Anda di halaman 1dari 7

SAPAAN KEKERABATAN

DALAM BAHASA INGGRIS DAN BAHASA TIONGHOA (DIALEK HOKKIAN)

SUATU ANALISIS KONTRASTIF

Tinjauan Pustaka :

Ada beberapa topik yang telah di bahas sebelumnya yang berhubungan dengan judul yang saya

ambil ini

- IVONE OHOITIMUR (2015) Sapaan Kekerabatan Dalam Bahasa Inggris dan Bahasa Kei

: Suatu Analisis Kontrastif. Dalam penelitiannya, dia menggunakan teori Ervin-Tripp dan

Burling yang di bagi berdasarkan jenis kelamin, tingkatan generasi, garis keturunan dan

usia. Persamaannya, sapaan kekerabatan Bahasa Inggris dan Bahasa Kei terbagi atas dua

kelompok besar yaitu kerabat konsanguinal dan kerabat afinal. Perbedaannya, dalam

Bahasa Kei prinsip umur merupakan elemen yang penting, sedangkan dalam Bahasa

Inggris hal tersebut tidak di perhitungkan.


- ERAWATI MBYANG (2004) Sapaan Kekerabatan Dalam Bahasa Inggris dan Bahasa

Saluan : Suatu Analisis Kontrastif. Dalam penelitiannya, dia menganalisis jenis-jenis dan

pengalihan istilah kekerabatan dalam kedua bahasa dengan menggunakan konsep Ervin-

Tripp dan Kridalaksana, dan membandingkannya dengan menggunakan teori Lado. Dalam

penelitiannya dia menemukan bahwa Bahasa Saluan memiliki delapan jenis istilah

kekerabatan berdasarkan istilah kekerabatan, nama diri, saudara kandung, kelahiran,

status perkawinan, pangkat, kata ganti orang, nama panggilan, dan nol; sedangkan dalam

Bahasa Inggris terdapat enam jenis, yakni : istilah kekerabatan, gelar, nama diri, pangkat,

bentuk nomina, dan nol.


- FAHRIA JAHJA (2006) Sapaan Kekerabatan dalam Bahasa Inggris dan Bahasa

Gorontalo : Suatu Analisis Kontrastif. Dia menggambarkan sapaan kekerabatan dari

kedua bahasa berdasarkan konsep Burling yang terbagi menjadi istilah konsanguinal dan

afinal yang dikategorikan berdasarkan jenis kelamin, generasi, garis keturunan, dan

perkawinan, kemudian membandingkannya dengan menggunakan konsep Lado.1


- YUNO LANGI (2006) Sapaan Kekerabatan dalam Bahasa Inggris dan Bahasa Tolour :

Suatu Analisis Kontrastif. Dalam penelitiannya, dia menggambarkan kedua bahasa

dengan menggunakan konsep burling dan Ervin-Tripp dan kemudian membandingkannya

dengan menggunakan konsep Lado.


- IVONE WUNGGULI (2000) Istilah Kekerabatan Dalam Bahasa Inggris dan Bahasa

Gorontalo : Suatu Analisis Kontrastif. Dia menggunakan teori Burling untuk

menguraikan data dan menganalisis data. Dia memaparkan istilah kekerabatan dari kedua

bahasa tersebut berdasarkan istilah konsanguinal dan afinal. Dia membagi istilah

kekerabatan kedalam jenis kelamin, tingkat generasi dan perkawinan.


- NOORVIATY HAKIM (1991) Kata Sapaan Dalam Bahasa Ternate dan Bahasa Inggris.

Dalam penelitiannya dia meneliti tentang kata sapaan yang digunakan dalam situasi resmi

dan tidak resmi yang ditandai dengan status yang disapa. Dalam penelitian tersebut ia

menggunakan teori Badudu, Harimurti Kridalaksana, Trudgill, Brown and Gilman, dan

Ervin-Tripp. Dia juga menggunakan pembagian system dari Ervin-tripp tentang

Alternative Rules.

Landasan Teori

- Burling (1970:27)
Membedakan istilah kekerabatan berdasarkan jenis kelamin, umur, generasi dan

perkawinan.
Jenis kelamin dibedakan dengan istilah male dan female.
Contoh :
Male (Laki-laki) Female (Perempuan)
Father Ayah Mother Ibu
Brother Saudara Laki-laki Sister Saudara

Perempuan
Son Anak Laki-laki: Daughter Anak Perempuan
Istilah kekerabatan yang berdasarkan pada generasi dibedahkan menurut generasi

lebih tua dan generasi lebih muda


Contoh :
Generasi lebih muda Generasi lebih tua
Son, Daughteranak laki-laki/perempuan Parents orang tua kandung
Nephew, Niecekemenakan laki-laki/perempuan Uncle paman
Aunt bibi
Burling juga mengelompokkan istilah kekerabatan kedalam empat kategori yaitu :
1. Istilah kekerabatan yang dipadankan dengan modifier in law atau step
Contoh :
Father ayah Father in-law mertua laki-laki
Step-father ayah tiri
Sister saudara perempuan Sister in-lawsaudara ipar perempuan
Step-sistersaudara tiri perempuan
Daughter anak perempuan Daughter in-law menantu perempuan
Step-daughteranak tiri perempuan
2. Istilah kekerabatan yang dipadankan dengan modifier grand atau great.
Contoh :
Grandmother nenek Great-grandmother ibudari kakek/nenek ego
Grandson cucu laki-laki Great-grandson cicit laki-laki
Granddaughter cucu perempuan Great-granddaughter cicit perempuan
3. Istilah konsanguinal
Istilah konsanguinal mengacu pada istilah-istilah yang menunjukkan adanya

pertalian darah atau hubungan darah antara ego dan para kerabatnya (Burling

1970:27).
Contoh :
Father ayah Brother saudara laki-laki
Mother ibu Uncle paman
Sister saudara perempuan Aunt bibi
4. Istilah afinal
Istilah afinal mengacu pada istilah-istilah kekerabatan yang menunjukkan adanya

hubungan kekerabatan yang terjadi karena adanya tali perkawinan (burling 1970

: 30)
Contoh :
Father in-law mertua laki-laki
Mother in-law mertua perempuan
Son in-law menantu laki-laki

- Robert Lado dalam Linguistics Across Cultures (1957:114)


Menyatakan bahwa analisis kontrastif adalah metode yang digunakan untuk

membandingkan unsur-unsur dalam dan luar dari dua bahasa yang berbeda untuk

menemukan persamaan dan perbedaan kedua bahasa yang diteliti.

- Trudgill (1974:105)
Menyatakan bahwa komunikasi terjadi dalam suatu konteks social. Konteks social

ialah konteks dari pembicara dalam hubungan peran dan status relative dari para

partisipan dalam suatu wacana. Kata sapaan dalam penggunaannya bervariasi dari

satu tempat ke tempat lainnya. Sebagai contoh ujaran yang digunakan antara

individu-individu dari status yang berbeda (misalnya berbeda dalam kelas social,

usia atau factor lainnya) akan bersifat formal pada individu-individu dengan status

yang sama.
Trudgill mengungkapkan bahwa bahasa seseorang selalu menunjukkan perbedaan-

perbedaan besar-kecil dari cara berbicara atau bahasa orang lain, dipengaruhi oleh

lingkungan sosialnya. Hal ini disebabkan karena bahasa digunakan oleh

penuturnya untuk berinteraksi didalam lingkungannya. Oleh karena itu bahasa

tersebut harus sesuai dengan norma dan kaidah yang berlaku didalam masyarakat

penuturnya .
Contoh yang baik dari pengaruh konteks social terhadap variasi bahasa sesorang

dapat terlihat pada penggunaan kata sapaan,, karena penggunaan kata sapaan,

selain tergantung pada latar belakang social penuturnya, tergantung pula pada
konteks social pertuturan terutama perbedaan status dan keintiman diantara

pembicaranya.

- Wardhaugh (1986:262)
Menggambarkan suatu keaneka ragaman factor social dalam menentukan

pemilihan kata, yakni pemilihan kata untuk peristiwa khusus, status social,

pangkat, jenis kelamin, usia, hubungan kekerabatan, hirarki kelompok kerja, status

transaksi ( hubungan doker-pasien), ras dan tingkat kekariban.


Dalam definisi wardhaugh ada beberapa hal yang harus diperhatikan ketika

seseorang hendak berbicara, yaitu apa yang hendak disampaikan, bagaimana cara

menyampaikannya, tipe kalimat, kata, ataupun bunyi yang paling tepat untuk

menghasilkan sebuah pembicaraan atau sapaan yang baik. Cara berbicara tersebut

termasuk didalamnya penggunaan kata sapaan yang menunjukkan sebuah bentuk

penghormatan yang sering disebut honorifik (penggunaan ungkapan atau sapaan

penghormatan dalam bahasa untuk menyapa orang tertentu)

- Ervin-Tripp dalam Fishman (1971:91)


Menyebutkan bahwa dalam menentukan kata sapaan pertama yang dilihat apakah

yang disapa itu seorang anak atau bukan. Dalam hal sapaan, jika yang disapa ialah

seoarang anak, batas usia dapat diabaikan. Seorang anak dikategorikan sebagai

seorang dewasa bila telah berusia 18 tahun dan yang telah menamatkan sekolahnya

dan berusia 16 tahun dapat dikategorikan dewasa apabila ia sudah bekerja.

Sehingga dapat dikatakan garis pembatasnya yakni usia.

- Ervin-Tripp (2009:7-10)
Melakukan penelitian terhadap kata sapaan yang digunakan oleh penutur bahasa

Inggris Amerika. Kata sapaan yang digunakan tersebut merujuk pada kata ganti

orang kedua.
Dari penelitiannya tersebut, ditemukan bahwa dua kaidah yang harus ada dalam

penggunaan kata sapaan, yaitu kaidah alternasi dan kaidah kookurensi.


Kaidah alternasi merupakan kaidah yang berkaitan dengan cara menyapa.

Kaidah ini berhubungan dengan digunakannya sesuatu bentuk kata sapaan

berdasarkan factor-faktor yang mempengaruhinya seperti situasi yang ditandai

oleh status, pangkat, dan perangkat identitas.

a. Situasi yang ditandai oleh status


Situasi yang ditandai oleh status merujuk pada latar atau tempat dimana

status dan gaya bicara ditetapkan dengan jelas, seperti diruang pengadilan,

ruang perkuliahan, dan ruang pertemuan lainnya. Dan latar tersebut, kata

sapaan tiap orang diambil dari identitas sosialnya, seperti Pak hakim dan

Pak ketua.
b. Pangkat
Pangkat merujuk pada tingkatan dalam suatu kelompok kerja. Tingkatan

tersebut juga merujuk pada perbedaan status, seperti Guru dan Murid.
c. Perangkat identitas
Perangkat identitas merujuk pada gelar dalam pekerjaan atau gelar

kehormatan. Orang yang memiliki gelar tersebut dapat disapa dengan

menyebutkan gelarnya saja, seperti Doktor dan Pastor.


Kaidah kookkurensi adalah kaidah kemunculan bersama bentuk sapaan yang

digunakan selama pembicaraan berlangsung. Misalnya, seorang pegawai yang

sedang berbicara dengan atasannya akan menggunakan bentuk sir.


a. Apabila lawan bicara dewasa, siuasi yang ditandai oleh status jelas, erangkat

identitas jelas, lawan bicara disapa dengan gelar + nama keluarga


b. Apabila pangkat identitas tidak diketahui dan berjenis kelamin laki-laki,

lawan bicara disapa Mr. + nama keluarga.


c. Apabila lawan berjenis kelamin perempuan sudah menikah, lawan bicara

disapa dengan Mrs. + nama keluarga, sedangkan apabila lawan bicara

tersebut belum menikah, lawan bicara disapa dengan Ms. + nama keluarga.
d. Apabila lawan bicara dewasa, situasi yang ditandai oleh status tidak jelas,

nama tidak diketahui, tetapi perangkat identitas diketahui, lawan bicara

disapa dengan gelar _ nama keluarga.


e. Apabila perangkat identitas tidak diketahui, lawan bicara berjenis kelamin

laki-laki, lawan bicara disapa Mr. + nama keluarga.


f. Apabila perangkat identitas tidak diketahui berjenis kelamin perempuan

serta sudah menikah, lawan bicara disapa Ms. + nama keluarga.


g. Apabila lawan bicara dewasa, situasi yang ditandai status tidak jelas, nama

diketahui, tidak memiliki hubungan kerabat, serta bukan teman sejawat,

perangkat identitas diketahui, lawan bicara disapa dengan gelar+nama

keluarga.
h. Apabila perangkat identitas tidak diketahui dan berjenis kelamin laki-laki,

lawan bicara disapa Mr.+nama keluarga.


i. Apabila perangkat identitas tidak diketahui dan berjenis kelamin laki-laki,

lawan bicara disapa Mr+nama keluarga.

Anda mungkin juga menyukai