Anda di halaman 1dari 15

KEARIFAN LOKAL SUKU KEI

Oleh: Nura Syifa M.Aisya (1402630)

Mata Kuliah Pendidikan Lingkungan


Sekolah Pascasarjana Pendidikan Biologi
Universitas Pendidikan Indonesia
Latar Belakang
Indonesia kaya akan keanekaragaman dalam berbagai
hal, termasuk kaya akan sumber daya dan ekosistem

melahirkan manusia Indonesia yang sangat menyatu


dengan alam

Dari karakteristik alam yang beragam, menghasilkan


kebiasaan masyarakat yang beragam pula

Seiring berjalannya waktu, pola pikir masyarakat terus


berkembang dan menghasilkan pengetahuan-
pengetahuan baru

Pengetahuan-pengetahuan dan nilai-nilai tradisional


yang berkembang tersebut, terkadang memiliki
kekhasan di tiap daerah menjadi sebuah kearifan lokal.
Latar Belakang (lanjutan)

Kearifan lokal yang berisi warisan nenek moyang berupa


tata nilai kehidupan menyatu dalam bentuk religi, budaya
dan adat istiadat

Aturan-aturan yang mengokat kearifan lokal sangat pro


terhadap kelestarian lingkungan, misalnya SASI di
Maluku

Saat ini sasi yang masih sering dilaksanakan di maluku


tenggara khususnya suku Kei adalah Sasi Kelapa

Kelapa menjadi komoditas bagi suku Kei. Seirig


perkebangan penduduk, terjadi peningkatan
pengkonsumsian kelapa

Adanya upaya Sasi Kelapa sebagai konservasi terhadap


tanaman kelapadi daerah Kepulauan Kei
SASI DI MALUKU
Sasi adalah ketentuan baik tertulis maupun tidak tertulis yang
melarang pengelolaan sumberdaya alam di darat (hutan) dan
dilaut selama periode tertentu

Jenis:
Sasi utama,
yang dilaksanakan oleh seluruh warga desa seperti sasi laut
yang termasuk sasi ini adalah ikan, lola, mutiara, dll, sasi
sungai, sasi darat antara lain sasi hutan yang termasuk sasi
ini adalah kelapa, cengkeh, rotan, damar, dll, sasi binatang.
Sasi pribadi
Sasi agama
Maluku Tenggara
Luas Wilayah : 7.856,70 Km,
Luas daratan : 4.676,00 Km
Luas perairan : 3.180,70 Km

Luas Kep. Kei Kecil: 722,62 Km


Luas Pulau Kei Besar 550,05 Km.
Jumlah Pulau :25 buah pulau.
SUKU KEI
Kehidupan masyarakat tenggara
bersifat kosmis: masyarakatnya
merupakan bagian dari alam, tidak ada
pemisahan dari berbagai macam
lapangan kehidupan dan tidak ada
pemisahan antara kehidupan lahir dan
dunia gaib.
Orang Kei menyebut dirinya Evav,
artinya "pulau babi".
Suku bangsa Kei mendiami Kepulauan Pendapat lain : "Kei" berasal dari
Kei di Laut Arafuru, yang terdiri atas bahasa Portugis kayos yang artinya
Pulau Nuhucut, Nuhurowa, Kaidullah, "keras". Kemungkinan karena
Toyandu, Walir dan sejumlah pulau pulau-pulau tersebut terbentuk dari
lebih kecil di sekitarnya. batu-batu karang, dan ditumbuhi
pula oleh jenis-jenis kayu yang
keras.
Jenis Sasi Suku Kei

Sasi Tetauw
melindungi sesuatu pohon agar orang lain tidak mengambil hasil dari
pohon tersebut apabila sudah tua, selain pemiliknya. Tanda sasi berupa
sebatang tiang yang ditanam seperti tombak.
Sasi Walut
diberlakukan untuk melindungi suatu kawasan (dusun) Sagu, tanda sasi ini
berbentuk sebuah rumah kecil dengan ukuran 100 X 50 X 50 cm. didalam
rumah ini ditempatkan sepotong kayu berbentuk manusia.
Sasi Umum (Hawear)
diberlakukan untuk melindungi hasil alam tertentu. Tanda sasi ini yaitu
berupa anyaman daun kelapa putih pada sebatang tiang yang sudah
ditanam
Sasi Mitu
Sasi yang dipasang untuk menandai suatu tempat persembahan suci
yang dipasang oleh orang yang meyakininya, tanda ini bersiafat pribadi
dan tidak termasuk dalam kategori hukum sasi yang umum.
Tanda yang dipasang untuk melarang mengambil atau merusak sesuatu,
mis. larangan untuk mengambil buah-buahan atau hasil alam tertentu.
Juga ada dua contoh sanksi bagi pelangar sasi ini, yakni mitu wauw
bois diamana pelanggarnya akan menderita serangan hama babi hutan
terhadap tanaman kebunya dan mitu kamget, dimana penyakit alat
kelamin pelanggar akan membesar

Sasi yang muncul karena Agama dan Negara


Sasi peseorangan, diberlakukan oleh seseorang untuk melindungi
sesuatu yang menjadi miliknya yang kemudian dilaporkan kepada
kepala soa (marga), orang kaya (kepala kampong), tuan tanah (kepala
petuanan) atau seseorang yang memang ditunjuk untuk mengurus tugas
tersebut
Sasi gereja, yakni sasi yang diterapkan oleh sidang jemaat dan
diumumkan oleh gereja. Di kampung-kampung atau desa berpenduduk
Islam, juga dikenal sasi mesjid.
Sasi negeri, yakni sasi yang diberlakukan biasanya sebagai akibat
perselisihan antar kampung atau desa yang berbeda,
Sasi Kelapa Suku Kei
Di Kepulawan Kei Desa Nginglof, banyak terdapat pohon kelapa
dan Sasi kelapa pun masih dilakukan sampai saat ini. Secara
keseluruhan masyarakat memiliki persepsi positif terhadap
pelaksanaan sasi kelapa yang dilaksanakan di Ohoi mereka
(Renjaan, 2013).

Gagasan untuk mempraktekkan sasi kelapa di ohoi Ngilngof


diprakasai oleh leluhur sekitar abad ke 16-17. Pada awalnya,
leluhur merasa khawatir akan pemanfaatan pohon kelapa yang
terjadi di desa yang semakin meningkat. Dari kekhawatiran
tersebutlah sasi kelapa dibentuk.

Interpretasi masyarakat Ohoi Ngilngof bahwa sasi kelapa adalah


salah satu bagian dari hukum adat Larwul Ngabal yang wajib
dihormati, dijunjung dan dipatuhi
Keberadaan Hukum Sasi Kelapa
Bagi Masyarakat Suku Kei
Konservasi Ekologis dan Kearifan Lokal
Sasi kelapa dimaksudkan untuk menjaga kelestarian
taaman kelapa

Sanksi berupa denda:


Satu buah lela (meriam kuno) atau emas Kei 3 tahil.
Menanggung biaya perkara yang jumlahnya ditetapkan oleh
sidang Dewan Adat.
Bentuk hukuman lainnya yang besarannya disesuaikan dengan
pertimbangan sidang Dewan Adat.

*Dalam 20 tahun terakhir ini sudah tidak terjadi pelanggaran lagi. Hal ini
menandakan masyarakat semakin sadar dan semakin memahami makna
pelestarian sumberdaya alam dan lingkungan (Renjaan, 2013)
Kearifan Lokal dalam Mengelola
Kehidupan Masyarakat
Masyarakat ohoi Ngilngof sangat mengikuti aturan
dalam melaksanakan tradisi sasi kelapa

Warga masyarakat suku Kei memiliki pandangan


hidup di tanah Kei memiliki aturan-aturan yang harus
dilaksanakan dan dipatuhi, karena semua aturan yang
telah dilaksanakan dari generasi ke generasi dan telah
dicetuskan oleh leluhur adalah keharusan untuk ditaati
sehingga membawa kehidupan yang lebih baik

Fungsi sasi kelapa: melestarikan tanaman kelapa dan


memiliki fungsi dalam komunikasi sosial karena dalam
pelaksanaannya tidak terlepas dari keterikatan antar
masyarakat yang saling berinteraksi
Tantangan dan Ancaman Terhadap
Kearifan Lokal

Tantangan dan Ancaman yang dihadapi Suku Kei dalam


Melestarikan Sasi Kelapa:

Pemenuhan kebutuhan hidup yang meningkat


Kemiskinan dan kesenjangan
Akulturasi budaya asing
Modernisasi
Revitalisasi & Keberadaan Lembaga
Adat
Utan Enhov Utan
merupakan perhimpunan (semacam ferderasi) antara lembaga-
lembaga adat beberapa desa dalam hal-hal tertentu yang disepakati
bersama

Lor Enhov Lor


semacam lembaga federasi atau konferderasi anatar beberapa Raja
dari wilayah adat bersar (Ur Siuw Lor Lim) dalam berbagai hal
tertentu atau khusus yang disepakati bersama.

Mangohoi Utin
suatu lembaga adat khusus berdasarkan hubungan darah/keluarga
yang bersifat tertutup dan rahasia

Anda mungkin juga menyukai