Anda di halaman 1dari 18

“ STRATEGI PEMBERDAYAAN KOMUNITAS

DAN KEARIFAN LOKAL “

DI SUSUN OLEH :

KELOMPOK 5

ADITYA
ADE SUWARIYAH
AJI SAPUTRA
IRVAN YUSUF
MEYLITA

SMA NEGERI 4 TANAH PUTIH


KAB. ROKAN HILIR
2022
PEMBERDAYAAN KOMUNITAS
MELALUI KEARIFAN LOKAL

1. Pemberdayaan kampung batik taman sari di Yogyakarta


Batik merupakan budaya asli
indonesia. Salah satu daerah yang masih
mengembangkan tradisi membatik berada
di Yogyakartya, tepatnya di kampung
Taman Sari. Jaug sebelum menjadi tempat
wisata, perkampungan Taman sari semula
adalah lokasi bagi istri Sultan Yogyakarta
membatik.
Melalui pengembangan teknologi informasi pada era globalisasi, saat ini kampung
tersebut semakin di kenal baik wisatawan dalam negeri ataupun luar negeri. Banyaknya
wisatawan yang datang mampu meningkatkan pendapatan masyarakat sekitarnya.

2. Pemberdayaan petani bakumpai di kabupaten barito kuala


Salah satu hal menarik dalam tradisi
bertani petani bakumpai adalah pemilihan
lokasi pertanian dan sistem penanaman
pada laham pasang surut yang disebut tana.
Dilihat dari segi geografis, lahan pertanian
petani bakumpai termasuk kategori rawa
pasang surut tipe A, yakni lahan yang
selalu di rendam air baik pada saat pasang besar maupun kecil.

3. Pemberdayaan Suku Bajo


Salah satu lokasi tempat tinggal suku
bajo adalah di pesisir pantai desa torosiaje,
kecamatan popayato, kabupaten pohuwato,
provinsi dorontalo. suku bajo dikenal
masih memegang teguh kwarifan lokal.
Kegiatan menanam kembali mangrove
bertujuan agar warga terbiasa melakukan
reboisasi mangrove. Rusaknya ekosistem laut akan berdampak pada menurunnya jumlah ikan
sedangjan ikan merupakan komoditas untama masyarakat suku bajo.

4. Pemberdayaan Masyarakat Kampung Naga


Kampung naga merupakan sebuah
kampung adat di Jawa Barat yang masih
alami. Rumah serta bangunan yang terdapat
di Kampung Naga masih tradisional.
Kampung Naga terletak di Desa Neglasari,
kecamatan Salawu, Kabupaten Tasikmalaya,
Provinsi Jawa Barat. Kampung Naga masih
memegang teguh adat tradisi nenek moyang
merek, dan menolak intervensi pihak luar yang ingin merusak kelestarian kampung.
Kampung Naga didirikan seiring dengan masa penyebaran Islam oleh Sunan Gunung Jati,
dan mayoritas penduduk Kampung Naga adalah pemeluk agama Islam.
Masyarakat Kampung Naga membagi penggunaan lahan menjadi tiga bagian sebagai berikut.
a. Kawasan suci, yaitu sebuah bukit kecil disebelah barat perkampungan yang sering
disebut hutan larangan. Hutan larangan berfungsi sebagai pengontrol ekologis
lingkungan di sekitar.
b. Kawasan bersih, yaitu kawasan yang bebas dari benda-benda yang mengotori
kampung baik sampah rumah tangga maupun hewan. Kawasan ini dibatasi pagar
bamboo.
c. Kawasan kotor, yaitu kawasan yang digunakan untuk kegiatan penunjang kehidupan
lainnya. Di area ini terdapat WC, kolam, dan kandang ternak.

Masyarakat menganggap segala sesuatau yang datangnya bukan dari ajaran Kampung
Naga dan sesuatu yang tidak dilakukan leluhur merupakan sesuatu yang tabu. Oleh karena
itu, ada beberapa hal yang ditolak oleh warga, salah satunya menolak masuknya listrik.
Pemerintah melalui Kemendikbud dan Pusat Pengembangan Pendidikan Nonformal
dan Informal (P2PNFI) melakukan upaya pemberdayaan di wilayah Kampu ng Naga. Tujuan
program ini adalah menekan jumlah buta huruf masyarakat. Dengan demikian, diharapkan
pendudukan Kampung Naga dapat memperoleh akses pendidikan meskipun hidup dalam
tradisi yang kuat.
Lingkungan asri dan kekhasan cara hidup penduduk Kampung Naga diberdayakan
dengan cara mengembangkan pariwisata di Kampung Naga. Penetapan Kampung Naga
sebagai objek wisata selain bertujuan mengenalkan keragaman budaya di Jawa Barat,
diharapkan dapat menunjang perekonomian warga setempat dengan banyaknya wisatawan
yang berkunjungan.

5. Pemberdayaan Masyarakat Adat Deponsero Utara


“Hutan merupakan paru-paru dunia”. Anggapan tersebut tentu tidak ber;lebihan
mengingat hutan menjadi pemasok oksigen terbesar. Tapi hutan beralih menjadi hutan
produksi. Banyak penebangan liar, baik dalam skala kecil maupun besar yang
mengeksploitasi hutan secara berlebihan. Keadaan ini disebabkan berbagai factor, salah
satunya kurangnya pengawasan kelestarian hutan.
Dikutip dari artikel dalam situs
www.worldagroforestrycentre.org, masyarakat
Deponsero Utara telah mengenal sejumlah
aturan adat yang berlaku turun-temurun untuk
melindungi kelestarian alam.ada sejumlah area
yang ditetapkan sebagai wilayah konservasi,
kawasan perlindungan untuk air, serta kawasan
untuk dikelola guna memenuhi kebutuhan
sehari-hari.
Masyarakat adat Deponsero Utara telah memberlakukan system pemanfaatan lahan
yang diatur menurut aturan adat. Kebiasaan masyarakat Deponsero menanam pohon serta
larangan segala bentuk aktivitas penebangan di wilayah dekat sungai. Mereka meyakini
bahwa pohon berguna untuk menjaga kualitas air sekaligus mencegah erosi. Tidak hanya itui
masyarakat Deponsero Utara juga memiliki tempat-tempat keramat yang dilindungi dan
tertutup untuk aktivitas manusia dalam bentuk apapun.

6. Pemberdayaan Masyarakat Badui


Suku Badui merupakan salah satu suku yang tinggal di Provinsi Banten. Suku Badui
dibagi menjadi dua, yaitu Badui Luar dan Badui Dalam. Suku Badui Dalam cenderung
menolak pengaruh dari luar, sedangkan suku Badui Luar cenderung lebih membuka diri
terhadap pengaruh luar, termasuk menerima peralatan teknologi.
Suku Badui terkenal sangat peduli terhadap kelestarian lingkungan alam. Sebagai
contoh, kebiaasan masyarakat Badui dalam menjada air agar selalu jernih dan bersih sehingga
bisa dimanfaatkan untuk kehidupan sehari-hari.
Upaya menjaga kebersihan sungai oleh suku Badui dilakukan dengan cara membagi
area dalam pemanfaatan sungai. Pembagian area sungai merupakan sebuah konsep
pelestarian sungai dengan memperhatikan daya pulih area.
Upaya masyarakat Badui menjaga kelestarian lingkungan alam juga terlihat dari cara
mereka membangun rumah. Masyarakat Badui menggunakan batu sebagai penopang tiang-
tiang utama rumah yang terbuat dari kayu.
Masyarakat Badui terkenal menjauhi barang-barang modern dalam kehidupan mereka.
Mereka lebih milih berjalan kaki untuk bepergian tradisi masyarakat Badui yang mereka
terapkan dalam kehidupan sehari-hari menjadi cara ampuh menjaga kelestarian lingkungan.

7. Pemberdayaan Masyarakat Rawa Lebak


Rawa lebak adalah rawa yang bukan
akumulasi air pasang, melainkan limpasan air
permukaan, baik di wilayah tersebut maupun
wilayah sekitarnya karena topografinya yang
lebih rendah.
Beberapa penduduk memiliki mata
pencaharian sebagai penangkap ikan dan
peternak itik atau kerbau rawa, bergerak
disektor perdagangan, kerajinan, serta jasa.
Pada umumnya hampir seluruh penduduk rawa lebak berhubungan dengan pemanfaatan
sumber daya lahan.
Pada awalnya daerah rawa lebak hanya dijadikan tempat tinggal sementara bagi para
penebang kayu dan pencari ikan. Namun semakin lama komunitasnya semakin bertambah,
sementara kayu kayu yang ditebang semakin berkurang. Masyarakat rawa lebak qtidak
berupaya melawan alam, tetapi berusaha menyesuaikan diri dengan alam di sekitarnya.
Usaha tanam padi yang dikembangkan di lahan rawa lebak sebagian besar merupakan
upaya untuk memenuhi kebutuhan sendiri. Dalam tradisi petani Kalimantan, lahan rawa lebak
yang ditanami padi pada musim hujan disebut sawah barat. Jenis padi yang ditanam adalah
padi surung. Adapun lahan lebak yang ditanami padi pada musim kemarau disebut sawah
timur. Jenis padi yang ditanam adalah padi rintak.
Keberhasilan budi daya padi di lahan rawa lebak sangat bergantung musim, khususnya
pola hujan karena umumnya rawa lebak sering mengalami banjir.
Adapun fenomena alam yang dimaksud sebagai berikut.
a. Apabila ikan-ikan mulai meninggalkan kawasan lahan rawa lebak menuju sungai,
pertanda akan datang musim kering. Gejala alam ini biasanya terjadi pada bulan April
dan Mei.
b. Apabila ketinggian air semakin menyusut, tetapi masih ada ikan saluang yang
bertahan, menunjukan bahwa lahan rawa lebak tidak kekeringan
c. Tingginya air pasang yang datang secara bertahap juga menjadi ciri yang menentukan
lamanya musim kering.

8. Pembedayaan Suku Laut


Dikutip dalam http://kebudayaanindonesia.net,
sebagian besar mata pencaharian masyarakat suku
Laut adalah nelayan. Suku laut merupakan salah satu
suku yang mendiami peraran Riau, Bangka, dan
Belitung. Suku Laut memiliki pola hidup cenderung
nomaden.
Warga suku Laut memercayai memancing pada
tengah malam akan mendapatkan ikan lebih mudah. Suku Laut suka berakulturasi karena
mereka lebih banyak hidup di laut. Suku Laut mengandalkan bintang untuk menentukan arah
perahu saat mencari ikan. Pengetahuan suku Laut terhadap merupakan strategi mereka dalam
menghadapi masalah-masalah saat melaut.
Usaha pemberdayaan masyarakat suku Laut dilaksanakan oleh pemerintah. Pemerintah
memberikan bantuan alat rumah tangga, alat kerja, perahu mesin, mesin jahit, dan hewan
ternak hingga membangun perumahan, jalan lingkungan, serta rumah ibadah. Sayangnya,
beberapa warga suku Laut di antara mereka kerap kembali ke laut.

9. Pemberdayaan Komunitas Pemuda


Dalam masyarakat terdapat banyak komunitas pemuda yang dapat diberdayakan.
Berikut beberapa komunitas yang mampu berkontribusi terhadap masyarakat.
a. Komunitas 1001 Buku
Komunitas 1001 Buku merupakan organisasi nirlaba, sebuah jaringan relawan dan
pengelola taman bacaan anak. Latar belakang pembentukan komunitas ini muncul dari
keprihatinan atas kurangnya ketersediaan akses atas bahan bacaan bagi anak-anak Indonesia.
Komunitas 1001 Buku melakukan pengumpulan dan pendistribusian bahan bacaan anak serta
penguatan taman baca melalui saran pengembangan kresativitas anak dari masyarakat. Anda
dapat mencari informasi melalui www.1001Buku.or.id
b. Komunitas jendela
Komunitas Jendela bergerak di bidang pendidikan anak, khususnya untuk
meningkatkan minat baca anak-anak. Basis Komunitas Jendela berada di Kota Yogyakarta
dan Jakarta.
c. Akademi Berbagi
Akademi Berbagi merupakan gerakan sosial nirlaba yang bertujuan berbagi
pengetahuan, wawasan, dan pengalaman yang bisa di aplikasikan langsung sehingga para
anggota bisa meningkatkan kompetensi di bidang yang telah terpilih.
d. Save Street Child
Komunitas Save Street Child merupakan komunitas yang berupaya menjadi wadah
penggerak peduli terhadap permasalahan anak jalanan. Kegiatan komunitas ini antara lain
kampanye kepedulian tentang anak jalanan. Keterangan lebih lanjut, mengenai komunitas ini
dapat Anda tentukan pada situs http://savestreetchild.org
Komunitas pemuda tersebut hanya sebagian kecil dari komunitas inspiratif di
Indonesia. Keberadaan komunitas pemuda membuktikan bahwa pemuda Indonesia memiliki
kepedulian terhadap lingkungan sekitarnya.
KONFLIK DAN KEKERASAN

Empat siswa SMP aniaya sekuriti

Empat siswa SMP Negeri 2 Galesong, Takalar,


Sulawesi Selatan, menganiaya Faisal Dg Pole,
petugas kebersihan sekaligus sekuriti sekolah, hingga
terluka di bagian kepalanya.

Selain keempat siswa, penganiayaan tersebut juga


dibantu oleh orangtua siswa yakni M Rasul Dg
Sarrang. Kejadian tersebut berlangsung pada Sabtu
(9/2) sekira pukul 15.00 WITA.

Kasus pengeroyokan empat siswa dan seorang


dewasa terhadap petugas kebersihan di SMP Negeri 2
Galesong akhirnya berujung perdamaian. Kedua pihak berdamai setelah korban, Faisal Daeng
Pole memaafkan para pelaku.

“Kemarin sudah dipertemukan di Polsek. Kedua pihak sudah sepakat damai, disaksikan pihak
sekolah dan pemerintah setempat,” kata Kepala Polres Takalar AKBP Gany Alamsyah,
Selasa (12/2).

Dalam kesepakatan damai, pihak keluarga siswa menyatakan siap mengganti biaya
pengobatan Daeng Pole. Sebab dia mengalami luka di bagian kepala akibat dipukuli gagang
sapu. “Perdamaian ini sesuai kesepakatan mereka, tanpa ada tekanan dari pihak lain,” ujar
Gany

PT Freeport Indonesia dan Konflik Konflik Sosial di Papua

Maret 1967, PT Freeport Indonesia Incorporate (FII)


perusahaan yang dibentuk oleh Freeport Internasional,
yang diwakili oleh Forbes Wilson menanda tangani
Kontrak Karya untuk usaha penambangan di wilayah
Pegunungan Selatan Jayawijaya di Gunung Erstberg
atau dalam bahasa Amungme disebut Yelsegel
Ongopsegel. 

Pada 5 April 1967 Menteri Pertambangan RI Slamet


Branata dan Perwakilan Freeport menandatangani
Kontrak Karya pertama selama 30 tahun untuk
pengembangan tambang Ertsberg. Kini gunung Erstberg sudah berubah menjadi lubang
raksasa yang kemudian diberi nama ”Danau Wilson.” Nama ini diberikan sebagai
penghormatan kepada tuan Forbes Wilson.   

pertumpahan darah untuk mendapat sejengkal tanah. Kini masyarakat setempat akan


menanggung semua resiko baik dampak lingkungan mau pun dampak sosial akibat perubahan
perubahan modernisasi yang keliru.
Konflik poso

Ada fakta sejarah yg sangat menarik bahwa


gerakan kerusuhan yg dimotori oleh umat
Kristen di mulai pada awal Nopember 1998
di Ketapang Jakarta Pusat dan pertengahan
Nopember 1998 di Kupang Nusa Tenggara
Timur kemudian disusul dgn peristiwa
penyerengan umat Kristen terhadap umat
Islam di Wailete Ambon pada tanggal 13
Desember 1998. Dan 2500 massa Kristen di
bawah pimpinan Herma Parino dgn
bersenjata tajam dan panah meneror umat
Islam di Kota Poso Sulawesi Tengah pada
tanggal 28 Desember 1998. Apakah
peristiwa ini realisasi dari pidato Jendral Leonardo Benny Murdani di Singapura dan ceramah
Mayjend. Theo Syafei di Kupang Nusa Tenggara Timur?

Tetapi yg jelas Presiden B.J. Habibie yg menurut L.B. Murdani lbh berbahaya dari gabungan
Khomaeni Saddam Husein dan Khadafi baru berkuasa 6 bulan saja sehingga perlu digoyang
dan kalau perlu dijatuhkan. Apabila fakta-fakta ini dikembangkan dgn lepasnya Timor-Timur
dari Negara Kesatuan Republik Indonesia Gerakan Papua Merdeka dan Gerakan Aceh
Merdeka serta tulisan Huntington 1992 setelah Uni Sovyet yg menyatakan bahwa musuh yg
paling berbahaya bagi Barat sekarang  adalah umat Islam; dan tulisan Jhon Naisbit dalam
bukunya Megatrend yg menyatakan bahwa Indonesia akan terpecah belah menjadi 28 negara
kecil-kecil; maka dapat disimpulkan bahwa peristiwa kerusuhan-kerusuhan tersebut adalah
suatu rekayasa Barat-Kristen utk menghancurkan umat Islam Indonesia penduduk mayoritas
mutlak negeri ini. Kehancuran umat Islam Indonesia berarti kehancuran bangsa Indonesia dan
kehancuran bangsa Indonesia berarti kehancuran/kemusnahan Negara Kesatuan Republik
Indonesia . Oleh karena itu penyelesaian kerusuhan/konflik Indonesia khususnya Poso tidak
sesederhana sebagaimana yg ditempuh oleh Pemerintah RI selama ini sehingga tiga tahun
konflik itu berlangsung tidak menunjukkan tanda-tanda selesai malah memendam “bara api
dalam sekam”. Hal ini bukan saja ada strategi global di mana kekuatan asing turut bermain
tetapi ada juga ikatan agama yg sangat emosional turut berperan. Sebab agama menurut Prof.
Tilich“Problem of ultimate Concern” sehingga tiap orang pasti terlibat di mana obyektifitas
dan kejujuran sulit dapat diharapkan. Karenanya penyelesaian konflik Poso dgn dialog dan
rekonsiliasi bukan saja tidak menyelesaikan konflik tersebut sebagaimana pernah ditempuh
tetapi malah memberi peluang kepada masing-masing pihak yg berseteru utk konsolidasi
kemudian meledak kembali konflik tersebut dalam skala yg lebih luas dan sadis. Konflik yg
dilandasi kepentingan agama ditambah racun dari luar apabila diselesaikan melalui
rekonsiliasi seperti kata pribahasa bagaikan membiarkan “bara dalam sekam” yg secara diam-
diam tetapi pasti membakar sekam tersebut habis musnah menjadi abu.

Pada tanggal 20 Agustus 2001 umat Islam yg sedang memetik cengkeh di kebunnya di desa
Lemoro Kecamatan Tojo Kabupaten Poso diserang oleh 50-60 orang umat Kristen yg
berpakaian hitam-hitam membunuh dua orang Muslim dan mengobrak-abrik rumah-rumah
orang Islam. Pengungsi Laporan US Comitte of Refugees tentang Indonesia yg diterbitkan
Januari 2001 menyebutkan dalam kerusuhan/konflik Poso yg terjadi selama tiga tahun
belakangan ini pihak Muslim telah menderita secara tidak seimbang. Dalam laporan itu
disebutkan jumlah pengungsi akibat konflik Poso kini sebanyak hampir 80.000 orang dan
diperkirakan 60.000 orang adl Muslim.

Konflik pilkada dan liberalisasi politik

Salah satu implementasi dari Undang-Undang Nomor 32 tahun 2004 tentang Pemerintahan
Daerah adalah dilaksanakannya pemilihan kepala daerah secara langsung. Konsep otonomi
daerah yang dianut oleh Indonesia telah memberikan kemungkinan bagi setiap daerah untuk
melaksanakan pemilihan kepala daerah dan menentukan pemerintahannya masing-masing.
Di satu sisi ruang pilkada ini merupakan liberalisasi politik yang bertujuan agar efisiensi dan
efektivitas penyelenggaraan pemerintahan daerah perlu ditingkatkan dengan lebih
memperhatikan aspek-aspek hubungan antar susunan pemerintahan dan antar pemerintahan
daerah, potensi dan keanekaragaman daerah, peluang dan tantangan persaingan global dengan
memberikan kewenangan yang seluas-luasnya kepada daerah disertai dengan pemberian hak
dan kewajiban menyelenggarakan otonomi daerah dalam kesatuan sistem penyelenggaraan
pemerintahan negara. Namun di sisi lain, pilkada ini justru menimbulkan polemik dan konflik
yang cukup rumit penyelesaiannya.
Terjadinya konflik dan polemik ini dinilai diakibatkan oleh ketidaksiapan masyarakat
Indonesia menghadapi liberalisasi politik mengingat watak masyarakat yang pada umumnya
masih bersifat primordial dan feodalistis. Ditambah lagi tidak jelasnya peraturan perundang-
undangan yang menjadi dasar dari pilkada ini sehingga menimbulkan ketidakpastian hukum.
Telah banyak konflik yang telah terjadi di negeri ini, sebut saja konflik Pilkada Sulsel dan
Maluku.

Merupakan suatu kepastian bahwa dalam setiap pertarungan politik, khususnya di pilkada,
akan banyak kepentingan yang bermain di dalamnya. Mulai dari kepentingan borjuasi
internasional, kepentingan borjuasi nasional, hingga kepentingan rakyat (pekerja) tentunya.
Sehingga konfilk bukan hal yang tabu lagi untuk dijumpai. Di tulisan ini tidak akan dibahas
mengenai persolan apa, siapa dan bagaimana para kepentingan mengintervensi politik di
pilkada sehingga menimbulkan konflik. Tapi akan dibahas tentang bagaimana mengolah isu
konflik untuk menjadi suatu pembelajaran politik bagi rakyat untuk mengahadapi pertarungan
bebas di kancah pertarungan pilkada (liberalisasi politik).

Konflik antar agama

Sebuah bom yang disembunyikan dalam sebuah truk relawan keamanan meledak di provinsi
Narathiwat, mencederai tiga orang. Aksi itu terjadi sehari setelah seorang bocah Muslim
berusia dua tahun tewas akibat ditembak ketika naik motor bersama ayahnya.

Sepasang warga Buddha juga ditembak ketika mereka naik kendaraan menuju sebuah pasar
di provinsi Pattani. Sebuah bom di Yala mencederai penjual buah-buahan.

Lebih dari 4.100 orang Buddha dan Muslim tewas dalam enam tahun aksi kekerasan di
provinsi paling selatan Thailand ketika etnik Melayu yang Muslim berjuang bagi satu
otonomi dari negara yang berpenduduk mayoritas beragama Buddha itu.
KONFLIK DAN KEKERASAN

KONFLIK ANTAR MAHASISWA

Aksi perampasan kaset video rekaman


tawuran berbuntut konflik antara pelajar
SMA Negeri 6 Jakarta dengan sejumlah
wartawan. Korban luka pun berjatuhan dari
kedua belah pihak. Sebagai golongan
terdidik, pelajar sudah semestinya
meninggalkan kebiasan tawuran yang jelas
barbar.

Tawuran antar mahasiswa memberikan citra


Kepala buruk bagi dua SMA unggulan, peristiwa tersebut juga melukai dunia jurnalistik dan
pendidikan. Menyikapi hal itu,

KONFLIK ANTAR AGAMA

Sebuah bom yang disembunyikan dalam


sebuah truk relawan keamanan meledak di
provinsi Narathiwat, mencederai tiga orang.
Aksi itu terjadi sehari setelah seorang bocah
Muslim berusia dua tahun tewas akibat
ditembak ketika naik motor bersama
ayahnya.

Sepasang warga Buddha juga ditembak


ketika mereka naik kendaraan menuju sebuah pasar di provinsi Pattani. Sebuah bom di Yala
mencederai penjual buah-buahan.

Lebih dari 4.100 orang Buddha dan Muslim tewas dalam enam tahun aksi kekerasan di
provinsi paling selatan Thailand ketika etnik Melayu yang Muslim berjuang bagi satu
otonomi dari negara yang berpenduduk mayoritas beragama Buddha itu.
PT Freeport Indonesia dan Konflik Konflik Sosial di Papua

Maret 1967, PT Freeport Indonesia Incorporate


(FII) perusahaan yang dibentuk oleh Freeport
Internasional, yang diwakili oleh Forbes Wilson
menanda tangani Kontrak Karya untuk usaha
penambangan di wilayah Pegunungan Selatan
Jayawijaya di Gunung Erstberg atau dalam
bahasa Amungme disebut Yelsegel Ongopsegel. 

Pada 5 April 1967 Menteri Pertambangan RI


Slamet Branata dan Perwakilan Freeport
menandatangani Kontrak Karya pertama selama 30 tahun untuk pengembangan tambang
Ertsberg. Kini gunung Erstberg sudah berubah menjadi lubang raksasa yang kemudian diberi
nama ”Danau Wilson.” Nama ini diberikan sebagai penghormatan kepada tuan Forbes
Wilson.   
pertumpahan darah untuk mendapat sejengkal tanah. Kini masyarakat setempat akan
menanggung semua resiko baik dampak lingkungan mau pun dampak sosial akibat perubahan
perubahan modernisasi yang keliru.

Pembantaian Warga di Mesuji Lampung

Tragedi kemanusian kembali terjadi di Mesuji dan


Sodong di Lampung. Bentrokan terjadi antara warga
dan polisi yang dipicu oleh konflik lahan antara
petani dan perusahaan perkebunan serta
penyerobotan lahan pada bulan November lalu.
Kejadian itu dipicu konflik sengketa lahan antara
warga dan perusahaan perkebunan sawit  PT. Silva
Inhutani milik warga negara Malaysia  bermaksud
melakukan perluasan lahan dengan membuka lahan untuk menanam kelapa sawit dan Foto
Pembantaian Warga di Mesuji Lampung karet namun selalu ditentang penduduk
setempat.Akhirnya PT. Silva Inhutani membentuk PAM Swakarsa yang juga dibekingi aparat
kepolisian untuk mengusir penduduk. Pasca adanya PAM Swakarsa terjadilah beberapa
pembantaian sadis dari tahun 2009 hingga 2011. Akibat sengketa tanah itu akhirnya Foto
Pembantaian Warga di Mesuji Lampung memicu adanya dugaan pelanggaran HAM terhadap
warga Mesuji oleh aparat keamanan. Akhirnya warga Mesuji Propinsi Lampung mendatangi
komisi III DPR di Gedung DPR / MPR  Jakarta, pada hari Rabu 14 Desember 2011.
Kisruh Menjelang Pemilukada Provinsi NAD

Massa tiba dan berkumpu l di Mesjid


Agung Darussalihin Kota Idi sekitar pukul
10:00 Wib, mengusung sejumlah spanduk
dan poster yang berisi dukungan terhadap
tahapan Pemilukada. Mereka melakukan
long march (berjalan kaki) menuju Kantor
DPRK.Koordinator aksi Tgk Muzakir Daud
di halaman DPRK dalam orasinya
menyebutkan, aksi itu mereka lakukan
karena DPRK Aceh Timur mencoba
melawan perundang-undangan di Indonesia.

Perwakilan massa menyerahkan pernyataan sikap bersama ke kantor dewan, yang diterima
oleh pegawai skretariat dewan.Setelah iru massa bertolak kekantor KIP Aceh Timur untuk
melakukan aksi demo meminta Kepada KIP agar menjalankan pemilukuada sesuai dengan
jadwal yang telah ditetapkan.Sementara itu, Ketua KIP Aceh Timur, Iskandar A Gani
mengatakan, pihaknya akan menjalankan tahapan pemilukada sesuai dengan peraturan dan
jadwal yang telah ditetapkan. “KIP tidak dalam posisi menerjemahkan regulasi tetapi KIP
hanya melaksanakan regulasi yang ada sesuai dengan perundang-undangan

UU Pengadaan Tanah Mesti Diperjelas

Undang-undang (RUU) Pengadaan Tanah bagi


Pembangunan untuk Kepentingan Umum telah
diberlakukan, seyogianya berbagai hal dalam
regulasi tersebut lebih diperjelas. Dengan
demikian, biaya sosial (konflik) yang
berpotensi muncul bisa diminimalkan. Ahli
perencanaan kota dari Universitas
Tarumanagara (Jakarta), Suryono
Herlambang, mengatakan hal tersebut di Jakarta. Hal lain, ketentuan pengajuan keberatan
dari pemilik lahan sedari Pemerintah Provinsi sampai ke  MA (Mahkamah Agung) yang
maksimal 70-an hari, bagi sebagian warga mungkin terlalu singkat. Kata Suryono, buat warga
berpenghasilan rendah yang tidak punya akses bagus ke birokrasi, waktu tersebut tidak
cukup. Saat ini, angka konflik pertanahan di Indonesia jauh lebih besar daripada konflik
rumah tangga. “Dan kalau tidak ada kejelasan dalam Undang-undang Pengadaan Tanah itu,
konflik bisa saja terus naik.”

Konflik Di Tanjung Priok

Priok berdarah terulang lagi. Sejumlah orang luka


parah dan ringan dalam upaya penggusuran makam
Mbah Priok. Bahkan� tiga di antaranya meregang nyawa. Bagaimana sebenarnya koordinasi
aparat keamanan sehingga upaya penertiban berubah menjadi kerusuhan massal?

Menurut catatan detikcom, Kamis (14/4/2010) pagi buta, ribuan anggota Satpol PP telah
berdatangan ke Koja, Jakarta Utara. Hari itu mereka mantap akan menggusur bangunan tak
berizin di areal makam Habib Hasan bin Muhammad al Haddad alias Mbah Priok. Mereka
melengkapi diri dengan helm, tameng, serta pentungan.

Namun siapa nyana. Ratusan warga setempat melakukan perlawanan. Mereka tak mundur
selangkah pun saat ribuan annggota Satpol PP Pemrov DKI merangsek. Diawali saling teriak
antara dua kubu. Tapi sesaat kemudian, perang pun pecah. Batu, kayu serta benda-benda
keras lainnya berterbangan di udara. Bom molotov ikut dilemparkan dan senjata tajam
dihunus.
Massa dan aparat Satpol PP sama-sama beringas. Saling serang, saling gebuk satu sama lain.
Korban pun satu persatu berjatuhan dari kedua belah pihak. Ratusan orang luka ringan dan
parah. Bahkan dua orang anggota Satpol PP meregang nyawa.

Suasana mencekam berlanjut hingga malam hari. Puluhan mobil milik Satpol PP dibakar
massa. Arus lalu lintas menuju terminal peti kemas Pelindo pun terputus untuk beberapa jam.

 Usut Dana Kemanusiaan Poso

Konflik Poso yang telah memakan banyak korban


membuat pemerintah pusat mengucurkan dana sekitar
RP. 162 milyar untuk menangani bebagai kerusakan.
Para pengunjuk rasa menyatakan telah terjadi korupsi
pada dana kemanusiaan tersebut. Mereka meminta
pemerintah mengusut korupsi dana kemanusiaan untuk
Poso.

konflik massal 1998-2001 Di Poso

Poso membara! Rentetan kekerasan bahkan terus


bergulir pasca konflik massal 1998-2001.
Peledakan bom, perampokan bersenjata,
pembunuhan warga masyarakat dan aparat seakan
tanpa ujung. Sekian banyak peristiwa kekerasan
bernuansa teror terus terjadi tanpa dapat diungkap
pelakunya.

Sabtu, 29 Oktober 2005, Poso gempar lagi. Pagi


itu ditemukan tiga tubuh siswi berseragam SMU bersimbah darah, tanpa kepala, tergeletak
mengenaskan di jalan setapak Bukit Bambu. Tak lama kemudian, tiga kepala siswi tersebut
ditemukan di dua tempat berbeda, disertai surat ancaman untuk mencari kepala-kepala lain.
Bagi warga Kabupaten Poso khususnya, dan Propinsi Sulawesi Tengah pada umumnya,
insiden itu menimbulkan klimaks ketidakpercayaan terhadap pemerintah, aparat keamanan,
maupun penegak hukum. Takut dan putusasa menghinggapi mereka. Di kancah nasional,
peristiwa mutilasi 3 siswi itu merebak menjadi isu panas di media massa, DPR, Pemerintah
Pusat, Komnas HAM, bahkan di kalangan masyarakat internasional.

Melalui Pansus Poso DPR RI meminta Menkopolhukam dan sejumlah menteri terkait,
termasuk Kapolri dan Panglima TNI, untuk menjelaskan situasi Poso. Sementara itu merebak
isu bahwa semuanya itu hanya `kerjaan orang-orang berseragam`. Mengingat kredibilitas
Polri dan Pemerintah RI dipertaruhkan, Kapolri menugaskan Kabareskrim untuk
mengungkap kasus ini dan menangkap pelakunya. Kabareskrim membentuk Satuan Tugas
Khusus. Targetnya jelas: kapan pun kasus ini harus terungkap.

Ternyata, ini hanya awal dari investigasi penuh risiko terhadap puncak gunung es kekerasan.
Berhadapan dengan realita bongkahan gunung es yang tersembunyi di bawah permukaan,
investigasi menjadi begitu penuh risiko. Nyawa para anggota Satgas menjadi taruhan, karena
harus berhadapan dengan jaringan yang efektif sekali menggerakkan kaki tangannya untuk
menebar maut. Buku ini saya harapkan dapat memotivasi seluruh penyidik untuk menuliskan
pengalaman tugas mereka.

Konflik Perbatasan Timor Leste Kembali


Mencuat

Konflik di kawasan perbatasan antara Indonesia


dengan Timor Leste kembali mencuat di wilayah
Kabupaten Timor Tengah Utara dengan Distrik
Ambenu, menyusul klaim dari warga Ambenu
terhadap areal pertanian seluas enam hektar.

Anggota DPD Sarah Lery Mboeik yang tengah


melakukan kunjungan ke perbatasan dengan
Timor Leste ketika dikontak melalui telepon seluler di Kefamenanu, Selasa mengatakan,
perebutan lahan di garis perbatasan antara Timor Tengah Utara dengan Distrik Ambenu agar
segera diatasi pemerintah “Persoalan ini tidak boleh dibiarkan berlarut-larut, pemerintah
harus mengantisipasi konflik sebelum terjadi pertumpahan darah,”katanya.Dia mengatakan,
wilayah yang diklaim itu terletak di Desa Obe, Kecamatan Bikomi Nululat, Kabupaten Timor
Tengah Utara, Provinsi Nusa Tenggara Timur. Lahan itu diklaim oleh warga dari Distrik
Ambenu, Timor Leste, sebagai milik mereka dan mendapat protes keras dari warga Bikomi
Nunulat.Traktat 1904 tersebut, kata dia, berkaitan dengan pembagian wilayah kekuasaan
antara penjajah Belanda yang menguasai Timor bagian barat dan penjajah Portugis yang
menguasai wilayah Timor bagian timur yang kini dikenal sebagai negara Timor
Leste.Sebelumnya, Departemen Luar Negeri Indonesia telah mengirim surat protes kepada
pemerintah Timor Leste untuk meminta negara tetangga itu mematuhi perjanjian perbatasan
tiga wilayah yang masih dalam sengketa.“Sehubungan dengan penyerobotan lahan oleh
pemerintah Timor Leste di tiga wilayah yang masih disengketakan, Departemen Luar Negeri
telah mengirim surat protes kepada pemerintah Timor Leste,” kata Komandan Korem 161
Wirasakti Kupang Kolonel Inf Dody Usodo Hargo di Kupang.
Tiga daerah perbatasan yang masih disengketakan itu adalah Desa Manusasi, Kecamatan
Miomafo Barat, Kabupaten Timor Tengah Utara seluas 100 hektare (ha), Distrik Oeccuse-
Timor Leste, Desa Memo, Kecamatan Miomafo Timur dan Desa Noelbesi, Kecamatan
Amfoang Utara, Kabupaten Kupang seluas 1.036 ha.

Wilayah yang disengketakan itu tersebut, katanya, sesuai perjanjian antara Timor Leste dan
Indonesia, tidak boleh ada aktivitas apapun sebelum proses penyelesain berakhir.

Anda mungkin juga menyukai