Indo’ Runggang
Ibu Lai’
Ibu Russun
Ibu Renggo
Ibu Sabe’
Ibu Sese’
Ibu Renggo
Ibu Kunti
NARASI NASKAH DRAMA NATAL PWGT
(Arisan Ibu-Ibu Penting dan dan yang sederhada)
Dalam penghayatan Iman kepada Yesus Kristus tentunya kita selaku orang
Kristen harusnya melakukan apa yang diperintahkan Yesus Kristus kepada kita
yaitu “Menjadi Sahabat Bagi Semua Orang” Kisah dalam drama ini adalah salah
satu realitas kehidupan kaum wanita/masyarakat Toraja pada umumnya yang
akan menjadi renungan bagi Persekutuan Wanita Gereja Toraja dalam
menghayati Iman Kristen dalam budaya Toraja.
Pada suatu hari, disebuah kampung di Toraja. Ada sekumpulan ibu-ibu yang
sedang mengadakan arisan. Arisan ibu-ibu tersebut, terdiri dari berbagai
kalangan, mulai dari kalangan bawah sampai kalangan atas. Berdasarkan
Kelompok arisan yang dibentuk, ada sekelompok ibu-ibu yang membentuk
kubu, dimana mereka menganggap dirinya beda dari ibu-ibu yang lain dan
harus dihormati dan didahulukan dalam segala hal. Kemudian, pada suatu
hari, ada salah 1 ibu kelompok arisan (yang berasal dari kalangan bawah)
mengalami dukacita karena anaknya meninggal, sehingga banyak orang-orang
yang datang melayat dan menghibur ibu tersebut, kecuali sekelompok ibu-ibu
yang menganggap dirinya orang penting tadi. Pada saat arisan berlangsung,
muncullah percakapan diantara ibu-ibu demikian:
Ibu Runggang: ooooo Indo Lai’ sudah tahukah, ternyata anaknya ibu Saba’
meninggal ya?
Ibu Lai’: kapan? Serius? Kenapa kita tidak tahu, meninggal karena apa?
Ibu Lai’: tidak boleh ki’ begitu ibu Renggo. Kita harus menghibur ibu Russun
karena sedang dilanda dukacita.
Ibu Renggo: Kalian saja, kan kalian temannya dia. (sambil pergi dengan muka
judessssss)
Setelah arisan selesai, kemudian ibu runggang, ibu lai’, dan ibu russun
bergegas pergi ke rumah ibu Saba’….
1 bulan setelah anak ibu saba’ dimakamkan, salah satu ibu dari kelompok yang
menganggap dirinya penting mengadakan pesta syukuran atas ulang tahun
pernikahan yang ke 10. Namun, dalam acara syukuran tersebut, ibu Sabe’
hanya menggundang teman-teman yang dianggap setara dengan dia atau yang
se level dengan dia, yaitu ibu sese’, ibu Renggo dan ibu Kunti. Kemudian ibu lai’
menelpon temannya:
Ibu Sabe’: Halo halo halo, halo mo raka iti’, halo mo inde. Halo ibu Sese’ lagi
dimana jeng?
Ibu Sabe’’: oooooo lagi kerja ko pale’ na. eeee datang ya dipesta ultah
pernikahan kami sama papa Sabe’
Ibu Sese’: wiiii tawwa., yang ke berapa ibu Sabe’ selamat le….. eeee siapa saja
yang diundang? Jangan komi undang itu ibu renggo, Ibu lai, ibu russun sama
ibu renggo le’ kita-kita yang orang kaya saja jeng, nanti kalau mereka diundang,
bikin rusak acara, karena pasti mereka bawa semua keluarganya, dan bungkus
makanan.
Ibu sabe’: yang ke 10 ibu sese. Terimakasih jeng. Ooo tenang moko ibu Sese’
nama-nama mereka memang tidak ada dalam daftar undangan.
Setelah menelpon ibu sese’ ibu sabe’ juga menelpon ibu rosso dan ibu kunti,
dan keesokan harinya mereka mengadakan pesta ultah pernikahan ibu sabe’
dan papa sabe’ dengan meriah.