Anda di halaman 1dari 16

SEJUMPUT GARAM DAN SETITIK TERANG DARI JAWA

DI TANAH SERAM-MALUKU

Sejarah berdirinya Jemaat PI Waihatu tidak dapat dilepas dari proses terbentuknya

Desa Waihatu yang merupakan transmigrasi. Daerah ini mulai terbentuk pada

tahun 1973 ketika tiba 200 KK dengan jumlah 1001 jiwa,transmigrasi dari Jawa

tengah yang mayoritas Bergama Muslim. Diantara transmigran yang datang ada 6

KK yang Bergama Kristen, mereka inilah yang menjadi cikal bakal terbentuknya

Jemaat PI Waihatu pada tanggal 20 Juni 1975. Di anataranya, terdaftar dari gereja

Kristen Jawa yaitu M. Sutarli, L. Lasno, M. Kayat, M. Kemat dan 2 KK dari

Roma Katolik.

Pertama kali tiba di Seram para transmigran berangkat dari Surabaya

menggunakan kapal Teluk Penyu dan bersandar di Desa Waiselan bersama-sama

dengan transmigran muslim yang lainnya tinggal bersama-sama di Desa Waimital

yang sudah terlebih dahulu bertransmigran di Pulau Seram ini. Di Waimital 4 KK

Kristen dari Gereja Jawa tersebut menerima pelayanan dari Jemaat GPM Waipirit

Klasis Kairatu berupa Pelayanan Firman dan bantuan pakaian bekas. Dari

pelayanan yang diberikan tersebut membuahkan hasil 5 KK lainnya memberikan

diri untuk menjadi Kristen, dengan demikian terdapat 11 KK dengan jumlah 68

jiwa perhimpunan orang Kristen Jawa yang dibina GPM.

Pertengahan tahun 1974 seluruh warga transmigran dari Jawa Tengah

diperintahkan pindah ke proyek Nala yang sekarang diberi nama Waihatu. Setelah

warga transmigran masuk ke rumahnya masing-masing sesuai pemberian Kanwil


Transmigrasi, maka mulai diadakan ibadah yang saat itu terjadi dirumah Saudara

Aleksander Suwono, selama 3(tiga) bulan.

Dengan adanya perhimpunan ini, maka pelayan Pdt. A. Radianto menunjuk

Saudara M. Sutarli sebagai pembantu karena tempat yang tidak dapat

menampung, maka ibadah pindah di rumah Saudara M. Sutarli. Mengingat

pentingnya pelayanan bagi anak-anak, maka anak-anak dilayani melalui sekolah

minggu. Karyawan pemborong dari GPM ikut beribadah. Betapa sulitnya

memisahkan waktu untuk dewasa dan anak-anak, maka akhir tahun 1974, sekolah

minggu tetap dilaksanakan di rumah saudara M. Sutarli dan ibadah untuk dewasa

di rumah saudara E. Tukiman. Pelayanan Ibadah memakai 2 bahasa yaitu Bahasa

Indonesia dan Bahasa Jawa. Kidung Pujian yang dipakai Kidung Jawa, Mazmur

dan Nyanyian Rohani.

Pada Bulan Mei dan Juli Tahun 1975 Warga gereja yang belum di baptis

menerima baptisan di Jemaat Hatusua dan Jemaat Waesamu. Untuk meningkatkan

pelayanan maka Pdt. A. Radianto menunjuk Saufara H. Suparmin menjai

Pembantu Pelayan bersama saudara M. Sutarli, L. Lasno dan E. Tukiman sebagai

Tuagama. Diadakan doa khusus, maka saudara M. Sutarli diberikan ibadah dan

diperkenenkan melayani ibadah Ahad dan Kunci Usbu karena pendeta A.

Radianto melayani ibadah di P.I Waihatu dan P.I Waimital, sedangkan Pdt. A.

Radianto Sendiri berdomisili di Waimital.

Dengan kondisi demikian dengan berjalannya waktu, maka direncanakan

membuat Rumah Ibadah darurat. Sesuai tugasnya Saudara M. Sutarli mengajukan

permohonan sebidang tanah kepada Kepala Proyek Transmigran yang dijabat oleh
Saudara Sumarno melalui pertemuan kepala-kepala lingkungan. Pimpro

menjelaskan apabila oranf Kristen sebanyak 200 jiwa baru diperkenankan

membuat rumah ibadah dan diberi sebidang tanah.

Perjuangan ini dibantu oleh sekretaris desa yaitu saudara Y. Tugino yang akhirnya

diberi tanah ukuran 50 m x 50 m di luar desa, di pinggir sungai Taimanu, di

depan kuburan. Dengan maksud mulia ini, Tuhan memberi kekuatan. Berbagai

upaya dilakukan untuk menghimpun dana, diantaranya dengan membersihkan

lahan dan ditanami jagung. Hasil panen dilelang bagi dana pembangunan. Melalui

seruan Jemaat Lohiatala yang membantu bahan bangunan kayu bulat, Jemaat

Hatusua membantu paku dan Jemaat Waesamu membuat atap rumbia. Lokasi

dimana bangunan gereja darurat telah dibersihkan , namun terjadi ancaman yang

mengakibatkan proses pembangunan tidak dilangsungkan. Seluruh bahan

bangunan yang telah disiapkan pun ditinggalakn hingga rusak dan busuk.

Persolan tersebut kemudian dilaporkan ke pihak pimpro transmifrasi, sehingga

ada kebijakan untuk menggantikan lokasi. Dan lokasi ini berada didalam lingkup

Desa Waihatu sendiri yaitu di RT VIII. Sayangnya wilayah tersebut merupakan

daerah rawa-rawa. Niat baik selalu menghasilkan kebaikan demikian kami

mendapatkan kemudahan, dengan dilakukan tukar tempat sekalipun dengan proses

tukar yang tak sebanding dari lahan luas 50x50 m digantikan dengan lahan luas 25

x 50 m. perjuangan terus berlanjut pada saat itu pelayanan mulai mengendor tahun

1977 3 (tiga) kepala keluarga menyatakan keluar dan pada tahun 1978 3(tiga )

keluarga pasif dan tak lama kemudian menyatakan diri keluar, karena mereka

berkata ‘sekarang sudah tidak pernah menerima bantuan pakaian bekas’. Pada saat
itu ibadah tinggal beberapa orang, ditunjang juga oleh keluarga guru yang

ditugaskan pemerintah mengajar di Desa Waihatu

Gambar Keluarga Guru yang bertugas di Waihatu


Pada tahun 1979, tak putus asa tetap percaya kepada Tuhan dengan tersisa

beberapa keluarga sepakat membangun rumah ibadah berbentuk permanen dan

segera membentuk panitia pembangunan Gedung gereja. untuk kebutuhan

pembangunan maka harus mendapatkan pengesahan Panitia dan surat

rekomendasi pembangunan gereja dari klasis, namun sayangnya usaha ini kurang

mendapat respon positif dari Pihak Klasis. Karena tidka mendapatkan

rekomendasi dari Klasis maka kami menghadap Bapak Kepala Kecamatan

Kairatu. Upaya tersebut membuahkan hasil, panitia disahkan oleh pimpinan

Kecamatan Kairatu dan diberi izin untuk mengusahakan dana dalam jangka

pendek. Pada pertengahan tahun 1979 jemaat bergerak bekerja dengan

mengusahakan batu, pasir, tresei kayu.dan usaha penggalangan dana.

Gambar Pembangunan Gedung Gereja


Cerita yang tidak pernah terlupakan adalah upaya kami dalam penggalangan dana.

Hasil musyawarah Jemaat, disepakati untuk segera membuat Batu Tela.

Pertanyaannya adalah dimana kami akan mengusahakan bahan-bahan tersebut?

Sedangkan uang kas hasil kolekta yang dimiliki hanyalah Ro 10.000,- (sepuluh

ribu rupiah). Namun tidak berputus asa, tetap semangat kami yakin dan percaya

Tuhan tidak akan meningglakan umatnya. Kemudian kami memutuskan saldo kas

terebut kami belikan korek api dengan meminjam Rp 75.000,-(tujuh puluh lima

ribu rupiah) di Kios. Penggalangan korek api di jual per bungkus Rp 100,-)seratus

rupiah) dengan penjualan tersebut menghasilkan Rp 200.000,-(Dua ratus ribu

rupiah). Selain melakukan penjualan korek api panitia mengajukan surat-surat

seruan permohonan bantuan. Dari hasil tersebut dilakukan pembelian bahan-bahan

bangunan.

Pada tanggal 3 Januari 1980 proses pembangunan dimulai, cibiran pun tak

terlakan dari saudara-saudara kami yang non Kristen. Mereka berkata bahwa

pembangunan tersebut adalah usaha yang mustahil, sebab hanya tersisa 5 KK.

Kami tak putus asa atau jatuh dalam cibiran tersebut malah kami justru

termotivasi dan terus membangun untuk membuktikan bahwa tiada yang mustahil

disaat kami percaya kepada Tuhan Yesus sang Kepala Gereja. Akhirnya singkat

cerita pada akhir tahun 1980 Gedung Gereja permanen telah berdiri dan pada

tanggal 27 Desember 1980 Gedung diresmikan oleh Ketua Klasis GPM Kairatu

Pdt. F. Lakburlawal Sm,Th. Dan Gereja diberi nama Yabok.


Gambar Peribadahan dimpim Oleh Bapak M. Sutarli

Setelah gereja diresmikan tantangan pelayanan tak berhenti disitu, tetap ada

tantangan pelayanan yang dirsakan. Kami seperti tidak diperhatikan, kami seperti

jemaat yang memberi beban, sebab pelayanan jarang diberikan oleh hamba Tuhan

kepada kami. Kamipun memintakan tenaga pendeta, baik lewat Badan Pekerja

Klasis maupun dalam forum persidangan Klasis. Lagi-lagi kami ditantang dengan

persoalan belum dimiliknya bangunan pastori dan hal lainnya, apakah mampu

untuk membayar gaji pendeta? Dari situlah Para Pelayan dan Warga jemaat

Waihatu betekad untuk membangun Pastori. Pada tanggal 4 April 1986 fondasi

Pastori mulai dikerjakan dan pada tanggal 27 September 1986 proses pekerjaan

pembangunan dilanjutkan hingga pada tanggal 29 Juni 1987 selesai dikerjakan

pastori Jemaat Waihatu. Kami tetap bersyukur bahwa ditengah-tengah tantangan

yang ada tetapi Tuhan menolong kami dengan adanya penambahan Jiwa Kristen
karena masuknya Para Pegawai Negeri Sipil Kristen yang bertugas di Desa

Waihatu Karena sudah memiliki Gedung Gereja, Rumah Pastori maka masuklah

pendeta di Jemaat P.I. Waihatu pada tahun 1993 yaitu Pdt.Ny. P.N. Heumasse,

S.Th dan kami bersekutu dan memuji nama Tuhan. Seiring bejalannya waktu dan

perkembangan Jemaat PI Waihatu, berkembang dari awalnya 6 KK menjadi 40

KK, maka Pendeta dan mejelis bertugas saat itu berusaha untuk membangun

Gedung Gereja Baru yang Lebih besar untuk dapat menampung Warga Jemaat

pada pada masa kepemimpinan Pdt Ny. P.N. Heumasse, S.Th di bentuklah panitia

Pmebangunan gereja Baru dan melakukan peletakan batu Petama sampai pada

kepemimpinan Pdt. D.A. Saununu,Sm,Th pada Tahun 1998 terbangunlah Gedung

Gereja Baru Jemaat GPM Waihatu, dan diresmikan oleh Ketua BPH Sinode GPM

Pdt. DR. I.W.J. Hendriks

Pemindahan Barang-barang Sakral dari Gereja Lama ke Gereja Baru


Gambar 1. Prasasti peresemian Gedung Gereja Baru Jemaat PI Waihatu

Tak berhenti disitu tantangan tetap kami rasakan di Tahun 1999 terjadi konflik

kemanusiaan di Maluku dan merebak sampai ke Kairatu, atas inisiatif pemerintah

Desa Waihatu yang kala itu Kepala Desa Waihatu adalah salah satu Warga

Jemaat Waihatu yaitu Bapak M. Sutarli maka pada tanggal 3 Februari 1999 para

pemuka masyarakat Waihatu berupaya untuk melakukan pertemuan dengan

pemuka Negeri Hatusua, Negeri Waesamu dan Negeri Lohiatala untuk berupaya

menciptakan perdamaian. Dengan usaha tersebut maka pada tanggal 10 Februari

1999 bertempat di Balai Desa Waihatu dilaksankan rapat bersama yang dihadiri

oleh Pemerintah Desa Wiahatu, Raja Negeri Hatusua, Raja Negeri Waesamu, Raja

Negeri Lohiatal, tokoh-tokoh agama, Tokoh Pemuda dan Tokoh Adat yang

semuanya adalah representasi dari warga desa dan negeri masing-masing yang

kemudian melahirkan Ikrar Damai Bersama. Dari Hasil rapat tersebut dan

melahirkan hasil perdamaian, maka selama terjadi konflik kemanusiaan di tempat

lain, tapi tidak terjadi di Waihatu. Setelah konflik mereda maka hasil ikrar
tersebut maka kemudian diteruskannya dengan upaya pembangunan Pasar

Besama yang bertempat di tengah – tengah negeri Hatusua, Negeri Waesamu dan

Negeri Lohiatala yaitu Desa Waihatu dan pasar itu tetap eksis sampai saat ini.

Pelayanan Gereja kembali normal kami tetap memuji Tuhan dan kami melakukan

Pembangunan pastori Baru pada masa kepemimpinan Pdt G.M. Kiriweno, S.Th

pada tahun 2005- 2010 dan dilanjutkan pada masa kepemimpinan Pdt E. Muskita,

S.Th pada tahun 2010 – 2013 Pembangunan Pastori Baru selesai dan di resmikan

sakaligus bersama Majelis Jemaat Periode 2010-2015, diupayakan pelembagaan

Jemaat PI Waihatu yang terlaksana pada hari Minggu tanggal 24 Pebruari 2013

Jemaat PI Waihatu secara sah dilembagakan menjadi jemaat Mandiri dengan

Nama Jemaat GPM Waihatu oleh Wakil Ketua MPH Sinode Pdt Ny. E.

Marantika/M.

Gambar 2.
Prasasti Pelembagaan Jemaat PI Waihatu menjadi Jemaat GPM Waihatu

Pembangunan tidak berhenti disitu dengan pertolongan Tuhan pada masa

kepemimpinan Pdt. M.O. Tapilouw, S.Si pada Tahun 2013-2017 dilakukan


Rehabilitasi Gedung Gereja lama dan pada Tahun 2016 Pembangunan Menara

Lonceng dilakukan dan diresmikan pada tanggal 31 Oktober 2017

Gambar 3. Prasasti Peresmian Pembangunan Menara Lonceng

Pendeta Yang Pernah melayani di Jemaat GPM Waihatu

1. Pdt A. Radianto tahun 1976-1988

2. Pdt Ny. S. Sopacua, S.Th

3. Pdt F. J. Syauta

4. Pdt M. S. Lerick Tahun 1989-1993

5. Pdt. Ny. P.N. Heumasse Tahun 1993 – 1998

6. Pdt. D. A. Saununu,Sm.Th Tahun 1998-2005

7. Pdt. G.M. Kiriweno, S.Th Tahun 2005-2010

8. Pdt E. Muskita,S.Th Tahun 2010-2013

9. Pdt. M.O. Tapilouw, S.Si Tahun 2013 – 2017

10. Pdt. H. Utra, S.Si Tahun 2017 - Sekarang


Sejarah Terbentuknya Angkatan Muda di Jemaat GPM Waihatu.

Pada Tahun 1988 Beberapa Pegawai Negeri Sipil yang Bergama Kristen yang

berprofesi sebagai Guru ditugaskan di SD Inpres Waihatu dan SD Negeri

Waihatu oleh pemerintah di Desa Waihatu, dan para Pegawai tersebut tergabung

dalam perkumpulan pelayanan dan ibadah-ibadah di Jemaat PI Waihatu. Karena

kesadaran pemuda tersebut dan belum adanya oraganisasi pemuda di Jemaat PI

Waihatu maka berkumpulah beberpa pemuda yang diprakarsai oleh PNS Kristen

tesebut sehingga terbentuklah Angkatan Muda GPM PI Waihatu pertama kali

yang di pimpin oleh kepengurusan yang terdiri dari Ketua Bung O. Imasuly,

Sekretaris Ranting Bung Yohanis Hiarie, Bendahara Bung J.E. Engkesa. Anggota

Bung Piter Kwalomine, Bung Leonard Kwalomine Usi Loisa Salenussa, Usi

Anselina Akollo/Kakiay, Bung Dang Tubalawaoni, Bung Rokim Priyono

kepengurusan pertama dalam angkatan Muda Jemaat PI Waihatu memulai ibadah

pertamanya pada tanggal 15 Desember 1988 dan ditetapkan sebagai HUT

AMGPM Waihatu Ranting Yabok dan selama tahun berjalan kepengurusan

angkatan muda ini silih berganti sampai tahun 1992.

Gambar Acara Ibadah Pertama Angkatan Muda


Kemudian pada tahun 1992 – 1997 kepengurusan AMGPM PI Waihatu

mengalami perubahan yang terdiri dari Ketua Bung H. Patiasina, Sekretaris Bung

C.H.R. Timisela, Bendahara Bung M. Molly . dengan anggota kepengurusan yang

lama ditambah dengan adanya pelajar SMA Negeri 2 Kairatu yang berdomisili di

Waihatu dan juga anggota lainnya sesuai dengan usia anggota angkatan muda

gereja

Pada tahun 1997 – 2001 Kepengurusan angkatan Muda GPM PI Waihatu diketuai

oleh Bung M. Molly , sekretaris Bung M. Latue, Bendahara Bung M. Patitauy

dengan pengurus bidang Bung Abram Latue. Bung R. Kwalomine ( saat ini

menjadi Pdt. R. Kwalomine. S.Th).

Tahun 2001 – 2005 kepengurusan diketuai oleh Bung R. Kwalomine, Sekretaris

Usi Rina Siswabessy, Sekretaris Bung Metusala Mawene, dengan beranggotakan

anak cucu dari ke 6 KK jemaat pertama dan beberapa PNS yang jadi pengurus

sebelumnya.

Tahun 2005 – 2007 kepengurusan di ketuai oleh Bung V.R.D Telussa, sekretaris

Bung R. Dawowo, bendahara Bung Leo Parihala dengan beraggotakan anak cucu

dari ke 6 KK jemaat pertama dan beberapa PNS yang jadi pengurus sebelumnya.

Dan kepengurusan ini bergantian silih berganti karena kurangnya anggota GPM.

Pada Tahun 2007 – 2009 kepengurusan berganti alih ke Ketua Bung C.H.R.

Timisela, Sekretaris Bung V. Telussa, Bendahara Bung Niko Latue dan

keanggotaan lainnya yang kepengurusannya tetap bergantian karena kurangnya

anggota angkatan muda di Jemaat GPM Waihatu.


Pada tahun 2009 – 2011 kepengurusan di ketuai oleh Ketua Bung Leonard

Parihala, Sekretaris Bung R. Dawowo, bendahara usi Jeklin Matital dengan

kepengurusan dan anggotanya adalah pelajar-pelajar yang berdomisili di jemaat

Waihatu saata itu.

Pada Tahun 2011 –2013 kepengurusan di ketuai oleh Bung R. Dawowo, sekretaris

Usi Jeklin Matital bendahara Usi Silkia Moly dan kepengerusan lainnya adalah

pelajar-pelajar SMA Kristen yang berdomisili di Waihatu.

Pada Tahun 2013-2015 kepengurusan di ketuai oleh Bung R. Dawowo, sekretaris

Usi Lin Nahusona, bendahara Usi Silkia Molly dan kepengerusan lainnya adalah

pelajar-pelajar SMA Kristen yang berdomisili di Waihatu.

Pada Tahun 2015 – 2017 Kepengurusan AMGPM di ketuai Oleh Bung R.

Tomalepu ( Alm ), Sekretaris Usi A. Kuhuparuw, Bendahara Usi M. Kwalomine

Molly dan kepengerusan lainnya adalah pelajar-pelajar SMA Kristen yang

berdomisili di Waihatu.

Pada Tahun 2017-2020 Kpengurusan AMGPM di ketuai oleh Bung I. Tanlain,

Sekretaris Bung J. Siruang, bendahara Bung H. Samallo dan kepengerusan

lainnya adalah pelajar-pelajar SMA Kristen yang berdomisili di Waihatu.

Pada Tahun 2020-2022 kepengurusan saat ini diketuai oleh Usi H. Tanlain,

Sekretaris Bung H. Samallo, Bendahara Usi Ema Kwalomine dan kepengurusan

lainnya adalah cucu-cucu dari 6 KK pertama, anak cucu dari PNS yang bertugas

pertama di Waihatu dan sudah menetap di Waihatu juga pegawai negeri yang baru

bertugas di Waihatu juga pelajar- pelajar SMA terdekat di Waihatu dan mereka

tinggal di Waihatu yang mengikuti saudara-saudara nya bertugas di Waihatu.


Kepengurusan dan keanggotaan Angkatan Muda di Waihatu memiliki kendala

kurangnya anggota karena anak-anak dan cucu-cucu dari 6 orang pelpor jemaat

GPM Waihatu tersebut banyak yang tidak aktif di Angkatan Muda sehingga pada

umumnya kepengurusan dan keanggotaan angkatan muda hanya berharap pada

generasi-generasi pelajar SMA dan berdomisili di Waihatu, dan saat mereka sudah

lulus dan melanjutkan sekolah ke jenjang yang lebih tinggi atau bekerja maka

jumlah kepengurusan dan keanggotannya menjadi berkurang dan kami mengalami

kendala di situ. Jadi keanggotaan kami bergantung dari Tahun Ajaran Baru

Pendidikan.

Gambar 4. Kepengurusan AMGPM periode 2020-2022

Nama Kepengurusan AMGPM Periode tahun 2020-2022


Nama Jabatan

Usi Heni Purwaningsih Imasuly Ketua

Bung Hence Samallo Sekretaris Ranting

Usi Ema Kwalomine Bendahara Ranting

Bung Iswanto Ketua Bidang I

Bung Rein Lasino Ketua Bidang II

Bung Ari Kayat Ketua Bidang III

Bung Kelvin Sumijan Ketua Bidang IV

Bung Ian Siahaya Ketua Bidang V

Usi Ina Suripatty Sekretaris Bidang I

Usi Cica Kuhuparuw Skretaris Bidang II

Bung Jo Tohatta Sekretaris Bidang III

Usi Sisco Nady Sekretaris Bidang IV

Bung Jovan Hariyanto Sekretaris Bidang V

Bung Sony Siahaya Bendahara I

Bung Fidel Walaluhun Bendahara II

Demikianlah kisah awal mula sejumput garam dan setitik terang yang berada di

Desa Waihatu Kecamatan Kairatu Barat Kabupaten Seram Bagian Barat.

AMGPM Ranting Yabok, Cabang Bethania, Daerah Kairatu.

SALAM GARDATEDU

Anda mungkin juga menyukai