Anda di halaman 1dari 17

BAB I

LATAR BELAKANG
1.1 Latar Belakang
Kota Ambon adalah ibukota Provinsi Maluku yang merupakan pusat administrasi
Pemerintah Daerah serta pusat perekonomian. Terletak di Pulau Ambon yang tergolong pulau
kecil dengan luas perairan lebih besar dari daratan, mengakibatkan potensi sumberdaya
perikanan dan kelautan di Kota Ambon cukup melimpah. Perairan Kota Ambon memiliki potensi
perikanan Sumberdaya Ikan (SDI) sebesar 484.532 ton/tahun dengan jumlah tangkapan yang
diperbolehkan (JTB) sebesar 387.324 ton/tahun (BPMD Provinsi, 2007).
Perairan Kota Ambon termasuk dalam WPP 714 (Laut Banda dan sekitarnya), dimana
produktivitas perairan ini cukup tinggi bagi kehidupan berbagai biota laut yang sangat berpotensi
dimanfaatkan untuk menghasilkan pendapatan daerah melalui produksi hasil-hasil perikanan,
terutama jenis ikan pelagis kecil. Ikan pelagis merupakan kelompok ikan yang berada pada
lapisan permukaan perairan. Ikan berukuran kecil umumnya ditemukan pada lapisan permukaan
(Putri et al. 2018).
Salah satu sumberdaya perikanan di Kota Ambon yang memiliki nilai ekonomis penting dan
berpotensi untuk dimanfaatkan adalah ikan pelagis kecil seperti Layang (Decapterus spp), Selar
(Selaroides spp), Kembung (Rastrellinger spp), Tongkol (Auxis thazard) dan sebagainya. Jenis
ikan ini biasanya ditangkap dengan alat tangkap purse seine yang dikenal nelayan setempat
sebagai ‘jaring bobo’. Alat tangkap jenis ini banyak terdapat di beberapa negeri (desa) di Pulau
Ambon, seperti Latuhalat, Waai, Laha, Hitu dan beberapa pulau kecil di sekitarnya. Negeri-
negeri itupun sangat dikenal sebagai produsen produk perikanan segar di Pulau Ambon.
Sebagian besar kegiatan penangkapan menggunakan perahu bermotor, dan jenis alat
penangkapannya lebih bervariasi seperti usaha perikanan pukat cincin (purse seine)
(Unawekla,2009).
Negeri Laha terletak di pesisir pantai pulau Ambon dimana banyak beroperasi berbagai jenis alat
penangkapan ikan. Salah satu alat tangkap yang dominan digunakan oleh nelayan di Negeri
Laha untuk melakukan penangkapan ikan adalah purse seine. Dalam mengembangkan kegiatan
perekonomian masyarakat Negeri Laha maka penduduk setempat banyak yang bermata
pencaharian utama sebagai nelayan dan penjual ikan. Pemanfaatan sumberdaya perikanan di
Negeri Laha dilakukan dengan menggunakan berbagai alat tangkap seperti hand line, purse
seine, maupun berbagai alat tangkap lainnya dengan jangkauan penangkapan yang terbatas.
Salah satu jenis alat tangkap yang beroperasi di daerah tersebut adalah jaring bobo (purse seine).
Nelayan merupakan bagian dari unit penangkapan purse seine yang sangat berperan penting
dalam keberhasilan operasi penangkapan. Umumnya nelayan yang bekerja pada purse seine
adalah laki-laki dewasa yang telah berumah tangga. Hal ini merupakan salah satu faktor yang
memotivasi mereka untuk bekerja, sehingga dapat memperoleh pendapatan bagi rumah
tangganya. Rumah tangga perikanan adalah rumah tangga yang melakukan kegiatan
penangkapan, pengelolahan, pemasaran ikan dengan tujuan sebagai atau seluruh hasilnya untuk
dijual. Hal ini menunjukan bahwa rumah tangga perikanan merupakan unit ekonomi dalam suatu
masyarakat. Selain itu, rumah tangga yang melakukan kegiatan penangkapan ikan meskipun ada
anggota rumah tangganya yang menjadi buruh perikanan, di kategorikan juga sebagai rumah
tangga perikanan tangkap ( DPPK, 2014). Dalam melakukan aktivitas rumah tangga perikanan
tangkap maupun budidaya perikanan dilakukan oleh laki-laki sedangkan pemasaran ataupun
pengolahan dilakukan oleh perempuan. Laki-laki cenderung untuk melakukan aktivitas melaut,
sedangkan perempuan tetap tinggal di daratan untuk pengolahan. Perempuan cenderung tidak
terlaku aktiv di bidang produktiv karena pengolahan dapat di lakukan di tempat sendiri dan tidak
bergantung kepada orang lain. Partisipasi perempuan dalam rumah tangga perikanan cenderung
lebih sedikit di bandingkan laki-laki.
Gender merupakan konsep sosial yang membedakan peran antara
laki-laki dan perempuan yang didukung pula oleh aspek budaya di masyarakat, bukan hanya
aspek biologi kodrati semata. Dalam sektor perikanan baik pria maupun wanita telah memainkan
peran penting dalam memberikan kontribusi bagi pendapatan keluarga. Menurut Wafi, 2017,
budaya patriarki masih terlihat sangat mengikat di dalam masyarakat nelayan. Pembagian kerja
dalam masyarakat nelayan masih sangat terpengaruh dengan jenis kelamin, yaitu laki-laki
berperan dalam ranah produktif sedangkan perempuan dalam ranah reproduktif. Hal seperti ini
disosialisasikan secara turun temurun dalam masyarakat, laki-laki mengikuti langkah ayah
sedangkan anak perempuan mengikuti langkah ibu. Keterbatasan ekonomi pada masyarakat
nelayan menyebabkan perempuan tidak hanya bekerja dalam sektor reproduksi tetapi mereka
dituntut juga untuk bekerja pada sektor produksi. Kondisi seperti ini juga dialami dalam
kehidupan nelayan purse seine di Negeri Laha. Keterlibatan laki-laki dan perempuan dapat
dioptimalkan sehingga akan berdampak pada kehidupan keluarga yang semakin membaik.
Berdasarkan uraian yang telah dikemukakan maka penelitian dengan judul : Identifikasi Peran
Gender Dalam Usaha Perikanan Purse Seine di Negeri Laha Kota Ambon menjadi penting
untuk diteliti.

1.2 Perumusan Masalah PKL


Berdasarkan latar belakang maka rumusan masalah dalam PKL ini adalah bagaimana peran
gender dalam rumah tangga perikanan (RTP) di Negeri Laha ?
1.3 Tujuan PKL
Mengetahui serta mengidentifikasi peran gender dalam rumah tangga perikanan (RTP) di
Negeri Laha.
1.4 Manfaat PKL
Manfaat penelitian PKL ini adalah sebagai berikut :
1. Sebagai sumber informasi tentang Identifikasi Peran Gender Dalam Usaha Perikanan
Purse Seine di negeri Laha Kota Ambon.
2. Informasi bagi pengembangan ilmu pada program studi Agrobisnis Perikanan Fakultas
Perikanan dan Ilmu Kelauatan Universita Pattimura Ambon.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Peran Gender


Peran Gender adalah dimana peran laki-laki dan perempuan yang dirumuskan oleh
masyarakat berdasarkan tipe seksual maskulin dan feminitasnya. Misalnya peran laki-laki
ditempatkan sebagai pemimpin dan pencari nafkah karena terkait dengan anggapan bahwa laki-
laki adalah makhluk yang lebih kuat, dan identik dengan sifat-sifatnya yang super dibandingkan
dengan perempuan (Nurhidayah, Ayu 2014).
Gender diartikan sebagai perbedaan peran, fungsi, status dan tanggung jawab pada laki-
laki dan perempuan sebagai hasil dari bentukan (konstruksi) sosial budaya yang tertanam lewat
proses sosialisasi dari satu generiasi ke generasi berikutnya. Dengan demikian gender adalah
hasil kesepakatan antara manusia yang bersifat kodrati. Oleh karenanya gender bervariasi dari
suatutempat ke tempat lain dan dari satu waktu ke waktu berikutnya. Gender tidak bersifat
kodratin, dapat berubah dan dapat dipertukarkan pada manusia satu ke manusia yang lainnya
tergantung waktu dan budaya setempat (Puspitawati, 2012).

2.2 Usaha Perikanan


Usaha Perikanan adalah kegiatan manusia yang berhubungan dengan pengelolaan dan
pemanfaatan sumberdaya hayati peraiaran. Sumberdaya hayati peraiaran tidak dibatasi secara
tegas dan pada umumnya mencakup ikan, amfibi dan berbagai avertebrata penghuni dalam
perikanan dimulai dari produksi,pengelolaan sampai dengan pemasaran , yang dilaksakan dalam
suatu system bisnis perikanan. Dengan demikian perikanan dapat dianggap merupakan usaha
agribisnis. Umunya perikanan dimaksudkan untuk kepentingan penyediaan pangan bagi
manusia. Selain itu tujuan lain dariperikanan meliputi olahraga rekreasi (Pemancing Ikan),
Definisi tersebut secara jelas menunjukan bawah kegiatan penangkapan iakn yang dimaksud
adalah tujuan untuk mendapatkan yang cukup baik secara finansial, maupun nilai tambah lainnya
dan mungkin juga untuk tujuan membuat perhiasan atau mengambil minyak ikan (Andri 2011).
Usaha Perikanan merupakan usaha perorangan atau badan hukum untuk menangkap atau
membudidayakan ikan, dengan tujuan untuk menciptakan nilai ekonomi bagi pelaku usaha
tersebut. Usaha perikanan merupakan semua kegiatan yang berhubungan dengan pengelolaan
dan pemanfaatan sumber daya ikan dan lingkungannya mulai dari praproduksi, produksi,
pengolahan, sampai dengan pemasaran yang dilaksanakan dalam suatu sistem bisnis perikanan
(UU Perikanan No 45 Tahun 2009). Usaha perikanan, khususnya di bidang perikanan tangkap di
yakini akan relatife tidak terpengaruh dempak negative krisis moneter, bahkan secara nyata
memberikan kontribusi positif terhadap upaya pemerintah dalam memperbaiki kondisi
perekonomian social (Nanlohy, dkk. 2011).

2.3 Purse Seine


Purse Seine adalah jaring yang umumnya berbentuk empat persegi panjang, tanpa kantong
dan digunakan untuk menangkap gerembolan ikan permukaan (pelagic fish). Purse Seine adalah
suatu alat penangkapan ikan yang digolongkan dalam kelompok jaring lingkar (surrounding nets)
( Martasuganda et al .2004).
Menurut Ayodhyoa (1981), Purse Seine adalah alat tangkap yang digunakan untuk
menangkap ikan pelagis yang membentuk gerembolan. Ikan yang menjadi tujuan penangakapan
dari Purse Seine ialah ikan-ikan pelagic shoaling species yang berarti ikan-ikan tersebut haruslah
membentuk shoal (gerembolan), berada dekat dengan permukaan dan sangat di harapkan pula
densitas shoal tersebut tinggi, dengan kata lain jarak antar ikan haruslah terdekat mungkin.
Jaring Purse Seine oleh masyarakat nelayan di Negeri di sebut dengan istilah “ jaring
bobo”. Menurut cerita, ini di karenakan oleh kebiasan nelayan pada saat menarik jaring Purse
Seine sehingga posisi badan hampir terlentang.

2.3.1 Kapal Purse Seine


Kapal merupakan suatu bangunan terapung yang berfungsi sebagai wadah, tempat bekerja
(working area) dan sarana transportasi. Kapal ikan termasuk di dalamnya. Kapal ikan memiliki
kekhususan tersendiri yang di sebabkan oleh bervariasinya kerja yang di lakukan kapal tersebut.
Kerja pada kapal ikan meilputi mencari fishing round, mengoperasikan alat, mengejar ikan dan
sebagai wadah hasil tangkapan (Iskandar & Novita 1997).
BAB III
METODOLOGI

3.1 Metode Dasar PKL


Metode dasar PKL ini adalah metode survei. Metode survei adalah penelitian yang
mengambil sampel dari suatu populasi dan menggunakan kuesioner sebagai alat pengumpulan
data yang pokok (Tukiran dalam Notanubun, 2020). Metode survei merupakan penyelidikan
yang diadakan untuk memperoleh fakta secara factual.

3.2 Metode Pengumpulan Data


Metode pengumpulan data dalam PKL ini adalah data primer dan data sekunder. Data
primer merupakan sumber data yang langsung memberikan kepada pengumpul (Sugiyono dalam
Notanubun, 2020). Data sekunder merupakan data yang tidak secara langsung diberikan kepada
pengumpul melainkan melalui orang lain dan dokumen.
Data primer dalam penelitian PKL ini melalui: wawancara, observasi, serta catatan harian
dilapangan. Data sekunder dari studi kepustakaan, pengumpulan dokumentasi dan jurnal online.

3.3 Metode Pengembalian Sampel


Metode pengambilan sampel dalam penelitian ini menggunakan purposive sampling, yaitu
pengambilan sampel berdasarkan beberapa petimbangan. Dalam PKL ini pertimbangan
pengambilan sampel sebagai berikut:
a. Bersedia untuk diwawancarai
b. RTP dengan kriteria laki-laki (suami) sebagai nelayan purse seine dan perempuan (istri)
sebagai penjual ikan

3.4 Metode Analisis


Analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis deskriptif kualitatif.
Dalam penelitian kualitatif, peneliti lebih banyak menjadikan instrumen untuk mendapatkan data
yang lebih lengkap dan data-data yang tidak dapat diukur. Data yang dijaring dengan instrumen
akan lebih bersifat obyektif, karena lebih empiris (Sugiyono, 1994).
Teknik deskriptif dilakukan untuk menganalisis gender menurut petunjuk USAID (2010),
yaitu mengidentifikasi, memahami, dan menggambarkan perbedaan gender dan dampak dari
ketidaksetaraan gender pada sektor atau program ditingkat negara atau proyek. Komponen
analisis gender, meliputi:
a. Analisis data dipisahkan menurut jenis kelamin dan informasi.
b. Penilaian peran dan tanggung jawab atau pembagian kerja.
c. Pertimbangan akses dan kontrol atas sumberdaya.
d. Pemeriksaan pola pembambilan keputusan.
e. Pemeriksaan data menggunakan perspektif gender (dalam konteks hubungan peran laki-
laki dan perempuan).
BAB IV

KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN


BAB V

HASIL DAN PEMBAHASAN

5.1 Deskripsi Responden

Hasil yang diperoleh dari penelitian ini jumlah responden sebanyak 15 RTP dimana laki-
laki berjumlah 7 orang dan perempuan berjumlah 8 orang. Profil RTP purse seine di Negeri Laha
meliputi : umur, Pendidikan terakhir, jumlah tanggungan keluarga, status dalam usaha perikanan
dan pengalaman bekerja.

5.1.1 Umur

Umur merupakan salah satu faktor dalam melakukan aktivitas usaha karena semakin
bertambah umur maka kekuatan dalam melakukan operasional usaha padanelayan tradisional
akan semakin berkurang. Umur diklasifikasikan berdasarkan produktifitasnya, yakni umur
belum produktif (0-14 tahun), umur produktif (15-64 tahun) dan umur tidak produktif (>65
tahun) (BPS Kota Ambon,2016).

Tabel Karakteristik Responden berdasarkan Umur

Pengelompokkan umur ( Tahun) Jumlah (Orang) Presentase (%)


 Belum Produktif (0-14 tahun) - -
 Produktif (15-64 tahun) 15 100,00

 Tidak produktif (>65 tahun ) - -

Jumlah 15 100
Sumber : Data primer diolah, 2022

Hasil penelitian menunjukkan bahwa laki-laki maupun perempuan berada di usia


produktif dimana usia tertinggi responden laki-laki 53 tahun, usia terendah 28 tahun sedangkan
usia perempuan tertinggi 43 tahun da usia terendah 36 tahun. Umur seseorang mampu
memengaruhi atau menentukan aktivitas seseorang secara fisik maupun non fisik terutama
perempaun dan kemampuannya untuk melakukan pekerjaan dan kemampuan berpikirnya. Hal ini
sesuai dengan kajian ilmiah tentang pengaruh jumlah penduduk usia produktif, kemiskinan dan
inflasi terhadap pertumbuhan ekonomi ( Anwar dan Fatmawati, 2018).
5.1.2 Tingkat Pendidikan

Pendidikan merupakan salah satu aspek sosial yang penting untuk menunjang manusia
dalam mengembangkan usahanya dan memudahkan seseorang agar semakin maju dalam
keterampilan berusaha. Dalam penelitian ini tingkat Pendidikan formal yang pernah dicapai
responden di bangku sekolah adalah tingkat sekolah dasar (SD), tingkat menengah pertama
(SMP) dan tingkat sekolah menengah atas (SMA). Tingkat pendidikan responden usaha
perikanan purse seine di Negeri Laha dapat dilihat pada Tabel

Tabel Tingkat Pendidikan Formal

Kategori Jenis Kelamin Persentase (%)


Laki-laki Perempuan Laki-laki Perempuan
SD 3 2 20 13,3
SMP 4 2 26,8 13,3
2
SMA 2 13,3 13,3
Jumlah 15 100
Sumber : Data primer diolah, 2022

Pada Tabel dapat dilihat bahwa tingkat pendidikan responden yang pendidikan
terakhirnya adalah SD berjumlah 5 orang, SMP berjumlah 6 orang, SMA berjumlah 4 orang,
total responden 15 orang. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa responden telah melewati
jenjang Pendidikan sekolah dasar sehingga dapat membaca dan berhitung secara baik terutama
responden laki-laki. Keterbatasan Pendidikan yang dimiliki umumnya Wanita papalele atau isteri
tidak memiliki keterampilan lain selain aktivitas yang dilakukan, keadaan ini menyebabkan sulit
untuk mendapatkan pekerjaan di sektor formal, akhirnya mereka harus tetap menekuni pekerjaan
di sektor informal yaitu sebagai papalele ikan.

Tingkat Pendidikan dapat dijadikan sebagai salah satu indicator untuk mengetahui
kesejahteraan suatu penduduk dimana tingkat Pendidikan yang tinggi dapat membentuk manusia
terampil dan produktif sehingga dapat mempercepat peningkatan kesejahteraan penduduk (BPS
Sumut, 2013). Semakin tinggi Pendidikan akan semakin besar peluang untuk mendapatkan
penghasilan yang lebih besar untuk memenuhi kebutuhan keluarganya.
5.1.3 Jumlah Anggota Keluarga

Hasil penelitian tentang banyaknya anggota keluarga dalam usaha perikanan purse seine
di Negeri Laha menunjukkan >4 orang. Rata-rata jumlah anak dalam keluarga berkisar 3 orang
dan tergolong keluarga kecil sesuai dengan program pemerintah tentang keluarga berencana
(KB).

Tabel Jumlah Anggota Keluarga

Kategori Jumlah Persentase (%)


Jumlah Anggota Keluarga :
<4 orang 4 26,7
4 orang 4 26,7
>4 orang 7 46,6
Jumlah 15 100
Sumber : Data primer diolah, 2022

Berdasarkan data-data pada tabel terlihat jelas bahwa Sebagian besar atau 46,6%
responden memiliki jumlah anggota keluarga antara 5-9 orang. Hal ini menunjukkan beban
ekonomi di keluarga nelayan cukup tinggi untuk memenuhi kebutuhan ekonomi keluarga
nelayan.

5.1.4 Jumlah Tanggungan Keluarga

Tanggungan keluarga merupakan banyaknya anggota keluarga yang terdiri dariistri, dan
anak, serta orang lain yang tinggal dalam satu rumah dan makan bersama yang menjadi
tanggungan kepala keluarga. Jumlah tanggungan keluarga responden usaha perikanan purse
seine dapat dilihat pada Tabel

Tabel Jumlah Tanggungan Keluarga

Kategori Jumlah Persentase (%)


<4 orang 2 13.3
4 orang 2 13.3
>4 orang 11 73.4
Jumlah 15 100
Sumber : Data primer diolah, 2022

Berdasarkan Tabel didapatkan hasil tanggungan keluarga dapat mempengaruhi besarnya


biaya yang di perlukan dari tiap responden. Semakin banyak tanggungan semakin banyak juga
biaya yang diperlukan dari tiap responden. Tanggungan keluarga sebanyak >4 orang sebesar
73,4%, menunjukkan responden memiliki tanggungan yang membutuhkan pembiayaan untuk
memenuhi kebutuhan subsisten (kebutuhan dasar) keluarga.

5.1.5 Status Dalam Usaha Perikanan

Nelayan ABK memiliki status sosial paling rendah dibandingkan dengan nelayan
pemilik. Nelayan ABK ini memiliki modal tenaga sebagai sumbangan dalam struktur kerja
kelompok, tetapi tidak memiliki modal finansial, kapal atau alat tangkap. Nelayan pemilik kapal
memiliki status sosial sedang atau menengah dimana nelayan ini memiliki alat produksi berupa
kapal dan alat tangkap, tetapi biasanya tidak memiliki cukup modal finansial untuk kebutuhan
operasional melaut sehingga adakalanya masih memerlukan bantuan pinjaman modal maupun
input produksi dalam bentuk natura dari pihak lain (Saleha, 2013).

Hasil penelitian tentang status kenelayanan menunjukkan bahwa mayoritas responden


laki-laki sebagai nelayan purse seine memiliki status sebagai anak buah kapal (ABK). Gambaran
ini memperlihatkan bahwa ABK purse seine di Negeri Laha Sebagian besar istrinya menjual
hasil tangkapan ikan dan berprofesi sebagai penjual ikan segar (Papalele).

Tabel Status Dalam Usaha Perikanan

Kategori Jumlah (Orang) Persentase (%)


Pemilik 2 13.3
ABK 13 86.7
Jumlah 15 100
Sumber : Data primer diolah, 2022

5.1.6 Pengalaman Usaha

Pengalaman dalam melakukan aktivitas sebagai ABK dan berjualan ikan segar sangat
menentukan keberhasilan usaha tersebut. Hal ini disebabkan karena pengalaman merupakan
salah satu faktor penentu keberhasilan usaha yang sementara ini ditekuni oleh responden.
Pengalaman melaut sangat bergantung pada berapa lama pekerjaan nelayan tersebut telah dilalui
nelayan. Semakin lama profesi sebagai nelayan dijalani maka pengalaman melaut nelayan akan
semakin tinggi begitupula dengan papalele.

Tabel Pengalaman Usaha Responden

Pengalaman Usaha Persentase (%)


Suami Istri Suami Istri
 Pengalaman
melaut :
>5 10 - 66.7 -

5 2 - 13.3 -

<5 3 - 20 -

Jumlah 15 - 100 -
 Pengalaman
berjualan :
>5 - 9 - 60

5 - 3 - 20

<5 - 3 - 20

Jumlah - 15 - 100
Sumber : Data primer diolah, 2022

5.2 Identifikasi Peran Gender Dalam Usaha Perikanan Purse Seine Di Negeri Laha
5.2.1 Peran Publik

Peran publik, yaitu segala aktivitas manusia yang biasanya dilakukan diluar rumah dan
bertujuan untuk mendatangkan penghasilan. Peran-peran di wilayah publik mempunyai
karakteristik menantang,dinamis, leluasa, independen, diatur dengan jam kerja, prestasi, gaji,
jenjang karier, kemudian dikenal dengan peran produksi yang langsung menghasilkan uang.

Hasil penelitian tentang peran publik dalam usaha purse seine di Negeri Laha
menunjukkan curahan waktu kerja antara laki-laki (suami) dan perempuan (istri) adalah sama.
Peran publik terdiri dari aktivitas social dan ekonomi diluar rumah yang di lakukan laki-laki
(suami) dan perempuan (istri) serta berdampak terhadap kesejahteraan rumah tangga.

Tabel Identifaksi Peran Gender Berdasarkan Peran Publik

Curahan Waktu Kerja


Persentase (%)
Kategori Berdasarkan Jenis Kelamin
Suami (jam) Istri (jam) Suami (jam) Istri (jam)
- Aktivitas Penangkapan 5 - 83,3 -
Ikan
- Aktivitas Menjual Ikan - 8 - 64
- Membeli Kebutuhan - 1 - 8
RT 1 1,5 16,7 12
- Kegiatan
Kemasyarakatan - 2 - 16

- Kegiatan Keagamaan
Jumlah 6 12,5 100 100
Sumber : Data primer diolah, 2022

Aktivitas social kemasyarakatan adalah kegiatan diluar rumah, tidak bernilai ekonomis
tapi mempunyai nilai-nilai social dalam bermasyarakatan. Hal tersebut seperti kegiatan
keagamaan ( majelis ta’lim), kegiatan kemasyarakatan ( kegiatan PKK, pelayanan terpadu balita
dan lansia, arisan dll) serta kegiatan social lainnya. Aktivitas ekonomi meliputi pengangkapan
ikan oelj laki-laki (suami) dan penjualan ikan oleh perempuan (istri).
Waktu operasional penangkapan ikan berkisar 5-6 jam dimana waktu persiapan untuk
pergi melaut dimulai dari pukul 02.00-04.00 WIT. Waktu penangkapan dimulai dari pukul
04.30-06.30 WIT, dengan lokasi fishing ground sekitar perairan laha dan latuhalat. Hasil
tangkapan berupa ikan kawalinya ( ikan tongkol), lema (ikan selar), make, momar (ikan layang),
anatatari dan komu. Distribusi hasil tangkapan dilakukan diatas kapal pada waktu 07.00-07.45
WIT selanjutnya pembagian tugas dimana ABK melakukan pembersihan alat tangkap dan
sebagian lainnya melakukan penjualan ikan kepada penjual ikan pada pukul 08.00-08.15 WIT.

Aktivitas penjualan ikan oleh perempuan (istri) dimulai dengan persiapan dengan
menunggu hasil tangkapan dipinggir pantai tempat masuk dan keluar kapal yang dilakukan pada
pukul 07.00. WIT. Transaksi jual beli yang terjadi antara ABK dengan penjual ikan berlangsung
sampai mendapatkan kesepakatan bersama.

Para penjual ikan didominasi oleh perempuan (istri) baik yang tinggal di negeri laha
ataupun yang didaerah sekitarnya. Penjualan ikan tergantung pada banyaknya hasil tangkapan
yang diperoleh, apabila hasil tangkapannya sedikit maka dipasarkan dalam pasar local sempat
dan bila hasil tangkapannya banyak maka akan dipasarkan ke pasar kota ambon (arumbai).
Akitivitas papalele ikan yaitu para penjual ikan membeli dari ABK dan selanjutnya di pasarkan
oleh konsumen. Ada 2 bentuk papalele ikan yaitu pertama dengan cara berkeliling (baronda) di
dalam kapung (negeri) sambil menawarkan ikan dan bentuk ke dua adalah duduk pada pusat-
pusat perbelanjaan yang terletak di kota ambon sambil menawarkan ikan.

Waktu yang ditempuh dalam perjalanan menggangkut ikan ke pasar kota ambon rata-rata
45 menit dari negeri laha. Waktu yang dibutuhkan untuk menjual ikan di pasar kota ambon
sekitar 6 jam, setelah selesai penjualan ikan maka dilanjutkan dengan membelanjakan kebutuhan
rumah tanggah sekitar 1 jam. Perjalan pulang ditempuh sekitar 45 menit lamanya dan rata-rata
tiba di rumah sekitar pukul 05.00 WIT, dilajutkan dengan mengurus rumah dan istirahat.

5.2.2 Peran Domestik

Peran domestic, yaitu aktivitas yang dilakukan di dalam rumah dan biasanya tidak
dimaksudkan untuk mendatangkan penghasilan, melainkan untuk melakukan kegiatan kerumah
tanggaan.
Hasil penelitian tentang peran domestic dalam RTP purse seine di negeri laha pada
hakekatnya dapat dikerjakan oleh laki-laki (suami) dan perempuan (istri) namun hamper seluruh
pekerjaan tersebut didominasi oleh perempuan (istri). Pekerjaan domestic merupakan tanggung
jawab perempuan (istri) sebagai ibu rumah tangga, seperti: mencuci pakaian, memasak,
membersihkan rumah, menyetrika pakaian, ataupun kegiatan lainnya termasuk mengasuh anak.
Hal ini sesuai dengan hasil kajian ilmiah bahwa aktifitas social domestic rumah tangga
didominasi oleh perempuan (istri) dimana laki-laki (suami) hanya sekedar membantu pekerjaan
perempuan (istri) (Tandy, dkk. 2017).

Tabel Identifaksi Peran Gender Berdasarkan Peran Domestik

Curahan Waktu Kerja


Persentase (%)
Kategori Berdasarkan Jenis Kelamin
Suami (jam) Istri (jam) Suami (jam) Istri (jam)
- Memasak 1 22,2
- Menjaga anak 1 1 20 22,2
- Mencuci - 1,5 33,4
- Membersihkan rumah - 1 22,2
- Mempersiapkan dan 4 - 80 -
memperbaiki alat

Jumlah 5 4,5 100 100


Sumber : Data primer diolah, 2022

5.2.3 Istirahat

Hasil penelitian tentang waktu istirahat menunjukkan bahwa waktu laki-laki (suami)
untuk berisstirahat lebih besar dibandingkan dengan waktu istirahat perempuan (istri). Sebagian
besar kegiatan nelayan responden diluar penangkapan ikan dalam satu hari digunakan laki-laki
(suami) untuk tidur 4 jam dan untuk perempuan (istri) satu hari digunakan untuk tidur sebesar 3
jam.
Alokasi waktu untuk istirahat merupakan alokasi waktu yang paling banyak diantara
seluruh aktivitas responden. Hal ini disebabkan karena waktu persiapan operasional
penangkapan berlangsung pada waktu subuh, oleh karena itu setelah selesai operasional
penangkapan maka laki-laki (suami) akan kembali beristirahat.

Anda mungkin juga menyukai