Anda di halaman 1dari 6

RAGAM PEMBERDAYAAN KOMUNITAS MELALUI KEARIFAN LOKAL

1. Pemberdayaan kampung batuk taman sari di Yogyakarta


Batik merupakan budaya asli indonesia. Salah satu daerah yang masih
mengembangkan tradisi membatik berada di Yogyakartya, tepatnya di kampung
Taman Sari. Jaug sebelum menjadi tempat wisata, perkampungan Taman sari
semula adalah lokasi bagi istri Sultan Yogyakarta membatik.
Melalui pengembangan teknologi informasi pada era globalisasi, saat ini
kampung tersebut semakin di kenal baik wisatawan dalam negeri ataupun luar
negeri. Banyaknya wisatawan yang datang mampu meningkatkan pendapatan
masyarakat sekitarnya.

2. Pemberdayaan petani bakumpai di kabupaten barito kuala


Salah satu hal menarik dalam tradisi bertani petani bakumpai adalah
pemilihan lokasi pertanian dan sistem penanaman pada laham pasang surut yang
disebut tana. Dilihat dari segi geografis, lahan pertanian petani bakumpai
termasuk kategori rawa pasang surut tipe A, yakni lahan yang selalu di rendam air
baik pada saat pasang besar maupun kecil.

3. Pemberdayaan Suku Bajo


Salah satu lokasi tempat tinggal suku bajo adalah di pesisir pantai desa
torosiaje, kecamatan popayato, kabupaten pohuwato, provinsi dorontalo. suku
bajo dikenal masih memegang teguh kwarifan lokal. Kegiatan menanam kembali
mangrove bertujuan agar warga terbiasa melakukan reboisasi mangrove.
Rusaknya ekosistem laut akan berdampak pada menurunnya jumlah ikan
sedangjan ikan merupakan komoditas untama masyarakat suku bajo.

4. Pemberdayaan Masyarakat Kampung Naga


Kampung naga merupakan sebuah kampung adat di Jawa Barat yang
masih alami. Rumah serta bangunan yang terdapat di Kampung Naga masih
tradisional. Kampung Naga terletak di Desa Neglasari, kecamatan Salawu,
Kabupaten Tasikmalaya, Provinsi Jawa Barat. Kampung Naga masih memegang
teguh adat tradisi nenek moyang merek, dan menolak intervensi pihak luar yang
ingin merusak kelestarian kampung. Kampung Naga didirikan seiring dengan
masa penyebaran Islam oleh Sunan Gunung Jati, dan mayoritas penduduk
Kampung Naga adalah pemeluk agama Islam.
Masyarakat Kampung Naga membagi penggunaan lahan menjadi tiga
bagian sebagai berikut.
a. Kawasan suci, yaitu sebuah bukit kecil disebelah barat perkampungan yang
sering disebut hutan larangan. Hutan larangan berfungsi sebagai pengontrol
ekologis lingkungan di sekitar.
b. Kawasan bersih, yaitu kawasan yang bebas dari benda-benda yang mengotori
kampung baik sampah rumah tangga maupun hewan. Kawasan ini dibatasi
pagar bamboo.
c. Kawasan kotor, yaitu kawasan yang digunakan untuk kegiatan penunjang
kehidupan lainnya. Di area ini terdapat WC, kolam, dan kandang ternak.

Masyarakat menganggap segala sesuatau yang datangnya bukan dari ajaran


Kampung Naga dan sesuatu yang tidak dilakukan leluhur merupakan sesuatu
yang tabu. Oleh karena itu, ada beberapa hal yang ditolak oleh warga, salah
satunya menolak masuknya listrik.
Pemerintah melalui Kemendikbud dan Pusat Pengembangan Pendidikan
Nonformal dan Informal (P2PNFI) melakukan upaya pemberdayaan di wilayah
Kampung Naga. Tujuan program ini adalah menekan jumlah buta huruf
masyarakat. Dengan demikian, diharapkan pendudukan Kampung Naga dapat
memperoleh akses pendidikan meskipun hidup dalam tradisi yang kuat.
Lingkungan asri dan kekhasan cara hidup penduduk Kampung Naga
diberdayakan dengan cara mengembangkan pariwisata di Kampung Naga.
Penetapan Kampung Naga sebagai objek wisata selain bertujuan mengenalkan
keragaman budaya di Jawa Barat, diharapkan dapat menunjang perekonomian
warga setempat dengan banyaknya wisatawan yang berkunjungan.

5. Pemberdayaan Masyarakat Adat Deponsero Utara


“Hutan merupakan paru-paru dunia”. Anggapan tersebut tentu tidak
ber;lebihan mengingat hutan menjadi pemasok oksigen terbesar. Tapi hutan
beralih menjadi hutan produksi. Banyak penebangan liar, baik dalam skala kecil
maupun besar yang mengeksploitasi hutan secara berlebihan. Keadaan ini
disebabkan berbagai factor, salah satunya kurangnya pengawasan kelestarian
hutan.
Dikutip dari artikel dalam situs www.worldagroforestrycentre.org, masyarakat
Deponsero Utara telah mengenal sejumlah aturan adat yang berlaku turun-
temurun untuk melindungi kelestarian alam.ada sejumlah area yang ditetapkan
sebagai wilayah konservasi, kawasan perlindungan untuk air, serta kawasan untuk
dikelola guna memenuhi kebutuhan sehari-hari.
Masyarakat adat Deponsero Utara telah memberlakukan system pemanfaatan
lahan yang diatur menurut aturan adat. Kebiasaan masyarakat Deponsero
menanam pohon serta larangan segala bentuk aktivitas penebangan di wilayah
dekat sungai. Mereka meyakini bahwa pohon berguna untuk menjaga kualitas air
sekaligus mencegah erosi. Tidak hanya itui masyarakat Deponsero Utara juga
memiliki tempat-tempat keramat yang dilindungi dan tertutup untuk aktivitas
manusia dalam bentuk apapun.
6. Pemberdayaan Masyarakat Badui
Suku Badui merupakan salah satu suku yang tinggal di Provinsi Banten. Suku
Badui dibagi menjadi dua, yaitu Badui Luar dan Badui Dalam. Suku Badui Dalam
cenderung menolak pengaruh dari luar, sedangkan suku Badui Luar cenderung
lebih membuka diri terhadap pengaruh luar, termasuk menerima peralatan
teknologi.
Suku Badui terkenal sangat peduli terhadap kelestarian lingkungan alam.
Sebagai contoh, kebiaasan masyarakat Badui dalam menjada air agar selalu jernih
dan bersih sehingga bisa dimanfaatkan untuk kehidupan sehari-hari.
Upaya menjaga kebersihan sungai oleh suku Badui dilakukan dengan cara
membagi area dalam pemanfaatan sungai. Pembagian area sungai merupakan
sebuah konsep pelestarian sungai dengan memperhatikan daya pulih area.
Upaya masyarakat Badui menjaga kelestarian lingkungan alam juga terlihat
dari cara mereka membangun rumah. Masyarakat Badui menggunakan batu
sebagai penopang tiang-tiang utama rumah yang terbuat dari kayu.
Masyarakat Badui terkenal menjauhi barang-barang modern dalam kehidupan
mereka. Mereka lebih milih berjalan kaki untuk bepergian tradisi masyarakat
Badui yang mereka terapkan dalam kehidupan sehari-hari menjadi cara ampuh
menjaga kelestarian lingkungan.

7. Pemberdayaan Masyarakat Rawa Lebak


Rawa lebak adalah rawa yang bukan akumulasi air pasang, melainkan
limpasan air permukaan, baik di wilayah tersebut maupun wilayah sekitarnya
karena topografinya yang lebih rendah.
Beberapa penduduk memiliki mata pencaharian sebagai penangkap ikan dan
peternak itik atau kerbau rawa, bergerak disektor perdagangan, kerajinan, serta
jasa. Pada umumnya hampir seluruh penduduk rawa lebak berhubungan dengan
pemanfaatan sumber daya lahan.
Pada awalnya daerah rawa lebak hanya dijadikan tempat tinggal sementara
bagi para penebang kayu dan pencari ikan. Namun semakin lama komunitasnya
semakin bertambah, sementara kayu kayu yang ditebang semakin berkurang.
Masyarakat rawa lebak qtidak berupaya melawan alam, tetapi berusaha
menyesuaikan diri dengan alam di sekitarnya.
Usaha tanam padi yang dikembangkan di lahan rawa lebak sebagian besar
merupakan upaya untuk memenuhi kebutuhan sendiri. Dalam tradisi petani
Kalimantan, lahan rawa lebak yang ditanami padi pada musim hujan disebut
sawah barat. Jenis padi yang ditanam adalah padi surung. Adapun lahan lebak
yang ditanami padi pada musim kemarau disebut sawah timur. Jenis padi yang
ditanam adalah padi rintak.
Keberhasilan budi daya padi di lahan rawa lebak sangat bergantung musim,
khususnya pola hujan karena umumnya rawa lebak sering mengalami banjir.
8. Pembedayaan Suku Laut
Dikutip dalam http://kebudayaanindonesia.net, sebagian besar mata
pencaharian masyarakat suku Laut adalah nelayan. Suku laut merupakan salah
satu suku yang mendiami peraran Riau, Bangka, dan Belitung. Suku Laut
memiliki pola hidup cenderung nomaden.
Warga suku Laut memercayai memancing pada tengah malam akan
mendapatkan ikan lebih mudah. Suku Laut suka berakulturasi karena mereka
lebih banyak hidup di laut. Suku Laut mengandalkan bintang untuk menentukan
arah perahu saat mencari ikan. Pengetahuan suku Laut terhadap merupakan
strategi mereka dalam menghadapi masalah-masalah saat melaut.
Usaha pemberdayaan masyarakat suku Laut dilaksanakan oleh pemerintah.
Pemerintah memberikan bantuan alat rumah tangga, alat kerja, perahu mesin,
mesin jahit, dan hewan ternak hingga membangun perumahan, jalan lingkungan,
serta rumah ibadah. Sayangnya, beberapa warga suku Laut di antara mereka kerap
kembali ke laut.
9. Pemberdayaan Komunitas Pemuda
Dalam masyarakat terdapat banyak komunitas pemuda yang dapat
diberdayakan. Berikut beberapa komunitas yang mampu berkontribusi terhadap
masyarakat.
a. Komunitas 1001 Buku
Komunitas 1001 Buku merupakan organisasi nirlaba, sebuah jaringan relawan
dan pengelola taman bacaan anak. Latar belakang pembentukan komunitas ini
muncul dari keprihatinan atas kurangnya ketersediaan akses atas bahan bacaan
bagi anak-anak Indonesia. Komunitas 1001 Buku melakukan pengumpulan dan
pendistribusian bahan bacaan anak serta penguatan taman baca melalui saran
pengembangan kresativitas anak dari masyarakat. Anda dapat mencari informasi
melalui www.1001Buku.or.id

b. Komunitas jendela
Komunitas Jendela bergerak di bidang pendidikan anak, khususnya untuk
meningkatkan minat baca anak-anak. Basis Komunitas Jendela berada di Kota
Yogyakarta dan Jakarta.
c. Akademi Berbagi
Akademi Berbagi merupakan gerakan sosial nirlaba yang bertujuan berbagi
pengetahuan, wawasan, dan pengalaman yang bisa di aplikasikan langsung
sehingga para anggota bisa meningkatkan kompetensi di bidang yang telah
terpilih.

d. Save Street Child


Komunitas Save Street Child merupakan komunitas yang berupaya menjadi
wadah penggerak peduli terhadap permasalahan anak jalanan. Kegiatan komunitas
ini antara lain kampanye kepedulian tentang anak jalanan. Keterangan lebih
lanjut, mengenai komunitas ini dapat Anda tentukan pada situs
http://savestreetchild.org
Komunitas pemuda tersebut hanya sebagian kecil dari komunitas inspiratif di
Indonesia. Keberadaan komunitas pemuda membuktikan bahwa pemuda
Indonesia memiliki kepedulian terhadap lingkungan sekitarnya.

Anda mungkin juga menyukai