Anda di halaman 1dari 11

Sabda Volume 11, Nomor 2, Desember 2016 ISSN 1410–7910 E-ISSN 2549-1628

KOMUNITAS MASYARAKAT PESISIR DI TAMBAK LOROK, SEMARANG

Achmad Fama
Program Studi Magister Manajemen Sumberdaya Pantai
Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Universitas Diponegoro
Email achmadfama.near200@gmail.com

Abstract
Tambak Lorok is a coastal area located near the Tanjung Mas Harbour, where many
residents work as fishermen. These residents living in Tambak Lorok are mostly using the
traditional way to work on a fishing operation. They use a simple utility to catch fish. This
paper mainly discusses about the structure of the community citizens of Tambak Lorok. Since
they live near the offshore, oftenly they are called as a coastal community. As citizens which
depend so much on the sea to fulfill their needs, many hunt fish. The description on this local
society can be divided on the basis of their occupation, gender, social, and economy.

Key words: Tambak Lorok, Community, Fishermen, Coastal Society

1. Pendahuluan hidupnya di wilayah pesisir. Sebagaimana


Masyarakat adalah sekelompok dijelaskan oleh Dahuri (2001) wilayah
orang yang memiliki identitas sendiri dan yang potensial untuk dilakukan berbagai
mendiami wilayah dan daerah-daerah usaha di bidang Perikanan adalah wilayah
tertentu. Dalam daerah-daerah tersebut pesisir. Wilayah tersebut merupakan
mereka harus mengembangkan norma- peralihan antara daratan dan lautan
norma yang harus dipatuhi oleh para sehingga pengelolaan di bidang Perikanan
anggotanya. Masyarakat memiliki sebuah pada wilayah pesisir di Indonesia perlu
interaksi yang terjadi di dalamnya dan untuk ditingkatkan, ditambah lagi dengan
membentuk sebuah sistem sosial. dukungan dari luas wilayah garis pantai
Komunitas merupakan suatu tempat yang sangat besar.
atau kumpulan manusia dalam suatu sistem Kota Semarang memiliki wilayah
sosial. Komunitas meliputi lingkungan laut dengan panjang garis pantai sekitar 21
fisik dimana manusia hidup, terdapat pula km dan lebar 4 mil. Kota Semarang
lokasi tempat penyediaan sarana dan pra- terletak pada wilayah utara dan berbatasan
sarana. Komunitas masyarakat sebagai langsung dengan laut Jawa. Kota ini
kumpulan manusia dapat dibedakan memiliki beberapa kampung-kampung
berdasarkan tradisi dan nilai-nilai budaya daerah pantai yang sebagian besar
yang terkandung serta interaksi berbagai masyarakatnya bermata pencaharian
sistem sosial. sebagai nelayan. Kampung Tambak Lorok
Pembahasan utama dalam artikel merupakan salah satunya dan terletak di
ini adalah komunitas masyarakat pesisir. tepi sungai Banjir Kanal Timur dan Kali
Soekanto (1981) dan Setyorini (2013) Banger.
menjelaskan bahwa masyarakat pesisir Menurut Hidayat (2003), dengan
umumnya merupakan kelompok yang menganalisa kelembagaan masyarakat,
sangat sulit untuk diorganisasikan. Hal ini tradisi dan kearifan lokal masyarakat
menyebabkan komunitas masyarakat pesisir diharapkan dapat menjadi modal
pesisir selalu bergerak dalam kesatuan- sosial dan pintu masuk untuk menunjang
kesatuan informal tanpa memiliki alur program pemerintah dalam menunjang
yang khas. peningkatan taraf hidup nelayan serta
Masyarakat pesisir adalah keberhasilan peningkatan pemanfaatan
kumpulan manusia yang menggantungkan wilayah pesisir dalam usaha perikanan.

KOMUNITAS MASYARAKAT PESISIR DI TAMBAK LOROK, SEMARANG 65


Sabda Volume 11, Nomor 2, Desember 2016 ISSN 1410–7910 E-ISSN 2549-1628

Jurnal ini akan mengkaji tentang yang membahas tentang unsur-unsur sosial
struktur komunitas masyarakat pesisir di budaya akan dibahas sebagai informasi
Tambak Lorok dari segi mata pencaharian, pelengkap.
komunitas masyarakat, dan beberapa
unsur-unsur sosial budaya yang terkandung 3. Tujuan dan Manfaat
di dalamnya. Dengan asumsi bahwa Tujuan dari penulisan artikel ini adalah
wilayah Tambak Lorok menyimpan suatu sebagai berikut.
potensi sumberdaya perikanan dan 1. Menjelaskan komunitas masyarakat
manusia yang cukup baik. Namun pesisir yang terdapat di Tambak Lorok;
permasalahan utama yang terjadi adalah 2. Menjelaskan permasalahan yang terjadi
dalam penataan kelembagaan dan dalam masyarakat tersebut melalui
pemukiman yang baik. pendekatan sistem sosial masyarakat
yang dianut; dan
2. Pendekatan Masalah 3. Menjelaskan peran dari Tempat
Artikel ini terfokus dalam pembahasan Pelelangan Ikan (TPI) terhadap
struktur komunitas masyarakat pesisir di masyarakat Tambak Lorok.
Tambak Lorok. Sebagai masyarakat yang Manfaat yang didapatkan dalam
menggantungkan hidupnya kepada laut, penulisan artikel ini adalah untuk
sebagian besar masyarakat bermata- memberikan deskripsi tentang komunitas
pencaharian sebagai nelayan. Profesi masyarakat pesisir di Tambak Lorok dan
tersebut diturunkan secara turun temurun. sebuah informasi mengenai sistem sosial
Hal yang memprihatinkan adalah budaya dalam masyarakat pesisir.
mengingat sumberdaya perikanan yang
begitu besar namun tingkat kemiskinan 4. Landasan Teori
masih relatif tinggi. 4. 1. Masyarakat Pesisir
Kajian tentang komunitas masyarakat Pada umumnya masyarakat yang
pesisir sedikit banyak dapat menjelaskan hidup di daerah pantai biasa disebut
beberapa permasalahan yang dihadapi oleh sebagai masyarakat pesisir. Sebagai
masyarakat tersebut. Dalam mempelajari masyarakat yang hidup dekat dengan
komunitas masyarakat di Tambak Lorok wilayah perairan maka mata pencaharian
akan terfokus pada masyarakat pelaku mereka pada umunya adalah nelayan.
usaha dan keberadaan Tempat Pelelangan Karakteristik masyarakat pesisir pada
Ikan (TPI). pembahasan hanya terfokus umumnya adalah keras dan bersifat
pada sistem sosial dalam masyarakat itu terbuka.
sendiri tanpa membahas faktor di luar Fachrudin (1976) dalam Kusnadi
masyarakat Tambak Lorok. (2010) dalam Safitri (2013), sebagai suatu
Tambak Lorok merupakan salah satu kesatuan sosial, masyarakat nelayan hidup,
TPI di kota Semarang yang sampai saat ini tumbuh, dan berkembang di wilayah
masih beroperasi. Dua TPI lainya seperti pesisir atau wilayah pantai. Dalam
TPI Kaliasin dan Mangunharjo konstruksi sosial masyarakat di wilayah
(Mangkang) sudah tidak berfungsi. pesisir, masyarakat nelayan merupakan
Sebetulnya pemerintah telah membangun bagian dari kinstruksi sosial tersebut,
lokasi baru bernama PPI Tambak Lorok di meskipun disadari bahwa tidak semua desa
sebelah utara kelurahan Tanjung Mas, di kawasan pesisir memiliki penduduk
namun sayang karena insfrastrukur yang yang bermata-pencaharian sebagai seorang
rusak. TPI ini mempunyai pengaruh nelayan.
terhadap komunitas masyarakat Tambak Secara sosial budaya dijelaskan bahwa
Lorok. Sehingga pembahasan tentang masyarakat pesisir tersebut memiliki ciri-
struktur masyarakat akan dikaitkan dengan ciri yang saling terkait antara satu dengan
keberadaan TPI itu sendiri. Hal-hal lain

KOMUNITAS MASYARAKAT PESISIR DI TAMBAK LOROK, SEMARANG 66


Sabda Volume 11, Nomor 2, Desember 2016 ISSN 1410–7910 E-ISSN 2549-1628

yang lainnya. Adapun ciri-ciri tersebut Masyarakat pesisir biasanya bermukim


adalah sebagai berikut: di daerah dekat dengan wilayah pesisir
1. Terdapat interaksi sosial yang intensif atau pantai, pemukiman ini identik dengan
antara warga masyarakat, yang ditandai istilah kampung nelayan.
dengan efektifnya komunikasi tatap Permukiman yang letaknya tepat berada
muka sehingga terjadi hubungan yang di bibir pantai ini adalah kampung yang
sangat erat antara satu dan lainnya. Hal mayoritas penduduknya bermata
tersebut membangun hubungan pencaharian sebagai nelayan. Kampung–
kekeluargaan yang berdasarkan atas kampung di pesisir seperti kampung
simpati dan bukan berdasarkan kepada nelayan sangat potensial menjadi daerah
pertimbangan rasional yang berorientasi yang kumuh dengan masyarakat yang
kepada untung dan rugi; mayoritas adalah masyarakat miskin.
2. Dalam mencari nafkah mereka Permukiman nelayan adalah
menonjolkan sifat gotong royong dan perkampungan yang mendiami daerah
saling membantu. Hal tersebut ditandai kepulauan, sepanjang pesisir termasuk
dengan mekanisme menangkap ikan danau dan sepanjang aliran sungai.
baik dalam cara penangkapan maupun Penduduk di kampung nelayan tidak
dalam penentuan daerah operasi (Dirjen seluruhnya menggantungkan hidup dari
Kebudayaan Depdikbud , 1997). kegiatan menangkap ikan, akan tetapi
Dalam UU No. 27 tahun 2007, masih ada bidang lain seperti usaha
menjelaskan bahwa masyarakat pesisir pariwisata bahari, pengangkutan antar
merupakan suatu kelompok masyarakat pulau, pedagang perantara/ eceran hasil
adat atau masyarakat lokal yang bermukim tangkapan nelayan, dan usaha–usaha
atau tinggal di wilayah pesisir dan lainnya yang berhubungan dengan laut dan
memiliki adat atau cara tersendiri dalam pesisir (Pangemanan, 2002) dalam
mengelola lingkungannya secara turun (Dimitra, 2012).
menurun.
Masyarakat pesisir dalam pengelolaan 4. 3. Tempat Pelelangan Ikan (TPI)
sumberdaya alam di wilayah pesisir masih Penyediaan prasarana penangkapan
melakukan secara tradisional, bersifat lokal ikan dalam bentuk Pusat Pendaratan Ikan
dan struktur masyarakat serta aktivitasnya (PPI) atau Tempat Pelelangan Ikan (TPI)
secara sederhana. Wahyudin (2003) dalam dimaksudkan agar produksi, pasca panen,
Ratmaya (2013) menjelaskan beberapa ciri pengolahan serta pemasaran ikan hasil
dari pengelolaan sumberdaya alam secara tangkapan dapat berlangsung dalam
tradisional antara lain: kawasan lingkungan kerja TPI. Petunjuk
1. Pengelolaan sumberdaya alam Teknis Pengelolaan PPI Dirjen Perikanan
dilakukan secara berkelanjutan; (1985) dalam Panggardjito (1999)
2. Struktur pihak yang terlibat masih menjelaskan fungsi dari PPI atau TPI
sangat sederhana; adalah sebagai berikut.
3. Bentuk pemanfaatannya terbatas dalam 1. Kegiatan produksi;
skala kecil; 2. Pengawetan, pengolahan, dan
4. Tipe masyarakat dan kegiatannya relatif pemasaran; dan
homogen; 3. Pembinaan dan pengembangan ruang
5. Komponen pengelolaannya berasal dan usaha.
berakar pada masyarakat; dan Menurut sejarahnya Pelelangan Ikan
6. Rasa kepemilikan dan ketergantungan telah dikenal sejak tahun 1922, didirikan
terhadap sumberdaya alam tinggi. dan diselenggarakan oleh Koperasi
Perikanan terutama di Pulau Jawa, dengan
4. 2. Kampung Nelayan tujuan untuk melindungi nelayan dari
permainan harga yang dilakukan oleh

KOMUNITAS MASYARAKAT PESISIR DI TAMBAK LOROK, SEMARANG 67


Sabda Volume 11, Nomor 2, Desember 2016 ISSN 1410–7910 E-ISSN 2549-1628

tengkulak atau pengijon, membantu bermasyarakat yang tidak perlu dibiasakan


nelayan mendapatkan harga yang layak dengan belajar, yaitu hanya beberapa
dan membantu nelayan dalam tindakan naluri, tindakan refleks, dan
mengembangkan usahanya. Pada dasarnya kelakuan membabi buta (Trahutami, 2013).
sistem Pelelangan Ikan adalah suatu pasar Maran (2007) dalam Disnawati (2013)
dengan sistem perantara (tukang tawar) berpendapat bahwa kebudayaan sebagai
melewati penawaran umum dan yang ciptaan manusia adalah ekspresi eksistensi
berhak mendapatkan ikan yang dilelang manusia di dunia. Manusia dan
adalah penawar tertinggi (Pramitasari, kebudayaan memiliki interaksi dan
2006). menjadi pondasi atau dasar segala yang
Tempat Pelelangan Ikan (TPI) bersangkutan dengan proses kehidupan
merupakan salah satu fungsi utama dalam manusia. Manusia yang menciptakan
kegiatan perikanan dan juga merupakan kebudayaan namun kemudian kebudayaan
salah satu faktor yang menggerakkan dan yang membentuk manusia.
meningkatkan usaha dan kesejahteraan
nelayan. Dalam kasus TPI Tambak Lorok, 4. 5. Komunitas
selain nelayan dan bakul, di sekitar TPI Komunitas memiliki pengertian
Tambak Lorok ini juga terdapat aktifitas sebagai sekelompok orang yang
yang berhubungan dengan perikanan. berinteraksi dan hidup berdampingan
Seperti penjual ikan segar, pembuat ikan karena adanya kesamaan nilai-nilai yang
asin, pembuat ikan panggang, dll. dianut, tempat tinggal, kepercayaan serta
(Wiyono, 2005). Memiliki kohesi sosial. Soekanto (1995)
dalam Susilowati (2012) menjelaskan
4. 4. Aspek Budaya bahwa yang dimaksud dengan komunitas
Dalam kajian budaya atau masyarakat adalah sekelompok orang yang hidup
terdapat satuan yang disebut sebagai bersama sedemikian rupa, sehingga
sistem budaya, serta beragam konsep yang mereka merasakan bahwa kelompok
mendasari perilaku dan hasil perilaku. tersebut dapat memenuhi kepentingan-
Sistem budaya inilah yang mendasari kepentingan hidup yang utama.
seluruh kehidupan manusia. Melakukan Berdasarkan penegertian tersebut,
pengkajian terhadap perilaku dan karya kelompok masyarakat pesisir dapat
suatu komunitas masyarakat perlu dikelompokkan sebagai komunitas
dilakukan untuk memahami sistem budaya nelayan, komunitas bakul / pedagang ikan
yang dianut (Tajrid, 2012). Kajian perilaku atau penjual hasil laut, komunitas penjual
meliputi pengenalan terhadap semua hasil laut, komunitas pelayar baik
komponen budaya, baik berupa peralatan pengusaha maupun pekerja transportasi
dan hal lain yang dipercaya membawa laut, dan komunitas yang bersifat
kebaikan untuk kelangsungan hidup. menjalankan pelaku usaha di bidang
Budaya dapat dipahami sebagai hasil pesisir.
kegiatan manusia dalam hubungannya Terdapat pula istilah society, istilah
dengan kehidupan, karya, waktu, alam tersebut dimaksudkan untuk pengertian
lingkunga, dsb. Kebudayaan adalah masyarakat secara luas. society adalah
keseluruhan sistem, gagasan, tindakan dan kumpulan dari individu-individu yang
hasil karya manusia dalam kehidupan saling beriteraksi dan mempunyai tujuan
bermasyarakat yang dijadikan milik diri bersama, kepercayaan, sikap, dan perilaku
manusia dengan belajar (Koentjaraningrat yang sama. Society dibagi menjadi
2009) dalam (Trahutami, 2013). kelompok-kelomok yang lebih kecil yang
Hampir semua tindakan oleh manusia dinamakan komunitas. Dalam The New
adalah bentuk kebudayaan, karena hanya Oxford Dictionary of English (1998),
sedikit tindakan manusia dalam kehidupan masyarakat adalah sekelompok orang yang

KOMUNITAS MASYARAKAT PESISIR DI TAMBAK LOROK, SEMARANG 68


Sabda Volume 11, Nomor 2, Desember 2016 ISSN 1410–7910 E-ISSN 2549-1628

hidup bersama dalam sebuah komunitas kelurahan Tanjung Mas, kecamatan


yang teratur, misalnya dalam kelompok Semarang Utara, Semarang. pemukiman
orang yang hidup dalam sebuah negara nelayan yang padat ini difungsikan pula
atau wilayah tertentu dengan kebiasaan sebagai tambak. Kawasan ini berbatasan
bersama. dengan:
Pembahasan tentang komunitas - Selatan : Kali Banger
masyarakat pesisir di Tambak Lorok - Timur : Sungai Banjir Kanal Timur
berarti mengkaji tentang kelompok- - Utara : Laut Jawa
kelompok masyarakat dalam suatu sistem - Barat : Kali Banger
sosial yang sama dan mempunyai suatu Kawasan ini sangat dipengaruhi oleh
tujuan dan kepentingan yang sama. pasang surut air laut. Hampir seluruh
wilayah pemukiman tergenang saat laut
5. Pembahasan pasang. Sehingga para penduduk secara
5. 1. Deskripsi Lokasi periodik menaikan bangunan rumah
Tambak Lorok merupakan salah satu mereka (Panggardjito, 1999).
kawasan pesisir yang terletak di dekat Kampung Tambak lorok adalah salah
pelabuhan Tanjung Mas yang sebagian satu perkampungan nelayan yang letaknya
besar masyarakatnya bermata pencaharian berada di garis pantai Laut Jawa. Kampung
sebagai nelayan. Para nelayan yang tinggal ini terletak tepat di pinggiran Kota
di Tambak Lorok sebagian besar Semarang bagian utara yang langsung
merupakan nelayan tradisional yang masih berbatasan dengan perairan Laut Jawa.
menggunakan alat- alat sederhana dalam Tambaklorok merupakan bagian dari
bekerja. Inilah ironi kehidupan para Kelurahan Tanjung Mas, Kecamatan
nelayan di Tambak Lorok bila dilihat dari Semarang Utara. Wilayah ini
keberadaan lingkungan mereka tinggal di terdiri dari 5 RW yaitu RW XII, RW XIII,
ibukota Propinsi Jawa Tengah, yakni di RW XIV, RW XV dengan cakupan
kota Semarang (Biantoro, 2015). wilayah daerah Tambakmulyo bagian
Sekitar tahun 1950 pada kawasan ini barat, sedangkan RW XVI mencakup
muncul sebuah pemukiman yang sebagian wilayah Tambakrejo bagian timur.
besar masyarakatnya bermata pencaharian Kampung Tambaklorok merupakan area
mencari ikan dan hasil laut lain atau sering permukiman dan tambak seluas ± 101 Ha
disebut sebagai nelayan. Dengan adanya (Dimitra, 2012).
fenomena bahwa masyarakat yang Kampung Tambak lorok memiliki
bermukim di kawasan ini memiliki potensi yang sangat besar terutama dalam
ketergantungan terhadap Natural produksi hasil laut. Di kampung tersebut
Resources (sumber alam) dalam hal ini laut terdapat Tempat Pelelangan Ikan (TPI),
sebagai tempat mencari ikan, sungai dan dimana banyak masyarakat dari luar
muara sebagai tempat menambat perahu Tambaklorok yang datang untuk sekedar
dan keluar masuknya perahu ke laut, dalam membeli hasil laut (Dinas Perikanan dan
hal ini telah menyatu dengan kehidupan Kelautan Kota Semarang, 2011).
kebudayaan masyarakat serta berlangsung
turun menurun maka pemukiman ini lebih 5. 2. Peran TPI pada Masyarakat
dikenal dengan Pemukiman Nelayan Tambak Lorok
(Fikadiana, 2001). Pada umumnya TPI berperan dalam
Tambak Lorok mulai dihuni sejak tahun kegiatan perikanan dalam proses penjualan
± 1940, saat itu hanya dihuni oleh 3 dan pendaratan ikan sehingga para nelayan
keluarga. Pada perkembangan selanjutnya mendapatkan harga yang pantas. Fungsi
berdasarkan atas kesepakatan membuat utama TPI adalah untuk meningkatkan
daerah ini menjadi “Pemukiman Nelayan kesejahteraan dan memudahkan usaha
Kota”. Kampung Tambak Lorok terletak nelayan itu sendiri. TPI memberikan

KOMUNITAS MASYARAKAT PESISIR DI TAMBAK LOROK, SEMARANG 69


Sabda Volume 11, Nomor 2, Desember 2016 ISSN 1410–7910 E-ISSN 2549-1628

sebuah interaksi sosial terhadap


masyarakat Tambak Lorok dengan 5. 4. Nelayan
menyediakan peran yang begitu baik. Dari Profesi sebagai nelayan merupakan hal
segi ekonomi dan pendapatan, masyarakat yang sangat umum dilakukan oleh
menjadi sangat terbantu. Permainan harga masyarakat Tambak Lorok. Jumlah ini
yang selalu dilakukan oleh tengkulak adalah yang paling besar diantara usaha
menjadi masalah utama yang dilanda perikanan yang lain. Berdasarkan atas
masyarakat Tambak Lorok. Dinas Kelautan dan Perikanan Kota
Dijelaskan oleh Panggardjito (1999), Semarang (2012), Nelayan yang tinggal di
kegiatan usaha di Tambak Lorok daerah ini menggunakan perahu motor
membentuk sebuah pola dan sangat tempel. Alat tangkap yang digunakan
bergantung kepada keberadaan TPI adalah Bagan, Arad, Cotok, dan Jaring
tersebut. Pada umumnya masyarakat (Gillnet, Trammel net, dan Trap net).
Tambak Lorok merupakan para nelayan Panggardjito (1999), membedakan
yang tradisional. Alur kerja mereka adalah jenis penangkap ikan sebagai penangkap
berangkat dari rumah menuju tempat ikan yang mempunyai perahu dan buruh
penambatan perahu kemudian menuju laut, nelayan. Bagi buruh nelayan berlaku
hasil tangkapan pada akhirnya akan sistem perjanjian bagi hasil antara nelayan
langsung didaratkan di Tempat Pelelangan dengan penangkap dengan juragan.
Ikan. Komunitas masyarakat pesisir di Masing-masing mendapatkan bagian yang
Tambak Lorok terhubung dengan ikan sama dari hasil bersih tangkapan setelah
sebagai hasil tangkapan kemudian kepada dikurangi biaya melaut. Metode yang
TPI dan pasar Tambak Lorok itu sendiri. digunakan relatif tradisional karena
TPI memegang peranan yang cukup bersifat turun menurun dan akibat dari
penting dalam menyokong kesejahteraan keterbatasan sarana dan pengetahuan. Ikan
hidup dan kelangsungan masyarakat itu segar dari nelayan dibeli oleh pedagang,
sendiri. pengolah dan konsumen akhir di lokasi
TPI Tambak Lorok. Skema di bawah
5. 3. Pelaku Usaha Masyarakat Tambak menjelaskan alur nelayan dalam
Lorok melakukan aktivitas penangkapan ikan.
Sebagai sebuah daerah pemukiman di
wilayah pesisir, sebagian besar masyarakat
bermata pencaharian sebagai seorang
nelayan. Namun berdasarkan Budiharjo
(1997), keberadaan pemukiman nelayan Gambar 1. Alur Nelayan dalam
sangat berkaitan erat dengan proses Melakukan Aktivitas Penangkapan
penangkapan ikan, daerah distribusi hasil
tangkapan, dan proses jual beli yang terjadi Umumnya ikan yang didapat nelayan
di dalamnya. Kegiatan masyarakat Tambak adalah jenis ikan belanak, cumi-cumi,
Lorok tidak hanya terfokus sebagai kembung, lemuru, layur, petek, selar,
nelayan saja, namun berperan juga sebagai tembang (jui), teri, dll (Dinas Kelautan dan
penjual ikan, pengolah ikan, dan penjual Perikanan Kota Semarang, 2012).
produk yang sudah jadi. Penduduk Tambak
Lorok juga ada yang berprofesi sebagai 5. 5. Penjualan Ikan dan Hasil Laut
petani tambak, untuk pekerjaan sampingan. Lain
Sesuai dengan penjelasan pada Profesi ini merupakan pedagang yang
Pendahuluan, dalam mempelajari struktur memiliki modal kecil. Metode yang
masyarakat pesisir berarti mengkaji digunakan adalah dengan melakukan
mendalam kepada masyarakat pelaku pembelian ikan berskala kecil dengan
usaha di dalamnya. menggunakan ember atau tenggok dan
kemudian langsung dijual ke pasar. Skema

KOMUNITAS MASYARAKAT PESISIR DI TAMBAK LOROK, SEMARANG 70


Sabda Volume 11, Nomor 2, Desember 2016 ISSN 1410–7910 E-ISSN 2549-1628

di bawah ini menjelaskan alur pedagang


penjual ikan 5. 5. 2. Pemanggangan Ikan
Pembuat ikan panggang ini berada di
daerah gang Panggang dusun Tambak
Lorok. Sepanjang gang ini adalah pembuat
ikan panggang (ikan asap). Ikan yang
digunakan untuk membuat ikan panggang
adalah ikan pari, manyung, dll. Ikan ini
didapatkan dari beberapa lokasi yaitu pasar
Gambar 2. Alur Penjual Ikan dalam Tambak Lorok, Pasar Kobong, dan juga
Melakukan Aktivitas Penjualan pelelangan.
(Panggardjito, 1999). Usaha ini merupakan pengolahan hasil
Berdasarkan penelitian Achmad (2008), tangkapan berupa ikan Pari dengan
jumlah bakul yang beroperasi di TPI melakukan pemanasan menggunakan
Tambak Lorok berjumlah 67 orang. Jenis peralatan memasak yang mempunyai suhu
ikan yang umumnya menjadi incaran para tertentu sehingga menjadi produk yang
bakul adalah bandeng, kembung, belanak, lebih tahan lama. Usaha ini bersifat home
gerabah, teri, tiga waja, manyung, udang, industry dengan melibatkan anggota
nos (cumi-cumi) dan kerang. keluarga atau 1-2 orang tambahan tenaga.
Gambar di bawah menjelaskan proses
5. 5. 1. Pengeringan Ikan usaha pemanggangan ikan.
Bentuk usaha pengeringan ikan ini
terbagi menjadi dua jenis yaitu home
industry yaitu kegiatan yang dilakukan
oleh keluarga dengan sifat usaha tidak
tetap dan industri kecil yaitu usaha yang
bersifat tetap dan menggunakan tenaga
kerja buruh dari kawasan itu sendiri.
Proses pengeringan dilakukan dengan alat-
alat yang masih sederhana dan
mengandalkan sinar matahari sebagai Gambar 4. Alur Usaha Pemanggangan
sumber panas. Usaha pengeringan ini Ikan Asap (Panggardjito,
memanfaatkan ruang terbuka atau lahan 1999).
perkarangan. Alur usaha pengeringan ikan
dijelaskan melalui bagan di bawah
ini 5. 5. 3. Pembuatan Terasi
Pembuat terasi ini mendapatkan bahan
langsung dari nelayan. Bahan yang
digunakan adalah jenis udang rebon. Terasi
ini masih dikerjakan secara tradisional.
Terasi ini kemudian di jual di beberapa
pasar seperti pasar Tambak Lorok, Johar,
pesanan dari beberapa penjuru kota
Gambar 3. Alur Usaha Pengeringan Ikan Semarang seperti Semarang Selatan dan
(Panggardjito, 1999). Ngaliyan.
Pengambilan bahan baku didapatkan dari Terasi adalah produk yang diolah dari
hasil tangkapan ikan setempat dengan jenis hasil tangkapan udang kecil (rebon)
banyar dan layang. Proses selanjutnya dengan teknologi yang sederhana dan
dilakukan di perkarangan rumah dan akan dibentuk balok-balok yang merupakan
dijual di beberapa pasar. salah satu pelengkap dalam memasak. Ciri

KOMUNITAS MASYARAKAT PESISIR DI TAMBAK LOROK, SEMARANG 71


Sabda Volume 11, Nomor 2, Desember 2016 ISSN 1410–7910 E-ISSN 2549-1628

usaha ini dilakukan secara temporer yaitu saudarasaudara kita juga kerap diterjang
pada musim rebon dan bersifat home rob” komentarnya. Hal tersebut menjadi
industry. Penumbukan dengan lumpang sangat ironis mengingat kota Semarang
dan alu. Pengeringan dilakukan dengan merupakan ibukota provinsi.
alat yang masih sederhana dan
menggunakan panas matahari.. Gambar di 5. 6. 2. Dimensi Teknologi
bawah menjelaskan alur usaha pembuatan Pemahaman tentang teknologi untuk
terasi. penangkapan ikan berkaitan erat dengan
pentingnya kelestarian sumberdaya alam.
Pada umumnya pemahaman teknologi
masyarakat Tambak Lorok masih relatif
rendah. Mereka masih tergolong nelayan
sederhana dan menggunakan teknologi
tradisional.
Alat tangkap yang umumnya
Gambar 5. Alur Usaha Pembuatan Terasi
digunakan oleh nelayan di Tambak Lorok
(Panggardjito, 1999).
adalah garuk kerang dan arad. Alat
tangkap tersebut sudah dilarang oleh
5. 6. Pembahasan Unsur-Unsur Sosial
pemerintah berdasarkan atas Keppres No.
Budaya
39 Tahun 1980 karena tidak ramah
5. 6. 1. Permasalahan Sosial yang
lingkungan dan kurang selektif. Kurangnya
Dihadapi
pemahaman mereka terhadap teknologi
Permasalahan sosial yang seringkali
memberikan dampak ketidakefektivan dan
melanda masyarakat pesisir pada
ketidakefisiensian dalam menggunakan
umumnya adalah masalah kemiskinan dan
alat tangkap (Dian, 2011). Informasi
kurangnya bantuan dari pihak pemerintah.
tentang teknologi penangkapan perlu
Tambak Lorok walau dekat dengan
diberikan kepada masyarakat Tambak
pelabuhan Tanjung Emas yang tergolong
Lorok. Apabila masalah tersebut dibiarkan
maju, sampai sekarang masih menjadi
lebih lanjut maka akan memberikan
salah satu daerah miskin yang kurang
pengaruh yang buruk terhadap kelestarian
tersentuh.
sumberdaya pesisir.
Kutipan artikel di indopos.com
(2014) dalam Biantoro (2015), turut
mengulas kondisi daerah ini. Tambak 5. 6. 3. Dimensi Tempat Tinggal
Kawasan pemukiman nelayan
Lorok merupakan kampung nelayan
Tambak Lorok di Kelurahan Tanjung Mas,
terbesar di utara Kota Semarang, Jawa
Semarang masih menunjukan keaslian
Tengah. Kondisinya bisa dibilang cukup
pemukiman nelayan, pola-pola ruang dan
menghawatirkan. Banyak warga yang
peruntukan penggunaan ruang masih
hidup di bawah garis kemiskinan” berikut
mencerminkan keterikatan dengan alur-
kutipan dari artikel yang diunggah oleh
alur aktivitas nelayan tradisional.
indopos.com pada tanggal 30 Januari 2014
Dukungan sarana dan prasarana kegiatan
dengan judul Segera Panggil Menteri
nelayan untuk menunjang pertumbuhan
untuk Cari Solusi Tambak Lorok. Artikel
pemukiman nelayan di Tambak Lorok
ini menjelaskan bahwa belum lama ini
masih menyatu dengan perumahan atau
perkampungan nelayan Tambak Lorok
hunian nelayan, sehingga keterkaitan
mendapat kunjungan dari Menko
dengan pola hidup nelayan baik sosial
Perekonomian, Hatta Rajasa yang
budaya dan ekonomi sangat erat
berkesempatan meninjau kawasan
(Panggardjito, 1999).
perkampungan ini. “Nasib nelayan
Daerah Tambak Lorok merupakan
Tambak Lorok benar-benar membuat saya
wilayah yang terletak di pesisir, sehingga
terharu. Sudah tidak bisa melaut, rumah

KOMUNITAS MASYARAKAT PESISIR DI TAMBAK LOROK, SEMARANG 72


Sabda Volume 11, Nomor 2, Desember 2016 ISSN 1410–7910 E-ISSN 2549-1628

dipengaruhi oleh pasang surut. Pada saat pendidikan yang relatif terbatas. Kondisi
pasang terjadi maka daerah hunian akan sosial masyarakat kampung nelayan yang
tergenang oleh air. Para penduduk seperti ini membuat mereka sulit untuk
mengantisipasinya dengan meninggikan mendapatkan kebutuhan bermukim yang
bangunan rumah mereka. Sarana prasarana memadai. Bahkan masyarakat kampung
yang terdapat di Tambak Lorok adalah nelayan cenderung menjadi subyek yang
TPI, Pasar sebagai tempat terjadinya menanggung permasalahan yang terdapat
transaksi jual beli ikan, tempat ibadah, di lingkungan tempat tinggal mereka. Hal
tempat penambatan kapal, dan sekolah- ini terjadi dikarenakan beberapa faktor,
sekolah. yaitu rendahnya pengetahuan dan
Daerah hunian di Tambak Lorok lemahnya ekonomi sehingga aktivitas
tergolong kumuh dan kurang terawat. mereka juga sering menyebabkan tekanan
Rumah selain berfungsi sebagai tempat terhadap lingkungan kampung nelayan
tinggal, juga dimanfaatkan untuk usaha yang berlanjut pada kerusakan pada
seperti pengasapan, pembuatan terasi dan ekosistem yang ada disana (Dimitra,
pengolahan produk perikanan lainnya. 2012).
Strategi untuk perencaan tata wilayah dan Dari segi sosial, tipikal masyarakat
kota sudah sering dilakukan, sebagaimana Tambak Lorok dapat dibedakan menjadi
tercantum dalam Panggardjito (1999) dan segi positif dan negatif. Dari sisi positif,
Dimitra (2012). untuk segi kehidupan dan penghidupan
Pada tahun 2002 laporan Monografi penduduk dominan di sektor informal
kelurahan Tanjungmas dalam Fikadiana (nelayan) telah mengisi dan melayani
(2001), pada kawasan ini terdapat data berbagai kegiatan dan kebutuhan kota yang
yang menyebutkan bahwa jumlah rumah tidak mungkin dilakukan oleh kelompok
dengan kriteria : atau golongan lain di Semarang, pola
1. Permanen 635 buah hidup bersama yang relatif masih kental
2. Rumah semi permanen 1.168 buah merupakan potensi yang bisa berkembang
3. Rumah non permanen 1.487 buah dengan baik, dan dalam sistem Sub Sistem
Sehingga dengan jumlah rumah non Kota, peranan dan fungsi komunitas
permanen yang mendominasi, dapat masyarakat di Tambak Lorok memberikan
terlihat bahwa kawasan ini belum lepas pengaruh besar terhadap kehidupan kota.
dari kesan kumuh. Dari sisi negatif, tipikal masyarakat
Dalam perkembangannya, Tambak Lorok adalah keras dan emosional
pemukiman nelayan dihadapkan pada tinggi, tertutup dan sulit menerima
tuntutan kebutuhan akan dapat perubahan, mudah curiga kepada pihak
tertampungnya kegiatan-kegiatan lain, tingkat kriminalitas cukup tinggi,
kehidupan masyarakat yaitu kegiatan kerja kegiatan keagamaan menonjol, tetapi
sebagai masyarakat nelayan baik continue minuman keras dan perkelahian sering
maupun tertentu. Dalam hal ini adalah meibatkan orang dari kawasan ini
penyediaan sarana dan prasarana (Panggardjito, 1999).
lingkungan yang akan menunjang Pola kekerabatan pada komunitas
perkembangan lingkungan pemukiman masyarakat pesisir di Tambak Lorok
tersebut dengan adanya keberadaan berdasarkan atas ikatan kedaerahan, ikatan
fasilitas sosial dan fasilitas perekonomian. mata pencaharian, ikatan agama, ikatan
kondisi, dan pola kepemimpinan.
5. 6. 4. Dimensi Sosial dan Ekonomi Dengan latar belakang pendidikan
Penduduk yang tinggal di kampung yang rendah masyarakat nelayan Tambak
nelayan memiliki karakteristik berupa Lorok memiliki ciri ketradisionalan yang
masyarakat tradisional dengan kondisi masih melekat, terutama dapat terlihat
sosial ekonomi dan latar belakang pada metoda yang digunakan untuk usaha

KOMUNITAS MASYARAKAT PESISIR DI TAMBAK LOROK, SEMARANG 73


Sabda Volume 11, Nomor 2, Desember 2016 ISSN 1410–7910 E-ISSN 2549-1628

mereka yaitu penangkapan ikan, hal ini Tambak Lorok telah menjadi satu sistem
mempengaruhi kondisi sosial ekonomi sosial pada masyarakatnya.
mereka yang minim.
Dari segi ekonomi, masyarakat Daftar Pustaka
Tambak Lorok sebagian besar bermata
pencaharian sebagai nelayan, sebagaimana Biantoro, A. M., et al. 2015. Perancangan
telah dijelaskan di sub-bab sebelumnya. Fotografi Human Interest Kampung
Permasalahan kemiskinan yang melanda Nelayan Tambak Lorok Semarang,
disebabkan oleh keterbatasan pemanfaatan Jurnal Fakultas Seni dan Desain.
sumberdaya laut, sumberdaya manusia Surabaya, Universitas Kristen Petra:
(nelayan) masih rendah, teknologi 121-131.
penangkapan masih sederhana, teknologi Budiharjo, E. 1997. Tata Ruang
pengolahan ikan (pasca panen) yang masih Perkotaan. Bandung: PT. Alumni.
tradisional, kelembagaan ekonomi nelayan Dahuri, Rokhmin. 1997. Pengembangan
dan permodalan yang lemah, akses Rencana Pengelolaan Pemanfaatan
terhadap pasar yang masih kurang, akses Berganda Ekosistem Mangrove di
permodalan, dan aspek penyediaan sarana- Sumatera, Panduan Pelatihan
prasaran penunkang yang belum maksimal Pelestarian dan Pengembangan
(Indarti, 2013). Ekosistem Mangrove Secara
Terpadu dan Berkelanjutan. Malang:
6. Simpulan Pusat Penelitian Lingkungan Hidup
Komunitas masyarakat Tambak Lorok Universitas Brawijaya.
merupakan kumpulan dari manusia yang Dian, A., et al. 2011. Modifikasi Dredged
hidup dalam sistem sosial budaya dan Net Untuk Peningkatan Efektivitas
daerah yang sama. Wilayah Tambak Lorok dan Efisiensi Penangkapan Udang di
sebagai daerah hunian yang dekat dengan Tambak Lorok, Semarang.
pesisir maka masyarakat yang hidup dapat Semarang, Buletin Oseanografi
disebut sebagai masyarakat pesisir. Marina.
Masyarakat pesisir di Tambak Lorok Dimitra, S. & N. Yuliastuti. 2012. Potensi
memiliki mata pencaharian sebagai Kampung Nelayan Sebagai Modal
seorang nelayan, penjual ikan, pembuat Permukiman Berkelanjutan di
terasi, penjual ikan asap, dan produk Tambak Lorok, Kelurahan Tanjung
perikanan. Mas. Semarang, Jurnal Perencanaan
Masyarakat Tambak Lorok memiliki Vol 1 No. 1.
karakteristik keras, keras dan emosional Dinas Kelautan dan Perikanan Kota
tinggi, tertutup dan sulit menerima Semarang. 2012. Perikanan dalam
perubahan, namun di sisi lain mereka Angka 2011. Pemerintah Kota
adalah seorang pekerja yang keras. Semarang.
Hubungan kekerabatan diantara mereka Dirjen Kebudayaan Depdikbud. 1997.
cukup solid tanpa memikirkan kepentingan Budaya Kerja Nelayan Indonesia di
sendiri-sendiri. Masalah sosial yang Jawa Timur. Jakarta: CV Bupara
melanda adalah kemiskinan. Nugraha.
Keberadaan TPI di Tambak Lorok Disnawati. 2013. Penerapan Prinsip Hidup
memainkan peran yang cukup penting Kamase–Masea Masyarakat Adat
untuk meningkatkan pendapatan dan Ammatoa Kajang, Bulukumba
kesejahteraan masyarakatnya. TPI Sulawesi Selatan Dalam Pengelolaan
berfungsi sebagai tempat pelelangan ikan, Sumber daya Alam. Semarang,
sehingga para nelayan mendapatkan harga Jurnal Sabda Vol 8: 83-90.
yang layak dan menghindarkan mereka Fikadiana. 2001. Penataan Pemukiman
dari permainan harga oleh tengkulak. TPI Nelayan Tambak Lorok Semarang.

KOMUNITAS MASYARAKAT PESISIR DI TAMBAK LOROK, SEMARANG 74


Sabda Volume 11, Nomor 2, Desember 2016 ISSN 1410–7910 E-ISSN 2549-1628

Skripsi, Fakultas Teknik, Universitas Trahutami, S. W. 2013. Nilai Budaya


Diponegoro, Semarang. Dalam Peribahasa Jepang. Semarang,
Hidayat. 2013. Peningkatan Kapasitas Jurnal Sabda Vol 8: 43-51.
Kelembagaan Nelayan. Medan, Undang-Undang No. 27 Tahun 2007
Jurnal Universitas Negeri Medan. Tentang Pengelolaan Wilayah
Indarti, I. & S. Wardana. 2013. Metode Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil.
Pemberdayaan Masyarakat Pesisir Wiyono, W. 2005. Peran dan Strategi
Melalui Penguatan Kelembagaan di Koperasi Perikanan dalam
Wilayah Pesisir Kota Semarang. Menghadapi Tantangan
Semarang, Jurnal Manajemen dan Pengembangan TPI dan PPI Di
Bisnis, Vol 17: 75-88. Indonesia Terutama Di Pulau Jawa.
Panggardjito. 1999. Pola Tata Ruang Makalah dalam Semiloka
Permukiman Nelayan Tambak Lorok Internasional tentang Revitalisasi
Semarang dan Bendar-Bojomulyo Dinamis Pelabuhan Perikanan dan
Juwana. Tesis. Program Pasca Perikanan Tangkap Di Pulau Jawa
Sarjana, Universitas Diponegoro. dalam Pembangunan Perikanan
Semarang, 196 hlm. Indonesia, Bogor.
Pramitasari, S., D. Sutrisno Anggoro dan
Indah Susilowati. 2006. Analisis
Efisiensi TPI (Tempat Pelelangan
Ikan) Kelas 1, 2 dan 3 di Jawa
Tengah Dan Pengembangannya
Untuk Peningkatan Kesejahteraan
Nelayan. Jurnal Pasir Laut, Vol. 1,
No.2, Januari 2006 : 12-21.
Ratmaya, W. 2013. Seke dan Ikan
Malalugis di Desa Bebalang,
Kabupaten Kepulauan Sangihe,
Sulawesi Utara. Semarang, Jurnal
Sabda Vol 8: 91-97.
Safitri, I. 2013. Kepercayaan Gaib dan
Kejawen Studi Kasus pada
Masyarakat Pesisir Kabupaten
Rembang. Semarang, Jurnal Sabda
Vol 8: 8-18.
Setyorini, H. B. 2013. Budaya Kemiskinan
Nelayan di Mangunharjo Semarang.
Semarang, Jurnal Sabda Vol 8: 7-17.
Susilowati, E. 2012. Etnis Maritim dan
Permasalahannya. Semarang, Jurnal
Sabda Vol 7: 7-15.
Tajrid, A. 2012. Tradisi Wiwitan Kajian
Simbolik Hermeneutik Terhadap
Masyarakat Desa Jetak, Kecamatan
Wedung, Demak, Jawa Tengah.
Semarang, Jurnal Sabda Vol 7: 16-
20.
The New Oxford Dictionary of English.
1998. Oxford: Oxford University
Press

KOMUNITAS MASYARAKAT PESISIR DI TAMBAK LOROK, SEMARANG 75

Anda mungkin juga menyukai