setelah bantuan
program yang telah dirumuskan dapat dilihat tersebut telah diterima oleh masyarakat
pada tahapan ini. nelayan. Permasalahan ini dipicu karena jumlah
Penyaluran dan penerimaan bantuan bantuan yang diterima oleh kelompok nelayan
sosial diatur dalam Peraturan Menteri Dalam tidak sesuai dengan jumlah anggota kelompok
Negeri Nomor 32 Tahun 2011 tentang Pedoman nelayan. Bahkan, permasalahan ini pada
Pemberian Hibah dan Bantuan Sosial yang akhirnya menimbulkan konflik internal antara
Bersumber dari APBD, yang kemudian anggota dengan pengurus kelompok nelayan.

Jurnal Jurnal 163


Volume XIII | Nomor 1 | April 2016 Ilmu Administrasi
Ilmu Administrasi
Media Pengembangan dan Praktik Administrasi
Media Pengembangan dan Praktik Administrasi
Pemberdayaan Masyarakat Nelayan di Kecamatan Gunung Sitoli Idanoi Kota Gunungsitoli
} Ardiyansyah Tanjung

Ketidakharmonisan anggota kelompok c. Evaluasi Program Pemberdayaan


ini berlanjut pada pemanfaatan bantuan yang
Evaluasi terhadap program pemberdayaan
telah diterima. Bantuan yang tadinya bisa
masyarakat nelayan dalam penelitian ini
dimanfaatkan secara bersama-sama pada
dilakukan untuk mengetahui sejauhmana
akhirnya menjadi penyebab perpecahan di antara
program pemberian bantuan alat tangkap
anggota kelompok. Cool box yang dibagikan
ikan dimanfaatkan oleh masyarakat nelayan
kepada anggota kelompok menjadi tidak jelas
di Kecamatan Gunungsitoli Idanoi. Dalam
kepemilikannya. Anggota kelompok nelayan
melakukan evaluasi dimaksud, dibutuhkan
yang tidak mendapatkan bantuan bersikeras
keterlibatan dari semua pihak, tidak hanya dari
agar cool box yang dibagikan ditempatkan pada
pemerintah semata, akan tetapi masyarakat
lokasi yang bisa digunakan oleh semua anggota
nelayan juga turut melakukan evaluasi. Dengan
kelompok. Akhirnya, cool box yang dibagikan
demikian, semua pihak mengetahui sejauhmana
kepada kelompok nelayan di tempatkan di
program tersebut telah berjalan. Selain itu, berbagai
beberapa lokasi, salah satunya di TPI yang
kelemahan yang ditemukan dapat diatasi secara
berada di Desa Fowa. Dalam kondisi seperti ini,
bersama-sama sehingga program pemberdayaan
cool box yang seharusnya bisa digunakan dalam
masyarakat nelayan dapat berkesinambungan
waktu lama menjadi tidak terawat sehingga
pada tahun-tahun selanjutnya.
rata-rata penggunaanya hanya sekitar 2 bulan
Berdasarkan hasil wawancara dengan
setelah dibagikan.
Kabid Kelautan Dinas Pertanian, Peternakan,
Pemanfaatan perahu motor yang dibagikan
Kelautan, dan Perikanan Kota Gunungsitoli,
kepada masyarakat nelayan juga kondisinya tidak
pelaksanaan evaluasi program pemberdayaan
jauh berbeda. Maksimal penggunaan perahu
masyarakat nelayan pada dasarnya dilakukan
motor yang dibagikan kepada masyarakat nelayan
pada saat program sedang berjalan. Tenaga
rata-rata sekitar tiga bulan, bahkan beberapa di
pendamping perikanan mengunjungi kelompok-
antaranya hanya mampu beroperasi satu bulan
kelompok nelayan yang mendapatkan bantuan.
setelah dibagikan. Mesin perahu yang cepat rusak
Pada kunjungan tersebut dihimpun berbagai
ini sebenarnya disebabkan oleh oli mesin yang
informasi terkait pelaksanaan program pem­
tidak pernah diganti sejak dibagikan.
berdayaan yang sedang berjalan. Di samping
Ketidakmampuan masyarakat nelayan
itu, berbagai masukan ataupun permasalahan
di Kecamatan Gunungsitoli Idanoi dalam
yang timbul dalam kelompok nelayan akan
memanfaatkan bantuan yang diberikan oleh
disampaikan pada saat kunjungan tersebut.
pemerintah sebenarnya disebabkan oleh
Laporan dari lapangan ini kemudian di­
beberapa faktor. Adapun faktor tersebut
sampaikan kepada pemerintah melalui Dinas
se­bagaimana dikemukakan oleh Kabid
Pertanian, Peternakan, Kelautan dan Perikanan
Kelautan kepada peneliti sebagai berikut,
sebagai bahan evaluasi selanjutnya.
“Hambatannya sebenarnya terletak pada
Laporan tenaga pendamping perikanan
kurangnya pengetahuan nelayan dalam
terkait dengan pelaksanaan program pem­
menggunakan bantuan tersebut. Perahu
berdayaan masyarakat nelayan di Kecamatan
motor yang telah dibagikan misalnya usia
Gunungsitoli Idanoi disampaikan setiap bulan
pemakaiannya tidak lama karena nelayan tidak
kepada pemerintah. Namun setelah dilakukan
memiliki pengetahuan yang benar mengenai
wawancara lebih lanjut, informasi yang
pemeliharaannya. Jadi letak permasalahannya
disampaikan oleh tenaga pendamping tersebut
pada teknis penggunaan dari bantuan tersebut”.
tidak sepenuhnya benar. Bahkan pada saat
Dari pernyataan di atas, jelaslah bahwa
wawancara, tenaga pendamping mengungkapkan
pemerintah sebenarnya telah memahami letak
bahwa kunjungan ke setiap kelompok nelayan
permasalahan dalam pemanfataan bantuan
tidak memiliki jadwal tetap. Pernyataan ini
yang dibagikan kepada masyarakat nelayan di
mengindikasikan bahwa kunjungan yang
Kecamatan Gunungsitoli Idanoi. Namun sangat
dilakukan tenaga pendamping kepada setiap
disayangkan, solusi atas permasalahan ini
kelompok nelayan belum tentu dilakukan setiap
sepertinya belum terpikirkan oleh pemerintah.
bulan. Dalam kondisi seperti ini, tentunya evaluasi
Akibatnya, masyarakat nelayan di Kecamatan
terhadap pelaksanaan program pemberdayaan
Gunungsitoli Idanoi hingga saat ini masih
tidaklah efektif. Bahkan masyarakat nelayan di
belum memiliki pengetahuan yang memadai
Kecamatan Gunungsitoli Idanoi mengungkapkan
dalam memanfatkan teknologi perikanan yang
bahwa sejak bantuan diterima belum pernah
semakin berkembang.
dilakukan evaluasi oleh pemerintah. Sebagaimana

164 J u r nJaul r n a l
Ilmu Administrasi Volume XIII | Nomor 1 | April 2016
Ilmu Administrasi
Media Pengembangan dan Praktik Administrasi
Media Pengembangan dan Praktik Administrasi
Pemberdayaan Masyarakat Nelayan di Kecamatan Gunung Sitoli Idanoi Kota Gunungsitoli
} Ardiyansyah Tanjung

dikemukakan Ketua Kelompok Nelayan Desa Fowa dilakukan juga membuktikan bahwa program
(K. Zendrato) berikut, “Setelah bantuan dibagikan pemberdayaan yang disasarankan untuk
dan dokumen serah terima telah ditanda-tangani, masyarakat nelayan di Kecamatan Gunungsitoli
pemerintah tidak pernah sekalipun melakukan Idanoi tidak lebih hanya sekadar melaksanakan
evaluasi. Memang setelah bantuan dibagikan program rutin tahunan pemerintah.
tenaga pendamping mengunjungi kami tapi itu Tidak maksimalnya proses pengembangan
bukan untuk melakukan evaluasi, hanya sebatas potensi masyarakat nelayan di Kecamatan
menandatangani laporannya”. Gunungsitoli Idanoi disebabkan oleh beberapa
Berdasarkan pendapat di atas, maka faktor yang pada akhirnya menghambat
sudah cukup menjelaskan bahwa evaluasi proses pemberdayaan masyarakat nelayan
terhadap pelaksanaan program pemberdayaan di Kecamatan Gunungsitoli Idanoi secara
masyarakat nelayan di Kecamatan Gunungsitoli keseluruhan. Adapun faktor-faktor penghambat
Idanoi belum pernah dilakukan. Memang dimaksud meliputi hal-hal sebagai berikut:
Camat Gunungsitoli Idanoi mengungkapkan Pertama, program pemberdayaan
bahwa Pemerintah Kecamatan selama ini aktif masyarakat nelayan yang tidak tepat.
melakukan monitoring terhadap pelaksanaan Sebagaimana dijelaskan sebelumnya, program
program/kegiatan yang berada di wilayah pemberdayaan masyarakat nelayan di
Pemerintahan Kecamatan Gunungsitoli Idanoi. Kecamatan Gunungsitoli Idanoi merupakan
Namun evaluasi khusus mengenai pelaksanaan program dalam bentuk pemberian bantuan
program pemberdayaan masyarakat nelayan ini alat tangkap ikan. Program pemberdayaan
diakui belum pernah dilakukan sama sekali. dalam bentuk bantuan ini pada dasarnya hanya
Dari uraian di atas, proses pengembangan dapat memenuhi kebutuhan praktis sesaat.
potensi masyarakat nelayan di Kecamatan Selain itu, strategi pemberdayaan seperti ini
Gunungsitoli Idanoi belum berjalan dengan sama sekali tidak mendorong masyarakat
baik. Apabila mencermati kembali konsep yang untuk hidup mandiri, bahkan cenderung
dikemukakan oleh Kartasasmita (1996), proses menimbulkan kebergantungan masyarakat
pengembangan potensi masyarakat yang dikenal dari sasaran. Oleh karena itu, sebanyak apapun
dengan istilah enabling ini sebenarnya memiliki bantuan yang diberikan oleh pemerintah tanpa
makna yang sangat luas. Sebelum melakukan diintegrasikan dengan strategi yang tepat, maka
pengembangan potensi yang dimiliki oleh sampai kapanpun tidak akan mampu memberi
masyarakat, maka terlebih dahulu masyarakat kontribusi berarti bagi peningkatan kesejahteraan
perlu didorong, dimotivasi, dan dibangkitkan masyarakat penerima bantuan tersebut.
kesadaran akan potensi yang dimilikinya. Untuk Kedua, kurangnya keterlibatan masyarakat
mewujudkan hal ini, maka satu-satunya cara nelayan dalam setiap tahapan program
yang dapat dilakukan adalah melalui pelibatan pemberdayaan yang dicanangkan. Sebagaimana
masyarakat dalam setiap tahapan program dijelaskan sebelumnya, sejak perumusan program,
pemberdayaan yang dicanangkan. pelaksanaan program, hingga evaluasi program
Pelibatan masyarakat sebagaimana di­ pemberdayaan, masyarakat nelayan di Kecamatan
maksud dalam konsep ini sangat penting Gunungsitoli Idanoi masih belum dilibatkan
karena kebutuhan masyarakat hanya mampu sepenuhnya. Pentingya keterlibatan masyarakat
dipahami oleh masyarakat itu sendiri. Dengan dalam program pemberdayaan masyarakat telah
kata lain, masyarakat sebenarnya memahami beberapa kali dibahas dalam tulisan ini. Hal ini
kebutuhannya, akan tetapi diperlukan peran perlu mendapatkan penegasan bahwa tujuan
serta dari pihak-pihak luar sehingga kebutuhan pemberdayaaan masyarakat tidak akan pernah
masyarakat tersebut lebih terarah dalam upaya terwujud tanpa adanya keterlibatan masyarakat
peningkatan taraf hidup masyarakat itu sendiri. di dalamnya. Begitu juga halnya dengan program
Oleh karena itu, peran pemerintah dalam pemberdayaan masyarakat nelayan wajib
program pemberdayaan masyarakat nelayan ini melibatkan masyarakat nelayan dalam setiap
sangat dibutuhkan untuk membantu masyarakat tahapannya.
nelayan mengeksplor kebutuhannya.
Mencermati kenyataan yang terjadi, 2. Penguatan Potensi Masyarakat Nelayan
Pemerintah Kota Gunungsitoli sejauh ini Untuk melaksanakan proses penguatan
masih belum mampu menghasilkan program potensi masyarakat ini diperlukan langkah-
pemberdayaan yang sesuai dengan kebutuhan langkah yang tidak sebatas penciptaan iklim
masyarakat nelayan. Bahkan penelitian yang dan suasana. Langkah-langkah tersebut

Jurnal Jurnal 165


Volume XIII | Nomor 1 | April 2016 Ilmu Administrasi
Ilmu Administrasi
Media Pengembangan dan Praktik Administrasi
Media Pengembangan dan Praktik Administrasi
Pemberdayaan Masyarakat Nelayan di Kecamatan Gunung Sitoli Idanoi Kota Gunungsitoli
} Ardiyansyah Tanjung

menyangkut penyediaan berbagai masukan (input) Kecamatan Gunungsitoli Idanoi tidak menentu.
dan pembukaan akses ke dalam berbagai peluang Hal ini pada akhirnya menyebabkan munculnya
(opportunities) yang akan membuat masyarakat konflik di antara kelompok nelayan di Kecamatan
menjadi makin berdaya. Akses yang dimaksud Gunungsitoli Idanoi.
dapat berupa akses terhadap modal usaha, akses Konflik yang terjadi di antara kelompok
terhadap pasar, akses terhadap informasi dan nelayan terkait dengan akses informasi yang
teknologi, maupun akses terhadap sarana dan tidak merata ini biasanya berkaitan dengan
prasarana. Dengan demikian, penguatan potensi perbedaan jumlah bantuan yang diterima oleh
masyarakat nelayan ini tidak hanya menekankan setiap kelompok. Bahkan kelompok nelayan yang
penguatan individu sebagai anggota masyarakat, mendapatkan bantuan lebih sedikit menuding
akan tetapi juga menekankan penguatan terhadap pemerintah pandang bulu dalam memberikan
pranata-pranata yang ada dalam kehidupan informasi mengenai bantuan untuk nelayan ini.
masyarakat. Permasalahan di atas sebenarnya tidak akan
terjadi seandainya pemerintah memiliki akses
a. Akses Informasi dan mekanisme yang jelas dalam penyampaian
Informasi mengenai program pem­ informasi mengenai program pemberdayaan
berdayaan masyarakat nelayan di Kecamatan masyarakat nelayan ini. Selain itu, informasi
Gunungsitoli Idanoi sebagaimana dikemukakan mengenai program pemberdayaan masyarakat
oleh Kabid Kelautan disampaikan melalui surat nelayan ini akan lebih praktis seandainya
pemberitahuan. Selain itu, tenaga pendamping melibatkan pemerintah kecamatan/desa dalam
perikanan juga berperan dalam menginformasikan penyampaiannya. Namun dalam kasus ini,
mengenai program pem­ berdayaan tersebut. sepertinya dinas terkait mengesampingkan
Namun, pernyataan yang dikemukakan oleh peran dari pemerintah kecamatan/desa se­hingga
Kabid Kelautan ini tidak sesuai dengan informasi informasi mengenai program pem­berdayaan ini
yang disampaikan oleh Camat Gunungsitoli tidak merata didapatkan oleh masyarakat nelayan
Idanoi dan Ketua Ketua Kelompok Nelayan Desa di Kecamatan Gunungsitoli Idanoi.
Tetehosi I (OP. Gea), yang sama-sama menyatakan
b. Akses Teknologi
bahwa informasi mengenai program bantuan
untuk masyarakat nelayan ini berasal tenaga Karakteristik teknologi yang digunakan
pendamping perikanan secara langsung tanpa masyarakat pesisir, khususnya nelayan,
melalui pemberitahuan secara tertulis. pada umumnya masih bersifat tradisional.
Dalam kondisi seperti ini, penulis mencermati Dengan karakteristik seperti ini menyebabkan
bahwa informasi yang diterima oleh masyarakat produktivitas masyarakat nelayan rendah
nelayan di Kecamatan Gunungsitoli Idanoi yang berujung pada rendahnya pendapatan
tentunya beragam tergantung dari informasi yang diperoleh.Untuk lebih jelasnya, di bawah
yang disampaikan oleh tenaga pendamping ini ditampilkan karakteristik teknologi yang
perikanan tersebut. Apalagi jadwal kunjungan digunakan oleh nelayan tradisional dan nelayan
tenaga pendamping kepada kelompok nelayan di industri, yang diolah dari berbagai sumber.

Tabel 1. Karakteristik Teknologi Nelayan Tradisional dan Nelayan Industri


Variabel Tradisional Industri
Unit penangkapan Tenaga keluarga, tidak ada pembagian kerja Stabil, pembagian kerja, prospek karir
Kepemilikan Nelayan senior, milik kelompok Non-nelayan, modal besar,perbankan
Komitmen waktu Umumnya separuh waktu Penuh waktu
Kapal Motor tempel Bermesin dalam
Peralatan Manual Mekanis
Investasi Kecil, dukungan tengkulak Besar, dukungan perbankan
Produktivitas Rendah Tinggi
Penjualan hasil Pedagang lokal Pasar yang teroganisir
Pengolahan hasil Diolah tradisional Umumnya segar
Kondisi sosial Sering terisolasi Terasimiliasi
Daerah penangkapan Dekat pantai, terkonsentrasi Jauh dari pantai, sekitar rumpon
Penggunaan es Sedikit atau tidak Banyak
Lama trip Kurang dari sehari Lebih dari sehari
Sumber: Diolah dari berbagai sumber

166 J u r nJaul r n a l
Ilmu Administrasi Volume XIII | Nomor 1 | April 2016
Ilmu Administrasi
Media Pengembangan dan Praktik Administrasi
Media Pengembangan dan Praktik Administrasi
Pemberdayaan Masyarakat Nelayan di Kecamatan Gunung Sitoli Idanoi Kota Gunungsitoli
} Ardiyansyah Tanjung

Tabel di atas memperlihatkan secara jelas memasarkan hasil tangkapannya. Bahkan


perbedaan karakteristik nelayan tradisional ketika hasil tangkapan ikan berlimpah,
dan nelayan industri. Berdasarkan pengamatan masyarakat nelayan seringkali kewalahan
peneliti, akses teknologi kepada masyarakat untuk memasarkannya. Kondisi ini kemudian
nelayan di Kecamatan Gunungsitoli Idanoi masih dimanfaatkan oleh para penggalas/tengkulak
belum ada. Program pengembangan perikanan ikan dengan cara menampung hasil tangkapan
tangkap yang diberikan oleh pemerintah kepada ikan para nelayan tersebut. Namun, harga yang
masyarakat nelayan di Kecamatan Gunungsitoli diberikan para penggalas/tengkulak ikan ini
Idanoi pada kenyataannya tidak mampu seringkali merugikan para nelayan karena tidak
merubah kehidupan masyarakat nelayan menjadi memiliki standar harga yang tetap. Meskipun
lebih baik. Bantuan-bantuan yang diberikan oleh demikian, masyarakat nelayan di Kecamatan
pemerintah; perahu motor, cool box, danjaring Gunungsitoli Idanoi menganggap kondisi ini
ikan nyatanya masih menempatkan masyarakat sebagai pilihan yang rasional daripada hasil
nelayan di Kecamatan Gunungsitoli Idanoi tangkapannya tidak terjual sama sekali.
sebagai nelayan tradisional. Selain permasalahan di atas, permasalahan
lain terkait dengan pemasaran hasil tangkapan
c. Akses Modal ikan para nelayan adalah kurangnya Tempat
Dukungan permodalan terhadap sektor Pelelangan Ikan (TPI) yang memadai di
kelautan dan perikanan hingga saat ini harus Kecamatan Gunungsitoli Idanoi. Saat ini, TPI
diakui masih lemah. Program pembiayaan bagi yang ada di Kecamatan Gunungsitoli Idanoi
usaha kecil menengah berupa kredit usaha hanya satu unit yang berlokasi di Desa Fowa.
rakyat serta kredit ketahanan pangan dan energi TPI yang hanya satu unit ini pun berdasarkan
hingga kini masih sulit dijangkau oleh nelayan. pengamatan penulis kondisinya sangat
Lemahnya dukungan modal ini pada akhirnya memprihatinkan, tidak terawat, kotor, dan
menghambat nelayan untuk bangkit dari sampah berserakan dimana-mana. Kondisi
keterpurukan. TPI yang tidak terawat ini sebenarnya sudah
Kondisi di atas juga dialami oleh seringkali diusulkan oleh masyarakat untuk
masyarakat nelayan di Kecamatan Gunungsitoli dilakukan perbaikan. Namun hingga saat ini,
Idanoi. Akses masyarakat nelayan terhadap perbaikan TPI ini tidak pernah direalisasikan
modal ini sangat terbatas. Bahkan dukungan oleh pemerintah.
pemerintah dalam membuka akses modal Berdasarkan uraian di atas, penguatan
terhadap masyarakat nelayan di Kecamatan potensi masyarakat nelayan di Kecamatan
Gunungsitoli Idanoi hingga saat ini masih Gunungsitoli Idanoi belum berjalan dengan
belum ada terutama yang berkaitan dengan baik. Sebagaimana dikemukakan oleh
modal keuangan. Padahal akses terhadap modal Mardikanto dan Soebiato (2013), keberhasilan
usaha ini sangat dibutuhkan oleh masyarakat penguatan potensi masyarakat ini ditandai
nelayan, terutama di saat cuaca buruk (badai). dengan adanya penguatan kelembagaan
Pada musim ini nelayan tidak bisa melaut dan pembukaan akses masyarakat ke dalam
karena gelombang laut sedang besar. Kondisi peluang yang akan membuat masyarakat
ini biasanya berlangsung berminggu-minggu semakin berdaya. Namun, apabila mencermati
bahkan berbulan-bulan. Selama tidak melaut, kenyataan yang terjadi, proses yang kedua ini
praktis masyarakat nelayan tidak menghasilkan bisa dikatakan belum berjalan sama sekali dalam
pendapatan sama sekali sehingga untuk proses pemberdayaan masyarakat nelayan di
memenuhi kebutuhan hidup terpaksa ditutupi Kecamatan Gunungsitoli Idanoi.
dengan cara berutang. Untuk mengatasi ini, Tidak berjalannya proses penguatan
masyarakat nelayan di Kecamatan Gunungsitoli potensi masyarakat nelayan di Kecamatan
Idanoi menyadari perlu mencari alternatif usaha Gunungsitoli Idanoi pada dasarnya disebabkan
lain. Namun, keinginan ini pada akhirnya tidak oleh beberapa faktor. Adapun faktor-faktor
dapat dilaksanakan karena tidak adanya modal dimaksud meliputi hal-hal sebagai berikut:
untuk memulai usaha baru tersebut. Pertama, lemahnya kelembagaan (kelompok
nelayan) yang ada di Kecamatan Gunungsitoli
d. Akses Pasar Idanoi. Sebagai suatu organisasi, kelompok
Masyarakat nelayan di Kecamatan nelayan ini sudah seharusnya memiliki
Gunungsitoli Idanoi yang mayoritas nelayan kejelasan visi dan misi, struktur organisasi yang
tradisional memiliki keterbatasan dalam jelas, serta memiliki kompetensi dan strategi

Jurnal Jurnal 167


Volume XIII | Nomor 1 | April 2016 Ilmu Administrasi
Ilmu Administrasi
Media Pengembangan dan Praktik Administrasi
Media Pengembangan dan Praktik Administrasi
Pemberdayaan Masyarakat Nelayan di Kecamatan Gunung Sitoli Idanoi Kota Gunungsitoli
} Ardiyansyah Tanjung

yang jelas dalam pencapaian tujuan organisasi. Pendampingan dalam program pemberdayaan
Namun dari hasil penelitian yang diperoleh masyarakat ini merupakan bagian dari proses
di lapangan, satu-satunya kriteria yang masih perlindungan masyarakat.
dimiliki oleh kelompok nelayan di Kecamatan Pelaksanaan pendampingan masyarakat
Gununungsitoli Idanoi hanyalah kepengurusan nelayan di Kecamatan Gunungsitoli Idanoi
organisasi. Sementara visi misi dan strategi memiliki tujuan akhir membantu masyarakat
organisasi tidak ada sama sekali. Namun untuk meningkatkan kesejahteraannya.
sangat disayangkan, hingga saat ini kelompok Pencapaian tujuan tersebut harus didukung
nelayan di Kecamatan Gunungsitoli Idanoi oleh tenaga pendamping yang memahami
belum pernah dibekali dengan pengetahuan peran dan kedudukannya dalam melakukan
mengenai pengelolaan organisasi yang baik pendampingan. Adapun peran dan fungsi
dan benar. Dengan demikian, kelompok tenaga pendamping perikanan sebagaimana
nelayan di Kecamatan Gunungsitoli Idanoi bisa dijelaskan oleh Tenaga Pendamping Perikanan
dikatakan lemah secara kelembagaan, yang Kecamatan Gunungsitoli Idanoi, sebagai
ini pada akhirnya tidak mampu berkontribusi berikut:
dalam penguatan potensi yang dimiliki oleh “Peran utama tenaga pendamping
masyaralat nelayan itu sendiri. perikanan ini adalah sebagai fasilitator bagi
Kedua, keterbatasan masyarakat nelayan masyarakat/kelompok binaan dengan pihak-
dalam mengakses berbagai sumber daya. Pada pihak luar. Selain itu, tenaga pendamping juga
pembahasan sebelumnya telah dijelaskan bahwa berperan dalam mentransfer pengetahuan dan
masyarakat nelayan di Kecamatan Gunungsitoli ketrampilan kepada masyarakat/kelompok
Idanoi memiliki keterbatasan dalam mengakses binaan yang berguna untuk peningkatan
berbagai sumber daya yang ada.Mulai dari akses kesejahteraan masyarakat yang bersangkutan.
informasi, akses teknologi, akses modal, hingga Tenaga pendamping perikanan juga berperan
akses pasar, semuanya masih belum berjalan sebagai problem solution seputar perikanan serta
dengan baik. Padahal, tolak ukur keberhasilan sebagai mediator antara masyarakat/kelompok
proses penguatan potensi masyarakat ini binaan dengan pihak-pihak luar termasuk
terletak pada pemberian akses yang luas kepada dengan pemerintah”.
masyarakat ke dalam berbagai sumber daya Dari pernyataan di atas, peran dan fungsi
yang ada. Dengan terbatasnya akses masyarakat tenaga pendamping sudah diketahui secara jelas
nelayan ini, maka tidak mengherankan apabila oleh Tenaga Pendamping Perikanan Kecamatan
pada akhirnya penguatan potensi masyarakat Gunungsitoli Idanoi. Program nyata tenaga
nelayan di Kecamatan Gunungsitoli Idanoi pendamping perikanan dalam menjalankan
tidak tercapai. peran dan fungsinya sebagaimana dijelaskan
oleh Kabid Kelautan dilakukan dengan
3. Perlindungan Masyarakat Nelayan mengunjungi langsung masyarakat nelayan.
Dalam konteks pemberdayaan masyarakat, Kunjungan tersebut bertujuan untuk berbagai
perlindungan masyarakat tidak hanya sebatas masukan dari para nelayan untuk kemudian
melindungi yang lemah, akan tetapi berfungsi disampaikan kepada dinas terkait. Selain itu,
untuk menjaga keberlanjutan dari suatu kegiatan pendampingan juga dilakukan melalui
program pemberdayaan. Keberlanjutan yang keikutsertaan tenaga pendamping dalam rapat-
dimaksud dalam hal ini tidak berarti program rapat kelompok nelayan.
pemberdayaan tersebut harus diagendakan Dari penuturan yang disampaikan oleh
secara rutin. Akan tetapi program pemberdayaan beberapa informan, pelaksanaan kegiatan
yang telah atau sedang berlangsung memberikan pendampingan sebagaimana dijelaskan oleh
dampak positif jangka panjang bagi masyarakat. Kabid Kelautan di atas pada kenyataannya
Sebagaimana dijelaskan sebelumnya, tidak berjalan dengan baik. Kunjungan
masyarakat nelayan pada umumnya masih kepada kelompok nelayan memang dilakukan
hidup di bawah garis kemiskinan.Saking oleh tenaga pendamping perikanan, akan
miskinnya, masyarakat nelayan ini sering disebut tetapi kunjungan ini tidak dilakukan setiap
sebagai kelompok masyarakat yang miskin di bulan. Selain itu, kunjungan yang dilakukan
antara yang miskin (the poorest of the poor). Untuk oleh tenaga pendamping ini tidak memiliki
memberdayakan masyarakat nelayan ini, maka mekanisme sama sekali. Begitu juga halnya
perlu dilakukan pendampingan dalam setiap dengan keikutsertaan tenaga pendamping pada
program yang disasarankan untuk mereka. rapat-rapat kelompok nelayan tidak berjalan

168 J u r nJaul r n a l
Ilmu Administrasi Volume XIII | Nomor 1 | April 2016
Ilmu Administrasi
Media Pengembangan dan Praktik Administrasi
Media Pengembangan dan Praktik Administrasi
Pemberdayaan Masyarakat Nelayan di Kecamatan Gunung Sitoli Idanoi Kota Gunungsitoli
} Ardiyansyah Tanjung

dengan baik. Berdasarkan pengamatan yang Perikanan Kecamatan Gunungsitoli Idanoi


dilakukan peneliti, dari dua rapat kelompok memang memiliki kendaraan pribadi, akan
nelayan yang diadakan di Desa Fowa dan Desa tetapi biaya operasional kendaraan yang
Tetehosi I, Tenaga Pendamping Perikanan dikeluarkan pada saat mengunjungi kelompok
Kecamatan Gunungsitoli Idanoi tidak telihat nelayan tidak ditanggung oleh pemerintah.
menghadirinya. Bahkan salah seorang Sementara insentif/gaji yang diterima tenaga
Masyarakat Nelayan Desa Fowa (B. Aceh) pendamping ini seringkali tidak cukup untuk
mengungkapkan bahwa tenaga pendamping menutupi biaya operasional kendaraan yang
perikanan dari dulu sampai sekarang belum dikeluarkan setiap bulannya. Kondisi ini
pernah terlihat mengikuti rapat kelompok tentunya dapat mempengaruhi/mengurangi
nelayan sama sekali. kuantitas pelaksanaan kunjungan tenaga
Pelaksanaan pendampingan kepada pendamping kepada kelompok nelayan yang
kelompok nelayan yang tidak berjalan ada di Kecamatan Gunungsitoli Idanoi.
dengan baik ini pada akhirnya tidak mampu Berdasarkan uraian di atas, maka sudah
membawa perubahan kepada masyarakat cukup menjelaskan bahwa pemberdayaan
nelayan di Kecamatan Gunungsitoli Idanoi. masyarakat nelayan di Kecamatan Gunungsitoli
Ketidakmaksimalan pelaksanaan pendampingan Idanoi mulai dari proses pengembangan potensi
kelompok nelayan di Kecamatan Gunungsitoli masyarakat, penguatan potensi masyarakat,
Idanoi pada dasarnya disebabkan oleh beberapa hingga perlindungan terhadap masyarakat
faktor. Adapun faktor-faktor dimaksud meliputi nelayan belum berjalan maksimal. Berbagai
hal-hal sebagai berikut: permasalahan yang dihadapi pada setiap
Pertama, keterbatasan tenaga pendamping proses pemberdayaan tersebut hanya bisa
perikanan, baik dari segi pengetahuan dan diatasi melalui penguatan kapasitas individu,
ketrampilan maupun dari segi jumlah. kelembagaan, dan sistem atau jejaring secara
Dari informasi yang diperoleh di lapangan, berkesinambungan. Mengenai berbagai upaya
sejak tenaga pendamping perikanan ini untuk mengatasi hambatan dalam pelaksanaan
direkrut belum pernah sama sekali dibekali pemberdayaan masyarakat nelayan ini akan
pengetahuan dan ketrampilan yang memadai dibahas selanjutnya pada pembahasan terakhir
mengenai pelaksanaan pendampingan. Dengan tulisan ini.
demikian, tidak mengherankan apabila transfer
pengetahuan dan ketrampilan dari tenaga E. PENUTUP
pendamping kepada masyarakat binaan tidak
Pemberdayaan masyarakat sebagaimana
maksimal, bahkan tidak berjalan sama sekali.
dijelaskan sebelumnya merupakan proses
Selain itu, tenaga pendamping perikanan di Kota
yang tidak hanya berhenti pada satu
Gunungsitoli jumlahnya sangat terbatas. Bahkan,
titik tertentu, tetapi lebih merupakan
satu orang tenaga pendamping perikanan harus
sebagai upaya berkesinambungan untuk
mendampingi masyarakat nelayan pada dua
meningkatkan daya yang ada. Dengan kata
kecamatan sekaligus. Tentu jumlah ini sangat
lain, pemberdayaan masyarakat terdiri dari
tidak memadai, apalagi desa-desa yang harus
serangkaian kegiatan yang dimaksudkan
dijangkau oleh tenaga pendamping pada dua
untuk menumbuhkembangkan potensi
kecamatan ini letaknya berjauhan.
yang dimiliki oleh masyarakat. Serangkaian
Kedua, keterbatasan sarana dan prasarana
kegiatan dimaksud dimulai dari tahapan
pendukung. Sarana dan prasarana pendukung
yang paling dasar yaitu tahapan penyadaran
yang diberikan oleh Pemerintah Kota
masyarakat akan keberadaannya, baik sebagai
Gunungsitoli untuk mendukung pelaksanaan
individu maupun sebagai anggota masyarakat.
pendampingan kepada kelompok nelayan di
Sementara pada tahapan yang paling tinggi,
Kecamatan Gunungsitoli Idanoi masih sangat
pemberdayaan masyarakat dilakukan dengan
minim. Satu-satunya sarana dan prasarana yang
pemberian kesempatan kepada masyarakat
disediakan oleh Pemerintah Kota Gunungsitoli
lapisan bawah (grassroots) untuk bersuara dan
kepada tenaga pendamping adalah posko
menentukan sendiri pilihannya.
para tenaga pendamping. Padahal selain
Berkaitan dengan tersebut, pelaksanaan
posko, tenaga pendamping perikanan juga
pemberdayaan masyarakat nelayan di
sangat membutuhkan kendaraan operasional
Kecamatan Gunungsitoli Idanoi sebagaimana
mengingat lokasi desa yang dikunjungi
tersaji pada bab sebelumnya masih berada pada
berjauhan. Selama ini Tenaga Pendamping
tahapan penyadaraan. Artinya masyarakat

Jurnal Jurnal 169


Volume XIII | Nomor 1 | April 2016 Ilmu Administrasi
Ilmu Administrasi
Media Pengembangan dan Praktik Administrasi
Media Pengembangan dan Praktik Administrasi
Pemberdayaan Masyarakat Nelayan di Kecamatan Gunung Sitoli Idanoi Kota Gunungsitoli
} Ardiyansyah Tanjung

nelayan di Kecamatan Gunungsitoli Idanoi nyatanya belum mampu diakomodir oleh


diakui keberadaannya oleh Pemerintah Kota Pemerintah Kota Gunungsitoli.
Gunungsitoli setidaknya melalui pencanangan 3. Dari hasil penelitian yang dilaksanakan,
program pengembangan perikanan tangkap. perlindungan masyarakat nelayan
Namun sangat disayangkan, program di Kecamatan Gunungsitoli Idanoi
yang dicanangkan oleh Pemerintah Kota kondisinya tidak jauh berbeda dengan
Gunungsitoli ini apabila mencermati kedua proses pemberdayaan sebelumnya.
keseluruhan prosesnya ternyata menyisakan Pelaksanaan pendampingan kepada
berbagai permasalahan. Untuk lebih jelasnya, masyarakat nelayan yang merupakan
keseluruhan proses pemberdayaan masyarakat kegiatan utama dalam proses ini nyatanya
nelayan di Kecamatan Gunungsitoli Idanoi menyisakan berbagai permasalahan.
dapat disimpulkan sebagai berikut: Permasalahan yang timbul dalam
1. Pengembangan potensi masyarakat kegiatan pendampingan ini pada
nelayan di Kecamatan Gunungsitoli Idanoi dasarnya disebabkan karena kurangnya
masih belum berjalan maksimal. Sejak pengetahuan dan ketrampilan tenaga
perumusan program, masyarakat nelayan pendamping perikanan dalam melakukan
di Kecamatan Gunungsitoli Idanoi tidak pendampingan kepada masyarakat
dilibatkan sepenuhnya. Bahkan, program nelayan di Kecamatan Gunungsitoli Idanoi.
pemberdayaan yang disasarankan kepada Selain itu, jumlah tenaga pendamping
masyarakat nelayan ini terkesan telah yang ada juga sangat terbatas sehingga
ditentukan sebelumnya. Pada pelaksanaan tidak memungkinkan untuk menjangkau
program pemberdayaan, kondisinya juga semua masyarakat nelayan yang ada di
tidak jauh berbeda. Masyarakat nelayan setiap desa.
memang dilibatkan secara langsung dalam Untuk mengatasi berbagai permasalahan
memanfaatkan program pemberdayaan dalam pelaksanaan pemberdayaan masyarakat
ini. Akan tetapi keterlibatan masyarakat nelayan di Kecamatan Gunungsitoli Idanoi, pada
nelayan ini tidak dibarengi dengan kesempatan ini penulis memberikan beberapa
peningkatan pengetahuan dan ketrampilan rekomendasi/saran yang mudah-mudahan
yang memadai. Alhasil, pelaksanaan dapat dijadikan sebagai pertimbangan dalam
program pemberdayaan tersebut tidak melakukan perbaikan terhadap pelaksanaan
mampu memberikan hasil yang maksimal pemberdayaan masyarakat nelayan ini. Adapun
bagi masyarakat nelayan di Kecamatan rekomendasi/saran dimaksud dapat dijelaskan
Gunungsitoli Idanoi. Begitu juga halnya sebagai berikut:
dengan pelaksanaan evaluasi terhadap
1. Program pemberdayaan kepada masyarakat
program pemberdayaan ini masih belum
nelayan ini sebaiknya diberikan dalam
berjalan dengan baik. Bahkan, keterlibatan
bentuk peningkatan pengetahuan dan
masyarakat nelayan dalam evaluasi
ketrampilan masyarakat nelayan mengenai
program pemberdayaan ini bisa dikatakan
perikanan modern. Ini dapat dilakukan
tidak ada sama sekali.
melalui pemberian pelatihan, seminar,
2. Penguatan potensi masyarakat nelayan di atau workshop yang melibatkan masyarakat
Kecamatan Gunungsitoli Idanoi juga belum nelayan secara langsung.
berjalan maksimal. Pemberian akses yang
2. Fasilitator (tenaga pendamping perikanan)
luas terhadap masyarakat nelayan yang
haruslah yang memiliki pengetahuan
merupakan tolak ukur keberhasilan proses
dan ketrampilan yang memadai dalam
ini masih belum berjalan dengan baik. Akses
melakukan pendampingan. Untuk
terhadap informasi dan teknologi yang
mewujudkan hal ini, tenaga pendamping
diharapkan dapat merubah karakteristik
harus dipersiapkan secara matang sejak
masyarakat nelayan di Kecamatan
perekrutan hingga pada saat di lapangan
Gunungsitoli Idanoi yang selama ini masih
nantinya. Selain itu, jumlah tenaga
tradisional menuju masyarakat nelayan
pendamping yang ditempatkan di setiap
yang modern nyatanya belum terwujud.
desa juga harus disesuaikan dengan
Begitu juga halnya akses terhadap
kebutuhan masyarakat nelayan.
modal dan pasar yang diharapkan dapat
meningkatkan pendapatan masyarakat 3. Kelompok nelayan di Kecamatan
nelayan di Kecamatan Gunungsitoli Idanoi Gunungsitoli Idanoi perlu ditingkatkan

170 J u r nJaul r n a l
Ilmu Administrasi Volume XIII | Nomor 1 | April 2016
Ilmu Administrasi
Media Pengembangan dan Praktik Administrasi
Media Pengembangan dan Praktik Administrasi
Pemberdayaan Masyarakat Nelayan di Kecamatan Gunung Sitoli Idanoi Kota Gunungsitoli
} Ardiyansyah Tanjung

lagi peran dan kedudukannya di tengah- 9. Pemerintah Kota Gunungsitoli harus


tengah masyarakat dengan memberi melakukan koordinasi secara intensif kepada
penjelasan dan pemahaman kepada Pemerintah Pusat dan Pemerintah Provinsi
kepada kelompok nelayan ini mengenai untuk mendapatkan porsi yang lebih besar terkait
manajemen organisasi yang baik. dengan program-program pemberdayaan yang
4. Kelompok nelayan perlu mengadakan disasarankan untuk masyarakat desa tertinggal.
pertemuan rutin setidaknya sebulan Selain itu, Pemerintah Kota Gunungsitoli juga
sekali dengan didampingi oleh tenaga harus mampu menjalin kerjasama dengan
pendamping perikanan. Kegiatan ini sektor swasta sehingga pelaksanaan program
bertujuan untuk membahas berbagai pemberdayaan masyarakat ini tidak sepenuhnya
permasalahan yang sedang dihadapi oleh dibebankan pada APBD/APBN.
masyarakat nelayan. Berbagai hal yang
dibahas pada pertemuan tersebut harus REFERENSI
dapat memberi manfaat bagi masyarakat Adi, Isbandi Rukminto. 2008. Intervensi
nelayan. Seandainya terdapat persoalan- Komunitas, Pengembangan Masyarakat
persoalan yang tidak dapat diselesaikan Sebagai Upaya Pemberdayaan Masyarakat.
pada saat itu harus segera di follow-up Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada.
kepada pemerintah untuk dicarikan solusi
Adisasmita, Rahardjo. 2006. Pembangunan
yang terbaik.
Pedesaan dan Perkotaan. Yogyakarta: Graha
5. Pemerintah kecamatan dan pemerintah Ilmu.
desa harus dilibatkan dalam setiap program
BPS. 2014a. Gunungsitoli Dalam Angka 2014.
pemberdayaan yang dilaksanakan di
Gunungsitoli.
wilayahnya. Tujuannya adalah untuk
memastikan bahwa program yang ____. 2014b. Gunungsitoli Idanoi Dalam Angka
dicanangkan tersebut tepat sasaran dan sesuai 2014. Gunungsitoli.
dengan kebutuhan masyarakat setempat. Clutterbuck, David. 1995. The Power
6. Menyediakan sarana informasi Empowerment-Release The Hidden Talents of
dan komunikasi yang tepat dalam Your Employees. London: Kogan Page.
menyebarluaskan program pemberdayaan Cook, Sarah and Steve Macaulai. 1996. Perfect
yang disasarankan kepada masyarakat Empowerment (Terjemahan Tyas R. Paloepi).
desa. Penyediaan informasi ini dapat Jakarta: Gramedia.
berupa brosur, leflet, buku, papan Creswell, John W. 2009. Research Design:
informasi, radio, internet, dan sebagainya. Qualitative, Quantitative, and Mixed Methods
7. Menjalin kerjasama yang intensif dengan Approaches. Thousand Oaks, CA: Sage.
perguruan tinggi, lembaga penelitian, Dault A. 2008. Pemuda dan Kelautan. Jakarta:
dunia usaha, perbankan, koperasi, ataupun Pustaka Cidesindo.
pihak lembaga jasa keuangan lainnya Herdiansyah, Haris. 2010. Metodologi Penelitian
(perusahaan leassing). Tujuan kerjasama ini Kualitatif untuk Ilmu-Ilmu Sosial. Jakarta:
adalah untuk mempermudah masyarakat Salemba Humanika.
nelayan dalam mengakses permodalan,
Hikmat, Harry. 2006. Strategi Pemberdayaan
pemasaran hasil tangkapan, maupun
Masyarakat. Bandung: Humaniora.
kemudahan dalam mendapatkan bantuan
teknis usaha. Ife, James William. 1995. Community Development:
Creating Community Alternatives (Vision,
8. Pemerintah Kota Gunungsitoli harus
Analysis and Practice). Australia: Longmann.
mampu menyediakan fasilitas pemasaran
hasil tangkapan ikan yang layak dan Janesick, Valerie J. 1994. The Dance of Qualitative
mudah dijangkau oleh masyarakat nelayan, Research Design Methaphor, Methodolatry,
baik berupa pasar desa maupun pasar and Meaning. In: Norman K. Denzin end
kecamatan. Selain itu, Pemerintah Kota Yvonna S. Lincoln. Handbook of Qualitative
Gunungsitoli harus mampu menjamin Research. Thousand Oaks, CA: Sage. p 209-
kestabilan harga ikan serta membantu 219.
memasarkan hasil tangkapan nelayan Kartasasmita, Ginanjar. 1996. Pembangunan
terutama pada saat hasil tangkapan ikan Untuk Rakyat, Memadukan Pertumbuhan dan
berlimpah. Pemerataan. Jakarta: Cidesindo.

Jurnal Jurnal 171


Volume XIII | Nomor 1 | April 2016 Ilmu Administrasi
Ilmu Administrasi
Media Pengembangan dan Praktik Administrasi
Media Pengembangan dan Praktik Administrasi
Pemberdayaan Masyarakat Nelayan di Kecamatan Gunung Sitoli Idanoi Kota Gunungsitoli
} Ardiyansyah Tanjung

Kusnadi. 2003. Akar Kemiskinan Nelayan. Roesmidi dan Riza Risyanti. 2006. Pemberdayaan
Yogyakarta: LKiS Pelangi Aksara. Masyarakat. Sumedang: Alqaprint
________, dkk. 2007. Strategi Hidup Masyarakat Jatinangor.
Nelayan. Yogyakarta: LKiS Pelangi Aksara. Satria A. 2001. Dinamika Modernisasi Perikanan:
_______. 2009. Keberdayaan Nelayan dan Dinamika Formasi Sosial dan Mobilitas Nelayan.
Ekonomi Pesisir. Yogyakarta: Ar-Ruzz Bandung: Humaniora Utama Press.
Media. Soetomo, 2009. Pembangunan Masyarakat,
Mardikanto, Totok dan Poerwoko Soebiato. Merangkai Sebuah Kerangka. Yogyakarta:
2013. Pemberdayaan Masyarakat dalam Pustaka Pelajar.
Perspektif Kebijakan Publik. Edisi Revisi. Soleh, Chabib. 2014. Dialetika Pembangunan
Bandung: Alfabeta. dengan Pemberdayaan. Bandung:
Miles, Matthew B and A. Michael Huberman. Fokusmedia.
1994. Data Management and Analysis Suharto, Edi. 1997. Pembangunan, Kebijakan Sosial,
Methods. In: Norman K. Denzin end Yvonna S. dan Pekerjaan Sosial: Spekrum Pemikiran.
Lincoln. Handbook of Qualitative Research. Bandung: Lembaga Studi Pembangunan
Thousand Oaks, CA: Sage. p 428-429. STKS (LSP-STKS).
Moleong, Lexy J. 2007. Metodologi Penelitian ___________. 2005. Membangun Masyarakat
Kualitatif. Bandung: Remaja Rosdakarya. Memberdayakan Rakyat. Bandung: Refika
Mulyadi, Deddy. 2015. Studi Kebijakan Publik Aditama.
dan Pelayanan Publik, Konsep dan Aplikasi Sukardi, Akhmad. 2009. Participatory Governance
Proses Kebijakan Publik dan Pelayanan Publik. dalam Pengelolaan Keuangan Daerah.
Bandung: Alfabeta. Yogyakarta: LaksBang.
Mutawali, et al. 1995. Pembangunan Desa Terpadu. Sumarto, Hetifah Sj. 2009. Inovasi, Partisipasi,
Bandung: YBA-IKLUM STIA LAN-RI. dan Good Governance: 20 Prakarsa Inovatif
Nikijuluw, PHV. 2002. Rezim Pengelolaan dan Partisipatif di Indonesia. Edisi Kedua.
Sumberdaya Perikanan: P3R. Jakarta: Pustaka Jakarta: Yayasan Obor Indonesia.
Cidesindo. Undang Undang Republik Indonesia Nomor
Osmani, Siddique R. 2008. Participatory 16 Tahun 2006 tentang Sistem Penyuluhan
Governance and The Millennium Development Pertanian, Perikanan, dan Kehutanan.
Goals (MDGs). New York: United Nations. Undang Undang Republik Indonesia Nomor 23
Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah.
Nomor 43 Tahun 2014 tentang Peraturan Undang Undang Republik Indonesia Nomor 6
Pelaksanaan Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2014 tentang Desa.
Tahun 2014 tentang Desa. Wasistiono, Sadu. 1998. Pemberdayaan Aparatur
Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 32 Daerah. Bandung: Abdi Praja.
Tahun 2011 tentang Pedoman Pemberian Williams, Michael. 1998. Enabling beyond
Hibah dan Bantuan Sosial yang Bersumber Empowering. London: Thorogood Limited.
dari Anggaran Pendapatan dan Belanja
Wrihatnolo, Randy R. dan Riant Nugroho
Daerah.
Dwidjowijoto. 2007. Manajemen
Peraturan Menteri Dalam Negeri Republik Pemberdayaan, Sebuah Pengantar dan
Indonesia Nomor 39 Tahun 2012 tentang Panduan Untuk Pemberdayaan Masyarakat.
Perubahan Atas Peraturan Menteri Dalam Jakarta: PT. Elex Media Komputindo.
Negeri Nomor 32 Tahun 2011 Tentang
Yulianti, Yayuk dan Mangku Poernomo. 2003.
Pedoman Pemberian Hibah dan Bantuan
Sosiologi Pedesaan. Yogyakarta: Lappera
Sosial yang Bersumber dari Anggaran
Pustaka Utama.
Pendapatan dan belanja daerah.

172 J u r nJaul r n a l
Ilmu Administrasi Volume XIII | Nomor 1 | April 2016
Ilmu Administrasi
Media Pengembangan dan Praktik Administrasi
Media Pengembangan dan Praktik Administrasi

Anda mungkin juga menyukai