Anda di halaman 1dari 22

SURYANI, SKM, MKM

FKM UIN SUMATERA UTARA


▪ Masyarakat pesisir adalah sekumpulan masyarakat yang bersama-sama mendiami

wilayah pesisir membentuk dan memiliki kebudayaan yang khas yang terkait
dengan ketergantungannya pada pemanfaatan sumber daya pesisir.

▪ Secara sosio-kulturall masyarakat pesisir merupakan suatu kelompok masyarakat

yang akar budayanya pada mulanya dibangun atas paduan antara budaya maritim
laut, pantai dan berorientasi pasar. Akses terhadap sumberdaya merupakan salah
satu perbedaan mendasar masyarakat agraris dan masyarakat pesisir.
1) Masyarakat Perairan
Kesatuan sosial yang hidup dari sumber daya perairan, cenderung terasing dari
kontak dengan masyarakat-masyarakat lain, hidupnya pun lebih banyak berada di
lingkungan perairan daripada di darat, dan berpindah-pindah tempat di suatu
wilayah (teritorial) perairan tertentu. Kehidupan sosial mereka cenderung bersifat
egaliter, dan hidup dalam kelompok-kelompok kekerabatan setingkat dengan klan
kecil.

2) Masyarakat Pesisir Tradisional


Masyarakat yang berdiam dekat dengan perairan laut, akan tetapi sedikit sekali
menggantungkan kelangsungan hidup dari sumber daya daratan.
3) Masyarakat Nelayan

Golongan masyarakat pesisir yang paling banyak memanfaatkan hasil laut dan
potensi lingkungan perairan dan pesisir untuk kelangsungan hidupnya. Masyarakat
nelayan umumnya bermukim secara tetap di daerah-daerah yang mudah mengalami
kontak dengan masyarakat lain. Sistem ekonomi sudah masuk ke sistem
perdagangan, karena hasil laut yang mereka peroleh tidak untuk di konsumsi
sendiri, tetapi didistribusikan dengan imbal ekonomis kepada pihak-pihak lain.
Walaupun demikian, masyarakat nelayan sebenarnya lebih banyak menghabiskan
kehidupan sosial budayanya di daratan.
▪ Struktur sosial merupakan pola perilaku berulang-ulang yang memunculkan
hubungan antar individu dan antar kelompok dalam masyarakat.
▪ Struktur sosial dalam masyarakat nelayan umumnya berciri ikatan patron-klien
yang kuat.
▪ Kuatnyaikatan patron-klien merupakan konsekuensi dari sifat kegiatan
penangkapan ikan yang penuh resiko dan ketidakpastian.
▪ Patron klien merupakan institusi jaminan sosial ekonomi secara tradisional untuk
menjaga kelangsungan hidup nelayan.
1. Hubungan antar pelaku yang menguasai sumber daya tidak
sama.
- Nelayan pemilik dengan nelayan buruh

2. Hubungan khusus yang merupakan hubungan pribadi dan


mangandung keakraban
- Nelayan pemilik dengan penyedia modal usaha (pedagang
ikan/pedagang perantara)

3. Hubungan yang didasarkan atas asas saling menguntungkan


- Nelayan (nelayan pemilik dan nelayan buruh) dengan pemilik
toko yang menyediakan kebutuhan hidup dan kebutuhan melaut.
▪ Masyarakat nelayan ditinjau dari aspek ekonomi memiliki stratifikasi sebagai berikut :

1) Nelayan kaya yang mempunyai kapal yang mempekerjakan nelayan lain sebagai
pendega tanpa dia sendiri ikut bekerja
2) Nelayan kaya yang mempunyai kapal tetapi dia sendiri masih ikut bekerja sebagai
awak kapal
3) Nelayan sedang yang kebutuhan hidupnya dapat ditutupi dengan pendapatan
pokoknya dari bekerja sebagai nelayan, dan mempunyai perahu tanpa
mempekerjakan tenaga dari luar keluarga
4) Nelayan miskin yang pendapatan dari perahunya tidak mencukupi kebutuhan
hidupnya sehingga harus ditambah dengan bekerja lain untuk kebutuhannya beserta
istri dan anaknya
5) Nelayan pendega atau nelayan sawi yang tidak mempunyai perahu, sehingga
kebutuhan hidupnya dipenuhi dengan bekerja sebagai awak kapal.
▪ Bagi masyarakat pesisir hidup dipantai merupakan hal yang paling diinginkan
untuk dilakukan mengingat segenap aspek kemudahan dapat mereka peroleh
dalam berbagai aktivitas kesehariannya.
▪ Contoh sederhana dari kemudahan-kemudahan tersebut :
1. Kemudahan aksesibilitas dari dan ke sumber mata pencaharian lebih terjamin,
mengingat sebagian masyarakat pesisir menggantungkan kehidupannya pada
pemanfaatan potensi perikanan dan laut yang terdapat disekitarnya, seperti
penangkapan ikan, pengumpulan atau budidaya rumput laut, dsb.
2. Mereka lebih mudah mendapatkan kebutuhan akan MCK (mandi, cuci dan
kakus), dimana mereka dapat dengan serta merta menceburkan dirinya untuk
membersihkan tubuhnya, mencuci segenap peralatan dan perlengkapan rumah
tangga, seperti pakaian, gelas dan piring, bahkan mereka lebih mudah
membuang air (besar maupun kecil). Selain itu mereka juga dapat dengan
mudah membuang limbah domestiknya langsung ke pantai/laut.
▪ Kehidupan masyarakat pesisir menjadi sangat tergantung pada kondisi lingkungan

air dan sangat rentan terhadap kerusakan lingkungan, khususnya pencemaran,


karena limbah industri maupun tumpahan minyak, misalnya dapat menggoncang
sendi-sendi kehidupan sosial ekonomi masyarakat pesisir.

▪ Contoh : pencemaran di pantai Jawa, telah menyebabkan produksi udang tambak

anjlok secara drastik. Hal ini menyebabkan konsekuensi yang besar terhadap
kehidupan para petani tambak tersebut.
▪ Ketergantungan pada musim semakin besar bagi para nelayan kecil. Pada musim
penangkapan para nelayan sangat sibuk melaut. Sebaliknya, pada musim pecklik
kegiatan melaut menjadi berkurang sehingga banyak nelayan yang terpaksa
menganggur.
▪ Stratifikasi sosial yang sangat menonjol pada masyarakat nelayan dan petani
tambak adalah stratifikasi yang berdasarkan penguasaan alat produksi. Pada
masyarakat nelayan, umumnya terdapat tiga strata kelompok, yaitu :
a) Strata pertama dan paling atas adalah mereka yang memiliki kapal motor
lengkap dengan alat tangkapnya. Mereka ini biasanya dikenal dengan nelayan
besar atau modern. Biasanya mereka tidak ikut melaut. Operasi penangkapan
diserahkan kepada orang lain. Buruh atau tenaga kerja yang digunakan cukup
banyak, bisa sampai dua atau tiga puluhan.
b) Strata kedua adalah mereka yang memiliki perahu dengan motor tempel. Pada
strata ini biasanya pemilik tersebut ikut melaut memimpin kegiatan
penangkapan. Buruh yang ikut mungkin ada tepi terbatas dan seringkali
merupakan anggota keluarga saja.
c) Strata terakhir adalah buruh nelayan. Meskipun para nelayan kecil bisa juga
merangkap menjadi buruh, tetapi banyak pula buruh ini yang tidak memiliki
sarana produksi apa-apa, hanya tenaga mereka itu sendiri.
Dalam masyarakat petani tambak, stratifikasi sosial berdasarkan penguasaan alat
produksi ini juga menonjol. Mirip dengan strata sosial yang ada pada masyarakat
nelayan, masyarakat petani tambak juga terdiri dari 3 strata sosial yang dominan,
yaitu :
1) Strata atas adalah mereka yang menguasai tambak yang luas
2) Strata menengah yang memiliki luas tambak sedang/kecil, dan
3) Strata paling bawah adalah para pengelola/buruh
▪ Masyarakat perikanan sangat peka terhadap harga. Perubahan harga produk
perikanan sangat mempengaruhi kondisi sosial ekonomi masyarakat perikanan.

▪ Masyarakat pesisir bergantung pada keadaan pasar, hal ini disebabkan karena
komoditas yang dihasilkan oleh mereka itu harus dijual baru bisa digunakan untuk
memenuhi keperluan hidup. Jika petani padi yang bersifat tradisional bisa hidup
tanpa menjual produknya atau hanya menjual sedikit saja, maka nelayan dan
petani tambak harus menjual sebagian besar hasilnya. Setradisional atau sekecil
apapun nelayan dan petani tambak tersebut, mereka harus menjual sebagian
besar hasilnya demi memenuhi kebutuhan hidup.
▪ Masalah kesehatan masyarakat pesisir perlu perhatian lebih dari pemerintah.
▪ Berbagai persoalan sosial dalam pengelolaan lingkungan sosial masyarakat yang
dapat ditemukan di daerah pesisir antara lain :
✓ Ketidakmerataan akses sosial ekonomi
✓ Meningkatnya angka kemiskinan
✓ Meningkatnya kesenjangan sosial ekonomi
✓ Kesenjangan akses pengelolaan sumberdaya
✓ Kurangnya perlindungan pada hak-hak masyarakat lokal/tradisional dan modal
sosial
✓ Lemahnya kontrol sosial, masalah kesehatan, dan kerusakan lingkungan
▪ Masalah kesehatan utama di wilayah pesisir sendiri ialah kurangnya perilaku
hidup bersih sehat masyarakat.
▪ Mayoritas masyarakat membangun rumah di atas laut sehingga tidak memiliki
jamban sehat dan limbah langsung dibuang ke laut.
▪ Gangguan kesehatan yang dialami antara lain nyeri sendi, gangguan pendengaran
ringan hingga tuli, kasus barotrauma, dan penyakit dekompresi yang biasa
menyerang penyelam dikarenakan penggunaan APD yang masih minim.
▪ Masalah kesehatan juga disebabkan kondisi geografis karena memiliki
keterbatasan akses air bersih.
▪ Perilaku kurangnya hidup bersih dan sehat, seperti kebiasaan buang air besar dan
buang sampah yang sembarangan.
▪ Solusi dalam permasalahan kesehatan di daerah kepulauan pada dasarnya sesuai
dengan pembangunan kesehatan, yaitu :
a) Untuk meningkatkan kesadaran, kemauan dan kemampuan hidup masyarakat
sehat bagi setiap orang agar terwujud derajat kesehatan masyarakat yang
optimal di Indonesia.
b) Untuk mewujudkan derajat kesehatan masyarakat bagi masyarakat
diselenggarakan upaya kesehatan dengan pendekatan pemeliharaan,
peningkatan kesehatan (promotif), pencegahan penyakit (preventif), penyembuh
penyakit (kuratif), dan pemulihan kesehatan (rehabilitatif) yang dilaksanakan
secara menyeluruh, terpadu dan berkesinambungan.
▪ Berdasarkan penelitian Indrawasih dan Pradipta (2021), perempuan pesisir di
Demak ikut serta melaut dengan suaminya. Mereka merasakan kondisi ombak,
gelombang dan badai di tengah laut yang tidak bisa diprediksi. Dengan tingginya
risiko yang dihadapi perempuan tersebut, seharusnya mereka mendapat
pengakuan sebagai “perempuan nelayan” bukan hanya sebagai perempuan yang
“menunjang” aktivitas melaut suaminya.
▪ Penelitian Adhuri et. al (2018), perempuan pesisir merupakan sosok tangguh yang
terlibat dalam hampir semua kegiatan pesisir, seperti proses pembudidayaan
silvofishery (system pembudidayaan ikan tradisional berupa tambak yang
menggabungkan antara usaha perikanan dengan penanaman mangrove), tambak
udang, penangkapan ikan ke laut lepas, terlibat dalam pembuatan kebijakan adat
mengenai penangkapan ikan, sampai pada pengolahan sampah di wilayah pesisir.
▪ Aspek lain yang perlu diperhatikan pada masyarakat pantai adalah aktivitas kaum

wanita dan anak-anak. Pada masyarakat ini, umumnya wanita dan anak-anak ikut
bekerja mencari nafkah. Kaum wanita (orang tua maupun anak-anak) seringkali
bekerja sebagai pedagang ikan (pengencer), baik pengencer ikan segar maupun
ikan olahan. Mereka juga melakukan pengolahan ikan, baik kecil-kecilan di rumah
untuk dijual sendiri maupun sebagai buruh pada pengusaha pengolahan ikan.
Sementara itu, anak laki-laki seringkali sudah dilibatkan dalam kegiatan melaut. Ini
antara lain yang menyebabkan anak-anak nelayan banyak yang tidak sekolah.
▪ Tiga konsep dalam epidemiologi sosial, yaitu :
1) Epidemiologi sosial menggunakan paradigma biopsikososial. Penyakit diasumsikan
produk dan interaksi timbal balik antara faktor-faktor sosial, faktor individu, dan
faktor biologis. Dalam epidemiologi sosial terjadinya penyakit sebenarnya adalah
karena adanya interaksi ketiga faktor tersebut, meskipun pengaruh untuk terjadinya
suatu penyakit adalah tidak sama.
2) Pradigma bio-psikososial mengasumsikan bahwa polusi bukan hanya jumlah dari
individu tersebut. Sebaliknya setiap penduduk memiliki sejarahnya sendiri dan
budaya, menentukan bagaimana dan mengapa orang yang terkena faktor resiko
individu tertentu.
3) Dalam epidemiologi sosial, faktor sosial dapat menjadi faktor sosial resiko kesehatan
dengan menambah atau berinteraksi dengan faktor individu dan biologis. Faktor
sosial disini dapat dicontohkan pada masyarakat yang tinggal di suatu wilayah
dengan sosial ekonomi tertinggi atau dikota-kota besar dengan biaya hidup yang
tinggi, tentunya mempengaruhi akses terhadap penemuan kebutuhan, yang
selanjutnya mempengaruhi kondisi psikologis maupun biologis individu tersebut.
▪ Permasalahan pada wilayah pesisir tidak lepas dari kondisi riil dan faktor-faktor
yang mempengaruhi kemiskinan menjadi permanen di wilayah pesisir.
▪ Faktor yang mempengaruhi permasalahan pokok terdapat pada masyarakat
pesisir, yaitu :
✓ Kepadatan penduduk yang tinggi dan kemiskinan
✓ Konsumsi berlebihan dan penyebaran sumber daya yang tidak merata
✓ Kelembagaan
✓ Kurangnya pemahaman tentang ekosistem alam
✓ Kegagalan sistem ekonomi dan kebijakan dalam menilai ekosistem alam

Anda mungkin juga menyukai