Anda di halaman 1dari 3

KEARIFAN LOKAL BANGKA BELITUNG

Di negara Indonesia, diakui adanya kearifan lokal dalam mengelola lingkungan hidup,
yaitu termuat dalam Undang-Undang No. 32 Tahun 2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan
Lingkungan Hidup (selanjutnya menggunakan istilah UUPPLH). Pasal 1 angka 30 UUPPLH
menjelaskan kearifan lokal adalah nilai-nilai luhur yang berlaku dalam tata kehidupan
masyarakat untuk antara lain melindungi dan mengelola lingkungan hidup secara lestari.
Kearifan lokal juga menjadi salah satu asas dalam perlindungan dan pengelolaan lingkungan
hidup yang dimuat dalam Pasal 2 huruf (l) UUPPLH dan diperjelas dalam penjelasannya, yang
dimaksud dengan asas kearifan lokal adalah bahwa dalam perlindungan dan pengelolaan
lingkungan hidup harus memperhatikan nilai-nilai luhur yang berlaku dalam tata kehidupan
masyarakat.
Sikap terhadap alam dan lingkungan tentu saja tidak dapat dilepaskan dari latar belakang
kebudayaan sebelumnya. Sastrosupeno menjelaskan bahwa hubungan antara manusia dengan
alam dan lingkungan sangat dekat dan erat sehingga tumbuh suatu kepercayaan, nilai lokal, atau
tradisi, hal itu berkaitan dengan aturan-aturan moral lokal yang diketahui oleh masyarakat dan
merupakan wujud dari kearifan local (Rahayu, 2016).

Masyarakat di Provinsi Kepulauan Bangka-Belitung pada umumnya dan di Kabupaten


Belitung pada khususnya, secara tradisional memiliki kearifan lokal yang terkait dengan ekologi
di mana mereka bermukim. Ada tiga kearifan lokal terkait ekologi yang bertujuan mencegah
terjadinya kerusakan lingkungan pada masyarakat Belitung ketika melakukan kehidupan
sosialnya. Ketiga kearifan lokal itu adalah “dukun kampung”, kelekak, dan hutan larangan.
Kearifan lokal tersebut merupakan nilai budaya yang diwariskan oleh para leluhur mereka.
Kabupaten Belitung yang berada di Pulau Belitung merupakan dataran rendah yang rentan
terhadap naiknya permukaan air laut, karena dapat berdampak tergenangnya daratan terutama
yang berada di tepi pantai, dan merembesnya air laut (intrusi) ke darat. Kerentanan dampak dari
naiknya permukaan laut disebabkan ketinggian daratan di kabupaten ini hanya berkisar antara 0-
500 meter di atas permukaan laut (dpl). Daerah paling tinggi adalah Gunung Tajam14 (500 meter
dpl). Dengan kondisi daratan yang begitu rendah, kehadiran kawasan mangrove— sebagian
besar ditetapkan sebagai hutan lindung pantai--untuk melindungi daerah ini dari pengaruh air
laut sangat signifikan. Selain itu, wilayah daratan Belitung bagian utara menghadap ke laut
bebas, yaitu Laut Cina Selatan, dan bagian timur menghadap Laut Gaspar dengan kecepatan
angin yang relatif kencang. Dengan kondisi itu, keberadaan mangrove menjadi perisai yang
dapat menghalangi tiupan angin dari arah laut menuju daratan. Manfaat mangrove dalam kondisi
demikian diakui oleh masyarakat yang bermukim di kawasan pesisir. Selain itu, wilayah
mangrove juga dijadikan seagai ekowisata berbasis kearifan lokal untuk meningkatkan ekonomi
masyarakat (Siburian, 2014).

Ekowisata berbasis kearifan lokal

Wilayah Bangka khususnya Bangka Barat, terdapat sebuah Desa Air Nyatoh, Kecamatan
Simpang Teritip. Sebuah desa yang kaya potensi lautnya, seperti cumi kering, ikan labak, terasi,
dan yang paling terkenal adalah ikan teri nasinya. Air Nyatoh juga lebih dikenal oleh masyarakat
luas sebagai Desa Seribu Bagan, karena di desa ini sepanjang perairan lautnya beberapa
kilometer terdapat lebih dari 200 bagan. Selain hasil lautnya, desa ini juga dikenal sebagai salah
satu daerah surga buah durian yang ada di Bangka Barat. Bahkan, ketika musim durian tiba, desa
ini memiliki kebiasaan yang disebut oleh masyarakat lokal sebagai “ngedamber durin”. Desa ini
sekaligus memiliki garis pantai yang panjang, cukup indah untuk dijadikan tempat istirahat
bersama keluarga (Ranto, 2017).
Kearifan lokal masyarakat sebagai nelayan di wilayah pesisir pantai.

Sumber :
Rahayu, D.P. 2016. Kearifan Lokal Tambang Rakyat sebagai Wujud Ecoliteracy di Kabupaten
Bangka. Jurnal Hukum IUS QUIA IUSTUM. 2(23) : 320 – 341.
Siburian, R. 2014. Kearifan Lokal Versus Kelestarian Mangrove: Upaya Menjaga Kawasan
Pesisir Kabupaten Belitung dari Kerusakan. Jurnal Masyarakat dan Budaya. 16(1) : 81
– 112.
Ranto, S. 2017. Mengeksplorasi Kearifan Lokal: Bertindak Lokal, Berpikir Global. Jurnal
Society. 5(2) : 100 – 104.

Anda mungkin juga menyukai