masyarakat hukum adat, Pemerintah Desa, BPD (Badan Permusyawaratan Desa), tokoh nelayan,
tokoh pemuda dan tokoh perempuan serta perwakilan dari BKSDA (Balai Konservasi Sumberdaya
Alam) Kabupaten Alor.
Tujuan dari pemetaan partisipatif ini adalah untuk memetakan potensi dan ancaman dalam
pengelolaan sumberdaya alam yang ada di Pulau Batang dan Pulau Lapang yang menjadi wilayah
Kerajaan Baranusa. Yang kemudian dilakukan inisiasi mendorong kembali upaya pengaktifan kearifan
lokal pengelolaan sumberdaya pesisir dan laut dengan Hadingmulung. Dari hasil pemetaan, dihasilkan
5 peta partisipatif. Diantaranya adalah:
1.
2.
3.
4.
5.
ROTE
Kearifan lokal juga dimiliki oleh masyarakat di Pulau ini, Sebut saja Hohorok yakni suatu regulasi
adat yang dimiliki oleh hampir setiap bagian di pesisir ini, yakni sebuah larangan untuk menggunaka
alat tangkap yang tidak ramah lingkungan dalam mencari hasil tangkapan. Ada hukuman yang sangat
besar menanti bagi siapapun yang melanggar aturan ini, sanksi yang diberikan dapat berupa denda
menyerahkan beberapa hewan ternak baik kambing maupun babi ataupun denda berupa uang jutaan.
Dan jika apes menimpa maka kombinasi dari kedua sanksi adat pun bisa dilakukan jika dipandang
perbuatan yang dilakukan sangat mengancam kelestarian sumber daya laut.
Selain itu masyarakat Pulau Rote juga mengenal adanya tempat yang dikeramatkan, dimana tidak
dibenarkan untuk melakukan kegiatan apapun di dakan sebuah kawasan perairan tertentu selain ritual
adat. Kawasan-kawasan khusus tersebut dikenal dengan nama Manelelo, dampak dari larangan yang
ada tersebut adalah terjaganya ekosistem di wilayah tersebut yang mendukung terjadinya proses
keberlanjutan serta kelangsungan sumber daya hayati yang ada di laut.