Achmad Fama
Program Studi Magister Manajemen Sumberdaya Pantai
Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Universitas Diponegoro
Email achmadfama.near200@gmail.com
Abstract
Tambak Lorok is a coastal area located near the Tanjung Mas Harbour, where many
residents work as fishermen. These residents living in Tambak Lorok are mostly using the
traditional way to work on a fishing operation. They use a simple utility to catch fish. This
paper mainly discusses about the structure of the community citizens of Tambak Lorok. Since
they live near the offshore, oftenly they are called as a coastal community. As citizens which
depend so much on the sea to fulfill their needs, many hunt fish. The description on this local
society can be divided on the basis of their occupation, gender, social, and economy.
Jurnal ini akan mengkaji tentang yang membahas tentang unsur-unsur sosial
struktur komunitas masyarakat pesisir di budaya akan dibahas sebagai informasi
Tambak Lorok dari segi mata pencaharian, pelengkap.
komunitas masyarakat, dan beberapa
unsur-unsur sosial budaya yang terkandung 3. Tujuan dan Manfaat
di dalamnya. Dengan asumsi bahwa Tujuan dari penulisan artikel ini adalah
wilayah Tambak Lorok menyimpan suatu sebagai berikut.
potensi sumberdaya perikanan dan 1. Menjelaskan komunitas masyarakat
manusia yang cukup baik. Namun pesisir yang terdapat di Tambak Lorok;
permasalahan utama yang terjadi adalah 2. Menjelaskan permasalahan yang terjadi
dalam penataan kelembagaan dan dalam masyarakat tersebut melalui
pemukiman yang baik. pendekatan sistem sosial masyarakat
yang dianut; dan
2. Pendekatan Masalah 3. Menjelaskan peran dari Tempat
Artikel ini terfokus dalam pembahasan Pelelangan Ikan (TPI) terhadap
struktur komunitas masyarakat pesisir di masyarakat Tambak Lorok.
Tambak Lorok. Sebagai masyarakat yang Manfaat yang didapatkan dalam
menggantungkan hidupnya kepada laut, penulisan artikel ini adalah untuk
sebagian besar masyarakat bermata- memberikan deskripsi tentang komunitas
pencaharian sebagai nelayan. Profesi masyarakat pesisir di Tambak Lorok dan
tersebut diturunkan secara turun temurun. sebuah informasi mengenai sistem sosial
Hal yang memprihatinkan adalah budaya dalam masyarakat pesisir.
mengingat sumberdaya perikanan yang
begitu besar namun tingkat kemiskinan 4. Landasan Teori
masih relatif tinggi. 4. 1. Masyarakat Pesisir
Kajian tentang komunitas masyarakat Pada umumnya masyarakat yang
pesisir sedikit banyak dapat menjelaskan hidup di daerah pantai biasa disebut
beberapa permasalahan yang dihadapi oleh sebagai masyarakat pesisir. Sebagai
masyarakat tersebut. Dalam mempelajari masyarakat yang hidup dekat dengan
komunitas masyarakat di Tambak Lorok wilayah perairan maka mata pencaharian
akan terfokus pada masyarakat pelaku mereka pada umunya adalah nelayan.
usaha dan keberadaan Tempat Pelelangan Karakteristik masyarakat pesisir pada
Ikan (TPI). pembahasan hanya terfokus umumnya adalah keras dan bersifat
pada sistem sosial dalam masyarakat itu terbuka.
sendiri tanpa membahas faktor di luar Fachrudin (1976) dalam Kusnadi
masyarakat Tambak Lorok. (2010) dalam Safitri (2013), sebagai suatu
Tambak Lorok merupakan salah satu kesatuan sosial, masyarakat nelayan hidup,
TPI di kota Semarang yang sampai saat ini tumbuh, dan berkembang di wilayah
masih beroperasi. Dua TPI lainya seperti pesisir atau wilayah pantai. Dalam
TPI Kaliasin dan Mangunharjo konstruksi sosial masyarakat di wilayah
(Mangkang) sudah tidak berfungsi. pesisir, masyarakat nelayan merupakan
Sebetulnya pemerintah telah membangun bagian dari kinstruksi sosial tersebut,
lokasi baru bernama PPI Tambak Lorok di meskipun disadari bahwa tidak semua desa
sebelah utara kelurahan Tanjung Mas, di kawasan pesisir memiliki penduduk
namun sayang karena insfrastrukur yang yang bermata-pencaharian sebagai seorang
rusak. TPI ini mempunyai pengaruh nelayan.
terhadap komunitas masyarakat Tambak Secara sosial budaya dijelaskan bahwa
Lorok. Sehingga pembahasan tentang masyarakat pesisir tersebut memiliki ciri-
struktur masyarakat akan dikaitkan dengan ciri yang saling terkait antara satu dengan
keberadaan TPI itu sendiri. Hal-hal lain
usaha ini dilakukan secara temporer yaitu saudarasaudara kita juga kerap diterjang
pada musim rebon dan bersifat home rob” komentarnya. Hal tersebut menjadi
industry. Penumbukan dengan lumpang sangat ironis mengingat kota Semarang
dan alu. Pengeringan dilakukan dengan merupakan ibukota provinsi.
alat yang masih sederhana dan
menggunakan panas matahari.. Gambar di 5. 6. 2. Dimensi Teknologi
bawah menjelaskan alur usaha pembuatan Pemahaman tentang teknologi untuk
terasi. penangkapan ikan berkaitan erat dengan
pentingnya kelestarian sumberdaya alam.
Pada umumnya pemahaman teknologi
masyarakat Tambak Lorok masih relatif
rendah. Mereka masih tergolong nelayan
sederhana dan menggunakan teknologi
tradisional.
Alat tangkap yang umumnya
Gambar 5. Alur Usaha Pembuatan Terasi
digunakan oleh nelayan di Tambak Lorok
(Panggardjito, 1999).
adalah garuk kerang dan arad. Alat
tangkap tersebut sudah dilarang oleh
5. 6. Pembahasan Unsur-Unsur Sosial
pemerintah berdasarkan atas Keppres No.
Budaya
39 Tahun 1980 karena tidak ramah
5. 6. 1. Permasalahan Sosial yang
lingkungan dan kurang selektif. Kurangnya
Dihadapi
pemahaman mereka terhadap teknologi
Permasalahan sosial yang seringkali
memberikan dampak ketidakefektivan dan
melanda masyarakat pesisir pada
ketidakefisiensian dalam menggunakan
umumnya adalah masalah kemiskinan dan
alat tangkap (Dian, 2011). Informasi
kurangnya bantuan dari pihak pemerintah.
tentang teknologi penangkapan perlu
Tambak Lorok walau dekat dengan
diberikan kepada masyarakat Tambak
pelabuhan Tanjung Emas yang tergolong
Lorok. Apabila masalah tersebut dibiarkan
maju, sampai sekarang masih menjadi
lebih lanjut maka akan memberikan
salah satu daerah miskin yang kurang
pengaruh yang buruk terhadap kelestarian
tersentuh.
sumberdaya pesisir.
Kutipan artikel di indopos.com
(2014) dalam Biantoro (2015), turut
mengulas kondisi daerah ini. Tambak 5. 6. 3. Dimensi Tempat Tinggal
Kawasan pemukiman nelayan
Lorok merupakan kampung nelayan
Tambak Lorok di Kelurahan Tanjung Mas,
terbesar di utara Kota Semarang, Jawa
Semarang masih menunjukan keaslian
Tengah. Kondisinya bisa dibilang cukup
pemukiman nelayan, pola-pola ruang dan
menghawatirkan. Banyak warga yang
peruntukan penggunaan ruang masih
hidup di bawah garis kemiskinan” berikut
mencerminkan keterikatan dengan alur-
kutipan dari artikel yang diunggah oleh
alur aktivitas nelayan tradisional.
indopos.com pada tanggal 30 Januari 2014
Dukungan sarana dan prasarana kegiatan
dengan judul Segera Panggil Menteri
nelayan untuk menunjang pertumbuhan
untuk Cari Solusi Tambak Lorok. Artikel
pemukiman nelayan di Tambak Lorok
ini menjelaskan bahwa belum lama ini
masih menyatu dengan perumahan atau
perkampungan nelayan Tambak Lorok
hunian nelayan, sehingga keterkaitan
mendapat kunjungan dari Menko
dengan pola hidup nelayan baik sosial
Perekonomian, Hatta Rajasa yang
budaya dan ekonomi sangat erat
berkesempatan meninjau kawasan
(Panggardjito, 1999).
perkampungan ini. “Nasib nelayan
Daerah Tambak Lorok merupakan
Tambak Lorok benar-benar membuat saya
wilayah yang terletak di pesisir, sehingga
terharu. Sudah tidak bisa melaut, rumah
dipengaruhi oleh pasang surut. Pada saat pendidikan yang relatif terbatas. Kondisi
pasang terjadi maka daerah hunian akan sosial masyarakat kampung nelayan yang
tergenang oleh air. Para penduduk seperti ini membuat mereka sulit untuk
mengantisipasinya dengan meninggikan mendapatkan kebutuhan bermukim yang
bangunan rumah mereka. Sarana prasarana memadai. Bahkan masyarakat kampung
yang terdapat di Tambak Lorok adalah nelayan cenderung menjadi subyek yang
TPI, Pasar sebagai tempat terjadinya menanggung permasalahan yang terdapat
transaksi jual beli ikan, tempat ibadah, di lingkungan tempat tinggal mereka. Hal
tempat penambatan kapal, dan sekolah- ini terjadi dikarenakan beberapa faktor,
sekolah. yaitu rendahnya pengetahuan dan
Daerah hunian di Tambak Lorok lemahnya ekonomi sehingga aktivitas
tergolong kumuh dan kurang terawat. mereka juga sering menyebabkan tekanan
Rumah selain berfungsi sebagai tempat terhadap lingkungan kampung nelayan
tinggal, juga dimanfaatkan untuk usaha yang berlanjut pada kerusakan pada
seperti pengasapan, pembuatan terasi dan ekosistem yang ada disana (Dimitra,
pengolahan produk perikanan lainnya. 2012).
Strategi untuk perencaan tata wilayah dan Dari segi sosial, tipikal masyarakat
kota sudah sering dilakukan, sebagaimana Tambak Lorok dapat dibedakan menjadi
tercantum dalam Panggardjito (1999) dan segi positif dan negatif. Dari sisi positif,
Dimitra (2012). untuk segi kehidupan dan penghidupan
Pada tahun 2002 laporan Monografi penduduk dominan di sektor informal
kelurahan Tanjungmas dalam Fikadiana (nelayan) telah mengisi dan melayani
(2001), pada kawasan ini terdapat data berbagai kegiatan dan kebutuhan kota yang
yang menyebutkan bahwa jumlah rumah tidak mungkin dilakukan oleh kelompok
dengan kriteria : atau golongan lain di Semarang, pola
1. Permanen 635 buah hidup bersama yang relatif masih kental
2. Rumah semi permanen 1.168 buah merupakan potensi yang bisa berkembang
3. Rumah non permanen 1.487 buah dengan baik, dan dalam sistem Sub Sistem
Sehingga dengan jumlah rumah non Kota, peranan dan fungsi komunitas
permanen yang mendominasi, dapat masyarakat di Tambak Lorok memberikan
terlihat bahwa kawasan ini belum lepas pengaruh besar terhadap kehidupan kota.
dari kesan kumuh. Dari sisi negatif, tipikal masyarakat
Dalam perkembangannya, Tambak Lorok adalah keras dan emosional
pemukiman nelayan dihadapkan pada tinggi, tertutup dan sulit menerima
tuntutan kebutuhan akan dapat perubahan, mudah curiga kepada pihak
tertampungnya kegiatan-kegiatan lain, tingkat kriminalitas cukup tinggi,
kehidupan masyarakat yaitu kegiatan kerja kegiatan keagamaan menonjol, tetapi
sebagai masyarakat nelayan baik continue minuman keras dan perkelahian sering
maupun tertentu. Dalam hal ini adalah meibatkan orang dari kawasan ini
penyediaan sarana dan prasarana (Panggardjito, 1999).
lingkungan yang akan menunjang Pola kekerabatan pada komunitas
perkembangan lingkungan pemukiman masyarakat pesisir di Tambak Lorok
tersebut dengan adanya keberadaan berdasarkan atas ikatan kedaerahan, ikatan
fasilitas sosial dan fasilitas perekonomian. mata pencaharian, ikatan agama, ikatan
kondisi, dan pola kepemimpinan.
5. 6. 4. Dimensi Sosial dan Ekonomi Dengan latar belakang pendidikan
Penduduk yang tinggal di kampung yang rendah masyarakat nelayan Tambak
nelayan memiliki karakteristik berupa Lorok memiliki ciri ketradisionalan yang
masyarakat tradisional dengan kondisi masih melekat, terutama dapat terlihat
sosial ekonomi dan latar belakang pada metoda yang digunakan untuk usaha
mereka yaitu penangkapan ikan, hal ini Tambak Lorok telah menjadi satu sistem
mempengaruhi kondisi sosial ekonomi sosial pada masyarakatnya.
mereka yang minim.
Dari segi ekonomi, masyarakat Daftar Pustaka
Tambak Lorok sebagian besar bermata
pencaharian sebagai nelayan, sebagaimana Biantoro, A. M., et al. 2015. Perancangan
telah dijelaskan di sub-bab sebelumnya. Fotografi Human Interest Kampung
Permasalahan kemiskinan yang melanda Nelayan Tambak Lorok Semarang,
disebabkan oleh keterbatasan pemanfaatan Jurnal Fakultas Seni dan Desain.
sumberdaya laut, sumberdaya manusia Surabaya, Universitas Kristen Petra:
(nelayan) masih rendah, teknologi 121-131.
penangkapan masih sederhana, teknologi Budiharjo, E. 1997. Tata Ruang
pengolahan ikan (pasca panen) yang masih Perkotaan. Bandung: PT. Alumni.
tradisional, kelembagaan ekonomi nelayan Dahuri, Rokhmin. 1997. Pengembangan
dan permodalan yang lemah, akses Rencana Pengelolaan Pemanfaatan
terhadap pasar yang masih kurang, akses Berganda Ekosistem Mangrove di
permodalan, dan aspek penyediaan sarana- Sumatera, Panduan Pelatihan
prasaran penunkang yang belum maksimal Pelestarian dan Pengembangan
(Indarti, 2013). Ekosistem Mangrove Secara
Terpadu dan Berkelanjutan. Malang:
6. Simpulan Pusat Penelitian Lingkungan Hidup
Komunitas masyarakat Tambak Lorok Universitas Brawijaya.
merupakan kumpulan dari manusia yang Dian, A., et al. 2011. Modifikasi Dredged
hidup dalam sistem sosial budaya dan Net Untuk Peningkatan Efektivitas
daerah yang sama. Wilayah Tambak Lorok dan Efisiensi Penangkapan Udang di
sebagai daerah hunian yang dekat dengan Tambak Lorok, Semarang.
pesisir maka masyarakat yang hidup dapat Semarang, Buletin Oseanografi
disebut sebagai masyarakat pesisir. Marina.
Masyarakat pesisir di Tambak Lorok Dimitra, S. & N. Yuliastuti. 2012. Potensi
memiliki mata pencaharian sebagai Kampung Nelayan Sebagai Modal
seorang nelayan, penjual ikan, pembuat Permukiman Berkelanjutan di
terasi, penjual ikan asap, dan produk Tambak Lorok, Kelurahan Tanjung
perikanan. Mas. Semarang, Jurnal Perencanaan
Masyarakat Tambak Lorok memiliki Vol 1 No. 1.
karakteristik keras, keras dan emosional Dinas Kelautan dan Perikanan Kota
tinggi, tertutup dan sulit menerima Semarang. 2012. Perikanan dalam
perubahan, namun di sisi lain mereka Angka 2011. Pemerintah Kota
adalah seorang pekerja yang keras. Semarang.
Hubungan kekerabatan diantara mereka Dirjen Kebudayaan Depdikbud. 1997.
cukup solid tanpa memikirkan kepentingan Budaya Kerja Nelayan Indonesia di
sendiri-sendiri. Masalah sosial yang Jawa Timur. Jakarta: CV Bupara
melanda adalah kemiskinan. Nugraha.
Keberadaan TPI di Tambak Lorok Disnawati. 2013. Penerapan Prinsip Hidup
memainkan peran yang cukup penting Kamase–Masea Masyarakat Adat
untuk meningkatkan pendapatan dan Ammatoa Kajang, Bulukumba
kesejahteraan masyarakatnya. TPI Sulawesi Selatan Dalam Pengelolaan
berfungsi sebagai tempat pelelangan ikan, Sumber daya Alam. Semarang,
sehingga para nelayan mendapatkan harga Jurnal Sabda Vol 8: 83-90.
yang layak dan menghindarkan mereka Fikadiana. 2001. Penataan Pemukiman
dari permainan harga oleh tengkulak. TPI Nelayan Tambak Lorok Semarang.