Bab ini secara khusus akan menampilkan hasil penelitian tentang aruno
lahitolo mananol di Negeri Amahai. Beberapa hal pokok yang tertuang adalah
gambaran umum negeri, tahapan aruno lahitolo mananol dan nilai spiritual dalam
Lintasan sejarah Negeri Amahai tidak terlepas dari nama Amahai, karena
keduanya berkaitan satu sama lain. Secara etimologi kata Amahai terdiri dari dua
suku kata yaitu: Ama yang artinya bapak dan Mahai yang artinya hidup. Nama
Amahai sendiri telah ada sejak migrasi besar-besaran dari Nunusaku, yaitu kira-
kira pada tahun 1400 SZB2. Hal ini berawal dari serombongan besar orang dari
mengambil jalan ke arah timur kemudian menyebar ke selatan. Mereka terdiri dari
beberapa soa atau hena yang dipimpin oleh seorang Upu. Kumpulan Soa atau
1
Sejarah Negeri Amahai telah buat dalam satu buku bernama Amahai Dalam Lintasan
Sejarah, oleh panitia seminar sejarah Lounusa Maatita pada tahun 1991dan disimpan sebagai arsip
negeri.Buku ini tidak untuk diperjualbelikan, tidak dibagikan secara sembarangan, dan hanya
disimpan atau dimiliki oleh orang-orang yang punya kepentingan dalam urusan pemerintahan
negeri dan atau saniri negeri. Penulis mendapatkan buku ini atas izin dari pemerintah negeri,
namun diluar sana ada beberapa buku yang mengisahkan tentang sejarah lahirnya negeri amahai
dengan versi yang sedikit berbeda namun kurang lebih mirip atau sama. Namun untuk kepentingan
penulisan tesis ini, penulis memakai arsip yang dipegang oleh pemerintah negeri amahai hingga
saaat ini.
2
SZB: Sebelum zaman bersama.
3
Isitilah patasiwa merupakan istilah untuk menyebutkan pembagian kelompok di daerah seram.
Selain patasiwa dikenal juga patalima. Kedua istilah ini berasal dari dua suku kata yaitu pata yang
berasal dari bahasa asli yang seperti juga kata setaraf uli dan keduanya berarti kelompok atau
bagian. Siwa berarti sembilan, dan lima berarti lima. Jadi patasiwa adalah kelompok sembilan, dan
patalima berarti kelompok lima. Lih, Cooley, Mimbar Dan Takhta,118.
52
hena yang dipimpin oleh Upu mempunyai seorang pemimpin tertinggi yang
disebut Upu Latu sebagai atau orang yang pertama dan terutama atau orang yang
dituakan.
Selanjutnya, rombongan ini menyebar pada suatu daerah yang luas, mulai
dari Uwe terus ke Paurita (Kepala Wai Ruata), di teluk Elpaputi sampai Hatumete
di teluk Teluti. Maka pendeta adat atau maweng mengucap syukur pada Upu
Lanite bahwa orang tua mereka adalah Ama atau bapak masih tetap Mahai atau
hidup. Namun meskipun begitu, ada juga yang melafalkan negeri ini dengan
sebutan Amahei yang sesungguhnya berasal dari kalimat Ama Hei Nama
Namakala yang berarti bapak sejak dahulu kala, dan ada sebagian orang yang
menganggap bahwa kata Amahei ini berasal dari kata Emhei yang artinya asing
rasanya. Hal ini tidak muncul dari sebuah kekosongan melainkan dari sebuah
peristiwa pada tahun 1652, tepatnya dua ratus lima puluh tahun setelah migrasi
Amahai belum merupakan sebuah desa seperti saat ini. Amahai pada mulanya
merupakan satu Inama (berasal dari kata Ina yang artinya Ibu, dan ama yang
artinya bapak). Inama adalah suatu kekuasaan besar yang merupakan lembaga
besar pertama), dari saniri besar wae le telu (saniri besar tiga batang air yaitu tala,
eto, dan sapalewa), maka Pulau Seram dibagi atas empat Inama Besar, yaitu; (1)
mempunyai daerah kekuasaan dari Eti sampai Sapalewa; (2) Inama Hatumene.
53
Kepala Inama adalah Hahuinai berkedudukan di Muniali mempunyai kekuasaan
dari Sapalewa sampai Wai Makina; (3) Inama Tahisane. Kepala Inamanya adalah
sampai Wai Tala; (4) Inama Halulupesia, yaitu Amahai dan mempunyai daerah
kekuasaan mulai dari Wai Uwe, terus ke Paurita (Kepala Wai Rata) di teluk
Inama Halulupesia dikepalai oleh seorang Upu Ama atau Upu Latu, yang
adalah suku Wemale dari rumpun patasiwa. Pada waktu perpindahan pertama dari
terus ke daerah kekuasaannya. Upu Ama adalah sebagai pimpinan inama ini
Marekuti (Kepala Wai Pia), sebelum mereka mengalahkan Kepitan Marihuni dari
Patalima yang sejak beliau meninggakan Nunusaku telah membawa lari lambang
Patasiwa. Lambang itu bernama Manumeke, yang terdiri dari kus-kus putih
(makele puiro), kasturi raja (manu). Setelah kapitan Marihuni di kalahkan, barulah
mereka, menurut pembagian tiap-tiap hena atau soa. Pada waktu itulah mereka
bersumpah agar lambang Patasiwa yang mereka rebut itu akan dijaga baik-baik
54
kecil4 dibawah pimpinan Upu Ama sebagai kepala Inama. Amarele atau Saniri ini
dihadiri oleh para Upu dari berbagai hena/soa dan para maweng. Para Upu ini
Dalam saniri itu, mauweng mengucapkan doa pada Upu Elo Lanite – Upu
kahuresi leha banua (Tuhan Allah Langit Yang Maha Kuasa atas alam semesta),
karena sampai saat ini Upu Ama masih mahai. Maka Inama Halulupesia disebut
disebut Uli Batai, yang terdiri dari suku latikai, mauwene, matayana, dan suku-
suku lainnya. Suku-suku yang sudah membentuk hena atau soa atau juga Amano,
turun ke pesisir dan mendiami daerah-daerah pesisir Nusa Ina bagian selatan,
dibawah oleh padri Portugis, Fransiscus Xaverius sesudah beliau mundur dari
Maluku utara. Beliau menanam salib-salib hampir sepanjang pantai mulai dari
tanjung kuako daerah kekuasaan Inama Amahai sampai kekuasaan Inama Eti.
penduduk di Pulai Seran atau Nusa Ina. Dari Huamoal banyak orang berpisah
Tanjung Kuako. Dari sana barulah mereka diterima memasuki daerah kekuasaan
5
di Inama Amahai. Sesudah 1605 Amahai menerima kekuasaan Belanda,
4
Ini kurang lebih sama dengan sebuah pertemuan atau rapat.
5
Penulis menemukan sumber lain yaitu buku Sejarah Negeri Amahai; Lima Negeri
Bersaudara. Negeri-Negeri (Desa) Kecamatan Amahei dengan Sistem Adat dan Ulayatnya. Nusa
Ina Ambon Lease oleh B. Lokollo, menjelaskan bahwa pemerintahan Negeri Amahai secara resmi
terbentuk pada tahun 1605. Dalam buku tersebut juga terlihat ada sebuah perhitungan tentang
keberadaan negeri amahai. Bila diperhitungkan dengan rakyat amahai melalui terkumpul selama
satu generasi dari tokohnya yang pertama bernama leripatola tamanusa atau yang disebut sebagai
moyang pertama “bangsa Watimena Lokollo” – bagi bangsa timur secara ilmiah ditetapkan satu
generasi tiga puluh lima tahun, sedangkan bagi bangsa barat 50 tahun. Dengan demikian, Negeri
55
sehingga terbentuklah di Amahai suatu pemerintahan yang namanya “Regen van
kekuasaan Inama dari satu Hena kepada Hena yang lain silih berganti, yang pada
pesisir pulau.
Amahai secara astronomis terletak pada: 182,56 derajat bujur timur dan
3,215 derajat lintang selatan. Letak inilah yang menyababkan suhu di Negeri
Amahai sama seperti suhu pada negeri-negeri lain di pulau Ambon dan pulau-
pulau Lease. Jadi Amahai mengenal dua musim yaitu: Musim Timur pada bulan
Mei sampai Agustus, dan musim barat dari bulan Desember sampai bulan
Febuary. Kedua musim ini diselingi oleh dua pancaroba, yang pertama dari bulan
September sampai November dan yang kedua dari bulan Maret dan April. Pada
musim timur hujan cukup deras dan pada musim barat panas cukup terik.
Amahai mulai terbentuk kira-kira tahun 1605 dikurangi tiga puluh lima tahun sama dengan seribu
lima ratus tujuh puluh. Dengan kata lain, negeri amahai telah ada sejak tahun 1570.
6
Restorasi atau pembaharuan yang terjadi berkaitan dengan pihak yang berhak untuk mendapat
dan atau meneruskan tongkat kepemimpinan di Negeri Amahai.
56
Timur berbatasan dengan petuanan Negeri Elpaputih, kecamatan Amahai, sebelah
administratif negeri yang telah terkumpul pada tahun 2017 setidaknya dapat
diketahui bahwa jumlah kepala keluarga di Negeri Amahai adalah 578 KK,
Tabel 1.
Gambaran Jumlah Jiwa yang ada di Negeri Amahai
Jumlah Laki-laki 1139 Orang
Tabel 2.
Tingkat Pendidikan Masyarakat
No Laki-
Tingkat Pendidikan Perempuan Total
laki
57
3 SMU 418 387 805
4 AKADEMI 1 1 2
Dari pemaparan ini terlihat 52% dari masyarakat Negeri Amahai berijazah
SMU dan 17% berijazah S1 sebagai peringkat kedua tertinggi dari tingkat
menyesuaikan diri dengan perkembangan yang terjadi. Fakta lain dalam hal ini
juga terlihat bahwa banyak anak-anak yang pergi merantau dan menempuh
pendidikan diluar Negeri Amahai demi mendapatkan masa depan yang lebih baik.
Tabel 3.
Mata Pencaharian Masyarakat Negeri Amahai
NO Pekerjaan Laki-laki Perempuan Total
1 Tani 89 9 98
2 Nelayan 7 4 11
3 Guru 9 29 38
4 PNS 70 74 144
5 Pegawai Honorer 26 9 35
6 Penjual Pangan 1 13 14
58
7 Penjual Eceran 0 1 1
8 Kios 43 2 45
9 Industri Kecil 1 0 1
10 TNI/Polri 39 0 39
11 TKBM 13 0 13
12 Tukang Pijat 16 2 18
13 Koperasi 4 0 4
14 Wiraswasta 99 14 113
15 Supir/Ojek 18 0 18
16 Pendeta 2 1 3
17 Pensiunan 43 13 56
pekerjaan lain-lain memang tidak bisa diprediksikan secara jelas pekerjaan apa
terbanyak kedua di Negeri Amahai adalah Pegawai Negeri Sipil.Hal ini tentu
III.1.2.6. Agama
lagi menjadi warga gereja denominasi seperti Gereja Sidang Jemaat Allah dan
Pentakosta. Meksipun begitu, ada pula penganut agama lain seperti, Islam,
59
Tabel 4.
Agama Masyarakat Negeri Amahai
Agama Jumlah (orang)
Islam 8
Kristen 2178
Katolik 160
Hindu 6
Budha -
Jumlah 2352
kekeluargaan yang pertama dan yang paling mendasar adalah keluarga batih yang
terdiri dari ayah, ibu, dan anak namun sepanjang perjalanan hidupnya individu
pengertiannya merujuk pada suatu kesatuan mata-rumah atau klan yang juga
60
terdiri dari perempuan dan laki-laki yang belum menikah dan beberapa keluarga
bahwa teon dari tiap individu menandai asal leluhur dan keanggotaan dalam
klennya. Selain teon, ada juga istilah mara yang oleh masyarakat Amahai
Tingkatan yang lebih besar dari mata-rumah adalah soa. Soa biasanya
berisi beberapa mata-rumah. Negeri Amahai berisi kurang lebih enam belas mata-
rumah dan empat soa. Nama beberapa soa, mata-rumah dan teon-nya adalah
sebagai berikut:
Soa Loko
Soa Nopu
7
Karena latar belakang patriakhal yang dianut oleh masyarakat, semua anggota dari suatu
mata-rumah biasanya mengaku berasal dari satu moyang menurut garis keturunan ayah. Karena
itu, meskipun setiap wanita yang telah menikah dan masuk dalam mata-rumah suaminya harus
tetap mempertahankan dan memelihara hubungan baik dengan mata-rumahnya. Lih. Cooley,
Mimbar dan Takhta, 46.
8
Wawancara dengan Sdr. Lisa Hallatu (Staf Pemerintah Negeri) di Kantor Saniri Negeri
tanggal 22 Juni 2018.
61
- Lewenusa :
Soa Latu
- Mainassy : teuno
Soa Lessy
- Latarissa
- Sangaji
- Titaley
negeri. Gandongmerupakan bentuk kekerabatan yang terjalin antar dua atau lebih
negeri adat. Ikatan ini biasanya berasal dari tali persaudaraan para leluhur. Pela
merupakan bentuk kekebatan antar dua atau lebih negeri adat yang biasanya
terjadi karena sebuah kejadian di masa lalu. Negeri Amahai memiliki empat
negeri gandong dan satu pela. Empat negeri gandong dengan Negeri Amahai
biasanya dikenal dengan istilah “lima negeri bersaudara”. Lima negeri bersaudara
dalam urutannya yaitu Negeri Amahei, Negeri Rutah, Negeri Haruru, Negeri
62
Makariki, dan Negeri Soahuku. Sedangkan pela negeri Amahai adalah Negeri
Ihamahu.
Jenis pernikahan yang ada di Negeri Amahai yaitu; jenis kawin minta,
kawin lari, dan kawin manoa, yang ketiganya harus berujung berlangsungnya
ritual aruno lahitolo mananol.9 Dari ketiga jenis pernikahan ini, jenis kawin minta
merupakan jenis pernikahan yang sering dilakukan, garis besar tahapan kawin
minta yaitu ada sebuah kesepakatan melalui surat untuk keluarga perempuan
tentang akan adanya proses pelamaran. Setelah itu akan ada balasan dari pihak
perempuan untuk tidak atau disepakatinya tanggal lamaran. Ketika hari H (tanggal
Dalam proses lamaran itu pun, mereka berembuk tentang tanggal pernikahan dan
aruno lahitolo mananol10. Khusus bagi anak perempuan yang adalah anak Negeri
Amahai, ada acara adat penyerahan harta badan dan harta negeri atau yang lazim
diadakanlah acara pernikahan secara pemerintah dan gereja, dan lalu dilanjutkan
9
Wawancara dengan Sdr. Lisa Hallatu (Staf Pemerintah Negeri) di kantor saniri negeri tanggal
22 juni 2018.
10
Hal ini berlaku apabila yang pihak pengantin laki-laki adalah anak negeri amahai. Namun
pembicaraan tentang urutan pelaksanaan, dan hal-hal mengenai ritual aruno lahitolo mananol
dilakukan sendiri oleh mata-rumah laki-laki.
11
Wawancara dengan Sdr. Lisa Hallau (Staf Pemerintah Negeri) di kantor saniri negeri tanggal
22 Juni 2018.
63
Di sisi lain ada jenis kawin lari dan kawin manoa. Pengertian lari pada
hakekatnya sama dengan pengertian kawin lari diberbagai negeri adat di Maluku
Tengah. Namun ada sebuah kewajiban yang harus dipenuhi oleh pihak keluarga
laki-laki, yaitu “bayar harta” pada keluarga perempuan yang ketentuannya harus
diserahkan pada hari itu juga.12 Sedangkan kawin manoa yaitu jenis perkawinan
dimana anak laki-laki pergi dari rumah orang tuanya dan pergi tinggal serumah
13
bersama dengan anak perempuan di rumah orang tuanya. Ketiga jenis
pernikahan ini pada akhirnya harus melaksanakan ritual aruno lahitolo mananol
atau prosesi sarung baju mananol. Jika tidak demikian maka, istri dari si anak
laki-laki ini tidak punya hak sepenuhnya atas mata-rumah suaminya.14Pada point
berikut ini akan dijelaskan dengan detail tentang ritual adat aruno lahitolo
mananol.
Amahai, Maluku Tengah, artinya adalah prosesi sarung baju mananol yang
laki dan Negeri Amahai (jika pengantin perempuan berasal dari Negeri/desa yang
lain).Hal ini terjadi karena hakekat dilaksanakannya ritual ini adalah untuk
12
Wawancara dengan Sdr. Lisa hallatu (staf pemerintah negeri) di kantor saniri negeri tanggal
22 Juni 2018.
13
Wawancara dengan Sdr. Lisa Hallatu (Staf Pemerintah Negeri) di kantor saniri negeri tanggal
22 Juni 2018.
14
Wawancara dengan Opa Toppo Soparue (tokoh adat Negeri Amahai), di rumahnya tanggal
12 Juni 2018.
64
laki-laki, maka para undangan adalah beberapa pihak yang punya hubungan
mara. Satu mata-rumah juga terhimpun dalam satu soa, dimana satu soa terdiri
dari beberapa mata-rumah. Dari fakta ini dapat diketahui bahwa satu mata-rumah
sudah pasti punya hubungan kekeluargaan dan atau kekerabatan dengan mata-
rumah dan soa yang lain, karenanya secara tidak langsung satu mata-rumah
individu atau masyarakat Amahai. Hal ini juga yang disampaikan oleh informan;
Karena itu bukan hal aneh jika dalam setiap proses ritual adat khususnya ritual
Realitas ini telah terjadi bertahun tahun sejak diadakannya ritual aruno
lahitolo mananol, kira-kira sejak tahun 1605 tepat ketika soa dan pemerintahan
negeri telah ada. Sebelum masuknya agama dan terbentuknya Negeri, acara
Sebelum agama masuk acara kaweng seng sama kaya sakarang. Dong
biking kaweng masominta, jadi dong bawa tampa siri. Kalau keluarga
parampuang ambil tempat siri berarti pihak keluarga parampuang
15
Wawancara dengan Opa Toppo Soparue (tokoh adat Negeri Amahai), di rumahnya tanggal
12 Juni 2018. Informan menggunakan bahasa sehari-hari masyarakat maluku. Kata dong artinya
mereka.
65
stuju par masuk minta. Selesai abis tampa siri itu kalar, keluarga
parampuang bicara, Itu ada hari yang dong tentukan, lalu dong
keluarga parampuang kaskabar kalo dong bersedia. Lalu keluarga
laki-laki pigi ambel. Itu berarti proses perkawinan su jalan. Yang pi
ambel pengantin parampuang ini parampuang-parampuang mananol
atau dong pung anana mantu parampuang, sedangkan pengantin laki-
laki tunggu di rumah. Keluarga laki-laki yang pigi ambel parampuang
itu bawa tampa siri yang sama yang dong pigi kasi akang par keluarga
parampuang tuh. Lalu ada penghormatan kaya biasa, lalu dong
kasmaso di mata rumah, kapala mata rumah disitu untuk sombayang,
lalu dong kaspakemempelai parampuang tuh pung baju langsung dia
dudu.16
Amahai secara keseluruhan.17 Ritual ini dianggap sebagai hal pokok yang harus
dilaksanakan oleh anak adat laki-laki Negeri Amahai. Artinya berbagai bentuk
ritual adat ini18. Alasannya adalah; (a) Ritual ini merupakan suatu bentuk inisiasi
dalam masyarakat dan keluarga mempelai laki-laki; (b) Dalam ritual ini ada
setiap hari yang diatur dan dapat dimaknai dalam ritual ini; 19 (c) Ritual ini
16
Wawancara dengan Opa Toppo Soparue (tokoh adat Negeri Amahai), di rumahnya tanggal
12 juni 2018. Informan menggunakan bahasa sehari-hari masyarakat maluku. Kata seng sama kaya
sakarangmerujuk pada pengertian “tidak seperti sekarang” seng merujuk pada kata “tidak”; kata
kalar merujuk pada pengertian “selesai”; kata penghormatan yang dipakai merujuk pada
pengertian “salam” yang biasanya dipakai dalam sebuah acara; kata sombayang biasanya dipakai
untuk menjelaskan kegiatan doa baik secara pribadi maupun persekutuan, namun yang dimaksud
dalam kalimat ini adalah persekutuan doa (ibadah); sedangkan kaspake merujuk pada sebuah kata
kerja aktif yaitu “memakaikan”.
17
Wawancara dengan Opa Toppo Soparue (tokoh adat Negeri Amahai), di rumahnya tanggal
12 Juni 2018.
18
Kecuali kawin manoa karena dalam bentuk perkawinan ini, pengantin laki-laki yang
mengikuti istrinya. Hal ini disampaikan oleh sdri lisa (staf pemerintah negeri) dalam wawancara
yang dilakukan di kantor negeri amahai tanggal 22 Juni 2018.
19
Wawancara dengan Bpk. S. N. Lernaya (kepala saniri Negeri Amahai) di kantor saniri Negeri
Amahai tanggal 13 Juni 2018.
66
berguna untuk memperkenalkan hubungan-hubungan persaudaraan,
dan makna yang terkandung didalamnya mulai melemah. Ritual ini mulaidilihat
dalam tradisi tanpa mengenal nilai-nilai penting yang ada didalamnya.21 Hal ini
mengungkapkan jika kehadirannya dalam ritual ini (jika diundang) hanya untuk
memenuhi dan menghargai undangan dari pihak yang mengundang.22 Selain itu
beberapa keluarga hanya melihat ritual ini sebagai bentuk kewajiban dan
dilakukan agar tidak mendapat sanksi sosial.23 Mereka “mempraktiskan” ritual ini
sebagai bentuk penyembahan pada roh nenek moyang dan tidak sejalan dengan
ajaran agama.24 Pandangan ini tidak lagi menjadi rahasia di kalangan masyarakat.
Meskipun begitu, menurut beberapa informan ritual ini sama sekali tidak
67
katong terjemahkan akang dalam bahasa indonesia itu bukan
penyembahan. Ritual itu tetap dipertahankan karena punya tujuan
baik.25
Mananol itu bukan penyembahan par tete nene moyang, yang bahasa-
bahasa tanah itu cuma kaya penghormatan biasa lalu sebutkan nama
teon negeri, teon mata rumah, deng bilang maksud datang. misalnya;
hormatenya (yang terhormat)Upu Latu (bapak raja) lounusa maatita
(nama teon Negeri Amahai) pu’u lessy rumah iralo (nama mara atau
nama gelar laki-laki) teuno maserua rumahauro (nama teon mata-
rumah), dan seterusnya.26
Intinya tidak ada penyembahan dalam ritual ini, yang ada hanya
simbol untuk sebuah tanggung jawab deng legitimasi sebagai
masyarakat Negeri Amahai. Dolo-dolo itu tidak ada pencatatan sipil
tapi sifatnya sama dengan ritual mananol. Dalam mananol dikukuhkan
sebagai “warga negara” atau menjadi bagian dan mempunyai
tanggung jawab dari mata-rumah laki-laki dan warga masyarakat.27
Penyataan senada juga diungkapkan oleh upu latu (Raja Negeri Amahai),
25
Wawancara dengan Bpk. S. N. Lernaya (kepala saniri negeri amahai) di kantor saniri negeri
amahai tanggal 13 Juni 2018. Informan menggunakan bahasa sehari-hari maluku. kata biking
akang merupakan kata kerja aktif yang berarti mengerjakan, membuat, atau melaksanakan
sedangkan akang sama dengan kata “tersebut” yang berarti merujuk pada subjek yang dibicarakan
yaitu ritual aruno lahitolo mananol; kata bahasa tana adalah penyebutan kepada bahasa asli negeri
amahai.
26
Wawancara dengan Bpk. Emu hallatu (tokoh adat Negeri Amahai) di rumahnya tanggal 12
Juni 2018. Informan memakai bahasa sehari-hari masyarakat ambon. Kata tete nene moyang
merujuk pada leluhur. Tete sebagai opa, nene sebagai oma, oyang adalah moyang-moyang. Jadi
tete-nene moyang merujuk pada para orang tua yang sudah ada sejak dulu. Kata bahasa tanah
diartikan sebagai bahasa asli masyarakat negeri Amahai.
27
Wawancara dengan Bpk. M. Kakiay (kepala soa nopu) di kantor saniri Negeri Amahai,
tanggal 13 Juni 2018.
28
Wawancara dengan Bpk. F. Hallatu (Upu latu/Raja Negeri Amahai) di rumahnya tanggal 12
Juni 2018.
68
Dari beberapa pernyataan ini, dapat diketahui bahwa mereka yang pada
umumnya turut terlibat, mengetahui, dan mengerti rangkaian prosesi ritual ini
tidak menemukan sebuah bentuk penyembahan dalam ritual adat ini. Karena
seorang pendeta;
Pernyataan yang senada juga disampaikan oleh seorang pendeta senior yang sudah
Itu bukan sebuah bentuk penyembahan, tapi sebuah adat yang baik.
Adat ini punya nilai persekutuan dan Yesus juga ingin orang-orang
hidup dalam persekutuan dan bisa saling menerima. Mananol bukan
hanya sebuah adat melainkan sebuah keharusan sebagai anak-anak
adat untuk menjalaninya supaya ada kesadaran untuk tau kalo oh io
beta sudah masuk dalam keluarga itu dan beta telah diterima dalam
keluarga itu.30
Senada dengan pernyataan Pendeta Sar Latuny, seorang tokoh pemuda
menuturkan bahwa;
29
Wawancara dengan Pdt. M. Patirane (Ketua majelis jemaat GPM Amahai-Soahuku) di
pastori jemaat GPM Amahai-Soahuku tanggal 19 Juni 2018.
30
Wawancara dengan Pdt. Sar Latuny selaku seorang pendeta tua yang sudah berulang kali
mengikuti ritual adat ini. Wawancara dilakuan di rumahnya pada tanggal 20 Juni 2018.
31
Wawancara dengan Bpk. H. Pattiasina (tokoh pemuda) dilakukan di rumahnya tanggal 22
juni 2018. Informan memakai bahasa sehari-hari masyarakat ambon. Kata katong berarti kita; kata
pas merujuk pada kata “ketika”; kata bakubakalai identik konflik yang dapat berupa fisik maupun
batin seperti perkelahian atau keributan.
69
Berbagai pernyataan diatas memberikan pemahaman bahwa serangkaian ritual
adat seperti aruno lahitolo mananol yang tetap dipertahankan bukan merupakan
bentuk penyembahan kepada berhala melainkan sebuah doa yang dinaikan secara
kontekstual. Selebihnya hanya merupakan suatu upaya positif untuk individu dan
pada zaman dulu pasca peperangan. Tokoh adat pada zaman itu tidak peduli
konsep anak adat yang harus menggunakan dan melestarikan kebiasaan baik
dalam Negeri Amahai.33Hal ini dilihatUpu Latu sebagai sebuah cara mewujudkan
berusaha menjaga dan mewujudkannya.34Hal ini juga dilihat oleh salah satu tokoh
adat;
Nilai adat istiadat lebih banyak positif daripada negatif, tatanan adat
istiadat sudah dilakukan oleh nenek-moyang, mereka telah
memberikan nilai positif dan nilai hidup yang baik.35
Selain itu, ritual aruno lahitolo mananolyang telah dipraktekan sejak dulu,
memiliki beberapa konsekuensi jika hal ini tidak dilakukan, antara lain; mempelai
perempuan tidak mendapat hak dan menjadi bagian dari mata-rumah suaminya.
Hak perempuan mananol yang dimaksudkan adalah mendapat gelar dari mata-
32
Wawancara dengan mama En Lasamahu (perempuan mananol) di rumahnya tanggal 15 Juni
2018.
33
Wawancara dengan Opa Toppo Soparue (tokoh adat Negeri Amahai), di rumahnya tanggal
12 Juni 2018.
34
Wawancara dengan Bpk. F. Hallatu (upu latu/Raja Negeri Amahai) di rumahnya tanggal 12
Juni 2018.
35
Wawancara dengan Bpk. R.H. Latuny (laumuala puuno/penguasa laut), di rumahnya tanggal
15 Juni 2018.
70
rumah.36 Penjelasan ini muncul dari informan yang menjelaskan fakta pada waktu
dulu;
Untuk orang tua dulu-dulu ketika sudah ikuti mananol mereka tidak
lagi memanggil nama asli wanita itu, namun dipanggil dengan sebutan
ina atau nona (ditujukan pada perempuan) dan disambung dengan
gelar mata-rumah suami yang di sandang, itu satu kehormatan.37
perkenankan terlibat dalam acara adat yang dilaksanakan oleh mata-rumah suami
apalagi naik baileu dari pintu soa suami.38 Selain itu, mempelai perempuan juga
tidak diperbolehkan untuk makan diatas meja makan bersama keluarga suami.
Sedangkan pada beberapa kasus, keluarga besar dalam hal ini mata-rumah dan
soa dengan mempelai perempuan tidak saling kenal, dan tidak mengerti hubungan
Pertama, harus dilaksanakan pada hari kamis. Hal ini dilakukan karena baju
mananol harus dipakai oleh mempelai perempuan selama tiga hari dan dibuka
tepat pada hari ke tiga yaitu hari minggu karena mempelai perempuan dan
suaminya harus masuk gereja dan memberikan natzar sebagai bentuk pengucapan
36
Gelar mata rumah adalah sebuah nama teon mata rumah tersebut.
37
Wawancara dengan Bpk. S. N. Lernaya (Kepala saniri Negeri Amahai) di kantor saniri
Negeri Amahai tanggal 13 Juni 2018.
38
Pada baileu Negeri Amahai terdapat empat pintu yang mewakili empat soa yang berada
dalam negeri amahai. semua anggota mata-rumah dan soa diharapkan naik melalui pintu soa-nya
masing-masing.
71
kebangkitan dan kenaikan Yesus. Hal ini terkandung dalam argumen informan
sebuah pengucapan syukur keluarga kepada Tuhan Yang Maha Esa karena
Kedua, ritual ini dipraktekan oleh anak adat laki-laki, baik yang menikah
dengan sesama anak Negeri Amahai, maupun yang tidak. Jika mempelai
perempuan merupakan sesama anak Negeri Amahai, maka ritual hanya sampai
pada prosesi duduk lesa mananol, tetapi jika mempelai perempuan berasal dari
Pernikahan adat ini harus terjadi atas sepengetahuan dan kehadiran keluarga
besar, Lembaga adat, dan Badan Saniri Negeri. Komposisi keluarga besar itu
adalah mereka yang punya hubungan dengan mata-rumah, soa, dan hubungan
patrilineal. Meskipun begitu, pihak keluarga ibu dari mempelai laki-laki pun turut
ambil bagian dalam ritual ini. Hal ini dijelaskan oleh informan;
Orang yang datang itu pasti keluarga, yang punya keterikatan darah
juga hadir. Tapi kebiasaan orang Amahai juga selain yang punya
hubungan keluarga deng kerabat, lingkungan juga diundang dan yang
terjadi sekarang memang bagitu. Jadi kalo undang samua berarti
bukan satu soa saja tetapi ada banyak soa disitu, karena undang satu
lingkungan itu, tetap diperkenalkan.40
39
Wawancara dengan Bpk. Ben Lasamahu (tokoh adat) dirumahnya tanggal 12 Juni 2018.
40
Wawancara dengan Sdr. Lisa Hallatu (Staf Pemerintah Negeri Amahai) di kantor Saniri
Negeri tanggal 22 Juni 2018.
72
1. Nok
Tindakan ini sering disebut dengan buang suara atau nok. Hal ini telah
dilakukan sejak dulu karena pada zaman itu belum mengenal undangan tertulis.
yang diundang) merasa dihormati, diakui, dan diingini untuk dapat menghadiri
dituakan untuk ada dalam rapat rapat mata-rumah dan keseluruhan orang
2. Rapat mata-rumah
Mereka yang datang dalam rapat mata-rumah itu adalah anggota mata-
rumah, orang yang dituakan dalam mata-rumah, dan saniri soa. Ketika mereka
perempuan, siapa yang berdoa, dan segala hal yang berkaitan dengan ritual ini,
41
Penyebutan untuk cara mengundang orang ini di beberapa negeri adat berbeda-beda tetapi
untuk Negeri Amahai disebut nok.
73
telah diatur, mereka memberitahukan hasilnya kepada keluarga besar mempelai
perempuan.42
Pada hari rabu (H-1 ritual) malam, satu pasangan yang telah ditentukan
sesuatu yang berhubungan dengan apapua. 43 Apapua biasanya terdiri dari siri,
pinang, kapur, tabaku, sopi dan sageru. Apapua ini biasanya di letakan didalam
atiting atau keranjang berukuran sedang dan ditutup dengan kain merah. Setelah
untuk berdoa bersama pendeta untuk melandasi pelaksanaan ritual di esok hari.
Setelah itu, mempelai kembali ke rumahnya karena ketika ritual ini dilakukan
staf pemerintah negeri, saniri negeri dan pendeta. “Undangan lain” yang
diundang dengan menggunakan cara nok. Dalam ritual ini dikenal istilah kurhaji
atau yang dikenal dengan juru bicara tetapi menggunakan bahasa adat. Kurhaji
dalam ritual ini berjumlah tiga orang. Penulis mengandaikan ketiga kurhaji ini
rumah, kurhaji B adalah orang yang pergi menjemput dan mengantar mempelai
42
Wawancara dengan opa Toppo Soparue (tokoh adat), di rumahnyanya tanggal 12 juni 2018.
43
Wawancara dengan Sdri. I. Sopacuaperu (perempuan mananol) tanggal 14 Juni 2018 di
rumahnya.
74
perempuan ke rumah mempelai laki-laki dan baileu, sedangkan kurhaji C adalah
penghormatan adat yang disampaikan oleh kurhaji B kepada para tamu undangan.
Penghomatan ini bersifat umum, seperti ungkapan selamat datang para tamu
sekalian, dll namun diucapkan menggunakan bahasa adat Negeri Amahai. Setelah
rumahyang dimaksud dan telah lebih dulu memakai baju mananol. Sebagai
sesama perempuan yang masuk dalam satu mata-rumah yang sama, perempuan
perempuan telah menunggu didepan pintu rumah. Karena itu, kurhaji B juga
44
Perlu dipahami bahwa ritual mananol sama dengan ritual sarung baju sebagai bentuk
legitimasi dan integrasi ke dalam mata-rumah atau negeri. Karenanya mereka yang menyandang
gelar mananol adalah para istri dari anak laki-laki dari negeri amahai. Dalam paham ini, maka
hubungan mananol lama dengan si anak laki-laki adalah tante atau ua dan ipar, yang jika
dipasangkan dalam hubungan dengan uru mananol adalah hubungan ua atau tante, mama, ataupun
konyadu. Konyadu ini adalah sebutan untuk hubungan antar ipar.
75
Penghormatan dilakukan dengan menyebut teon mata rumah dan teon negeri.
Teon mata rumah diartikan sebagai sebuah nama kebesaran dari mata-rumah,
sedangkan teon negeri adalah nama kebesaran negeri atau nama negeri adat yang
kepada ayah saja melainkan juga teon mata rumah dan negeri dari ibu mempelai
pun terjadi. Mempelai perempuan digandeng di sisi kiri dan kanan oleh
mempelai perempuan telah sampai. Setelah itu, pasangan suami istri yang
pintu dan dibawa masuk ke dalam kamar yang telah disediakan untuk
rumah.46
45
Wawancara dengan Bpk. Emu hallatu (tokoh adat) dirumahnya tanggal 12 Juni 2018.
46
Pasangan suami istri yang dipandang sebagai kepala mata-rumah biasanya telah dipilih
dalam rapat awal untuk pelaksanaan ritual ini. Si suami biasanya adalah anak mata-rumah dan
istrinya adalah seorang perempuan mananol. Pasangan ini biasanya adalah para “tua-tua” yang
telah mengetahui dengan pasti hubungan dan relasi antara satu dengan yang lain dalam hubungan
kekeluargaan maupun kekerabatan.
76
4. Penyematan baju mananol
yang akan berlangsung untukuru mananol dan memohon kepada Tuhan agar
untuk menjaga dan menolong perempuan mananol baru dalam tugasnya yang
baru. 48 Setelah itu, bapak kepala mata-ruma keluar kemudian ibu mata-rumah
kepala mata-rumah? Alasannya adalah; (a) Karena Ibu kepala mata-rumah adalah
mananolyang nantinya akan berdampingan dengan dia; (b) Ibu kepala mata-
laki-laki. Dengan kata lain, perempuan mananol baru mendapat gelar mata-rumah
47
Wawancara dengan Bpk. Emu Hallatu (tokoh adat) di rumahnya tanggal 12 Juni 2018.
48
Wawancara dengan Bpk. Toppo Soparue (tokoh adat) di rumahnya tanggal 12 Juni 2018.
49
Mustika mata rumah adalah sebuah kain dengan lambang dan warna dari masing-masing
soa yang telah ditentukan dan dijahit berbentuk bulat atau oval. Biasanya dipakaikan pada bahu
perempuan mananol.
50
Kain salele yang dimaksud dalam ritual ini adalah kain sarung dengan corak warna merah,
yang jika dipakaikan ke perempuan mananol harus selutut si mempelai.
77
atau yang biasa disebut teon mata-rumah. Gelar mata-rumah ini merupakan suatu
5. Jamuan apapua
Ritual lalu dilanjutkan dengan makan apapua dan minum sopi atau sageru
yang dilayani langsung oleh mempelai perempuan. Hal ini perlu dilakukan
sebagai sebuah lambang untuk mengikat perempuan mananol yang baru dengan
Bage apapua deng sopi sageru itu untuk mengikat, kalau tidak antar
apapuaberarti orang seng bisa kanal dia (perempuan mananol yang
baru), harus ada jembatan untuk basa-basi untuk bisa berkenalan atau
memperkenalkan dia punya diri kepada orang yang datang.52
Dalam melayani para undangan, si mempelai akan ditemani oleh ibu kepala
perempuan mengantarkan makanan (apapua) yang terdiri dari siri, pinang, dan
kapur pada setiap undangan, ibu kepala mata-rumah harus memperkenalkan dan
dengan orang yang sedang dijamu lengkap dengan panggilan atau sapaan yang
tepat. Pengetahuan tentang jenis hubungan kekeluargaan apa yang terjalin antara
51
Wawancara dengan Bpk. Toppo Soparue (tokoh adat) di rumahnya tanggal 12 Juni 2018.
52
Wawancara dengan Bpk. Toppo Soparue (tokoh adat) di rumahnya tanggal 12 Juni 2018.
Informan menggunakan bahasa sehari-hari masyarakat Ambon. Kata bage merujuk pada sebuah
kata kerja yakni membagikan.
53
Wawancara dengan Bpk. Ben Lasamahu tanggal 13 Juni 2018 di rumahnya.
78
mananol baru dengan para keluarga yang datang harus diketahui oleh mananol
Mananol lama yang antar mananol baru harus tau parsis, bentuk
hubungan seperti apa yang terjalin antar mananol baru dengan orang
yang dikenalkan, karena mananol lama itu dia yang nanti kasi
kanalmananol baru untuk keluarga yang datang. Par bisa tau jenis
hubungannya apa, bisa katong kanal dari sapaan. Contohnya ini ua
(saudara perempuan ayah), atau wate (suami dari saudara perempuan
ayah), konyadu, ipar, dan lain-lain.54
sageru didampingi mempelai laki-laki. Pada saat prosesi ini, mempelai laki-laki
ditentukan pada saat pertemuan awal yang rata-rata hubungan mereka adalah
54
Wawancara dengan Bpk. Toppo Soparue (tokoh adat) di rumahnya tanggal 12 Juni 2018.
Informan menggunakan bahasa sehari-hari masyarakat ambon. Kata tau parsis merujuk pada kata
mengetahui dengan pasti; Kata kasi kanal merujuk pada kata kerja memperkenalkan; kata par
berarti “untuk” atau “agar”, jadi kata par bisa tau artinya “agar dapat mengetahui.
55
Wawancara dengan Sdr. Lisa Hallatu (staf pemerintah Negeri Amahai) di kantor saniri
negeri tanggal 22 Juni 2018.
56
Wawancara dengan Bpk. Toppo Soparue (tokoh adat) di rumahnya tanggal 12 Juni 2018.
79
dari adik laki-laki si ibu kandung mempelai laki-laki yang nantinya akan mewarisi
makanan khas masyarakat Maluku, atau yang biasa dikenal dengan istilah
makanang hari-hari seperti jenis ubi-ubian, papeda, sayur hijau, beberapa jenis
olahan ikan dan buah-buahan seperti pisang. 57 Di meja itu menurut informan,
Kepala mata-rumah dan orang tua yang dituakan yang ada disitu
memberi nasihat dan mengingatkan hubungan bersaudara, bakonyadu,
dia punya kewajiban untuk menasihatkan dan mengingatkan mananol
baru agar tetap menjaga hubungan keluarga yang telah terjalin, intinya
pada saat itu, secara tidak langsung ada nasihat-nasihat dan
pengenalan disampaikan.58
Semua jenis makanan ini, harus dicicipi oleh mempelai perempuan tanpa
terkecuali. Untuk mensiasati hal tersebut oleh ibu kepala mata-rumah, makanan
lesa mananol itu dibuat senyaman mungkin agar si mempelai menjadi terbiasa
sedang berlangsung. Tak jarang ada beberapa perkenalan dan basa-basi untuk
Duduk bersama dalam lesa mananol adalah tahapan terakhir dari ritual ini
apabila mempelai perempuan adalah sesama anak Negeri Amahai. Namun jika
mempelai perempuan bukan berasal dari Negeri Amahai, maka ritual ini harus
57
Wawancara dengan oma Tet Hallatu (perempuan mananol) dirumahnya tanggal 12 Juni
2018.
58
Wawancara dengan Bpk. Toppo Soparue (tokoh adat) di rumahnya tanggal 12 Juni 2018.
80
yang temani oleh pasangan kepala mata-rumah, perempuan mananol lama yang
dan undangan yang hadir di rumah mempelai laki-laki. Dalam hal ini, staf
pemerintahan negeri dan badan saniri negeri telah lebih dulu pergi ke baileu untuk
mendapat legitimasi sebagai anak adat Negeri Amahai, dengan kata lain adanya
pengakuan dari negeri sebagai anak adat. Hal ini disampaikan oleh informan;
Baileu itu diibaratkan sebagai negeri kecil. Disini ada lembaga adat,
saniri negeri, dan masyarakat yang memakai tempat ini untuk
berkumpul.59
telah menunggu mereka di depan pintusoa yang ada di baileu. Baileu Negeri
Amahai sesungguhnya memiliki empat pintu yang melambangkan empat soa yang
ada dalam Negeri Amahai, jika individu ingin masuk di Baileu pada saat ritual
adat berlangung, ia diharuskan naik melalui pintu soanya sendiri. Ketika sampai
di depan pintu soa, tanya jawab tentang maksud kedatangan para rombongan
Baileu. Setelah naik, kurhaji B menjelaskan maksud apa yang dibawa oleh
59
Wawancara dengan Bpk. Ben Lasamahu (anggota saniri negeri) tanggal 13 Juni 2018
dikediamannya.
60
Wawancara dengan Bpk. S. N. Lernaya (kepala saniri Negeri Amahai) di kantor saniri
Negeri Amahai tanggal 13 Juni 2018.
81
rombongan (dalam hal ini apapua). Setelah itu apapua diletakan di jantung
duduk, mempelai perempuan dibantu oleh ibu kepala mata-rumah dan beberapa
mananol lain menyipkan siri, pinang, kapor, sopi dan sageru dalam tempat siri
khusus raja dan memberikannya kepada Upu Latu. Setelah itu, dilanjutkan dengan
pembagian apapua tersebut kepada semua orang yang naik di atas baileu.
kepada Upu Latu untuk memberikan wejangan atau nasihat kepada kedua
Amahai yang juga bertanggung jawab untuk menjaga nilai-nilai positif dalam
kepada si mempelai perempuan yang telah menjadi anggota baru dalam kehidupan
satu mata-rumah, semuanya harus diingat agar dapat diketahui oleh generasi-
generasi selanjutnya62. Setelah semua itu selesai, akan ada doa penutupan oleh
pendeta adat atau maweng dan dilanjutkan dengan kurhaji B yang berpamitan
badan saniri untuk mengambil bagian dalam acara makan bersama yang telah
disiapkan oleh keluarga (hal ini bersifat situasional). Jika ada acara makan
61
Jantung negeri adalah sebuah pahatan berbentuk jantung yang diletakan dan menonjol
dibagian bawah sebuah meja yang diletakan tepat di tengah-tengah baileu Negeri Amahai.
62
Wawancara dengan Bpk. F. Hallatu (Upu latu/Raja negeri Amahai) di rumahnya tanggal 12
Juni 2018.
82
bersama yang dilakukan oleh keluarga, maka acara tersebut akan dibuka dengan
ritual ini dilaksanakan adalah ia tidak boleh keluar rumah selama tiga hari dan
tidak diizinkan melepaskan pakaian tersebut selama tiga hari. Setelah tiga hari
memakai baju itu, tepat pada hari minggu baju hitam yang dipakai mempelai
perempuan dilepas oleh ibu mata-rumah dan diberikan kepada sepupu perempuan
Sedangkan kain sarung menjadi milik sendiri dan tidak boleh digunakan oleh
siapapun selain mempelai perempuan. Setelah itu, kedua mempelai pergi ke gereja
Amahai yang tidak terbatas pada keluarga batih melainkan kolektivitas mata-
rumah yang punya hubungan kekerabatan dan kekeluargaan dengan mereka. Hal
Ritual ini penting par keluarga, kalau seng ada ritual sarung baju
katong keluarga sandiri dan katong pung bini cuma tau keluarga-
keluarga yang dekat atau yang satu fam saja, acara-acara bagini bagus
supaya dong tau keluarga tuh yang mana. Karena dari situ bisa saling
bakubantu kalo ada susah, laeng lia laeng.64
63
Wawancara dengan Bpk. H. Pattiasina (tokoh pemuda) dilakukan di rumahnya tanggal 22
juni 2018.
64
Wawancara dengan Bpk. Toppo Soparue (Tokoh Adat) di rumahnya tanggal 12 Juni 2018.
83
Artinya, mempelai perempuan juga harus mengetahui bahwa hubungan orang
basudara tidak hanya berdasar pada hubungan darah atau gen melainkan melebihi
ikatan itu. Pemaknaan ini juga seharusnya tidak hanya dirasakan oleh mempelai
ritual. Hal ini tertuang juga dalam pernyataan seorang informan bahwa mananol
adalah upaya kumpul orang basudara dalam kesadaran sebagai orang basudara
65
yang saling menghargai satu sama lain, dan menjadi sebuah media
Untuk lebih memahami, berikut ini akan dibahas beberapa nilai dan makna
yang terkandung dalam ritual aruno lahitolo mananol yang secara tidak langsung
faslafah orang basudarayang identik dengan nuansa kumpul dan gayahidop orang
1. Saling memiliki. Nilai ini muncul dalam tahapan pertama ritual yakni
65
Wawancara dengan Bpk. H. Pattiasina (tokoh pemuda) dilakukan di rumahnya tanggal 22
juni 2018.
66
Wawancara dengan Pdt. Sar Latuny selaku seorang pendeta senior yang sudah berulang kali
mengikuti ritual adat ini. Wawancara dilakukan dirumahnya pada tanggal 20 Juni 2018.
84
dilakukan oleh seseorang (dari yang punya hajatan) dengan menggunakan
baju cele67. Cara ini dipraktekan oleh masyarakat Maluku sejak dahulu,
mengundang orang.
mengundang sanak saudara yang lain untuk hadir dalam ritual aruno
lahitolo mananol. Artinya, nok tidak hanya berlaku bagi keluarga inti
dijelaskan sebelumnya.
lain dalam hal ini pihak yang diundang. Tindakan ini memberikan suatu
serta punya ingatan bersama sebagai orang basudara. Hal ini tentu saja
67
Baju cele adalah baju khas masyarakat Maluku yang identik dengan warna merah bercorak
kotak-kotak. Baju ini biasanya dipakai dalam acara-acara adat.
85
Pandangan ini juga dituturkan oleh Upu Latu bahwa dengan
hubungan antar satu dengan yang lain, ia akan merasa dihargai, dianggap
(solider) yang keduanya berkaitan satu sama lain. Nilai ini muncul
ritual, mulai dari alur yakni; pembagian tugas kepala mata-rumah; tugas
orang basudara yang hadir, sampai hidangan yang nanti akan di sajikan.
Dalam konteks ini muncul sebuah keunikan yakni orang basudara yang
tenaga dalam pelaksanaan ritual. Hal ini berarti individu yang hadir
mengatakan bahwa;
Orang banyak liat ritual ini dari sisi ekonomi sehingga putuskan
seng usah biking. Tapi sebenarnya nilai hidop orang basudara tu di
68
Wawancara dengan Bpk. F. Hallatu (Upu Latu/Raja Negeri Amahai), di rumahnya tanggal
12 Juni 2018.
86
situ, orang tatua dolo-dolo biking akang. Karna ritual itu jadi jua
atas kesepakatan keluarga. Kalo ada kurang bahan, nanti dong
datang bawa sesuai dong kebutuhan. Biar akang patatas saisi tapi
dong saling menopang, saling bakutopang supaya ritual itu tetap
dijalankan.69
Artinya informan memberikan penegasan pada gaya hidup orang
basudara yang telah dipraktekan sejak dulu oleh leluhur Negeri Amahai.
memiliki kemampuan dan dapat berguna bagi diri sendiri dan orang di
sekeliling mereka.
69
Wawancara dengan Pdt. Sar Latuny anak negeri amahai yang sudah bertahun-tahun
mengikuti dan melayani dalam ritual aruno lahitolo mananol. Wawancara ini dilakukan di
rumahnya tanggal 20 Juni 2018. Wawancara menggunakan bahasa sehari-hari masyarakat Maluku.
Kata orang tatua dolo-dolo merujuk pada para leluhur karena kata orang tatua berarti “orang tua
yang terdahulu; Kata patatas dan saisi merupakan dua kata berbeda, patatas adalah jenis ubi-ubian
yang ada di Maluku, sedangkan saisi merujuk pada jumlah buah tersebut yang berarti satu buah,
atau buah yang sedikit.
87
menghargai, mengajar dan menjaga mempelai perempuan. Hal ini
mengurus uru mananol (calon perempuan mananol) yang lain. Selain itu,
seorang istri, dan ibu ia harus mengenal dan memahami gaya hidup dan
70
Wawancara dengan Bpk. F. Hallatu (Upu Latu/Raja Negeri Amahai), di rumahnya tanggal
12 Juni 2018.
71
Wawancara dengan Bpk. N. Sedubun (Mph Sinode GPM) tanggal 10 Juli 2018 di Kantor
Sinode Gereja Protestan Maluku.
72
Wawancara dengan Bpk. S.N. Lernaya (Kepala Saniri Negeri Amahai), tanggal 13 Juni 2018
di kantor saniri Negeri Amahai.
88
menjadi formalitas semata karena dinilai menyusahkan keluarga. Hal ini
hari.
tiba di rumah mempelai laki-laki. Pada saat itu ibu kepala mata-rumah
73
Wawancara dengan Bpk. R. A. Latuny (laumula puuno/penguasa laut) di rumahnya tanggal
15 Juni 2018.
89
menggandeng mempelai perempuan dan mengantarnya masuk ke dalam
sebaliknya.
ibu pada hari ketiga. Tindakan ini punya makna tertentu, seperti yang
dijelaskan informan;
Bawa nai ke baileu untuk kasi masuk dia sebagai bagian dari
Negeri Amahai dan memberi nama teon negeri Lounussa Maatita,
atau sebagai anak negri tete-nene-moyang su kanal dia bagian dari
keluarga besar Amahai.75
74
Wawancara dengan Bpk. Toppo Soparue (Tokoh Adat), tanggal 12 Juni 2018 di rumahnya.
75
Wawancara dengan Bpk. Toppo Soparue (Tokoh Adat), tanggal 12 Juni 2018 di rumahnya.
90
perempuan telah menjadi bagian dari Negeri Amahai. Selain itu, diatas
baileu juga terjadi beberapa proses yakni; menjamu orang basudara yang
ada dalam baileu dengan apapua yang menjadi simbol ikatan dan
persekutuan dan juga pemberian nasihat oleh Upu Latu. Tahapan ini
Pada saat su biking mananol itu, dia juga harus melihat keluarga.
yang dimaksudkan adalah bukan saja laki-laki dan perempuan yang
dipersatukan dalam pernikahan tetapi juga ketika menikah itu
saudara-saudara juga merupakan bagian dari keluarga besar
tersebut.76
dirinya sendiri.
76
Wawancara dengan Bpk. F. Hallatu (Upu Latu/Raja Negeri Amahai), di rumahnya tanggal
12 Juni 2018.
91
orang-tua dalam memberikan contoh yang baik kepada anak-anak, salah
hal ini terjadi karena kurangnya interaksi antara orang tua dengan
penekanan sikap yang harus lebih dilihat dan dimiliki oleh orang tua.
Tindakan membimbing juga ada ketika sesi nasihat di atas baileu oleh
Upu Latu. Dari pengakuan informan isi petuah atau nasihat Upu Latu
yaitu;
77
Wawancara dengan Pdt. M. Patirane (KMJ Jemaat Gpm Amahai-Soahuku) di pastori Jemaat
GPM Amahai-Soahuku tanggal 19 Juni 2018.
78
Wawancara dengan Sdr. Lisa Hallatu (Staff Pemerintah Negeri Amahai) di kantor Negeri
Amahai tanggal 22 Juni 2018.
92
Bapa Raja kasi nasihat agar masyarakat bisa menerima perempuan
mananol dan sebaliknya, kehidupan harus baik dengan keluarga,
kaweng suami berarti kaweng samua, kasi erat ikatan persaudaraan
lalu jangan hilangkan adat.79
kepadanya dan semua individu yang hadir. Dapat dilihat ritual ini
individu yang mengikuti ritual itu digiring untuk memaknai makna cara
hidop orang basudara yang harus saling menopang satu sama lain.
apalagi musuh.
mengasihi satu sama lain. Faktor yang turut menopang nilai ini adalah
79
Wawancara dengan mama En Lasamahu (perempuan mananol), dirumahnya tanggal 15 Juni
2018.
80
Wawancara dengan Pdt. Sar Latuny, di rumahnya tanggal 20 Juni 2018.
93
identitas diri yang merujuk pada pengenalan diri individu ketika berada
antar ipar, sedangkan ipar adalah sapaan istri kepada saudara suami atau
sedangan wate adalah sapaan anak kepada suami saudara perempuan ayah
atau ibu. Selain itu, ada juga perbedaan saudara ayah dan ibu antara yang
lebih tua dan yang muda. Anak menyapa saudara laki-laki yang lebih tua
dengan sebutan papa tua dan saudara laki-laki yang lebih muda dengan
sapaan om, saudara perempuan yang lebih tua dengan sapaan ua dan yang
tertentu yang berlaku dalam masyarakat. Hal itu bertujuan agar individu
81
Wawancara dengan Bpk. H. Pattiasina (tokoh pemuda) dilakukan di rumahnya tanggal 22
juni 2018.
94
dapat saling menghargai satu sama lain, seperti yang disampaikan Upu
Latu;
karena realitas kekinian orang basudara selalu identik dengan gaya hidup
82
Wawancara dengan Bpk. Toppo Soparue (Tokoh Adat), tanggal 12 Juni 2018 di rumahnya.
83
Wawancara dengan Bpk. F. Hallatu (Upu Latu/Raja Negeri Amahai), di rumahnya tanggal
12 Juni 2018.
84
Wawancara dengan Bpk. H. Pattiasina (tokoh pemuda) dilakukan di rumahnya tanggal 22
juni 2018.
95
Dalam ritual ini, katong bisa tau silsilah keluarga, kalo katong tau
silsilah keluarga itu maka katong akan tau katong punya sudara.
Nah ini bagus dan berguna untuk katong kerukunan, dalam artian
mananol bisa merekatkan deng bisa mengingatkan dong tentang
orang basudara.85
Kalau ana-cucu deng orang tatua seng tau sudara, dong seng ada
sopan santun, makanya bisa saja ada konflik. Hal ini pernah terjadi,
padahal ketika baktutanya-bakutanya ternyata ini dong punya
sodara sandiri.86
basudara yang saling mengenal dan saling menghargai satu sama lain.
85
Wawancara dengan Bpk. Ben Lasamahu (Anggota Saniri Negeri) tanggal 13 Juni 2018 di
rumahnya.
86
Wawancara dengan Bpk. S.N. Lernaya (Kepala Saniri Negeri Amahai) tanggal 13 Juni 2018
di kantor saniri Negeri Amahai. Beberapa kata-kata informan merupakan bahasa sehari-hari
masyarakat Maluku, kata bakutanya-bakutanya diartikan dengan sikap mencari tahu sesuatu yang
berhubungan dengan subjek yang dibicarakan.
87
Wawancara dengan Pdt. Sar Latuny, di rumahnya tanggal 20 Juni 2018.
96
yang dikenal dengan istilah makanang hari-hari atau makanang kampong
seperti papeda, nasi, aneka olahan ikan, sayuran hijau seperti kankung,
perempuan dan setiap individu pada saat itu dilatih untuk hidop apa-
88
Wawancara dengan Pdt. Sar Latuny selaku seorang pendeta tua yang sudah berulang kali
mengikuti ritual adat ini. wawancara dilakuan di rumahnya pada tanggal 20 juni 2018.
97
pemaknaan hidup orang basudara yang tidak selalu berfokus pada
Disisi lain, lesa mananol juga berfungsi sebagai media penegasan juga
pemulihan orang basudara.89 Hal ini dapat terjadi karena lesa mananol
Artinya dengan duduk dan berbincang bersama, satu tampa garam, satu
sama lain dan dapat kembali menegaskan kembali ikatan mereka sebagai
orang basudara.
III.4. Rangkuman
Bab ini telah membahas hasil temuandi lokasi penelitian, adapun beberapa
hubungan harmonis.
2. Makna filosofis dalam ritual ini adalah orang basudara yang dilihat
sebagai kata sifat yang mengartikan suatu keadaan dan gaya berkehidupan
89
Wawancara dengan mama En Lasamahu (perempuan mananol), di rumahnya tanggal 15 Juni
2018.
98
Karena hasil penelitian mengungkapkan kolektivitas mata-rumah disebut
sebagai orang basudara yang tidak hanya berasal dari integral mata-
rumah dalam hal ini pihak yang berasal dari gen yang sama atau hubungan
lingkaran orang basudara yang tidak terbatas pada satu marga atau
orang basudara.
3. Adapun nilai spiritual dalam ritual ini adalah; nilai memiliki sebagai orang
orang basudara, cinta kasih yang dapat menerima orang basudara apapun
kondisinya.
4. Filosofi dan nilai spiritual tertuang dalam tahapan ritual sebagai berikut;
pihak yang dituakan untuk mengatur jalannya prosesi ritual dan kepada
99
c. Penjemputan Mempelai perempuan
d. Penyematan baju
bukan berasal dari Negeri Amahai maka prosesi ini harus dilanjutkan
nasehat oleh Upu Latu, dan doa bersama. Setelah itu, apabila dari
orang basudara beserta staf pemerintah negeri dan badan saniri negeri
100