Anda di halaman 1dari 7

PROPOSAL KEWIRAUSAHAAN SOSIAL (PEMBERDAYAAN ISTRI NELAYAN

MELALUI KELOMPOK USAHA BERSAMA “MUTIARA LAUT TIMUR


SITUBONDO” DENGAN PRODUK OLAHAN HASIL LAUT)

Disusun Oleh :

Shella Nur Safitri (PM 151216)

Shellanursafitri987@gmail.com

180910301093

JURUSAN ILMU KESEJAHTERAAN SOSIAL


FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK
UNIVERSITAS JEMBER
2021
BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Indonesia dianugerahi laut yang begitu luas dengan berbagai jenis ikan
di dalamnya. Potensi sumber daya laut tersebut tersebar di seluruh wilayah laut
nusantara terutama di Kabupaten Situbondo, Jawa Timur. Kabupaten Situbondo
terdiri dari 17 wilayah kecamatan, 13 kecamatan diantaranya memiliki pantai
dan 4 kecamatan tidak memiliki pantai. Dalam 13 kecamatan tersebut terdapat
beberapa desa pesisir yang memiliki tempat pendaratan ikan (TPI), seperti
ditunjukkan pada Tabel 1.

Tabel 1 Nama kecamatan dan desa pesisir yang mempunyai TPI


(dikelola oleh penulis)

Nama Nama Desa Pesisir yang


NO Kecamatan Mempunyai TPI
1 Banyuglugur Banyuglugur dan Kalianget
2 Besuki Pesisir dan Demung
3 Suboh Ketah
4 Melandingan Selomukti dan Mlandingan Barat
5 Bungatan Mlandingan Timur, Bletok, Bungatan, dan
Pasir Putih
6 Kendit Pecaron
7 Panarukan Kilensari, Deleyan, Duwet, dan Gelung
8 Mangaran Kalbut, Tanjung Pecinan, danTanjung Kamal
9 Kapongan Landangan dan Seletreng
10 Arjasa Arjasa
11 Tanjung Jangkar Agel, Kumbangsari, dan Tanjung Jangkar
12 Asembagus Pondok Langar
13 Banyuputih Bugeman, Sukorejo, Pondok Mimbo, dan Pandean

Keberadaan Pelabuhan Perikanan di Situbondo telah mampu


meningkatkan usaha perikanan tangkap dan telah memberi warna yang cukup
dominan bagi perkembangan produksi perikanan. Hal ini sejalan dengan fungsi
Pelabuhan Perikanan sebagai pendukung kegiatan yang berhubungan dengan
pengelolaan dan pemanfaatan sumberdaya ikan dan lingkungannya mulai dari
tahap praproduksi, produksi, pengolahan, sampai dengan pemasaran.
Peningkatan tersebut sesungguhnya merupakan suatu rangkaian yang saling
memiliki keterkaitan dan saling mengisi dalam suatu sistem ekonomi
perikanan, yang mana dalam pelaksanaannya masih perlu penunjang dari
unsur-unsur pendukung lainnya.
Hasil laut merupakan salah satu hal yang menentukan pendapatan
rumah tangga nelayan. Dengan hasil laut yang melimpah pendapatan nelayan
akan meningkat. Selain itu, hasil laut yang melimpah juga memberikan peluang
bagi rumah tangga nelayan untuk mendapatkan pendapatan lebih dengan cara
melakukan pengolahan ikan segar menjadi produk olahan ikan yang tentunya
dapat menambah harga jual dari ikan itu sendiri. Realitanya, hal tersebut
berbanding terbalik dengan kondisi masyarakat nelayan saat ini. Nelayan
merupakan kelompok masyarakat yang relatif tertinggal secara ekonomi dan
sosial dibandingkan dengan kelompok masyarakat lain. Kondisi masyarakat
nelayan di berbagai kawasan pada umumnya ditandai oleh kemiskinan,
keterbelakangan sosial-budaya, dan rendahnya kualitas sumber daya
manusianya. Masyarakat nelayan sebagai pelaku utama sektor kelautan dan
perikanan, juga mengalami berbagai kendala dalam kegiatan usahanya.
Permasalahan umum yang melingkupi kehidupan nelayan yaitu kualitas sumber
daya manusia (nelayan) yang masih rendah, terbatasnya akses permodalan,
pengetahuan dan keterampilan dalam memanfaatkan teknologi untuk
mendorong produktivitas dan meningkatkan hasil tangkapan ikan.

Para nelayan kecil di Kabupaten Situbondo dalam melakukan kegiatan


melaut sangat bergantung pada keadaan cuaca. Sehingga musim penangkapan
ikan tidak bisa dijalankan sepanjang waktu, tergantung pada cuaca, angin,
gelombang laut, dan arus air laut. Perubahan iklim juga menyebabkan hasil
tangkap ikan di laut berubah-ubah karena keadaan pola migrasi ikan. Pada
bulan Maret para nelayan kecil masih bisa memperoleh ikan. Namun pada
bulan Agustus-Desember para nelayan kecil kesulitan untuk mendapatkan ikan.
Saat itu lah para nelayan kecil menyebutnya musim paceklik, karena hasil
tangkap ikan di laut sangatlah sedikit.

Pada tahun 2019 jumlah penduduk miskin di kabupaten Situbondo


mencapai 76440 jiwa. Kemiskinan dalam konsep kesejahteraan sosial,
dimaknai sebagai masalah sosial yang disandang oleh seseorang atau
sekelompok warga masyarakat yang menyebabkan mereka mengalami
keterbatasan tingkat kesejahteraan sosialnya. Kesejahteraan sosial menjadi
tujuan bagi masyarakat untuk menuju kehidupan yang lebih baik dan
berkualitas. Kesejahteraan sosial menurut Undang-Undang RI Nomor 11 tahun
2009 adalah kondisi terpenuhinya kebutuhan material, spiritual, dan sosial
warga negara agar dapat hidup layak dan mampu mengembangkan diri,
sehingga dapat melaksanakan fungsi sosialnya.

Peran pemerintah penting dalam mengentaskan kemiskinan agar


masyarakat memiliki tingkat kesejahteraan yang baik. Upaya penurunan
kemiskinan merupakan upaya kerjasama antara pemerintah pusat dan
pemerintah daerah. Menurut Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2014 yang
disebut dengan nama lain, selanjutnya disebut Desa, adalah kesatuan
masyarakat hukum yang memiliki batas wilayah yang berwenang untuk
mengatur dan mengurus urusan pemerintah, kepentingan masyarakat setempat
berdasarkan prakarsa masyarakat, hak asal-usul dan hak tradisional yang diakui
dan dihormati dalam sistem pemerintah Negara Kesatuan Republik Indonesia.

Pembangunan pedesaan selayaknya mempengaruhi tingkat


kesejahteraan masyarakat, tak terkecuali masyarakat pedesaan yang tinggal di
wilayah pesisir. Pemberdayaan merupakan upaya meningkatkan kemampuan
dan keberdayaan masyarakat agar memiliki hidup yang lebih baik dan
bermartabat. Unsur-unsur pemberdayaan masyarakat pada dasarnya adalah
sebagai berikut: (1) inklusi dan keikutsertaan; (2) saluran informasi; (3) daya
tampung organisasi lokal; dan (4) profesonalitas pemeran pemberdaya.
Keempat elemen tersebut terhubung satu sama lain dan saling menunjang.
Inklusi bertitik pada persoalan siapa yang diberdayakan, sedangkan
keikutsertaan bertitik pada bagaimana mereka diberdayakan dan tugas apa yang
mereka perankan sesuai mereka menjadi bagian dari kelompok yang
diberdayakan.

Dalam menangani kemiskinan banyak hal yang dapat dilakukan oleh


pemerintah, pihak swasta maupun masyarakat. Salah satu upaya yang dilakukan
oleh pemerintah untuk menangani kemiskinan yaitu dengan pemberdayaan
masyarakat. Program-program pemberdayaan yang diberikan pemerintah masih
menemui beberapa kendala di lapangan. Salah satu strategi untuk
meningkatkan partisipasi nelayan dalam program pemberdayaan adalah melalui
pendekatan kelompok. Oleh sebab itu, pemerintah mendorong para nelayan
untuk bergabung dalam kelompok-kelompok nelayan sehingga memudahkan
pemetaan dan pelaksanaan program pemerintah. Manfaat adanya kelompok
nelayan adalah sebagai media penghubung dalam pelaksanaan program
pemerintah dengan adanya kelompok nelayan juga memiliki manfaat lain yaitu
bisa untuk mengurangi konflik antar nelayan. Dahulu konflik perebutan
wilayah tangkap ikan laut sering terjadi antar nelayan. Seiring dengan adanya
kelompok nelayan atau permasalahan yang ada dapat diselesaikan secara
kekeluargaan.

Ditambah lagi dengan banyaknya jumlah armada kapal penangkap ikan


yang berbasis di beberapa Pelabuhan Perikanan Situbondo maka sangat
diperlukan upaya penanganan hasil tangkapan agar semakin memilki nilai
tambah bagi nelayan. Upaya tersebut diantaranya adalah dengan usaha
pengolahan dan diversifikasi olahan hasil perikanan sehingga nilai jual produk
perikanan semakin meningkat.

Melalui gagasan pada proposal ini Pemerintah Kabupaten Situbondo


bisa melalukan pemberdayaan masyarakat melalui pembentukan Kelompok
Usaha Bersama (KUBE). KUBE adalah kelompok keluarga miskin yang
dibentuk, tumbuh dan berkembang atas prakarsanya dalam melaksanakan usaha
ekonomi produktif untuk meningkatkan pendapatan keluarga. Masyarakat dapat
mengikuti dan memanfaatkan KUBE yang disesuaikan dengan potensi dan
keahlian masyarakat setempat yang dilakukan secara berkelompok untuk
menangani masalah kemiskinan. Secara umum tujuan dari program KUBE
adalah mengentaskan kemiskinan dan mewujudkan kemandirian masyarakat
baik secara ekonomi maupun sosial.

1.2 Rumusan Masalah

Masyarakat pesisir didefinisikan sebagai kelompok orang yang tinggal


di daerah pesisir dan sumber kehidupan perekonomiannya bergantung secara
langsung pada pemanfaatan sumber daya laut dan pesisir. Kehidupan
masyarakat pesisir yang mayoritas berprofesi sebagai nelayan seringkali
berhadapan dengan kondisi perekonomian yang lemah. Menurut data Bank
Dunia sekitar 108,8 juta orang atau 49 persen dari total penduduk Indonesia
dalam kondisi miskin dan rentan menjadi miskin. Dengan begitu, penduduk
Indonesia yang sebagian besar berada di daerah pesisir dan pedesaan terancam
mengalami kemiskinan dan jauh dari kondisi sejahtera.
Secara umum, yang disebut nelayan tradisional adalah nelayan yang
memanfaatkan sumberdaya perikanan dengan peralatan tangkap tradisional,
modal usaha yang kecil, dan organisasi penangkapan yang relative sederhana.
Ketergantungan nelayan terhadap musim sangat tinggi, sehingga tidak setiap
saat nelayan bisa turun melaut, terutama pada musim ombak bahkan badai
yang bisa berlangsung sampai lebih dari satu bulan. Akibatnya, selain hasil
tangkapan menjadi terbatas, dengan kesederhanaan alat tangkap yang dimiliki,
pada musim tertentu tidak ada tangkapan yang bisa diperoleh. Kondisi ini
merugikan nelayan karena secara riil rata-rata pendapatan perbulan menjadi
lebih kecil, dan pendapatan yang diperoleh pada saat musim ikan akan habis
dikonsumsi pada saat paceklik. Untuk itu diperlukan pemberdayaan
masyarakat nelayan yang dalam hal ini istri nelayan melalui pembentukan
Kelompok Usaha Bersama (KUBE) dengan olahan hasil laut agar mereka
memiliki pendapatan lebih daripada Ketika menjual hasil tangkapan ikan
secara langsung.

Permasalahan Ekonomi Nelayan dan Upaya Pemberdayaannya. 2019. Nidya Waras Sayekti,
S.E., M.M.

https://catatandhila.wordpress.com/2010/03/03/penelolaan-sumber-daya-laut-
berwawasanlingkungan/ diakses tanggal 16 Maret 2016, pukul 19.15 WIB.

https://eprints.uns.ac.id/25195/1/H0811061_pendahuluan.pdf

Sri Yuni Murti Widayanti dan A.Nururrochman Hidayatulloh, “Kinerja Kelompok

Usaha Bersama (KUBE) dalam Pengetesan Kemiskinan”, dimuat dalam Jurnal PKS, Vol. 14,
No. 2, 2015, Hal. 163.

7 Undang-Undang Kesejahteraan Sosial RI Nomor 11 Tahun 2009

Mohammad Ikbal Bahua, Perencanaan Partisipatif Pembangunan Masyarakat,

(Gorontalo: Ideas Publishing, 2018), Hal. 86


Peraturan Menteri Sosial RI No 25 Tahun 2015 Tentang Kelompok Usaha Bersama 10
Amanah Aida Qur‟an, “Pemberdayaan Masyarakat pada KUBE (Studi pada KUBE
Kaligondang Purbalingga Jawa Tengah)”, Tesis Fakultas Ekonomi dan Bisnis Islam IAIN
Purwokerto, 2017, Hal. 2

Anda mungkin juga menyukai