Anda di halaman 1dari 10

Asal usul negeri

Tidak ada catatan tertulis ataupun kapata yang menyebutkan perihal kedatangan
orang pertama dinegeri Louhata Amalatu Siri Sori Islam, tetapi dalam cerita-cerita
lama banyak mengisahkan tentang orang-orang yang mula-mula mendiami desa
Siri Sori Islam adalah orang-orang sakti, dalam pengertian karena mereka adalah
orang-orang yang memegang teguh ajaran Islam baik dalam hal ibadah maupun
penerapannya dalam kehidupan bermasyarakat sehari-hari, dan memiliki Karamah
yang dianugrahi oleh Allah SWT.
Mereka diantaranya adalah :

1.Syeh Abdurrahman Assagaf Maulana Berasal dari Bagdad Iraq, beliau


meninggalkan negeri asalnya bersama Syeh Abdul Aziz Assagaf ( Maulana Malik
Ibrahim ) sekitar abad ke 12 M dengan tujuan menyiarkan Agama Islam Keseluruh
penjuru dunia.
Sekitar tahun 1212 M, mereka tiba disamudra Pasai Aceh. Syeh Abdul Aziz Assagaf
menetap di Aceh, sedangkan Syeh Abdurrahman Assagaf Maulana melanjutkan
perjalanan menuju wilayah Timur dan tinggal didaerah Buton Sulawesi Tenggara (
1213 M) dan mendapat gelar Ode Bunga (Ode Funa).

2. Zainal Abidin Al- Idrus


Berasal dari Bagdad Irak, tiba disemenanjung Malaysia pada tahun 1212M,
kemudian menuju ke pulau Sulawesi dan sampai didaerah Selayar sekitar tahun 1214
M dengan misi yang sama yaitu menyiarkan Agama Islam.
Akibat perang antara kerajaan Goa di Makassar dan Kerajaan Buton di Sulawesi
Tenggara, maka Zainal Abidin Al Idrus bertemulah dengan Syeh Abdurrahman
Assagaf Maulana, keduanya kemudian sepakat untuk meninggalkan pulau Sulawesi
dan menuju Maluku (Almuluqun). Untuk melanjutkan misi yang sama yaitu
menyebarkan Islam secara lebih luas lagi.

Sampai dikepulauan Maluku keduanya singgah di Nusa Iha (Pulau Saparua)


tepatnya di negeri Louhata Amalatu digunung Elhau yang pada waktu itu belum
mempunyai nama. Digunung inilah Syeh Abdurrahman Assagaf Maulana
mendirikan kerajaan Ama Iha, dengan gelar Sayyidna Baraba. Selama memimpin
kerajaan Ama Iha beliau menikah dengan Nyai Mara Uta adik dari raja Pati kaihatu
dari negeri Oma Pulau Haruku. Dari perkawinan ini beliau memperoleh 5 orang
anak terdiri dari 4 putra dan satu putri yaitu :
-Nunu Mahu, yang kelak dikemudian hari menurunkan marga Wattihelu (cikal
bakal marga Wattiheluw)
-Tabdede(Tablele) kelak dikemudian hari menurunkan marga Latuconsina dinegeri
Pellau pulau Haruku.
-Haris Hamza mendapat gelar Kapitan Juma’ate dinegeri Laimu Pulau Seram.
-Musa Hari Mullah ( Kapitan Kawal) yang kemudian menurunkan marga Wattihelu,
sopacoa, sopacoaperu dan talawa( dikisahkan kapitan Kawal tidak pernah menetap
disuatu tempat) beliau selalu bepergian untuk menjelajahi seluruh wilayah
Nusantara dan disetiap daerah dimana beliau singgah dan menetap selalu
meggunakan nama yang berbeda .
-Mananeuna (anak perempuan satu-satunya)menikah dengan kapitan Raiyapu yang
menurunkan marga Toisuta.

Zainal Abidin Al-Idrus


Di kerajaan Ama Iha bergelar “ Somallo “
Beliau menikah dengan Nyai Wasolo (putri Paku Alam dari Kraton Solo). Mereka
dikaruniai seorang putra bernama Bahrun. Dan dari Bahrun ini yang kemudian
menurunkan marga Holle di Siri Sori Islam.

Akibat perang antara Uli Lima dan Uli siwa, maka Syeh Abdurrahman Assagaf
Maulana dan Zainal Abidin Al-Idrus meninggalkan kerajaan Ama Iha.
Secara Syariat Syeh Abdurrahman Assagaf Maulana meninggalkan kerajaan Ama
Iha, Tapi secara Hakekat beliau mengangkat dan berangkat bersama kerajaan Ama
Iha menuju tanah Papua daerah Rumbati.(dikelak kemudian hari anak cucu dari
rumbati ini akan mencari tanah asal leluhurnya di Ama Iha Pulau saparua, dengan
cara mencocokkan tanah yang diabawahnya dari Rumbati, yang ternyata adalah
tanah dari Rumbati itu adalah tanah Ama Iha juga yag dahulu dibawah oleh Syeh
Abdurrahman Assagaf Maulana Saniki yarimullah dari Ama Iha menuju Rumbati).
Sedangkan Zainal Abidin Al-Idrus menuju pulau seram bagian selatan tepatnya di
negeri Sepa. Disini beliau mendapat gelar Kapitan Tihuruwa (kapitan dari saparua).
SYEH ABDURRAHMAN ASSAGAF MAULANA DI TANAH PAPUA

Syeh Abdurrahman Assagaf Maulana Secara hakekat membawa istri dan kerajaan
Ama Iha menuju tanah Papua (Tanah Rumbati Yoni Epapua) sekarang masuk
wilayah Fak-Fak.
Beliau menginjak kaki kirinya ditanah Geser dan kaki kanannya langsung ditanah
Rumbati.
Sedangkan ke lima orang anaknya tetap tinggal ditanah kerajaan Ama Iha( negeri
Louhata Ama Latu Desa SSI ).
Dirumbati beliau menyiarka Agama Islam Sekaligus mendirikan kerajaan Woni
Epapua dan bergelar “ Koneng Papua “(putra dari Khayangan).
Syeh Abdurrahman Assagaf Maulana (dikenal juga dengan nama Maulana Saniki
Yarimullah) selama berada di Rumbati bersama Nyai Marauta memperoleh Sepuluh
Orang anak (tujuh laki-laki dan tiga orang anak Perempuan).
yaitu :
1. Masbait Pusan alias Masapait /Aliwanta Marga Patty di SSI
2. Hahosan alias Abu Hasan Alias Abuasa : bermarga saimima di Ssi
3. Mera Lau : Kapitan Nua Uruwo ( Alifuru ) dipulau Seram
4. Raja ampat Kerajaan Misol ( kepulawan Raja Ampat)
5. Raja Anggaluli : Marga Saimima di Anggaluli Fak-Fak
6. Raja Patiran : Di rumbati Fak-Fak
7. Poi Masa : Marga Maspait Islam,Marga Maspaitela nasrani didesa Key
8. Poi Waru : Raja Fak-Fak ( Marga patagars )
9. Poi sina Raja Kokas (marga Pattimura) dikokas Fak-Fak
10.Kasihanilale (Sultan Banda) : yang kemudian menurunkan marga Patty di Alang
pulau Ambon, marga Latu dipulau Seram, dan marga patty di timor-timor).

Pada Akhirnya, Masapait, Aliwanta, Hahosan(Abuwasa), Mera Lau dan Poi Masa
pergi meninggalkan Rumbati untuk mencari saudara-saudara mereka yang masih
bermukim di dikerajaan Ama Iha (negeri Siri sori Islam).

KAPITAN SILALOI
(LOHILO MANUPUTI/SALATALOHY)

Salah satu kapitan dari tanah papua desa rumbati yang berasal dari suku Ala
melakukan perjalanan menuju Seram selatan tepatnya di negeri Hatumeten.
Kemudian menikah dengan Nyai Tolansa, dan dari perkawinan itu dikaruniai tiga
orang anak laki-laki dan dua orang anak perempuan yaitu:

1.Timamole
2.Simanole
3.Silalohi (lohilo manuputi)
4.Nyai Intan
5.Nyai Mas

Setelah dewasa ketiga orang anak laki-lakinya sepakat untuk pergi meninggalkan
Hatumeten. Niatnya ini disampaikan kepada kedua orang tua mereka, sang ibu
kemudian mengambil sebuah mangkok untuk membuat sumpah janji dengan
meminum tetesan darah dari jari-jari tangan ketiga saudara tersebut, adapun
sumpah janji itu antara lain berisi:
Tiga saudara adalah satu gandong(kandung)
Dimanapun mereka berada mereka harus saling melihat antara satu dengan yang
lain

Sumpah janji ini bersifat mengikat sampai dengan anak cucu secara turun temurun,
kemudian ketiga saudara tadi pergi meninggalkan kampung halamannya di negeri
Hatumeten.
Sampai di Hatumari ibu mereka menampakkan diri sedang memegang sebuah
mangkuk dan tempat tersebut kemudian dinamakan hatumari. Letaknya kurang
lebih disebelah timur negri Tamilou dipulau seram kabupaten maluku tengah.
Disinilah Timanole menetap dan berkuasa.

Sementara dua saudaranya yang lain yaitu Simanole dan Silaloi melanjutkan
perjalanan menuju nusa Iha di pulau Saparua, dan tiba di bagian timur nusa Iha
tepat nya di Siralou (batu Ananas)kemudian Silaloi turun dan naik kegunung Ama
Iha(gunung Elhau) bekas kerajaan Ama Iha dan kemudian menetap disitu.

Sedangkan Simanole melanjutkan perjalanan menuju nusa yapono di pulau Ambon


kemudian menetap dinegeri Toisapu di Hutumuri (Toisapu dapat diartikan
menyelupkan orang kedalam air berkali-kali sampai meninggal karena dianggap
mata-mata belanda)
Tidak lama kemudian kedua saudara perempuan yaitu Nyai Intan dan Nyai Mas
menyusul mereka. Nyai Mas Sampai di Ama Iha dan menetap dengan Silaloi,
Kemudian menikah dengan kapitan Manuhutu dari negeri haria. Sedangkan Nyai
Intan terus melanjutkan perjalanan mencari saudaranya Simanole sampai bertemu
kemudian menetap bersama Simanole dan menikah dengan kapitan Bakar Besi dari
nergeri Waai

Sebagai catatan salah seorang kapitan yang menetap di Ama Iha adalah Ulama’
besar dari daerah Tuban Jawa Timur yaitu Abdullah Sopaleu. Suatu ketika kapitan
Abdullah Sopaleu ini mengumpulkan para kapitan di Ama Iha dan mengambil
inisiatif sebagai pemimpin pertemuan dan bergelar Pikalouhata.

Ana Latu Warua (Dua anak Raja)

Akibat perselisihan antara kapitan Huameseng dengan raja patiran dikarenakan Hua
meseng ingin menikah dengan Poimasa (sala satu saudara perempuan dari sepuluh
bersaudara ) ditolak oleh raja patiran sekitar tahun 1283 M, Hahosan, Maspait,
Merah lau, serta Poi Masa sepakat meninggalkan kampung halaman(desa Rumbati
tanah Papua) untuk mencari saudara-saudara mereka yaitu
Nunu Mahu
Tablele
Haris Hamza
Musa Harimullah(kapitan kawal)
Mananeuna

Menuju kerajaan Ama Iha di Nusa Iha (Saparua)


Sebelum berangkat, mereka mengambil tanah atau Pasir yang ada di Rumbati untuk
dibawa serta dengan maksud untuk dicocokkan / ditimbang dengan tanah di setiap
tempat yang kelak mereka singgahi, apabila tanah yang mereka bawa terdapat
kesamaan/cocok dengan tanah setempat berarti itulah tempat yang mereka cari dan
mereka akan menetap disitu.
“Turu lau haito aru laino nepayuna poli-poli,Hi inu sengge yara laa malu-malu,
Sooto sa’a tana poli-poli, Poli – poli se emanu laa oo
Timi hatu waiye loto yoni nepapua, Latu taha muli umarole sawa
waelo mara bone oo”

Pada waktu yang telah ditentukan berangkatlah mereka menuju pantai, kemudian
Hahosan(Abuwasa) menggambar sebuah perahu diatas pasir, saat pasang air laut
menyentuh gambar perahu seketika gambar perahu itu berubah menjadi perahu
sungguhan dan siap untuk dipergunakan.
Keempat kakak beradik itu naik kedalam perahu (poli-poli) berlayar meninggalkan
kampung halaman serta kedua orang tuanya untuk berlayar mencari Ama Iha di
Nusa Iha(pulau Saparua), dengan menyusuri Nusa Ina (pulau seram), Nusa Yapono
(pulau Ambon), Pulau Haruku dan pulau Banda. Adapun beberapa tempat yang
sempat mereka singgahi selama perjalanan antara lain:

-Seram Laut daerah Geser di seram Timur


-Geslau,Hatumete di Seram bagian timur tepatnya di Werinama
-Pantai Salaiku negeri Haya di Tehoru
-Pantai Hatumari di negeri Tamilou seram selatan
-Tanjong Koako di Desa Amahai Seram selatan
Sementara mereka singgah untuk beristirahat di Tanjung Koako, Amera lau pergi
mencari Kusu(sejenis binatang koala yang dalam bahasa SSI disebut makello)
- Air Nua(waenua) disini mereka bertemu dengan kapitan Tihirua (kapitan dari
Saparua bernama Imam Zainal Abidin Al-Idrus), kemudian Amera lau menetap
diwilayah itu tepatnya di negri Sepa (seram selatan) dan manjadi Malesi(pengawal)
Imam Zainal Abidin al-Idrus dan bergelar Nuo Huruwo (putra/kapitan)
-Tanjung Sial ujung seram bagian barat atau tanah Huamual. Tanpa Amera lau
mereka tiba ditanjung sial dan bertemu dengan kapitan tanjung sial kemudian
mereka bertanya dimana letak nusa Iha, dan kapitan tanjung sial kemudian
menunjuk latu soumete sebagai penunjuk jalan menuju nusa Iha
-Pantai Honimua di desa Liang pulau ambon
-Tanjong Pesirolo(batu kapal) dipulau Haruku

“Yale wati noue tetu sallo emamanu,


Yale tau otetewa tetu emamanu tetu pisarole
Latu sopamena..usa latu sopamena pele mena ,latu pele mena
Usa latu pele mena epala tota ina latu semia lewe rua oo
Uwa leuwa rua nusu hale hehi yai otonno sane…
Tali telwo sane ninitanno ina latua nirupanno
uwaleu rua mitati ina latua wau upu usa latu…
Usa latu soka ina latua,soka ina latua …emi ruhu tua ina latua
Usa latu hotu hita erehuwe
Hita erehue tau ina latua
Uwa leu warua taha rimbu timi esa,
tati ina latua wau usa latu
Usa latu soka ina latu
Soka ina latu emiruhu tua ina latua
Latwa taha muli umarole sawa wailo marabone
Lawa hasa-hasa hehi nusa iha”

Disekitar batu kapal mereka mendapat rintangan dari pengawal kapitan Huameseng
berupa Husamaulo yakni seekor ikan paus yang menghalangi perjalanan mereka.
Yang menghendaki Poimasa (nyai intan) untuk terjun kedasar laut bersamanya.
Mereka mengelabui Husamaulo dengan jalan membuat boneka dari kayu yang
menyerupai Poimasa, tapi siasat ini tidak berhasil karena Husamaulo tambah marah
dan membuat air laut berombak besar sampai membahayakan perahu mereka.
Poi masa lantas berkata kepada kedua saudaranya Abuasa dan Aliwanta” jangan
hiraukan saya, turunkan saya segera untuk memenuhi permintaan Husamaulo “.
Akhirnya kedua saudaranya memenuhi permintaan poimasa, kemudian diangkatlah
poi masa untuk dilepaskan kelaut. Ikan Paus kemudian timbul lalu memeluk
poimasa dan menyelam bersama kedasar laut tepatnya ditanjung pasirolo(tanjung
batu kapal) pulau Haruku.
Dengan demikian tinggallah tiga besaudara yang tetap akan meneruskan perjalanan
yaitu : Abuasa, Aliwanta,dan Soumete Tita Nusa.
Di Pulau Banda mereka singgah karena salah arah berhubung berlayar pada malam
hari. Disinilah Soumete bertemu dengan Samadun(Lilimala Wakano) yang menjadi
marga Sopaheluwakan di SSI, dan mengajaknya bersama-sama mencari Nusa Iha.
Perjalanan dilakukan di malam hari.
Sesampai di Pantai salaiku di Ama Iha(Elhau).
Setelah tujuh hari tujuh malam dalam perjalanan sampailah mereka di Ama
Iha(negri louhata Amalatu)di Nusa Iha.

Menjelang pagi mereka tiba di bagian tenggara nusa Iha. di pantai salaiku tiba-tiba
mereka mendapat tegur dari darat, maka terjadilah dialog sebagai berikut:
D (darat)…sei nambe lau yemi sei nambe lau (siapa dilaut kamu siapa dilaut)
L ( laut) Yale tau otetewa yami yana latu warua turu wehe yoni nepapua( kamu
tidak tahu !!! kami ini dua anak raja turun dari tanah papua)…. Sei nambe lia yale sei
nambe lia( siapa didarat kamu siapa didarat)
D…(darat)..Yale tau otetewa yau lohilo manuputi turuwehe loto uamano elhau(
engkau tidak tahu bahwa saya adalah Lohilo menuputi turun dari kediamanku
negeri elhau)
Mae mituru mae yau wasaloomi kura sou adato(mari kemari saya terima kalian
dengan adat yang ada disini), maka latu Abuwasa mengajak latu Aliwanta latu
soumete dan latu samadun wakano (sopaheluwakan) untuk turun kedarat dan
mereka pun disambut oleh latu Lohilo Manuputi.

Setelah mereka beristirahat sejenak Abuasa berkata kepada Aliwanta “ Heu ume
tumbano epananuhu enale, ana latua sisuka sibirahi ooo”
“ turunkan tanah dan pasir kita yang kita bawah dari tanah Rumbati. Karena tanah
dan pasir salaiku cocok dengan tanah pasir yang kita bawah dari Rumbati, maka
mereka bersuka ria dan meminta untuk diijinkan menetap diama iha(elhau).
Catatan : Yang dimaksud tanah dan Pasir tersebut adalah tanah dan pasir dari
Louhata Amalatu yang dahulu kerajaan Ama Iha dibawah oleh Syeh Abdurrahman
Assagaf Maulana Saniki Yarimollah ke Rumbati tanah Papua secara hakekat, karena
pada saat itu Kun Fayakun berlaku sehingga jelas tanah yang mereka bawa sama
dengan yang ada di Ama Iha.

PEMBAGIAN WILAYAH
DAN PEMBERIAN NAMA NEGERI

Pembagian wilayah
Selesai menyambut ana latuwarua(dua anak raja Abuasa dan Aliwanta) yang datang
dari Rumbati anggaluli(tanah Papua). Latu Soumete dari tanjung Sial (seram barat)
dan Latu Samadun /Lilimala Wakano dari Banda (sekarang marga Sopaheluwakan
di Siri Sori Islam). Mereka sepakat tinggal di Ama Iha(Elhau)Menjelang beberapa
lama mereka berada di Ama Iha(Elhau) pada Lohilo manuputty ohatasou tula upu
pikalouhata(suatu waktu Latu Lohilo Manuputi memberi tugas kepada Abdullah
Sopaleu Pikalouhata antara lain ):
1.Pika upu lima taru-taru sei sei tua neani (satukan dan letakkan masing-masing
sesuai dengan tugasnya)
2.Latu sopamena waka salaiku elai manuhua( Latu sopamena menjaga pesisir pantai
salaiku sampai manuhua )
3.Latu Hahosan owaka salaiku na elai wesiolo(Latu Hahosan menjaga salaiku
samapai kehutan)
4.Latu Ali wanta owaka hale manuhua elai wai hulua( Latu Aliwanta engkau
menjaga mulai dari manuhua sampai air Surabaya)
5.Latu Abuasa owaka loto waitilo hena latu,(Latu Abuwasa engkau menjaga daerah
Henaratu sampai di air Surabaya)
6.Upu latu Kawalo turu wehe ampatalo na hulai henalatu(Upu latu Kawal engkau
menguasai benteng ampatal hingga henaratu )
7.Latu Kawalo sahu nane ulatilo utaha tumbano wae eluha(latu kawal segera
menuju arah elhau dan tancapkan tombakmu ketanah sampai mendapatkan air)
8.Latu saimima otunu patamarane lia uma adato, Lia uma adat tomagola pailemahu
tehuno nuru lete (Upu latu Abuasa bertugas untuk membakar lampu Patamaran
sebagai alat penerang didalam Rumah adat Tomagola pailemahu teuno nuru lete)

9.Latu sahusiwa tula emi baleo( Upu latu sahusiwa persama rakyatmu)
10.Latu sahusiwa tula upu lebeo (upu latu sahusiwa bersama para hakim
syariah(pengurus masjid)
11.Mae lolo oko ihiti doa wau upu lata’ala(kita bersama-sama berdo’a kepada Allah
SWT)
12.Tati Rahmateo wau iko lolooko(supaya Allah SWT menurunkan Rahmat untuk
kita semua sampai anak cucu kelak)
13.Lea muli na elai lau haha”(mulai dari daratan sampai dilaut)
Selesai pembagian wilayah kekuasaan Abdullah Sopaleu Pikalauhata berkata bahwa
pada hari ini kita semua telah memiliki Latu/Raja yaitu Upu Silaloi (lohilo
manuputi)

PERLUASAN WILAYAH

Menjelang beberapa saat datang perintah dari Upu latu Silaloi Lohilomanuputi
kepada latu Abuasa antara lain:
1.Latu Abuasa kedepan untuk mengangkat para kapitan dan para malesi
2.suruh para kapitan dan para malesi untuk mengusir kapitan Aipasa dari benteng
Ampatal dan keluarkan dia dari benteng itu menuju air beinusa Amalatu di desa
Tuhaha. Selesai peristiwa pengusiran kapitan Aipasa, maka kapitan Aipasa
meninggalkan benteng Ampatalo. Tapi didalam benteng itu masih tertinggal seorang
anak perempuan yang bernama Siatuna. Ia tinggal didalam benteng, kemudian anak
itu di ambil oleh kapitan Aliwanta sehingga Aliwanta mempersunting siatuna ,Dan
dari hasil perkawinan tsb lahir empat orang anak yaitu :
-Masapait patty
-Patty Didi
-Patty Kakang
-Sesbakar Patty ( Catatan : Sesbakar Patty i nusu waal ahatido dan namanya
berubah menjadi Frans Bakar Kesauli, Teunno dari marga patty bernama Siatuna)

3.Perintah dari Lohilo manuputi kepada kapitan kawal supaya naik ke halasinno
untuk memukul mundur musuh sekaligus mengusir orang2 yang ada di halasinno
untuk keluar meninggalkan halasinnno.
Untuk menuju ke halasinno kapitan kawal tidak bisa melewati benteng henaratu,
atas saran dari latu Abuasa supaya kapitan kawal dibusur dengan ranting kayu dan
memakai tali berwarna hitam dan alat busur tsb dipasang di tempat yang bernama
wati.( catatan : Busur dari ranting kayu ditarik hingga melengkung (eheru),
sehingga kapitan kawal bermarga Watiheru atau watihelu ). Dengan bantuan alat
tsb kapitan kawal dapat diterbangkan sehingga melewati benteng henaratu dan
masuk ke lokasi halasinno serta berhasil mengusir orang2 yang ada di halasinno.
Sebagian dari mereka lari ke Nusalaut dan mendiami negerinya yang sekarang
bernama Leinitu. Sebagian lagi menuju ke nusa ina (pulau seram) bagian barat dan
bermukim di kairatu, sebagian yang lain menuju pulau haruku dan mendiami negeri
sameth sampai sekarang 4.Latu lohilo Manuputi menyampaikan perintah kepada
latu Abuasa untuk mengumpulkan para kapitano dan para malesi di Elhau.

Dalam pertemuan di elhau latu lohilo manuputi menyampaikan kepada para kapitan
dan malesi antara lain:
kalian para kapitan dan para malesi, sekarang ini kalian harus masuk ke benteng
lisaboli kakelisa, pukul mundur dan usir mereka dari puncak gunung urputil atau
tetuwalo. Perintah pengusiran atau pengosongan benteng karena letaknya sangat
dekat dengan elhau (+ 3km) arah selatan benteng elhau. Para kapitan dan malesi
berhasil memukul mundur dan mengusir keluar orang2 yang ada dalam benteng.
Akibat dari penyerangan ini maka timbul dendam dan terjadi serang-menyerang
antara anak cucu louhata amalatu(SSI) dengan Lisaboli kakelisa (Negeri Ouw)
untuk memperluas batas tanah atau batas negeri masing-masing.

Sekitar 1633 M pemerintahan belanda memerintahkan orang2 yang mendiami


daerah hutan/gunung momolonno untuk turun dan membuat negrinya pada batas
yang sering terjadi sengketa antara negri Louhatta Amalatu dan negeri Ouw.
Negri yang baru itu diberi nama Ulath karena penduduk negri berasal dari gunung
atau ulatilo

PEMBERIAN NAMA NEGERI

Setelah latu Silaloi (Lohilo Manuputi/Salatalohy) dan Abuasa Saimima dengan


kawan-kawannya berhasil memperluas daerah kekuasaannya, maka latu Silaloi dan
Abuasa membuat kesepakatan untuk disampaikan kepada para kapitan dan malesi,
yaitu kita semua pada hari ini turun meninggalkan gunung, dan kita jangan
bersembunyi di gunung Elhau, Henaratu dan Ampatal. Kita semua sesegera turun ke
pesisisr pantai untuk membangun negeri disana. Mendengar perintah itu serentak
semua turun menuju pantai hunimua, disinilah latu Silaloi berkata: “para kapitano
tula malesio itupa ilou weko he-e ihua ta a kusoulo sane, itaru kuamanno wehe
nayanno”. (Para kapitan dan malesi, kita kumpul disini untuk mengatur dan
memberi nama negeri kita).
Ana latu warua Upu latu Abuasa berkata “ Malepa ito ku amanno wehe nayanno
Louhata Amalatu” kami sala satu dari dua anak raja Upu Abuasa memberi nama
negeri kita ini dengan nama Louhata Amalatu.

Arti dan maksud dari nama Louhata Amalatu :


Lou= asal kata …..louwe (berkumpul)
Hata= asal; kata dari Hata‘a artinya angkat kaki dari tempat persembunyian di
gunung-gunung.
Amalatu= bapa raja. mereka yang datang berkumpul atau bermusyawarah adalah
raja dan para kapitan dan para malesi)
Louhata Amalatu berarti tempat berkumpul untuk musyawarah mufakat para raja
dan kapitan serta malesi.

Selesai latu Abuasa memberi penjelasan mengenai arti nama negeri dari tempat
mereka berkumpul untuk musyawarah, maka para kapitano serentak mengangkat
suara “Elooooo….oooo eta mono nia upu latu warua…aaa… iya,kami atau kita setuju
dengan nama negeri tersebut”
Para kapitan dan malesi sepakat dengan nama yang disampaikan oleh Upu Latu
Abuasa, maka dengan resmi negeri itu diberi nama Louhata Amalatu dan dipimpin
oleh Upulatu Lohilomanuputi.
Maka mulailah para datuk2 tsb mengatur dan membangun negeri Laohata Amalatu
(sekarang Siri Sori Islam).

SUSUNAN RAJA-RAJA

Sebelum pemberian nama negeri dan masyarakat masih mendiami gunung-gunung


maka gunung elhau adalah pusat pemerintahan dan latu yang mengendalikan negeri
adalah silaloi sampai dengan pemberian nama negeri louhata Amalatu adalah raja:
1.Raja Masapait/Aliwanta
2.Masapait
3.Patididi
4.Al-Bimapara saimima(mungkin yang dimaksud Lipamara)
5.Masibukakang patti,akibat perselisihan antara Masibukakang dengan sesbakar
patti(adiknya) yang telah memeluk agama nasrani maka belanda membagi negeri
Louhata Amalatu menjadi dua bagian:
a.Negeri Louhata Amalatu dengan raja Masibukakang patty
b. Sidi Sodi Sarane dengan rajanya sesbakar patti (frans bakar kesauli)
6.Sabtu Patty
7.Adam Patty, negeri Louhata Amalatu berubah namanya menjadi negeri Siri Sori
Islam, marga bapak raja patty menjadi Pattisahusiwa
8.Usman Pattisahusiwa Ragen
9.Abdul masjid (1) Pattisahusiwa, selama pemerintahannya terjadi perselisihan
antara raja dengan saudaranya bernama Robo patty, maka Abdul Majid
Pattisahusiwa 1 turun dari jabatannya dan diganti oleh Robo Patty dengan gelar
Patty Khamarobo.
10.Patty Khamarobo, nasibnya sama dengan raja sebelumnya (Abdulmasjid 1), dia
berselisih paham dengan saudaranya She’ri patty dan akhirnya Raja Robo pun turun
dari jabatannya.
11.She’ri patty Raja di negeri SSI dan SSI saat itu berubah namanya menjadi negeri
Louhata Amalatu, beliau diasingkan ke Pulau Banda karena menentang
pemerintahan Belanda. Maka Raja she’ri bertemu dengan Sukarno, Moh. Hatta, dan
Sutan Shahrir untuk merumuskan kemerdekaan Negara Republik Indonesia.
12. Abdul Aziz Pattisahusiwa, negeri Louhata Amalatu kembali berubah nama
menjadi Siri Sori Islam
13. Moh. Saleh Pattisahusiwa
14. H. Mohammad (Bostir) Pattisahusiwa
15.H Abdul Karim Imron Pattisahusiwa, negeri Siri Sori Islam menjadi Desa Siri Sori
Islam
16. Abdul Madjid 2 Pattisahusiwa
17. Jhoni Karim Pattisahusiwa
...dst

Bandung, 16 Juni 2008


(Ditulis kembali oleh: Upang Pattisahusiwa)

NB:Mohon koreksi dari basudarao bila ada kesalahan tafsir/pengertian baik dalam
tulisan maupun bahasa penuturan pada tulisan ini

Sumber :
buku sejarah Asal-Usul tulisan asli berbahasa Arab gundul tidak bertasjid di tulis oleh
H.Abdul Wahab Saimima Allahumma yarham Tete Ambong (Alm) pada tahun 1260

Anda mungkin juga menyukai