Anda di halaman 1dari 16

POLA PERMUKIMAN NELAYAN UNTIA DI KOTA MAKASSAR

SETTLEMENT PATTERN OF UNTIA FISHERMAN AT MAKASSAR CITY

Tini Suryaningsi
Balai Pelestarian Nilai Budaya Sulawesi Selatan
Jalan Sultan Alauddin / Tala Salapang Km.7 Makassar, 90221
Telepon (0411) 885119, 883748, Faksimile (0411) 865166
Pos-el: tea4_thinie@yahoo.com
Handphone: 081342961409

Diterima: 12 Januari 2016; Direvisi: 8 Maret 2016; Disetujui: 30 Mei 2016

ABSTRACT
This research aims to explain about settlement pattern of fisherman society at Makassar City. Untia
fishermens are fishermens from Laelae island were relocated to Untia area, the District of Biringkanaya.
The method used is qualitative whith technique of interviews, direct observation and literature. The result
of this research shows that settlement pattern of fishermen of Untia shaped housing groups, separated by
small streets and canals. The function of canal is to mobility flows of fishermen from or to the sea. The
model housing at this time has been many changes, especially with the addition of the pit wall at home for
household activities in more doing under the house and as a means of interaction and socialization with the
surrounding society. The obstacles faced by fishermen of Untia is muddy road leading to the beach, making
it difficult for fishermen to push their boats. Untia society adapt to their new environment by utilizing the
terrestrial envirounment with alternatif work which can add the economic of family.
Keywords: fisherman, settlement pattern, adaptation process.

ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk menjelaskan tentang pola permukiman masyarakat nelayan yang berada di Kota
Makassar. Nelayan Untia merupakan nelayan yang berasal dari Pulau Laelae yang direlokasi ke daerah Untia
di Kecamatan Biringkanaya. Metode yang digunakan adalah metode kualitatif dengan teknik wawancara,
pengamatan langsung, dan studi pustaka. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pola permukiman nelayan untia
berbentuk kelompok perumahan yang terpisahkan oleh jalan kecil dan kanal. Kanal berfungsi sebagai arus
mobilitas nelayan dari atau ke laut. Model perumahan saat ini sudah banyak mengalami perubahan terutama
dengan adanya penambahan dinding di bagian kolong rumah karena aktivitas rumah tangga lebih banyak
dilakukan di area bawah dan sebagai sarana interaksi dan sosialisasi dengan masyarakat sekitar. Kendala
yang dihadapi nelayan Untia yaitu jalan menuju ke pantai berlumpur sehingga menyulitkan bagi nelayan
untuk mendorong perahu mereka. Masyarakat Untia beradaptasi dengan lingkungan baru mereka dengan
cara memanfaatkan lingkungan darat dengan alternatif pekerjaan yang bisa menambah ekonomi keluarga.
Kata kunci: nelayan, pola permukiman, proses adaptasi.

PENDAHULUAN banyak yang memanfaatkan sumber daya alam


Masyarakat nelayan merupakan suatu yang berada di lautan untuk sumber penghidupan
kelompok masyarakat yang dalam kehidupan mereka. Selain untuk konsumsi sendiri, juga untuk
sehari-harinya melakukan aktivitas yang sumber pendapatan dalam bidang ekonomi. Laut
berhubungan dengan laut. Sumber penghidupan berada dalam posisi penting yang harus di jaga
mereka berasal dari hasil laut. Laut, jika kelestariannya agar kelangsungan biotanya bisa
dibandingkan dengan daratan di wilayah Indonesia tetap ada dari generasi ke generasi selanjutnya.
lebih luas. Oleh sebab itu, masyarakat Indonesia Karena sumber penghidupan utama mereka

169
berada di laut, maka untuk memudahkan dalam disebabkan karena adanya dua pendapat yang
menjalankan aktivitas-aktivitasnya di laut, mereka berbeda mengenai rencana relokasi tersebut. Ada
mendirikan tempat tinggal mereka dekat dengan warga nelayan yang menyambut relokasi yang
laut. Oleh sebab itu, masyarakat nelayan biasa ingin dilakukan oleh pemerintah dan sebagian
juga disebut dengan masyarakat pesisir. lagi kontra dengan rencana tersebut. Oleh karena
Hidup di wilayah pesisir memiliki itu, relokasi yang dilakukan oleh pemerintah
permasalahannya sendiri, seperti susahnya Kota Makassar memecahkan komunitas nelayan
memperoleh air bersih untuk memenuhi kebutuhan di Pulau Laelae pada masa tersebut. Sekitar 40%
hidup sehari-hari dan juga letak lokasi yang nelayan Pulau Laelae yang berhasil di relokasi ke
dekat dengan bibir pantai yang sewaktu-waktu wilayah pesisir atau daratan, sedangkan sisanya,
terjadi abrasi pantai yang membahayakan sekitar 60%, tetap bertahan di Pulau Laelae.
warga. Nelayan yang tinggal di sebuah pulau Relokasi dilakukan secara bertahap. Tahap
misalnya, mereka hidup berkelompok dengan pertama, dilakukan pemindahan warga sebanyak
memanfaatkan laut sebagai sumber penghidupan 40 KK. Tahap kedua direlokasi sebanyak 60 KK.
mereka. Aktivitas-aktivitas masyarakatnya lebih Sisanya dilakukan pada tahap berikutnya atau
terfokus dengan segala yang berhubungan dengan tahap terakhir sebanyak 43 KK. Setiap tahap
laut. Terbatasnya aktivitas karena berada di pemindahan berselang waktu seminggu dengan
sebuah pulau menjadi salah satu permasalahan bantuan pemerintah serta di bantu oleh aparat
tersendiri masyarakatnya. Akan tetapi kehidupan keamanan untuk berjaga-jaga jangan sampai
yang mereka jalani di sebuah pulau merupakan terjadi bentrok di antara warga yang direlokasi
hal yang biasa karena mereka hidup, tumbuh dan dengan warga yang menolak direlokasi.
berkembang di wilayah tersebut. Masyarakat Nelayan Laelae yang telah
Kehidupan nelayan yang sudah lama direlokasikan ke wilayah daratan ditempatkan di
menetap pada suatu pulau, kemudian dihadapkan Kecamatan Biringkanaya. Lokasi permukiman
pada pergerakan pembangunan yang semakin mereka berada di wilayah pesisir, sehingga
menggeliat, menyebabkan keberadaan mereka memudahkan bagi mereka, para nelayan, tetap
terusik dengan rencana-rencana relokasi yang menjalankan aktivitas mereka menangkap ikan
di gagas oleh pemerintah. Menurut Riyadi di laut. Selain itu, mereka mendapatkan rumah
(dalam Suparman,2014:31), bahwa kebijakan yang dianggap lebih layak jika di bandingkan
pengembangan wilayah adalah berupa arahan dengan rumah mereka pada waktu mereka tinggal
pengembangan kawasan-kawasan produksi, di pulau.
pusat pemukiman, transportasi, serta jaringan Saat ini, nelayan Laelae yang menetap di
infrastruktur pendukungnya sesuai dengan tujuan Biringkanaya, hidup, dan menetap di Keluarahan
pembangunan sosial ekonomi yang diharapkan. Untia. Salah satu yang menjadi daya tarik nelayan
Demikianlah yang terjadi pada nelayan Pulau Laelae untuk mau direlokasikan yaitu adanya
Laelae, dimana keberadaan mereka yang sekian pola permukiman yang telah disediakan oleh
lama hidup pada sebuah pulau, dihadapkan pemerintah. Mereka mengharapkan mereka
dengan permasalahan relokasi yang dilakukan bisa mendapatkan pemukiman yang layak, lebih
oleh pemerintah. Relokasi dilakukan karena baik dari pemukiman mereka waktu di Pulau
Pulau Laelae di lirik menjadi Pulau wisata. Lae-lae. Oleh sebab itu sangat penting untuk
Tujuan relokasi yang dilakukan pemerintah mengetahui secara lebih mendalam mengenai
selain menjadikan Makassar sebagai Kota pola permukiman masyarakat nelayan Laelae
Pantai, juga bertujuan meningkatkan kualitas yang berada di Kelurahan Untia, Kecamatan
kehidupan masyarakat nelayan yang tergolong Biringkanaya.
rendah di Pulau Laelae. Rencana relokasi pada Pada hakekatnya penelitian ini merupakan
masa itu (tahun 1998), menyebabkan terjadinya suatu usaha yang dilakukan untuk mengetahui
ketegangan diantara para warga nelayan yang keadaan sosial budaya yang terjadi dengan
berada di Pulau Laelae. Konflik yang terjadi mengumpulkan, menganalisis, dan memberi

170
Pola Pemukiman Nelayan ... Tini Suryaningsi

data atau fenomena sosial dengan disiplin ilmu 1. Rumah permanen (memenuhi syarat
Antropologi. Oleh karena itu, penelitian ini kesehatan).
bertujuan untuk mengetahui pola permukiman 2. Rumah semi permanen (cukup memenuhi
nelayan Untia yang berada di Kelurahan Untia, syarat kesehatan).
Kecamatan Biringkanaya, yang berada di Kota 3. Ruman nonpermanent (kurang atau tidak
Makassar dan untuk mengetahui proses adaptasi memenuhi syarat kesehatan).
secara sosial budaya dan terhadap lingkungannya Jenis rumah tersebut dapat dipakai untuk
yang terjadi pada masyarakat nelayan di Kelurahan mengidentifikasikan status sosial-ekonomi
Untia. Dengan melakukan penelitian ini, penulis pemiliknya (Kusnadi,2000:41).
mengharapkan agar dapat memberikan manfaat, Lingkungan fisik mempengaruhi pola
antara lain sebagai bahan masukan atau referensi permukiman masyarakatnya. Contohnya, yang
pada penelitian-penelitian yang berhubungan terdapat pada suku Indian Hopi yang membangun
dengan pola permukiman nelayan Untia dan permukiman di puncak-puncak pegunungan.
proses adaptasinya terhadap lingkungan serta Mereka tentu memiliki alasan-alasan dalam
mampu mengambil kebijakan sebagai pembentuk memilih tempat tersebut – seperti sebuah benteng
karakter bangsa. pertahanan dari suku lain. Masyarakat manusia
Laut disekitaran lahan hunian pasti yang berlainan mungkin saja memilih cara-cara
mempunyai pengaruh tersendiri kepada orang penyesuaian berbeda terhadap keadaan yang
dalam satuan-satuan sosial yang tinggal di hunian sama (Ihromi,2000:29). Demikian juga dengan
yang bersangkutan. Pengaruh itu berada dalam masyarakat pesisir yang mencari ikan di laut,
berbagai ranah kehidupan. Ranah pertama, adalah tentu memilih daerah permukiman yang dekat
kosmologi, yaitu kedekatannya dengan laut dalam dengan aktivitas mereka dalam mencari sumber
kehidupan sehari-hari dapat membawa laut dalam penghidupan.
posisi yang sangat penting dalam pandangan Pola permukiman (settlement pattern)
masyarakatnya. Laut dipandang sebagai dasar, adalah pengaturan penyebaran dan tempat tinggal
awal penjadi di alam semesta ini, dalam artian penduduk berdasarkan pola yang ditentukan oleh
semua awalnya berasal dari laut. Ada kemungkinan prinsip-prinsip kebudayaan tentang pembentukan
posisi hunian terhadap laut menentukan hirearki kelompok, pemilihan kelompok, tempat-tempat
dari kelas-kelas hunian dalam pandangan budaya kediaman dan pemanfaatan sumber daya alam
satuan masyarakat yang bersangkutan. Ranah (Goo,2012:206). Ada dua aspek mengenai
kedua, adalah pemanfaatan laut dalam kehidupan pola permukiman, yaitu bagaimana bentuk
satuan-satuan kemasyarakatan. Ada dua fungsi permukiman dan arah serta letak bangunan
laut, yaitu : (a) sebagai lahan jelajah, suatu sarana rumah-rumah penduduk (Hamid,1998:5).
untuk menuju ke wilayah hunian bangsa-bangsa Teori permukiman Turner (dalam
lain; dan (b) sebagai ‘wadah’ atau lingkungan yang Nurmandi,2014:343) menjelaskan bahwa salah
dapat diintrusi atau diselami untuk mengambil satu dimensi yang harus diperhatikan dalam
apa-apa yang ada di dalamnya, dari ikan sampai menentukan suatu pemukiman, yaitu lokasi,
mutiara dan batu karang (Sedyawati,2014:109). dimana mengacu pada tempat tertentu yang
Pemanfaatan sumber daya alam melalui laut dianggap cocok oleh seseorang/kelompok untuk
membuat masyarakat nelayan mendirikan rumah tempat tinggal. Kondisi tersebut lebih ditekankan
dekat dengan aktivitas kenelayanan. Hal tersebut pada penghasilan dan siklus kehidupannya.
dilakukan agar gerak mobilitas dari darat ke laut Lokasi berkaitan erat dengan jarak terhadap
bisa lebih cepat, serta dekatnya jarak antara perahu aktivitas kerja.
dengan permukiman atau tempat tinggal mereka. Perpindahan penduduk dari pulau ke
Berdasarkan kondisi fisiknya, rumah-rumah di wilayah pesisir membutuhkan proses yang
pesisir dibagi dalam tiga kategori, yaitu: disebut adaptasi. Pengertian proses bermakna
adanya perubahan berdasarkan mengalirnya

171
waktu (temporal change) dan kegiatan yang Selatan. Ruang lingkup penelitian dan penulisan
saling berkaitan (interconnected activites). yaitu mengenai bentuk pola permukiman nelayan
Proses tersebut merupakan proses organis, ialah Untia yang berada di Kota Makassar. Berdasarkan
adanya saling keterkaitan antara unsur-unsur latar belakang yang dikemukakan, maka rumusan
yang membentuknya dan keseluruhan wujud masalah dalam penelitian ini yaitu mengenai
bukan hanya sekedar penjumlahan unsur- bagaimana pola permukiman masyarakat nelayan
unsur baginya. Sedangkan adaptasi adalah di Untia dan bagaimana proses adaptasi secara
hubungan penyesuaian antara organisme dengan sosial budaya dan terhadap lingkungannya.
lingkungan sebagai keseluruhan yang di dalamnya Metode penelitian yang digunakan dalam
organisme itu menjadi bagiannya. Adaptasi dapat penelitian ini adalah metode penelitian kualitatif.
diartikan sebagai upaya untuk bersatu dengan Data yang dikumpulkan berupa data primer dan
lingkungannya. Dalam beradaptasi dengan data sekunder. Data primer berupa observasi
lingkungannya, seseorang membawa serta norma- dan wawancara mendalam (indepth interview).
norma yang mengendalikan tingkah laku dan Observasi dilakukan pada saat terjadi aktivitas
peran yang dijalaninya (Daeng,2000:43-44). budaya dan wawancara secara mendalam
Lingkungan yang baru membutuhkan (Endraswara,2012:208). Observasi dilakukan
proses penyesuaian yang disebut dengan adaptasi. dengan melihat pola permukiman warga Untia
Oleh sebab itu diperlukan strategi-strategi serta aktivitas sosial budayanya di daerah
adaptasi yang bertujuan bagi manusia untuk permukiman mereka. Wawancara dilakukan di
dapat bertahan hidup. Di kalangan masyarakat lingkungan tempat para neyanan tinggal, yakni
miskin, menurut Corner (dalam Kusnadi,2000:8), informan yang mengetahui banyak tentang obyek
terdapat beberapa strategi adaptasi yang dilakukan penelitian. Wawancara dilakukan secara santai
masyarakat untuk bertahan hidup, yaitu: 1) namun serius agar informasi yang diperoleh bisa
melakukan beraneka ragam pekerjaan untuk mengalir dan mendapatkan data yang dibutuhkan.
memperoleh penghasilan, 2) jika kegiatan- Sedangkan data sekunder berupa studi pustaka,
kegiatan tersebut masih kurang maka diperlukan melalui literatur yang telah ada untuk dijadikan
sistem penunjang seperti pemanfaatan unsur tinjauan pustaka sebagai acuan penelitian ini.
kekerabatan, ketetanggaan, ataupun tukar-
memukar secara timbal-baik, 3) bekerja lebih PEMBAHASAN
banyak meskipun lebih sedikit pemasukan, dan Gambaran Umum Kelurahan Untia
4) memilih alternatif lain jika ketiga alternatif di
Kelurahan Untia terletak di daerah pesisir
atas sulit dilakukan seperti bermigrasi.
pantai. Tinggi tempat dari permukaan laut yaitu
Manusia mampu mengembangkan
2 mdl. Adapun batas-batas wilayah di Kelurahan
bentuk tanggapan budaya terhadap lingkungan.
Untia yaitu, sebelah Utara berbatasan dengan
Menurut J.H. Steward (dalam Suyuti,2011:19),
Kecamatan Marusu, Kabupaten Maros, sebelah
beberapa aspek kebudayaan seperti sistem mata
Selatan berbatasan dengan Kelurahan Bira,
pencaharian, diciptakan manusia sebagai bentuk
sebelah Timur berbatasan dengan Kelurahan
adaptasi terhadap lingkungan. Manusia sebagai
Bulurokeng, dan sebelah Barat berbatasan dengan
mahluk sosial mampu menciptakan mekanisme
Selat Makassar.
yang berfungsi untuk mengatur dan menjaga
Potensi sumber daya manusia dapat kita
kondisi keseimbangan dalam proses interaksi
lihat dengan mengetahui jumlah penduduk yang
mereka dengan lingkungannya.
ada dalam suatu wilayah penelitian. Oleh sebab
itu data jumlah penduduk sangat diperlukan
METODE
untuk memberikan data yang akurat mengenai
Penelitian mengenai pola permukiman kondisi keadaan penduduk di wilayah Untia.
nelayan ini dilakukan di Untia, Kecamatan Adapun jumlah penduduk yang berada di Untia,
Biringkanaya, Kota Makassar, Provinsi Sulawesi terdiri dari, laki-laki sebanyak 1094 orang atau

172
Pola Pemukiman Nelayan ... Tini Suryaningsi

52%, perempuan sebanyak 1006 orang atau 48%, bisa mendapatkan uang sebagai bentuk bantuan
dengan total jumlah penduduk yaitu 2100 orang. dalam meningkatkan kehidupan perekonomian
Sex ratio penduduk berdasarkan jenis kelamin mereka.
yaitu 108,7. Sedangkan jumlah Kepala Keluarga Kehidupan masyarakat di Kelurahan Untia
(KK) sebanyak 550 orang, dan kepadatan masih melaksanakan kegiatan gotong-royong
penduduk yaitu 817 jiwa/km2. yang merupakan kegiatan penting untuk saling
Untia dulunya merupakan bagian dari membantu diantara mereka. Kehidupan mereka
Kelurahan Bulurokeng. Saat ini Untia yang yang senasib sepenanggungan ketika direlokasi
awalnya sebuah desa kecil berkembang menjadi ke Untia menjadikan mereka senantiasa untuk
kelurahan yang secara administratif terdiri selalu mengedepankan kepentingan bersama
dari 5 ORW. Permukiman nelayan yang telah terutama dalam kegiatan gotong-royong. Mulai
dipersiapkan bagi seluruh nelayan dari Pulau awal kedatangan mereka ke Untia, mereka harus
Laelae untuk di relokasi di Untia tidak seluruhnya bergotong-royong membangun Untia lebih
terisi karena sebagian warga Pulau Laelae tidak baik seperti sekarang ini. Karena waktu awal
ingin pindah. Oleh sebab itu, banyak penduduk kedatangan mereka, permukiman masih dipenuhi
di luar dari penduduk asal Pulau Laelae yang ilalang, kondisi jalan yang seadanya dan gelap.
menempati area permukiman nelayan tersebut.
Padahal pemerintah berjanji akan memberikan Pola Permukiman Nelayan Untia
kompensasi terhadap warga yang pindah ke Rumah tempat tinggal masyarakat Untia
Untia seperti uang penggantian perahu, rumah bermodel perumahan dengan gang-gang kecil
dan tabungan. saling berhadap-hadapan. Kondisi ini berbeda
Kelurahan Untia merupakan kelurahan dengan rumah mereka ketika di Pulau Laelae
dengan berbagai jenis pekerjaan yang dilakukan. yang semuanya mengikuti pesisir pantai atau
Awal kedatangan mereka dari Pulau Laelae horisontal. Rumah yang dibangun sudah ada
ke Untia, mereka bermatapencaharian sebagai dengan desain yang dilakukan oleh pemerintah.
nelayan. Setelah bertahun-tahun hidup di wilayah Jarak antar rumah berdekatan. Selain itu posisi
pesisir pantai dan lokasi tempat permukiman rumah tidak seluruhnya sejajar menghadap ke
nelayan di wilayah Kota Makassar, maka banyak laut. Rumah dibangun secara berkelompok.
nelayan yang bekerja sampingan selain melaut. Pengelompokan perumahan dilakukan agar
Ataupun mereka banyak yang beralih profesi dari memudahkan terjadinya interaksi di antara mereka
nelayan menjadi buruh pabrik ataupun pekerjaan sebagai penghuni permukiman. Pembentukan
lain selain melaut. Hal tersebut terjadi karena kelompok dalam pemilihan rumah di Untia
melihat peluang yang ada untuk bekerja di darat. didasarkan atas kedekatan diantara sesama
Seperti pada saat memasuki musim paceklik, penghuni ketika masih berada di Pulau Laelae.
nelayan banyak yang beralih profesi untuk Mereka tetap mencari rumah dengan memilih
mengatasi masalah ekonomi keluarga. Menurut rumah saling berdekatan karena memudahkan
warga Untia, kehidupan mereka sekarang setelah menjalani kehidupan di lokasi yang baru, akan
direlokasi dianggap lebih baik jika dibandingkan tetapi dengan suasana dan lingkungan seperti
ketika mereka berada di Pulau Laelae. Hal tersebut ketika mereka di Pulau Laelae. Selain itu
dikarenakan, ketika cuaca buruk dan tidak bisa pemilihan kelompok didasarkan pada unsur
melaut, mereka bisa mencari nafkah lain yaitu kekerabatan, dimana rumah yang dijadikan tempat
bekerja sebagai buruh harian ataupun tukang mereka tinggal saling berdekatan dengan sesama
ojek. Selain itu, tidak hanya kepala keluarga yang anggota keluarga yang lain, yang berfungsi
bekerja keras menafkahi keluarganya, akan tetapi untuk saling menjaga satu sama lain. Karena
istri maupun anak-anak mereka bisa turut bekerja aktivitas mereka adalah nelayan, maka pemilihan
karena banyaknya kesempatan yang ada, seperti rumah dekat dengan laut menjadi prioritas utama
pekerjaan mengupas biji mente dan memilah- pemilihan lokasi tempat tinggal agar jarak menuju
milah biji mente tersebut. Dalam sehari mereka lokasi aktivitas kenelayanan tidak terlalu jauh

173
meskipun sudah dibuatkan kanal sebagai sarana berkumpul harus bisa memberikan rasa nyaman
transportasi perahu di area permukiman. bagi penghuninya.
Perubahan bentuk rumah yang sudah
ada penambahan seperti bagian bawah (siring)
yang sudah di dinding sehingga bisa digunakan
untuk kegiatan sehari-hari dan aktivitas lebih
cepat dilakukan dengan bagian bawah yang di
dinding. Dulunya posisi dapur yang berada di
atas sedangkan kamar mandi berada di bawah
menyulitkan bagi ibu-ibu ketika akan melakukan
kegiatan di dapur. Jarak untuk mengambil air
sangat jauh sehingga waktu kerja di dapur lebih
lama. Oleh sebab itu mereka memfungsikan
bagian bawah untuk dijadikan dapur, agar aktivitas
di sekitar dapur bisa lebih cepat dilakukan.
Foto 1: Bentuk rumah panggung
Sumber: Dokumentasi pribadi

Rumah secara gratis yang diberikan oleh


pemerintah berukuran 10x15, dengan tipe 36.
Model rumah tempat tinggal mereka berbentuk
rumah panggung dengan beberapa tiang dan balok
penyangga, menggunakan papan sebagai dinding
dan beratap asbes. Rumah panggung tersebut
dibangun sesuai dengan kondisi lingkungannya,
yaitu jika air pasang naik maka rumah mereka
tidak terendam. Jenis rumah panggung tersebut Foto 2: Perubahan bentuk rumah dengan
sama dengan jenis rumah ketika mereka di Pulau dinding pada siring.
Laelae. Sumber: Dokumentasi pribadi.
Saat ini model rumah sudah banyak yang
berubah dari bentuk aslinya. Rumah sudah banyak Bagian atas rumah difungsikan untuk
yang di renovasi menjadi rumah batu. Selain itu istirahat karena terdapat 2 buah kamar. Selain
rumah panggung sudah dibuat menjadi dua lantai itu, lantai atas diperuntukkan untuk menerima
karena bagian bawah diberikan dinding agar bisa tamu karena memiliki ruang tamu. Karena
ditempati dan menjadi luas. Bagian bawah rumah aktivitas keluarga lebih banyak dilakukan di
disebut sebagai siring atau kolong rumah. Dinding bawah rumah, maka ruang tamu terdapat juga
rumah yang awalnya dari kayu, saat ini ada pada bagian bawah agar tamu tidak terlalu lama
yang sudah di tembok. Selain itu dinding rumah menunggu jika harus naik ke atas rumah. Ruang
bagian bawah ada yang terbuat dari bambu dan tamu bagian atas dianggap terlalu formal sehingga
kebanyakan dari kayu. mereka lebih nyaman menyambut tamu pada
Perubahan bentuk asli rumah didasari lantai bawah. Fungsi ruang tamu yang berada di
oleh beberapa alasan yaitu kayunya sudah bawah lebih baik jika di bandingkan ruang tamu
lapuk, banyaknya anggota keluarga dalam satu pada bagian atas rumah. Hal tersebut dikarenakan
rumah, agar lebih luas, agar nyaman di huni dan bagian bawah rumah lebih adem dan sejuk jika
agar lebih baik. Perubahan merupakan proses dibandingkan dengan ruang tamu bagian atas.
adaptasi terhadap lingkungan yang ada dalam Karena posisi di atas rumah dekat dengan atap
satu lingkungan keluarga. Rumah sebagai area

174
Pola Pemukiman Nelayan ... Tini Suryaningsi

sehingga bagian atas lebih panas sehingga dirasa dilakukan oleh ibu-ibu secara bersama-sama
kurang nyaman. dengan anak-anak mereka sambil bercerita agar
Aktivitas-aktivitas di rumah lebih banyak tidak terasa capek ataupun bosan mengerjakan
dilakukan pada bagian bawah karena selain pekerjaan mengupas mente tersebut.
tidak panas, juga lebih mudah berinterksi dengan
sesama anggota keluarga maupun dengan
tetangga. Tetangga yang datang bisa dengan
cepat diketahui kedatangannya dan bisa langsung
masuk ke dalam rumah. Jika tetangga berkunjung,
mereka cukup memanggil dengan nada yang
tidak terlalu keras sehingga cepat di respon
kedatangannya. Selain itu, jika memiliki sebuah
warung, dengan mudah di dengar jika ada pembeli
yang ingin belanja. Istirahat di siang hari juga
dilakukan di lantai bawah karena lebih sejuk, tidak
panas jika dibandingkan harus beristirahat siang di
Foto 3: Bale-bale di depan rumah.
lantai atas dengan suhu udara yang sangat panas.
Sumber: Dokumentasi Pribadi.
Fungsi ruang bawah juga digunakan untuk
aktivitas mengupas mente. Mengupas mente
Perubahan bentuk rumah dari bentuk aslinya,
adalah pekerjaan yang paling banyak dikerjakan
sebanyak 85% rumah yang telah mengalami
oleh para ibu-ibu dan anak-anak mereka di rumah.
perubahan sesuai dengan kondisi mereka di
Aktivitas mengupas mente dilakukan pada siang
Untia. Perubahan yang terjadi sebagai bentuk
hari, yaitu waktu istirahat mereka. Mente yang
penyesuaian manusia terhadap lingkungannya
dikupas berasal dari pabrik yang berada di sekitar
yaitu bagaimana rumah tempat tinggal mereka
jalan tol dekat perkampungan mereka. Setiap
di rubah agar mengikuti pola kebiasaan mereka.
harinya, perusahaan Mayora “mendrop” mente-
Pola kebiasaan yang dimaksud adalah banyaknya
mente untuk di kupas. Mente-mente tersebut
aktivitas-aktivitas yang terjadi di bagian bawah
dibawa ke rumah penduduk yang merupakan
rumah daripada di atas rumah. Oleh sebab itu
“agen” yang berada di Kelurahan Untia. Ibu-ibu
siring diubah dengan memasang dinding agar
yang ingin mengupas bisa datang ke agen untuk
lebih nyaman dalam beraktivitas. Dinding bawah
mengambil mente-mente tersebut sesuai dengan
berfungsi sebagai penutup agar tidak terlalu
kemampuan mereka untuk mengupas dalam
terbuka ke luar. Hanya sebuah pintu dibuat di
sehari. Jika anggota keluarga banyak dalam satu
bawah rumah sebagai akses keluar-masuknya
keluarga, mereka bisa mengambil sampai 10
manusia dengan segala aktivitasnya.
kg. Semuanya tergantung kesanggupan untuk
Permukiman nelayan yang berbentuk grid,
mengupas mente tersebut dan memilah-milah
memang berbeda dengan permukiman mereka
mente dari yang kualitas bagus, sedang ataupun
ketika masih tinggal di Pulau Lae-Lae. Bentuk
buruk.
grid adalah bentuk dimana setiap kelompok grid
Untuk aktivitas ibu-ibu mengupas mente,
saling memotong atau bertemu pada satu titik
maka fungsi teras bagian bawah rumah menjadi
tertentu (Mastutie,2002:64). Beberapa jalanan
sangat penting. Teras rumah bagian bawah
di area permukiman terdiri dari jalan utama,
digunakan untuk mengerjakan pengupasan mente.
jalan kecil dan adanya kanal dan jembatan. Jalan
Selain itu teras sebagai tempat saling interaksi
utama merupakan jalan besar yang digunakan
dengan tetangga. Selain teras, biasanya mereka
untuk akses masuk dari luar permukiman
mengerjakan pengupasan mente di sebuah bale-
sampai ke sekitar area permukiman. Area
bale di bawah pohon sambil bercengkrama
permukiman dikelilingi oleh kanal-kanal untuk
dengan sesama anggota keluarga atapun dengan
jalur transportasi perahu nelayan. Sedangkan jalan
tetangga. Aktivitas mengupas mente biasanya

175
WALASUJI Volume 7, No. 1, Juni 2016: 169—183
kecil merupakan jalan yang terdiri dari paving Selain jalan utama dan jalan kecil
block dan pembatas antar rumah. Dengan model sebagai penghubung antar rumah dalam lokasi
jalan kecil tersebut maka kendaraan roda empat permukiman, terdapat pula beberapa jembatan
sulit bisa masuk, hanya bisa dilalui oleh sepeda dan kanal. Jembatan terbuat dari beton agar
motor. Jalan kecil sebagai pembatas antar rumah kuat dilewati berbagai aktivitas manusia dan
yang saling berhadap-hadapan dan dibatasi oleh kendaraan. Jembatan dibuat melengkung ke
pagar dari bambu. atas karena jembatan tersebut di bangun untuk
penyeberangan karena banyaknya area kanal yang
berada disekitar permukiman warga. Kanal dibuat
mengelilingi area permukiman, terdapat di bagian
depan permukiman, tengah dan belakang. Kanal
berfungsi sebagai jalur bagi perahu-perahu yang
akan parkir di dekat rumah mereka. Permukiman
warga yang jauh dari laut menggunakan jalur-jalur
kanal untuk mobilitas perahu-perahu nelayan dari
atau ke laut.

Foto 4: Pola permukiman nelayan Untia.


Sumber: Dokumentasi pribadi.

Pekarangan rumah pada permukiman


masyarakat nelayan di Untia dibuat dengan
banyaknya tanaman-tanaman yang ditanam
di depan rumah. Jenis tanaman yang ditanam
tidak terlalu besar karena jarak antar rumah dan
pekarangan tidak terlalu luas. Pekarangan rumah
yang ditumbuhi pohon-pohon memiliki fungsi Foto 5: Kanal dan jembatan yang dibuat
sebagai penahan atau pelindung terhadap panas melengkung
dari sinar matahari. Fungsi pohon atau tanaman Sumber: Dokumentasi Pribadi.
di depan rumah juga sebagai area berkumpulnya
anggota keluarga dan para tetangga. Teras Salah satu kendala terbesar nelayan di
bagian bawah pada rumah menjadi tidak terlalu Untia untuk melaut adalah kondisi tanah yang
panas, terlindungi dari sinar matahari sehingga berlumpur sehingga menyulitkan bagi nelayan
teras sebagai sarana berkumpul di waktu siang untuk menjalankan aktivitas menangkap ikan
ataupun pada malam hari. Karena banyaknya dengan baik. Kawasan Untia dulunya adalah rawa
tanaman di pekarangan rumah, biasanya di dan lahan pertanian dan empang. Kanal yang
bawah pohon ada tempat nongkrong yang di buat awalnya difungsikan sebagai area transportasi
(seperti bale-bale) sebagai area interksi diantara perahu agar dekat dengan rumah mereka, sekarang
mereka. Bale-bale yang terdapat di depan rumah tidak bisa digunakan sehingga untuk parkir perahu
digunakan untuk mengerjakan aktivitas di siang jaraknya di rasa sangat jauh dari rumah apalagi
hari seperti mengupas biji mente dan sebagai tidak adanya dermaga yang dibangun sehingga
ajang interaksi dengan orang-orang yang berada menyulitkan bagi nelayan ketika akan turun
di daerah tersebut. melaut ataupun ketika mereka kembali dari laut.

176
Lokasi rumah yang berbentuk grid menyulitkan
warga untuk dekat dengan parkir perahu mereka.
Hanya mereka yang memiliki rumah dekat dengan
pantai yang cukup dekat jaraknya ketika akan
melaut, sedangkan nelayan yang berada agak di
depan permukiman (RT. E) yang harus berjalan
sekitar 500 m untuk sampai ke perahu mereka.
Sedangkan nelayan yang dekat dengan pantai
hanya berjarak sekitar 7 m saja. Lumpur yang
membenamkan kaki terkadang terkena tusukan
dari dalam lumpur yaitu kepiting atau ikan pari
kecil yang hidup di lumpur.
Kondisi tanah yang berlumpur menyebabkan
sebagian nelayan terkadang malas untuk melaut
Foto 6: Kondisi tanah di pesisir pantai
dan memilih untuk mencari pekerjaan di darat.
Sumber: Dokumentasi Pribadi
Apalagi saat ini posisi permukiman mereka berada
diantara laut dan darat, sehingga aktivitas di darat
Kondisi kanal yang sudah tidak bisa
maupun di laut dianggap sangat memungkinkan.
digunakan untuk jalur perahu-perahu nelayan,
Jika dianggap kondisi di laut lagi kurang baik,
memaksa para nelayan memarkir perahunya di
mereka bisa beralih profesi dengan mencari
sekitar area pantai. Oleh sebab itu untuk lahan
pekerjaan di darat demikian pula sebaliknya.
parkir, maka disekitar pantai banyak ditumbuhi
Ataupun jika mereka malas untuk pergi melaut,
tumbuhan-tumbuhan mangrove dan pohon kelapa
maka mereka bisa mencari alternatif lain di
yang berfungsi untuk meneduhkan perahu-perahu
darat. Jika musim banyak ikan di laut, maka
yang parkir di tempat tersebut. Perahu yang di
mereka lebih memilih untuk pergi menangkap
parkir di bibir pantai disesuaikan dengan kondisi
ikan daripada menjadi buruh harian, karena jika
seperti air pasang di sore hari harus disesuaikan
musim banyak ikan, dalam sehari pendapatan
dengan jarak perahu sehingga perahu tidak terlalu
mereka lebih banyak jika dibandingkan ketika
susah di dorong waktu pergi melaut.
menjadi buruh harian. Mereka bisa memilih-milih
pekerjaan yang bisa menghasilkan banyak uang
dalam sehari dengan adanya alternatif pilihan
antara pekerjaan di darat maupun pekerjaan di
laut. Banyaknya perubahan yang terjadi pada
masyarakat nelayan Laelae ketika mereka pindah
ke Untia terutama yang berkaitan dengan aktivitas
mereka di darat.
Jika dibandingkan dengan Pulau Laelae,
kondisi tanah di Untia sangat tidak baik
bagi aktivitas kelautan masyarakat. Di Pulau
Laelae, tanahnya berupa pasir putih sehingga
memudahkan bagi nelayan untuk memarkir
ataupun mendorong perahu ke laut dan melakukan
aktivitas menangkap ikan. Sedangkan di Untia, Foto 7: Perahu-perahu yang parkir di bibir pantai.
kondisi tanah yang berlumpur menyebabkan Sumber : Dokumentasi Pribadi.
nelayan harus bersusah payah untuk membawa
perahunya ke laut. Nelayan yang memarkirkan perahunya di
sekitar pantai memilih tanaman-tanaman bakau
atau mangrove untuk melindungi perahunya

177
dari sinar matahari. Waktu melaut bagi nelayan Hutan mangrove bagi nelayan di Untia
di Untia adalah pada sore hari berangkat, dan sangat penting agar menghindari terjadinya
kembali keesokan harinya. Jadi pada pagi hari abrasi pantai. Untuk menanam mangrove, maka
ketika nelayan pulang dari menangkap ikan di nelayan telah memiliki kelompok-kelompok
laut, maka mereka memarkir perahunya di sekitar dalam penanaman mangrove. Saat ini hutan
area pepohonan. Jenis perahu yang digunakan mangrove yang diberdayakan oleh kelompok
nelayan Untia adalah Lepa-lepa dan Katinting, nelayan di Untia seluas 10 ha/m2. Bibit mangrove
perahu dengan dua badan dan satu badan. Perahu- di siapkan oleh nelayan sendiri dari mangrove
perahu tersebut jenis perahu kecil. yang sudah ada di sekitar wilayah Untia. Dengan
Posisi perahu yang diparkir disesuaikan bantuan dari Dinas Perikanan, para nelayan
dengan kondisi yang ada menurut nelayan di bersama-sama menanam mangrove untuk
Untia. Jika musim ombak, maka parkir perahu, menghindari abrasi pantai. Selain itu, fungsi
bagian depan (haluan) menghadap ke laut. Hal hutan mangrove adalah sebagi tempat tinggal
tersebut menurut para nelayan agar jika datang ikan atau tempat perlindungan ikan. Nelayan
ombak, haluan posisinya lebih tinggi dari pada banyak yang memanfaatkan hutan mangrove
bagian belakang perahu sehingga menghalau air untuk menangkap ikan. Apalagi jika menangkap
bisa masuk ke dalam perahu. Jika bukan musim ikan di sekitar hutan mangrove tidak memerlukan
ombak, maka nelayan memarkir perahunya perahu bermesin, hanya perahu dayung. Selain
sesuai dengan keinginan mereka sendiri, tidak itu, lokasinya cukup aman untuk menangkap ikan
mempengaruhi perahu mereka. Agar perahu tidak jika dibandingkan jika harus pergi jauh melaut. Di
terbawa air pasang, maka digunakan pengikat Untia ada 8 kelompok nelayan yang diberdayakan
dan mengikatkan perahu di pohon-pohon tempat oleh Dinas Perikanan untuk bisa mendapatkan
perahu mereka terlindungi dari cuaca panas dan bantuan berupa perahu dan alat tangkap yang
aman dari air pasang. Parkir menghadap ke laut sesuai dengan profesi mereka sebagai nelayan.
juga memudahkan bagi nelayan ketika akan pergi
melaut. Mereka tidak perlu direpotkan dengan Proses Adaptasi : Adaptasi Sosial dan Budaya
membalik perahunya jika menghadap ke dalam Adaptasi sosial adalah bagaimana
atau membelakangi laut. Apalagi melihat kondisi seseorang bisa menyesuaikan diri dengan kondisi
tanah di daerah persisir tersebut yang dipenuhi lingkungan yang baru secara sosial. Dalam
dengan lumpur. hal ini menyangkut adaptasi dengan berbagai
Untuk aturan parkir perahu bagi sesama kegiatan yang bisa dilakukan secara sosial
nelayan tidak ada, akan tetapi mereka sudah saling dalam masyarakat. Masyarakat Untia adalah
mengetahui tempat-tempat parkir perahu mereka masyarakat yang memiliki nasib yang sama,
masing-masing. Perahu yang di parkir memilih yaitu mereka direlokasikan dari pulau ke darat
lokasi yang dianggap cocok dengan kondisi dan mendapatkan kondisi lingkungan yang baru.
daerah tersebut. Seperti perahu lepa-lepa yang Kondisi tersebut mengharuskan masyarakat untuk
digunakan untuk mencari ikan bolu (bandeng) di bisa beradaptasi dengan lingkungan yang baru.
sekitar hutan mangrove maka parkir perahunya Di untia, secara sosial, adaptasi yang
tidak terlalu jauh dengan lokasi penangkapan ikan dilakukan adalah dengan kondisi lingkungan
tersebut. Demikian juga parkir perahu nelayan alamnya dan kondisi lingkungan sekitarnya, yaitu
yang lokasi rumahnya dekat dengan bibir pantai dengan penduduk lain yang sudah lama hidup
maka akan memarkir perahunya agak dekat agar menetap di daerah tersebut dan kehidupan sosial
bisa kelihatan dari rumahnya. Nelayan sudah yang sudah terbentuk sejak lama.
memperkirakan lokasi parkir jika terjadi surut agar Ketika mereka pindah, mereka bisa
perahu tidak terlalu sulit di dorong ke laut. Apalagi memilih rumah yang ingin ditempati. Pilihan
kondisi tanah di daerah tersebut adalah lumpur. rumah disesuaikan dengan kondisi dan keadaan
lingkungan sekitar. Seperti rumah yang dipilih

178
Pola Pemukiman Nelayan ... Tini Suryaningsi

saling bersebelahan dengan kerabat ataupun dalam rumah, terkadang hanya terjadi di depan
dengan tetangga dekat rumah ketika di pulau. pagar rumah, teras, atau di jalan. Terkadang
Hal tersebut dilakukan agar mereka bisa tetap interaksi terjadi tanpa disengaja, hanya berbentuk
menjalin hubungan dengan baik dan juga sudah “kebetulan” bertemu.
saling mengenal satu sama lain. Dengan demikian, Interaksi secara kelompok terjadi seperti
kebiasaan-kebiasaan sebelumnya yang sering dalam acara pertemuan antar kelompok nelayan
dilakukan di pulau tidak hilang ketika mereka membahas tentang persoalan kenelayanan mereka.
berada di Untia. Dengan adanya interaksi secara kelompok maka
Sistem pinjam-meminjam atau saling informasi yang didapatkan juga banyak dan saling
memberi di lingkungan antar tetangga adalah merekatkan hubungan diantara mereka. Selain itu,
kebiasaan yang lazim terjadi di antara ibu-ibu. interaksi sesama kelompok nelayan saling bantu-
Hal tersebut merupakan sebuah kebiasaan tolong- membantu ataupun membagi kelompok dalam
menolong diantara mereka. Jika mereka punya, mengerjakan suatu kegiatan yang penting ataupun
maka akan diberi, demikian pula sebaliknya. untuk menjalankan program dari pemerintah.
Kebiasaan-kebiasaan lama ketika mereka masih di Sistem kerjasama merupakan faktor penting
pulau tetap mereka lakukan di Untia. Tidak terjadi dalam proses adaptasi, seperti kerjasama dengan
banyak perubahan berdasarkan kebiasaan karena seluruh anggota keluarga. Anggota keluarga ikut
mereka pindah secara berkelompok, dan dengan terlibat didalamnya. Seperti pekerjaan suami
orang-orang yang sama, cuma lingkungan fisik yang menangkap ikan di laut, ibu mengerjakan
yang berbeda. Apalagi mereka sudah saling kenal pekerjaan rumah, dan anak-anak membantu
satu sama lain. Pemilihan rumah pun dilakukan ibu di rumah. Jika suami pulang dari melaut,
atas kemauan sendiri untuk memilih rumah yang maka istri membantu suami menurunkan hasil
dianggap baik untuk ditempati. tangkapan, memilah-milah hasil tangkapan,
Adaptasi secara sosial dapat terlaksana ataupun menjual hasil tangkapan suami. Selain
lewat adanya interaksi sosial dalam masyarakat. itu jika ikan tidak semuanya laku terjual, maka
Interksi sosial dibagi atas 2, yaitu interaksi antar istri akan mengolahnya dengan mengeringkan
individu dan interaksi antar kelompok. Interaksi ikan untuk dijadikan ikan asin yang kemudian
antar individu terdiri dari kontak atau tatap muka dijual. Kerjasama tersebut sangat penting
secara langsung, individu antar individu lainnya. dalam meringankan beban kerja satu sama lain.
Interaksi antar individu terjalin lewat adanya Kerjasama lain yaitu dilakukan istri-istri nelayan
komunikasi secara personal baik membicarakan dengan mengerjakan pekerjaan harian yang
hal-hal yang sifatnya santai ataupun rahasia. mendatangkan penghasilan seperti mengupas
Lewat komunikasi tersebut, terjalin interaksi mente dengan bantuan anak-anak mereka.
yang aktif dan memberikan informasi yang Adaptasi sosial tidak terlepas pula dengan
terkadang dibutuhkan untuk mengatasi masalah adanya adaptasi secara budaya. Adaptasi budaya
yang terjadi. Seperti komunikasi antar nelayan, merupakan proses penyesuaian diri yang
mengkomunikasikan mengenai alat tangkap berlangsung secara budaya dengan sesama
ataupun pengalaman melaut mereka satu sama anggota masyarakat. Masyarakat Untia yang
lain. Lewat interaksi tersebut mereka saling merupakan masyarakat pendatang namun secara
bertukar informasi yang dapat membantu ketika etnis dan budaya masih sama dengan budaya yang
mereka akan melaut. Dengan demikian interaksi ada di Kota Makassar, yaitu etnis Makassar. Oleh
antar individu saling merekatkan hubungan sebab itu budaya secara etnis tetap sama. Selain
yang ada dan mengintensifkan komunikasi masyarakat Untia yang merupakan penduduk yng
dan informasi. Interkasi antar individu sifatnya berasal dari Pulau Laelae, juga terdapat penduduk
tidak formal, karena terkadang dilakukan ketika yang bertempat tinggal di wilayah Untia. Oleh
berpapasan di jalan, atau lewat depan rumah sebab itu selain etnis makassar, terdapat juga etnis
dan saling menegur sehingga terjadi percakapan bugis yang merupakan etnis pendatang di Untia.
yang santai. Lokasi interaksi juga tidak harus di Namun demikian, hubungan antara kedua etnis

179
tetap erat. Hal tersebut ditandai dengan adanya pulau. Di Untia, lingkungannya berada di darat,
perkawinan antara etnis bugis dan etnis makassar daerah pesisir, akses ke darat sudah tidak menjadi
di daerah tersebut. Adaptasi secara budaya tidak masalah lagi, berbeda ketika mereka masih berada
terlalu sulit, apalagi penduduk yang lebih dulu di pulau. Oleh sebab itu, nelayan masih tetap
menetap di area tersebut juga adalah etnis yang menjalankan aktivitas kenelayanan mereka di
sama. laut, akan tetapi mereka juga berproses terhadap
Persamaan etnis dalam kelompok nelayan lingkungan darat, dengan pilihan aktivitas lainnya
Lae-Lae memudahkan proses adaptasi dilakukan selain melaut.
secara budaya. Seperti dalam rangka menjalankan Lingkungan tempat tinggal mereka sekarang
suatu sistem perkawinan, digunakan adat-istiadat ini berbeda ketika mereka masih tinggal di Pulau.
Makassar. Selain itu, secara budaya mereka Kondisi di Pulau yang dikelilingi oleh laut
melakukan beragam tradisi yang dipercaya menyebabkan aktivitas mereka terbatas. Mereka
oleh masyarakatnya sangat penting, yang hanya mengandalkan hasil secara ekonomi dengan
berkaitan dengan mata pencaharian mereka mengandalkan hasil tangkapan di laut. Selain itu
yaitu menangkap ikan. Tradisi seperti untuk istri-istri nelayan tidak memiliki aktivitas yang
turun pertama kali melaut setelah sekian lama lain selain mengerjakan pekerjaan di ranah
tidak turun melaut akibat cuaca buruk harus domestik saja. Ketika memasuki musim barat atau
menyiapkan pisang untuk persembahan ke laut, musim dimana cuaca yang cukup ekstrim, mereka
agar mereka selalu aman selama menangkap ikan menghentikan kegiatan melaut mereka dan
dan diberi rezeki lewat hasil yang melimpah. mengakibatkan mereka hanya tinggal di rumah
Demikian pula ketika rezeki melimpah atau saja sampai cuaca membaik lagi. Kondisi tersebut
hasil tangkapan banyak, maka nelayan akan mempengaruhi tingkat pendapatan mereka, dan
memberikan persembahan berupa pisang ke laut menyebabkan mereka harus meminjam uang
sebagai ucapan terimakasih karena laut berbaik untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari.
hati kepada mereka. Ritual tersebut dilakukan Berbeda dengan keadaan ketika mereka
oleh orang pintar yang dipercaya oleh masyarakat sudah berada di Untia, yang merupakan wilayah
untia, yaitu orang tua yang disebut sandro-sandro. pesisir. Mereka tidak hanya mengandalkan hasil
Kepercayaan-kepercayaan masyarakat Untia secara ekonomi dari menangkap ikan di laut, akan
sebelum turun melaut tetap mereka lakukan tetapi mereka beradaptasi dengan melakukan
selama mereka pindah ke Untia. Misalnya mereka usaha sampingan yaitu bekerja di darat. Hal
(nelayan) tidak akan turun melaut jika ada yang tersebut bagi nelayan di Untia merupakan
menangis. Demikian pula istri tidak boleh marah- sesuatu yang dianggap baik, karena mereka
marah jika suami akan pergi melaut. Semua itu tidak perlu khawatir dengan adanya musim
dipercaya membawa nasib sial bagi nelayan. barat yang ekstrim. Jika mereka tidak melaut,
Sebaliknya, jika turun dari rumah, pertama kali mereka biasanya bekerja sebagai buruh harian.
menginjak tanah harus kaki kanan agar rezeki Selain itu terkadang nelayan yang tidak melaut,
dalam menangkap ikan bisa banyak. mereka bekerja sebagai penjual ikan. Mereka
pergi ke Lelong untuk membeli ikan, kemudian
Proses Adaptasi: Adaptasi terhadap Ling- menjualnya di sekitar Salodong.
kungan dan Sistem Mata Pencaharian Selain suami sebagai nelayan, istri-istri
Lingkungan yang baru sebagai area nelayan juga turut membantu dalam meningkatkan
permukiman nelayan Untia yang berasal dari ekonomi keluarga. Tidak seperti di Laelae dimana
Pulau Laelae membutuhkan proses adaptasi istri-istri nelayan tidak memiliki kegiatan selain
berkenaan dengan sistem mata pencaharian. pada ranah domestik, di Untia peran istri nelayan
Masyarakat Untia yang berprofesi sebagai nelayan sangat penting. Kegiatan istri-istri nelayan lebih
beradaptasi dengan lingkungan yang berbeda bervariasi di Untia. Mereka memanfaatkan peluang
dengan lingkungan ketika mereka tinggal di kerja seperti dalam kegiatan mengupas biji mente

180
Pola Pemukiman Nelayan ... Tini Suryaningsi

yang dapat meningkatkan pendapatan keluarga. dan pengetahuan mereka dalam menagkap ikan
Mengupas mente juga tidak hanya dilakukan diturunkan kepada anak-anak mereka sebagai
oleh istri nelayan, tetapi peran anak-anak mereka penerus nantinya sehingga kehidupan secara
turut membantu pengerjaan mengupas mente ekonomi dalam pemenuhan kebutuhan tetap
sehingga dalam sehari biji mente yang telah terjaga. Hal tersebut dikarenakan aktivitas di
dikupas bisa selesai dalam jumlah yang banyak. pulau sifatnya terbatas. Pekerjaan yang ada hanya
Selain mengupas biji mente, istri nelayan juga khusus dalam bidang perikanan. Berbeda ketika
ikut dalam kegiatan kelompok dalam mengolah mereka sudah tinggal di Untia, mereka sudah
ikan menjadi berbagai macam penganan. Seperti tidak terfokus dengan usaha kelautan saja, akan
kegiatan dalam membuat abon ikan dan membuat tetapi pilihan pekerjaan di darat menjadi pilihan
bandeng tanpa tulang. Selain itu istri-istri nelayan yang dianggap lebih baik. Lahan pekerjaan di
juga mengolah mente-mente menjadi oleh- darat lebih diminati oleh anak-anak nelayan
oleh khas makassar. Kegiatan istri-istri nelayan jika dibandingkan dengan harus bekerja di laut.
tersebut sangat membantu pendapatan keluarga. Melihat kondisi yang ada, sebenarnya sangat
Selain itu kegiatan membuka warung dilakukan disayangkan ketika aktivitas kelautan di masa
sebagian istri nelayan di rumah mereka sambil yang akan datang di kelurahan Untia bisa hilang,
melakukan kegiatan mengupas mente. Selain dan terganti dengan aktivitas pekerjaan di daratan.
kegiatan kelompok tersebut, salah satu usaha Apalagi didukung oleh kondisi yang ada saat ini
yang dilakukan istri nelayan adalah membantu di Untia, dimana nelayan sendiri terkadang malas
suami memasarkan hasil tangkapan ikan. Seperti untuk turun melaut akibat kondisi tanah di daerah
nelayan penangkap ikan bandeng (Ilyas), secara pantai berlumpur.
bersama-sama suami-istri tersebut saling berbagi Perbedaan yang terjadi ketika di Pulau dan
lokasi dalam hal pemasaran ikannya agar ikan di Untia juga terlihat jelas dalam proses adaptasi
cepat laku terjual. Jika ada ikan yang tersisa, masyarakat nelayan dalam menyesuaikan diri
maka akan diolah menjadi palucella. Jika suami dengan lingkungannya. Ketika di pulau, mereka
(Ilyas) tidak melaut, maka mereka membeli ikan tidak ada yang tahu mengendarai sepeda motor
di Lelong, kemudian menjual ikan di sekitar karena posisi mereka di pulau. Sepeda motor
wilayah Biringkanaya. Jenis ikan kecil-kecil yang bukan menjadi kendaraan yang diperlukan
tersisa akan dikeringkan dan dibuat menjadi ikan orang di pulau. Ketika mereka pindah ke Untia,
asin kemudian di jual kembali. mereka belajar mengendarai sepeda motor karena
Peran anak-anak nelayan tidak terlalu lingkungan yang baru bagi mereka di wilayah
nampak dalam membantu orangtua dalam hal pesisir. Mereka menyesuaikan diri dengan kondisi
kelautan. Seperti ketika ayah mereka pergi melaut, lingkungannya yang akses untuk ke darat terbuka
anak-anak mereka enggan untuk ikut ayahnya lebar. Apalagi banyak aktivitas yang dilakukan di
melaut. Mereka lebih senang mencari pekerjaan darat seperti melakukan pekerjaan di darat, pergi
alternatif yang ada di lingkungannya seperti ke pasar, dan akses mudah untuk keluar karena
bekerja di pabrik-pabrik yang banyak tersedia kendaraan transportasi umum yang tidak ada di
di kawasan Kima Makassar. Orang tua mereka sekitar wilayah Untia.
tidak melarang anaknya untuk bekerja di darat
asalkan mereka dapat bekerja menghasilkan uang. PENUTUP
Menurut nelayan di Untia, bekerja di darat lebih Model permukiman masyarakat Untia
aman jika dibandingkan dengan bekerja di laut. berbentuk grid, yaitu bentuk dimana setiap
Pekerjaan sebagai nelayan sangat berbahaya dan kelompok grid saling memotong atau bertemu
berisiko karena situasi di laut tidak bisa diprediksi. pada satu titik tertentu. Permukiman masyarakat
Pemikiran nelayan terhadap penerusan usaha terdiri dari jalan utama, jalan kecil, jembatan,
dari orang tuanya sudah kurang nampak lagi dan kanal. Jalan utama berada di area depan jalan
ketika masyarakat pulau di relokasi di Untia. menuju ke lokasi permukiman warga. Kemudian
Ketika mereka masih tinggal di Pulau, keahlian

181
jalan kecil sebagai jalan menuju ke rumah-rumah dia inginkan sebagai tempat tinggal. sehingga
warga yang tidak terlalu besar dengan pemberian hal tersebut memudahkan bagi mereka mencari
paving blok. Jalan kecil sebagai perantara antar rumah yang saling berdekatan dengan keluarga
rumah yang saling berhadap-hadapan. Jembatan dan tetangga waktu di pulau. Adaptasi terhadap
berfungsi sebagai penghubung antar jalan, lingkungan berpengaruh juga terhadap sistem
karena lokasi permukiman warga di lalui oleh mata pencaharian masyarakat Untia. Mereka
banyak kanal-kanal. Jembatan dibuat berbentuk mengandalkan hidup mereka tidak hanya di laut
melengkung karena pada bagian bawah/kanal , akan tetapi di darat juga dijadikan alternatif
sebagai lalu lintas perahu. Kanal difungsikan dalam mencari pekerjaan lain ketika terjadi musim
sebagai tempat lalu-lintas perahu ke rumah-rumah paceklik.
mereka. Karena model rumah yang berkelompok,
jadi ada sebagian area permukiman akses ke DAFTAR PUSTAKA
laut agak sedikit jauh. Oleh sebab itu, untuk Daeng, Hans J. 2000. Manusia, Kebudayaan
memudahkan bagi nelayan memarkir perahu dan Lingkungan, Tinjauan Antropologis.
di dekat rumahnya, kanal difungsikan sebagai Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
jalan tercepat bagi nelayan. Saat ini kanal yang Endraswara, Suwardi. 2012. Metode Penelitian
ada di area permukiman warga sudah tidak Kebudayaan. Yogyakarta: Gadjah Mada
digunakan lagi karena kanal-kanal tersebut University Press
kering. Kekeringan kanal disebabkan oleh musim Goo, Andreas. 2012. Kamus Antropologi.
kemarau. Selain itu kanal tersebut sudah dangkal Lembaga Studi Meeologi Makeewaapa
akibat daerah di Untia berlumpur sehingga area Papua.
kanal di penuhi oleh lumpur. Hamid, Pananrangi. 1998. Asal-Usul dan
Permukiman masyarakat Untia saat ini Mobilitas Penduduk di Pulau Baranglompo
sudah banyak perubahan, seperti bagian bawah Kota Madya Ujung Pandang. Balai kajian
(siring) sudah di dinding sehingga aktivitas Sejarah dan Nilai Tradisional. Ujung
lebih banyak di lakukan di bagian bawah rumah. Pandang.
Aktivitas seperti mengupas mente, menerima Ihromi. 2013. Pokok-Pokok Antropologi Budaya.
tamu, memasak, dilakukan pada bagian bawah Jakarta : Yayasan Pustaka Obor Indonesia.
rumah. Awalnya rumah mereka berbentuk rumah Kusnadi. 2000. Nelayan: Strategi Adaptasi dan
panggung dengan dapur berada di atas rumah, Jaringan Sosial. Bandung: Humaniora
kamar tidur dan ruang tamu. Perubahan rumah Utama Press.
dilakukan mengingat rumah mereka sudah ada Mastutie, Faizah. 2002. Keragaman Pola
yang lapuk kayunya, jumlah anggota keluarga Perubahan Rumah Di Permukiman Nelayan
banyak, agar lebih luas dan agar lebih baik. Biringkanaya Makassar. Tesis. Yogyakarta:
Secara sosial, proses adaptasi masyarakat Universitas Gadjah Mada.
tidak terlalu sulit dilakukan. Hal tersebut Nurmandi, Achmad. 2014. Manajemen
dikarenakan mereka direlokasi dengan sesama Perkotaan: Teori Organisasi, Perencanaan,
keluarga dan teman-teman mereka yang berada di Perumahan, Pelayanan dan Transportasi
Pulau Laelae. Kebiasaan-kebiasaan yang dulunya Mewujudkan Kota Cerdas. Yogyakarta:
dilakukan di Pulau lae-Lae tetap mereka lakukan Jusuf Kalla School og Government
di Untia. Seperti istri nelayan yang meminjam Universitas Muhammadiyah Yogyakarta
bumbu dapur ke tetangga jika bumbu dapur (JKSG UMY).
yang dia perlukan tidak ada di dapurnya. Selain Sedyawati, Edi. 2014. Kebudayaan di Nusantara,
itu merek tidak segan untuk meminjam uang Dari Keris, Tor-tor, sampai Industri Budaya.
karena mereka sudah saling kenal satu sama Depok: Komunitas Bambu.
lain. Ketika mereka di relokasi ke Untia, setiap
Kepala Keluarga bisa memilih sendiri rumah yang

182
Pola Pemukiman Nelayan ... Tini Suryaningsi

Suparman. 2014. Modal Sosial dalam Selatan. Disertasi. Program Pascasarjana


Diskontinyuitas Kominitas (Studi Kasus Sosiologi. Universitas Negeri Makassar.
di Pulau Lae-Lae dan Kampung Nelayan Suyuti, Nasruddin. 2011. Orang Bajo Di Tengah
Kelurahan Untia) Makassar- Sulawesi Perubahan. Yogyakarta: Ombak.

183
WALASUJI Volume 7, No. 1, Juni 2016:

184

Anda mungkin juga menyukai