Anda di halaman 1dari 5

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Indonesia termasuk sebuah Negara yang memiliki banyak pulau, yang tentunya
setiap pulau di daerah-daerah yang berbeda memiliki kondisi geografis yang berbeda
pula, sehingga dengan keadaan geografis yang beranekaragam mempengaruhi perbedaan
lingkungan sosial, budaya, dan ekonominya. Perbedaan keadaan tempat tinggal ini pula
menyebabkan mata pencaharian masyarakat Indonesia sangat beragam sesuai lingkungan
tempat hidupnya, karena pada dasarnya manusia dengan lingkungan hidupnya saling
interaksi, manusia di pengaruhi dan mempengaruhi lingkungannya. Faktor lain pula yang
mempengaruhi perbedaan mata pencaharian adalah faktor keahlian serta sumber daya
alam yang tersedia yang menonjol dan dapat di manfaatkan guna memenuhi kebutuhan
hidup.
Mata pencaharian juga merupakan salah satu unsur kebudayaan. Koentjaraningrat
menyebutkan kebudayaan memiliki tujuh unsur universal, yaitu sistem religi, kesenian,
teknologi, bahasa, ilmu pengetahuan, sistem organisasi sosial, serta sistem mata
pencaharian. Sistem mata pencarian merupakan unsur kebudayaan yang sangat penting
guna memenuhi hajat hidup manusia dan masyarakat. Awalnya mata pencaharian
masyarakat di dunia adalah mata pencaharian yang sangan tradisional yaitu dengan
memanfaatkan sumber daya alam seperti meramu, berburu, bercocok tanam di lading,
berternak, dan menangkap ikan. Mata pencarian merupakan aktivitas manusia yang
memperoleh taraf hidup yang layak di mana antara daerah satu dengan yang lain berbeda,
sesuai dengan taraf kemampuan penduduk dan lingkungan tempat tinggalnya. 1
Manusia dan pekerjaan tentunya tidak dapat di pisahkan, manusia perlu bekerja
guna memenuhi kebutuhan hidupnya, selain itu dengan bekerja manusia juga akan
mendapat kan kepuasan bahkan rasa aman. Melihat kondisi keadaan lingkungan agar
dapat memanfaatkan sumber daya alam yang ada, merupakan salah satu bentuk orientasi
di kehidupan manusia. Seperti di Desa Sungai Luar, yang sebagian penduduknya bermata

1
Shinta Septiana, ‘Sistem Sosial Budaya Pantai: Mata Pencaharian Nelayan Dan Pengolah Ikan Di Kelurahan Panggung
Kecamatan Tegal Timur Kota Tegal’, New England Journal of Medicine, 372.2 (2018), 2499–2508
<http://www.ncbi.nlm.nih.gov/pubmed/7556065%0Ahttp://www.pubmedcentral.nih.gov/articlerender.fcgi?artid=PMC394507%0Ahttp://
dx.doi.org/10.1016/j.humpath.2017.05.005%0Ahttps://doi.org/10.1007/s00401-018-1825-z%0Ahttp://www.ncbi.nlm.nih.gov/pubmed/
27157931>.
pencaharian sebagai nelayan karena menyasuaikan lingkungannya yang terletak di
pinggiran sungai. Sungai Luar sendiri merupakan salah satu Desa yang dekat dengan
kota. Letak geografis Desa Sungai Luar, terletak di antara:
Sebelah Utara : Desa Sungai Dusun
Sebelah Selatan : Kelurahan Sungai Beringin
Sebelah Barat : Desa Simpang Jaya
Sebelah Timur : Desa Sungai Dusun
Mata pencaharian keluarga-keluarga di Desa Sungai Luar biasa berfokus pada
menagkap udang, yang mana aktivitas tersebut mereka sebut dengan nama memukat.
Tidak hanya menangkap udang mereka juga mengolah udang tersebut menjadi makanan
yang tersaji dalam kemasan yang modern seperti snack ciri khas mereka yang diberi nama
Amplang Udang.
Nelayan sendiri merupakan salah satu bagian masyarakat Indonesia dengan
mengelola potensi sumber daya yang ada di laut maupun sungai, masyarakat nelayan
biasanya memiliki karakteristik tersendiri yang berbeda debgan masyarakat yang tinggal
di wilayah lainnya, yang mana masyarakatnya memiliki etos kerja yang tinggi, solidaritas
sosial yang kuat terbuka terhadap perubahan, dan memiliki karakteristik interaksi sosial
yang mandalam.
Nelayan juga merupakan orang yang hidup dari mata pencaharian hasil laut atau
bagi orang orang yang sehari-harinya bekerja menangkap ikan atau hewan laut lainnya
yang hidup di dasar maupun permukaan perairan. Tempat tinggal yang biasanya dijadikan
sebagai tempat pemukiman nelayan tidaklah jauh dari pantai atau pesisir sebagaimana
yang telah dikatakan oleh Imron (2003) bahwa pada umumnya nelayan bermukim di
daerah pinggir pantai, sebuah lingkungan pemukiman yang dekat dengan lokasi
kegiatannya dan perairan yang menjadi daerah aktivitas nelayan merupakan perairan
tawar, payau maupun laut. 2
Sebagaimana diketahui, nelayan bukanlah suatu entitas tunggal. Mereka
terdiri dari beberapa kelompok, yang dilihat dari segi pemilikan alat tangkap dapat
dibedakan menjadi tiga kelompok, yaitu: nelayan buruh, nelayan juragan, dan nelayan
perorangan. Nelayan buruh adalah nelayan yang bekerja dengan alat tangkap milik
orang lain. Sebaliknya nelayan juragan adalah nelayan yang memiliki alat tangkap
yang dioperasikan oleh orang lain. Adapun nelayan perorangan adalah nelayan yang

2
Nur Amalia and Nur Amalia, ‘Kehidupan Sosial Ekonomi Masyarakat Nelayan Di Kelurahan Nelayan Indah Kecamatan
Medan Labuhan’, Jurnal Pengabdi, 5.1 (2022), 25 <https://doi.org/10.26418/jplp2km.v5i1.48936>.
memiliki peralatan tangkap sendiri, dan dalam pengoperasiannya tidak melibatkan
orang lain. Adapun klasifikasi nelayan berdasarkan lokasi kegiatannya termasuk ke dalam
empat golongan antara lain :
1. Peasant fisher atau nelayan tradisional yaitu nelayan yang biasanya lebih
berorientasi pada pemenuhan kebutuhan sendiri (subsistem). Sebutan ini
muncul karena alokasi hasil tangkapan yang di jual lebih banyak untuk
memenuhi kebutuhan keluarga dari pada investasi untuk pengembangan skala
usaha.
2. Post peasant fisher yaitu nelayan yang dicirikan dengan penggunaan alat
tangkap yang berteknologi. Penguasaan sarana bermotor ini semakin membuka
peluang bagi nelayan untuk menangkap ikan diwilayah perairan yang lebih luas
dan memperoleh surplus dari hasil tangkapan itu, karena mempunyai daya
tangkap yang lebih besar. Sementara itu tenaga kerja atau ABK-nya sudah
meluas dan tidak tergantung pada anggota keluarga saja.
3. Commercial fisher yaitu nelayan yang telah berorientasi pada peningkatan
keuntungan. Skala usahanya sudah besar yang dicirikan dengan banyaknya
jumlah tenaga kerja dengan status yang berbeda dengan dari buruh hingga
manajer. Industrial fisher adalah industri yang (1) diorganisasi dengan cara-
cara yang mirip dengan perusahaan agro industry dinegara-negara maju (2)
secara relative lebih padat baik bagi pemilik maupun awak perahu (4)
menghasilkan untuk ikan kaleng dan ikan beku yang berorientasi pada ekspor.3

Pada hakekatny nelayan adalah golongan masyarakat yang masih perlu


diberdayakan dan harkat hidup mereka perlu diangkat. Pada umumnya kehidupan
nelayan selalu diungkapkan dengan keterbelakangan baik dari sudut pandang
pencaharian, maupun cara berpikir, dan sikap yang masih tradisional. Dilihat dari
lingkupnya kemiskinan nelayan terdiri atas kemiskinan prasarana fisik di desa-
desa nelayan yang pada umumnya masih sangat minim. 4
Sebagai masyarakat yang memanfaatkan hasil dari sungai, masyarakat di desa
Sungai Luar juga dapat di kata kan sebagai nelayan, walaupun tidak keseluruhan
masyarakatnya bermata pencaharian sebagai nelayan. Masyarakat di Desa Sungai Luar

3
Imron Masyhuri, ‘Kemiskinan Dalam Masyarakat Nelayan’, Jurnal Masyarakat Dan Budaya, 5.1 (2003), 63–82
<https://jmb.lipi.go.id/jmb/article/view/259/237>.
4
Nina Siti Salmaniah Siregar, ‘Jurnal Ilmu Pemerintahan Dan Sosial Politik UMA Kesadaran Masyarakat Nelayan Terhadap
Pendidikan Anak’, Jurnal Ilmu Pemerintahan Dan Sosial Politik, 4.1 (2016), 1–10 <http://ojs.uma.ac.id/index.php/jppuma>.
cukup inovatif dalam memanfaat kan hasil alam, mereka tidak menjual begitu saja hasil
tangkapan nya, tetapi mereka sajikan dalam bentukan makanan ringan, masyarakat
Sungai Luar juga membagi sistem kerja mereka berdasarkan gender (sungai menjadi
ranah untuk laki-laki, dan daratan menjadi ranah bagi perempuan), dalam bahasa lain
laki-laki menangkap udang, dan perempuan membuat olahan yang dapat dijual di
pasaran, karena Desa Sungai Luar termasuk Desa yang dekat dengan kota, jadi mereka
dapat dengan mudah menjual hasil olahan mereka. Kegiatan ini pun di lakukan oleh
beberapa kelompok masyarakatnya, disini terlihat bahwa selain sumber daya alam yang
bisa di manfaatkan, tetapi sumber daya manusianya juga berkontribusi untuk
meningkatkan perekonomian dengan mengurangi angka pengangguran di daerah mereka.
Namun ada beberapa penelitian yang mengatakan pemberdayaan masyarakat
nelayan pengolah menunjukkan bahwa kondisi pengolahan hasil tangkap di laut atau
sungai dengan skala usaha kecil/mikro dan menengah masih relative kurang berdaya
dalam memperoleh akses ekonomi dan sosial.
Berdasarkan fenomena-fenomena di atas maka peneliti tertarik melakukan
penelitian dengan judul: Orientasi Hidup Masyarakat Nelayan Di Desa Sungai Luar
Kecamatan Batang Tuaka.

1.2 Rumusan Masalah


Berdasarkan uraian di atas, maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah :
1. Bagaimana orientasi hidup nelayan dalam melihat hakikat hidup, hakikat kerja, dan
pandangan mereka terhadap alam
1.3 Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah diatas maka tujuan penelitian ini adalah:
1.Untuk menganalisis dan menjelaskan orientasi hidup nelayan dalam melihat hakikat
hidup, hakikat kerja, dan pandangan mereka terhadap alam

1.4 Manfaat Penelitian


Penelitian ini diharapkan dapat member manfaat atau kegunaan kepada siapa
saja yang membacanya.

Anda mungkin juga menyukai