Anda di halaman 1dari 14

30 HARI MENJADI ANAK NELAYAN : KAJIAN TENTANG KEHIDUPAN SOSIAL

KELUARGA NELAYAN DI DESA MUARA-BINUANGEUN, KECAMATAN


WANASALAM, LEBAK – BANTEN

A. PENDAHULUAN

1. Latar Belakang

Desa Muara-Binuangeun merupakan desa nelayan yang terletak di pantai selatan pulau Jawa,
tepatnya di Kecamatan Wanasalam, Kabupaten Lebak, Provinsi Banten. Desa ini tidak hanya
memiliki potensi alam, tetapi juga keragaman sosial budaya yang dikembangkan oleh
masyarakat desa tersebut. Kehidupan nelayan di Desa Muara-Binuangeun dapat dikatakan tidak
saja belum berkecukupan, melainkan juga masih terbelakang, termasuk dalam hal pendidikan.
Keterbatasan sosial yang dialami nelayan memang tidak terwujud dalam bentuk keterasingan,
karena secara fisik masyarakat nelayan tidak dapat dikatakan terisolasi atau terasing. Namun
lebih terwujud pada ketidakmampuan mereka dalam mengambil bagian dalam kegiatan ekonomi
pasar secara menguntungkan, yang ditunjukkan oleh lemahnya mereka mengembangkan
organisasii keluar lingkungan kerabat mereka atau komunitas lokal.

Gambaran kondisi kemiskinan nelayan Desa Muara-Binuangeun antara lain secara nyata
dapat dilihat dari kondisi fisik berupa kualitas pemukiman mereka. Umumnya desa nelayan
miskin akan mudah diidentifikasi dari kondisi rumah hunian mereka. Rumah-rumah mereka yang
umumnya sangat sederhana, yaitu berdinding bambu, berlantai tanah, serta dengan fasilitas dan
keterbatasan perabot rumah tangga. Selain gambaran fisik, identifikasi lain yang menonjol di
kalangan nelayan miskin adalah rendahnya tingkat pendidikan anak-anak, pola konsumsi sehari-
hari, dan tingkat pendapatan mereka. Di desa nelayan ini memang ada beberapa rumah yang
tampak megah dengan fasilitas yang memadai, itulah yang merupakan rumah-rumah pemilik
perahu, pedagang perantara atau pedagang ikan.

Kondisi keterbatasan sosial dan kemiskinan yang diderita masyarakat nelayan Desa Muara-
Binuangeun disebabkan oleh faktor-faktor yang kompleks. Faktor-faktor tersebut tidak hanya
berkaitan dengan fluktuasi musim ikan, keterbatasan sumber daya manusia, keterbatasan modal,
kurangnya akses, dan jaringan perdagangan ikan yang cenderung eksploitatif terhadap nelayan
sebagai produsen, serta dampak negatif modernisasi perikanan yang mendorong terkurasnya
sumber daya laut secara cepat dan berlebihan, serta terbatasnya peluang dan kesempatan nelayan
untuk melakukan diverisifikasi pekerjaan, terutama di luar kegiatan pencarian ikan di laut.

Hal inilah yang kemudian menjadi menarik untuk dikaji lebih lanjut, yaitu mengenai
bagaimana kehidupan sosial-budaya dan kehidupan sosial-ekonomi keluarga nelayan pada lokasi
penelitian yaitu Desa Muara-Binuangeun, Kecamatan Wanasalam, Kabupaten Lebak, Provinsi
Banten. Maka dari itu, penulis mencoba memberikan gambaran tersebut dengan melakukan
penelitian yang berjudul “30 Hari Menjadi Anak Nelayan : Kajian Tentang Kehidupan
Sosial Keluarga Nelayan di Desa Muara-Binuangeun, Kecamatan Wanasalam, Lebak –
Banten”.

2. Rumusan Masalah

Penelitian ini memfokuskan pada kajian tentang “kehidupan sosial keluarga nelayan” di
bagian selatan Provinsi Banten, tepatnya pada keluarga nelayan di Desa Muara-Binuangeun,
Kecamatan Wanasalam, Kabupaten Lebak, Provinsi Banten. Persoalan pokok yang hendak dikaji
di dalam penelitian ini adalah “bagaimanakah konteks dan aspek-aspek sosial-budaya
masyarakat setempat secara resiprokal berkaitan/berpengaruh pada aktivitas ekonomi nelayan
tradisional setempat, serta bagaimanakah struktur perekonomian masyarakat setempat dibangun
dan dikembangkan atas dasar kehidupan sosial-budaya mereka”.

Kemudian dengan mengacu pada persoalan pokok diatas, maka masalah-masalah yang
menarik untuk dikaji lebih lanjut adalah :

1. Bagaimanakah kehidupan sosial-budaya keluarga nelayan di Desa Muara-Binuangeun?

2. Bagaimanakah kehidupan sosial-ekonomi keluarga nelayan di Desa Muara-Binuangeun?

3. Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah di atas, maka informasi yang akan dicari untuk menjawab
rumusan masalah tersebut antara lain adalah konteks dan aspek-aspek sosial-budaya keluarga
nelayan yang terdapat di wilayah penelitian, dan mengidentifikasi keberkaitan dan atau
keberpengaruhan secara resiprokal dari konteks dan aspek-aspek sosial-budaya setempat pada
aktivitas perekonomian masyarakat nelayan di Desa Muara-Binuangeun.

Untuk mengetahui hal tersebut, maka tujuan dari mengkaji permasalahan di atas adalah :

1. Untuk mengidentifikasi dan mengetahui kehidupan sosial-budaya keluarga nelayan di


Desa Muara-Binuangeun.

2. Untuk mengidentifikasi dan mengetahui kehidupan sosial-ekonomi keluarga nelayan di


Desa Muara-Binuangeun.
4. Manfaat Penelitian

Kajian tentang kehidupan sosial keluarga nelayan ini diharapkan dapat bermanfaat bagi semua
kalangan masyarakat. Adapun manfaat-manfaat tersebut adalah:

1. Bagi peneliti : dapat menganalisis bagaimana kehidupan sosial keluarga nelayan di Desa
Muara-Binuangeun.

2. Bagi akademisi : dapat dijadikan sebagai sumber informasi ataupun referensi bahan
perbandingan untuk penelitian selanjutnya. Disamping itu juga dapat menambah
khasanah ilmu pengetahuan untuk yang membacanya.

3. Bagi masyarakat : penelitian ini diharapkan akan berkontribusi dalam memberikan


informasi dan pemahaman mengenai kehidupan sosial keluarga nelayan di Desa Muara-
Binuangeun.

4. Bagi pemerintah : penelitian ini dapat dijadikan informasi yang diharapkan dapat
mempengaruhi pengambilan keputusan dalam menentukan kebijakan pembangunan.
B. KAJIAN TEORI

Sistem Sosial dan Ekonomi Masyarakat Nelayan

Sebagaian besar nelayan yang ada di Indonesia tergolong nelayan tradisional dan buruh
nelayan (Kusnadi, 2007:1). Posisi sebagai nelayan tradisonal dan buruh nelayan ini membuat
mereka menjadi sebagai masyarakat yang memiliki akses terbatas terhadap Sumber Daya
Perairan (SDP) dan masih dikendalikan oleh nelayan besar. Misalnya saja nelayan besar yang
memakai teknologi baru membuat nelayan tradisional kesulitan dalam menangkap ikan dan
buruh nelayan yang bekerja pada nelayan besar, seolah dibuat tidak bisa lepas dari kekuasaan
nelayan besar tersebut. Hal inilah yang kemudian menjadi masalah sosial-ekonomi yang sulit
diselesaikan oleh para nelayan di Indonesia. Salah satu implikasinya adalah kemiskinan.

Satria (2009b: 25) menggambarkan posisi nelayan di Indonesia dalam sebuah tabel dibawah
ini:

Tabel 1 Kondisi Umum Masyarakat Pesisir Di Indonesia Tahun 2002.

No. Kondisi Mastarakat Pesisir Jumlah

1. Desa Pesisir 8.090 desa

2. Masyarakat Pesisir 16. 420.000 jiwa

- Nelayan 4.015.320 jiwa

- Pembudidaya 2.671.400 jiwa

- Masyarakat Pesisir Lainnya 9.733.280 jiwa

3. Prosentase yang hidup dibawah garis 5.254.400 jiwa


kemiskinan 932,14%)

Sumber : DKP (2007)

Didalam bukunya yang lain, Satria (2009a: 336), menyebutkan bahwa secara sosiologis
karakteristik masyarakat nelayan berbeda dengan karakteristik masyarakat petani dalam
pengelolaan atau dalam memanfaatkan lahan untuk mencari nafkah. Nelayan menghadapi
sumber daya yang tidak terkontrol dimana pada saat hasil tangakapan berkurang, maka nelayan
tersebut harus mencari lahan baru. Artinya adalah nelayan lebih dipengaruhi oleh kondisi alam
dan produktifitas mereka mencari nafkah. Sementara masyarakat petani dapat mengontrol atau
berada pada lahan yang terkontrol. Pada saat penghasilan mulai berkurang petani dapat
melakukan usaha peningkatan lahan melalui intensifikasi pertanian, mekanisasi pertanian, dan
sebagainya dalam satu lahan yang sama.
Secara garis besar, merujuk pada penjelasan sebelumnya kemiskinan pada masyarakat
nelayan dapat di klasifikasikan menjadi tiga berdasarkan faktor penyebabnya yaitu kemiskinan
struktural, kemiskinan kultural dan kemiskinan alamiah. Kemiskinan struktural adalah
kemiskinan yang disebabkan oleh struktur sosial, ekonomi dan sistem politik yang tidak kondusif
dan selalu berubah – ubah seiring perubahan yang terjadi pada sistem pemerintahan. Kemiskinan
kultural lebih banyak disebabkan oleh faktor kebudayaan masyarakat misalnya kemalasan, sifat
konsumtif, berfikir fatalistik, dan sebagainya sehingga kondisi masyarakat cenderung lemah.
Sedangkan kemiskinan alamiah adalah kemiskinan yang disebabkan oleh kondisi alam yang
tidak dapat dikontrol dan sumber daya alam yang terbatas untuk dimanfaatkan oleh masyarakat
nelayan (Satria, 2009:25). Ketiga jenis kemiskinan ini saling berkaitan satu sama lain. Ketiga
jenis kemisikinan ini pulalah yang mengakibatkan “sistem patron-klien” dalam sistem pola
nafkah nelayan sampai saat ini berkembang dengan baik. Dimana sistem patron-klien ini bukan
memberikan kesejahteraan, malah memperburuk keadaan nelayan.

Sistem mata pencaharian masyarakat nelayan yang umumnya tertuju pada sektor perikanan
laut, memaksa mereka selalu selaras dengan alam. Dimana kondisi ini menyebabkan para
nelayan bergantung dan dipengaruhi oleh alam. Karakteristik inilah yang kemudian berimplikasi
pada tingkat pendapatan dan resiko yang mungkin bisa terjadi saat penangkapan ikan di laut.
Untuk mengantisipaasi masalah tersebut, maka jaringan atau relasi patron-klien yang sangat
kuat, beragam, dan mencakup semua segi ekonomi masyarakat tumbuh dan berkembang dengan
baik pada masyarakat nelayan. Relasi patron-klien ini lebih kuat jika dibandingkan dengan
masyarakat lain diluar nelayan (Kusnadi, 2007: 9).

Relasi patron-klien ini juga berkembang karena sampai dengan saat ini nelayan masih belum
menemukan lembaga/institusi yang mampu menjamin dan mampu mengakomodasi kebutuhan
sosial-ekonomi nelayan. Satria (2009a), mengutip kembali legg (1983) dalam Masyhuri (1999),
mengungkapkan bahwa hubungan patron-klien secara umum berkaitan dengan:

1. Hubungan diantara pelaku yang menguasai sumber daya tidak sama.

2. Hubungan yang bersifat khusus merupakan hubungan pribadi yang mengandung kekerabatan.

3.Hubungan yang didasarkan atas asas saling menguntungkan.”

Masalah kemiskinan ini menjadi akar permasalah dari berbagai permasalahan yang timbul
pada masyarakat nelayan. Sehingga pembangunan yang dikembangkan pada nelayan disamping
harus menyentuh aspek-aspek kelestarian lingkungan, juga harus melihat bagaimana
menyelesaikan fenomena kemiskinan masyarakat nelayan. Disamping model pembangunan itu
harus berangkat dari kearifan lokal yang dimiliki masyarakat nelayan.
C. METODOLOGI PENELITIAN

1. Jenis Penelitian

Penelitian tentang kehidupan sosial keluarga nelayan di Desa Muara-Binuangeun ini


merupakan penelitian sosial dengan jenis penelitian deskriptif. Penelitian deskriptif adalah
prosedur pemecahan masalah yang diselidiki dengan menggambarkan/ melukiskan keadaan
subjek/objek penelitian (seseorang, lembaga, masyarakat dan lain-lain) pada saat sekarang
berdasarkan fakta-fakta yang tampak atau sebagaimana adanya (Hadari Namawi, 1998:63).

2. Metode Penelitian

Penelitian ini menggunakan metode kualitatif. Pemilihan metode ini didasarkan pada jenis
data yang ingin diperoleh yaitu data kualitatif. Disamping itu, untuk mengetahui gambaran
kehidupan sosial keluarga nelayan baik kehidupan sosial-budaya maupun sosial-ekonomi di Desa
Muara-Binuangeun, Kecamatan Wanasalam, Kabupaten Lebak, Provinsi Banten dengan
mengacu pada rumusan masalah, tujuan dan manfaat penelitian, maka metode kualitatif dianggap
paling cocok untuk digunakan dalam penelitian ini.

3. Teknik Pengumpulan Data

Data yang dikumpulkan dalam penelitian ini adalah data sekunder dan data primer. Data
sekunder yang diperlukan merupakan dokumen yang terkait dengan karakteristik masyarakat di
lokasi penelitian, seperti data dari pemerintah setempat. Data sekunder yang digunakan dalam
penelitian ini diperoleh dari pemerintah desa Muara-Binuangeun berupa data profil desa, sumber
daya yang dimiliki oleh desa, luas dan batas-batas desa, serta sarana yang dimiliki oleh desa.
Sedangkan data primer diperoleh melalui pendekatan kualitatif, yaitu dengan wawancara
mendalam (in depth interview) dengan informan atau narasumber. Teknik yang kedua adalah
observasi partisipasi dimana peneliti tinggal di tiga keluarga yang merupakan subyek penelitian
selama 30 hari dan terlibat dalam setiap kegiatan yang dilakukan oleh masyarakat nelayan,
sehingga dapat melihat dan merasakan apa yang terjadi di lapangan untuk selanjutnya dapat
mendeskripsikan hasil dari observasi yang dilakukan. Kemudian teknik yang ketiga adalah
dokumentasi melalui foto-foto di lapangan. Sementara teknik yang keempat yaitu teknik
triangulasi yang dilakukan/digunakan pada saat data yang diperoleh terkesan simpang siur atau
validitas dan kredibilitasnya diragukan.

4. Lokasi Dan Waktu Penelitian

Penelitian ini akan dilaksanakan di Desa Muara-Binuangeun, Kecamatan Wanasalam,


Kabupaten Lebak, Banten. Penentuan lokasi penelitian ini dilakukan secara porposive(sengaja)
dengan beberapa pertimbangan diantaranya adalah penelitian ini merupakan penelitian tentang
kehidupan sosial keluarga nelayan di Desa Muara-Binuangeun yang merupakan salah satu desa
nelayan di Kabupaten Lebak, Banten. Sedangkan waktu penelitian dimulai dari minggu kedua
Juni 2010 sampai dengan minggu keempat Oktober 2010. Adapun jadwal kegiatan dapat dilihat
pada tabel berikut.

Tabel 2 Jadwal Kegiatan Penelitian

No Jenis Kegiatan Waktu Pelaksanaan

1. Menentukan judul penelitian Juni minggu ke-2

2. Menyusun Rumusan Masalah Juni minggu ke-2

3. Mencari Data Pendukung Juni minggu ke-2-3

4. Menyusun Metode Penelitian Juni minggu ke-3

5. Juni minggu ke-4 – Juli minggu ke-


Penyusunan Proposal Penelitian
1

6. Evaluasi Juli minggu ke-1

7. Pengajuan Proposal Penelitian Juli minggu ke-2

8. Menyusun panduan pertanyan untuk Juli minggu ke-3


studi awal

9. Terjun lapangan pertama (Observasi Juli minggu ke-4


Awal)

10. Analisis data dan evaluasi Agustus minggu ke-1-2

11. Menyusun panduan pertanyaan untuk Agustus minggu ke-3


observasi

12. Persiapan Observasi dan Pengumpulan Agustus minggu ke-4


data

13. Observasi dan Pengumpulan Data September minggu ke-1-3

14. Analisis Data September minggu ke-4

15. Evaluasi Oktober minggu ke-1

16. Pengetikan Karya Tulis Oktober minggu ke-2


17. Evaluasi Oktober minggu ke-3

18. Penyempurnaan Karya Tulis Oktober minggu ke-4

5. Instrumen Penelitian

Instrumen penelitian pada awalnya adalah peneliti sendiri kemudian setelah fokus penelitian
menjadi jelas, peneliti mengembangkan instrumen lain seperti foto untuk dokumentasi, panduan
pertanyaan pengarah, catatan harian dan sarana untuk pengetikan. Dengan instrumen sederhana
ini, diharapkan dapat mempertajam dan melengkapi data yang diperoleh di lapangan.

6. Teknik Analisis Data

Teknik analisis data pada penelitian ini disesuaikan dengan metode penelitian yang
digunakan, yaitu penelitian kualitatif. Analisis data ini mengikuti konsep Miles and Huberman
dan Spradley. Miles and Huberman (1984) dalam Sugiyono (2009: 91), mengemukakan bahwa
analisis data kualitatif dilakukan secara interaktif dan berlangsung secara terus menerus dengan
selesai sehingga data yang diperoleh bersifat jenuh. Aktifitas dalam analisis data ini diantaranya
adalah data reduction, data display, dan data conclusiondrawing/verification.

Pada saat turun lapang pertama, diperoleh data yang bermacam-macam dan tidak tersusun
dengan benar. Data tersebut tetap dikumpulkan dan dikoleksi sebanyak-banyaknya. Kemudian
data yang beranekaragam dan terkumpul secara tidak beraturan tersebut direduksi. Setelah
dilakukan reduksi data, selanjutnya data tersebut dijabarkan satu persatu menurut kebutuhan data
penelitian dan diurutkan secara sistematis sehingga akan lebih mudah dipahami dan akan
menentukan arah penelitian selanjutnya. Tahap ini biasanya disebut dengan tahap penentuan
fokus penelitian, aktifitasnya adalah dengan mendisplaykan data sehingga diperoleh gambaran
umum fokus penelitian yang akan dikaji lebih dalam. Setelah fokus penelitian ini menjadi lebih
jelas, maka penelitian dilanjutkan berdasarkan fokus penelitian tadi. Data-datanyapun terfokus
pada aspek yang menjadi fokus penelitian.

Tahap selanjutnya yaitu tahap selection, aktifitas analisis data pada tahap ini membuat suatu
kesimpulan dari data yang diperoleh, memilih data yang diperlukan, membuat kategorisasi data
yang diperlukan dan membuang data yang tidak dipakai. Aktifitasnya biasa disebut
dengan conclusion drawing/veryfying. Berikut ini adalah gambar aktifitas analisis data menurut
Miles and Huberman.
DAFTAR PUSTAKA

Garna, Judistira K. 1999. Metoda Penelitian : Pendekatan Kualitatif. Bandung: Primaco


Akademika

Kusnadi. 2007. Strategi Hidup Masyarakat Nelayan. Jember : Tim Pemberdayaan Masyarakat
Pesisir (PSKP).

Masyhuri dan Mochammad Nadjib. 2000. Pemberdayaan Nelayan Tertinggal : Sebuah Uji
Model Penanganan Kemiskinan. Jakarta : Puslitbang Ekonomi dan Pembangunan – LIPI.

Nawawi, Hadari. 1998. Metode Penelitian Bidang Sosial. Yogyakarta : Gajah Mada
University Press.

Satria, Arif. 2009a. Ekologi Politik Nelayan. Yogyakarta : LKIS.

________. 2009b. Pesisir dan Laut Untuk Rakyat. Bogor : IPB Press.

Sugiyono. 2009. Memahami Penelitian Kualitatif. Bandung : CV. Alfabeta.

(http://fendi-wiranata.blogspot.co.id/2012/03/contoh-proposal-penelitian-lkir-dikutip.html)
STRUKTUR TEKS PROPOSAL

Sistematika teks proposal penelitian adalah sebagai berikut.

BAB I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

B. Rumusan Masalah

C. Tujuan Penelitian

D. Manfaat Penelitian

BAB II. KAJIAN TEORI, KERANGKA BERPIKIR, DAN HIPOTESISA.

A. Kajian Teoretis

B. Kerangka Berpikir

C. Hipotesis

BAB III. METODOLOGI PENELITIAN.

A. Jenis Penelitian

B. Metode Penelitian

C. Teknik Pengumpulan Data

D. Lokasi dan Waktu Penelitian

E. Instrumen Penelitian

F. Teknik Analisis Data

DAFTAR PUSTAKA
Bagian-bagian Penting dalam proposal

No Bagian Isi informasi

1 Judul Kajian Tentang Kehidupan Sosial Keluarga


Nelayan di Desa Muara-Binuangeun, Kecamatan
Wanasalam, Lebak - Banten

2 Latar Belakang Kondisi keterbatasan sosial dan kemiskinan yang


diderita masyarakat nelayan Desa Muara-
Binuangeun disebabkan oleh faktor-faktor yang
kompleks.

3 Rumusan Masalah 1. Bagaimanakah kehidupan sosial-budaya


keluarga nelayan di Desa Muara-Binuangeun?

2. Bagaimanakah kehidupan sosial-ekonomi


keluarga nelayan di Desa Muara-Binuangeun?

4 Tujuan Penelitian 1. Untuk mengidentifikasi dan mengetahui


kehidupan sosial-budaya keluarga nelayan di Desa
Muara-Binuangeun.

2. Untuk mengidentifikasi dan mengetahui


kehidupan sosial-ekonomi keluarga nelayan di
Desa Muara-Binuangeun.

5 Manfaat Penelitian 1. Bagi peneliti : dapat menganalisis bagaimana


kehidupan sosial keluarga nelayan di Desa Muara-
Binuangeun.

2. Bagi akademisi : dapat dijadikan sebagai


sumber informasi ataupun referensi bahan
perbandingan untuk penelitian selanjutnya.
Disamping itu juga dapat menambah khasanah
ilmu pengetahuan untuk yang membacanya.

3. Bagi masyarakat : diharapkan akan


berkontribusi dalam memberikan informasi dan
pemahaman mengenai kehidupan sosial keluarga
nelayan di Desa Muara-Binuangeun.
4. Bagi pemerintah : dapat dijadikan informasi
yang diharapkan dapat mempengaruhi
pengambilan keputusan dalam menentukan
kebijakan pembangunan.

6 Kajian Teori Sebagaian besar nelayan yang ada di Indonesia


tergolong nelayan tradisional dan buruh nelayan
(Kusnadi, 2007:1). Posisi sebagai nelayan
tradisonal dan buruh nelayan ini membuat mereka
menjadi sebagai masyarakat yang memiliki akses
terbatas terhadap Sumber Daya Perairan (SDP) dan
masih dikendalikan oleh nelayan besar.

7 Jenis Penelitian Penelitian sosial dengan jenis penelitian deskriptif

8 Metode Penelitian Penelitian ini menggunakan metode kualitatif.

9 Teknik Pengumpulan Data 1. wawancara mendalam (in depth interview)


dengan informan atau narasumber.

2. Observasi partisipasi

3. teknik yang ketiga adalah dokumentasi


melalui foto-foto di lapangan. Sementara

4. teknik yang keempat yaitu teknik triangulasi


yang dilakukan/digunakan pada saat data yang
diperoleh terkesan simpang siur atau validitas dan
kredibilitasnya diragukan.

10 Lokasi Dan Waktu Penelitian Penelitian ini akan dilaksanakan di Desa Muara-
Binuangeun, Kecamatan Wanasalam, Kabupaten
Lebak, Banten

minggu kedua Juni 2010 sampai dengan minggu


keempat Oktober 2010.

11 Instrumen Penelitian Panduan pertanyaan pengarah, catatan harian

12 Teknik Analisis Data Data reduction, data display, dan data conclusion
drawing/verification.

13 Referensi Sumber penulisan

ASPEK KEBAHASAAN TEKS PROPOSAL

Fitur-fitur kebahasaan yang menjadi penanda proposal adalah sebagai berikut.

1. Banyak meggunakan istilah ilmiah, baik berkenaan dengan kegitan itu sendiri ataupun
tentang istilah-istilah berkaitan dengan bidang keilmuannya..

Istilah kegiatan (penelitian) Istilah keilmuan (kelautan)

abstrak
pantai
analisis data
nelayan
hipotesis
perahu
instrumen
musim ikan
latar belakang
laut
metode penelitian
nelayan tradisional
pegolahan data
buruh nelayan
penelitian lapagan
nelayan besar
pengumpulan data
desa Pesisir
populasi
sistem patron-klien
sampel
teknik penelitian

2. Banyak menggunakan kata kerja tindakan yang menyatakan langkah-langkah kegiatan


(metode penelitian). Kata-kata yang dimaksud, misalnya, menentukan, menyusun, mencari,
mengembangkan, melengkapi

3. Menggunakan kata-kata yang menyatakan pendefnisan, yang ditandai oleh penggunaan kata
merupakan, adalah, yaitu, yakni.

4. Menggunakan kata-kata yang bermakna perincian, seperti selain itu, pertama, kedua, ketiga.
5. Menggunakan kata-kata yang bersifat “keakanan”, seperti akan, diharapkan, direncanakan.
Hal itu sesuai dengan sifat proposal itu sendiri sebagai suatu usulan, rencana, atau rancangan
program kegiatan.

6. Menggunakan kata-kata bermakna lugas (denotatif). Hal ini penting guna menghindari
kesalahan pemahaman antara pihak pengusul dengan pihak tertuju/penerima proposal.

Anda mungkin juga menyukai