Tidak ada catatan tertulis ataupun kapata yang menyebutkan perihal kedatangan
orang pertama dinegeri Louhata Amalatu Siri Sori Islam, tetapi dalam cerita-cerita
lama banyak mengisahkan tentang orang-orang yang mula-mula mendiami desa
Siri Sori Islam adalah orang-orang sakti, dalam pengertian karena mereka adalah
orang-orang yang memegang teguh ajaran Islam baik dalam hal ibadah maupun
penerapannya dalam kehidupan bermasyarakat sehari-hari, dan memiliki Karamah
yang dianugrahi oleh Allah SWT.
Mereka diantaranya adalah :
Akibat perang antara Uli Lima dan Uli siwa, maka Syeh Abdurrahman Assagaf
Maulana dan Zainal Abidin Al-Idrus meninggalkan kerajaan Ama Iha.
Secara Syariat Syeh Abdurrahman Assagaf Maulana meninggalkan kerajaan Ama
Iha, Tapi secara Hakekat beliau mengangkat dan berangkat bersama kerajaan Ama
Iha menuju tanah Papua daerah Rumbati.(dikelak kemudian hari anak cucu dari
rumbati ini akan mencari tanah asal leluhurnya di Ama Iha Pulau saparua, dengan
cara mencocokkan tanah yang diabawahnya dari Rumbati, yang ternyata adalah
tanah dari Rumbati itu adalah tanah Ama Iha juga yag dahulu dibawah oleh Syeh
Abdurrahman Assagaf Maulana Saniki yarimullah dari Ama Iha menuju Rumbati).
Sedangkan Zainal Abidin Al-Idrus menuju pulau seram bagian selatan tepatnya di
negeri Sepa. Disini beliau mendapat gelar Kapitan Tihuruwa (kapitan dari saparua).
SYEH ABDURRAHMAN ASSAGAF MAULANA DI TANAH PAPUA
Syeh Abdurrahman Assagaf Maulana Secara hakekat membawa istri dan kerajaan
Ama Iha menuju tanah Papua (Tanah Rumbati Yoni Epapua) sekarang masuk
wilayah Fak-Fak.
Beliau menginjak kaki kirinya ditanah Geser dan kaki kanannya langsung ditanah
Rumbati.
Sedangkan ke lima orang anaknya tetap tinggal ditanah kerajaan Ama Iha( negeri
Louhata Ama Latu Desa SSI ).
Dirumbati beliau menyiarka Agama Islam Sekaligus mendirikan kerajaan Woni
Epapua dan bergelar “ Koneng Papua “(putra dari Khayangan).
Syeh Abdurrahman Assagaf Maulana (dikenal juga dengan nama Maulana Saniki
Yarimullah) selama berada di Rumbati bersama Nyai Marauta memperoleh Sepuluh
Orang anak (tujuh laki-laki dan tiga orang anak Perempuan).
yaitu :
1. Masbait Pusan alias Masapait /Aliwanta Marga Patty di SSI
2. Hahosan alias Abu Hasan Alias Abuasa : bermarga saimima di Ssi
3. Mera Lau : Kapitan Nua Uruwo ( Alifuru ) dipulau Seram
4. Raja ampat Kerajaan Misol ( kepulawan Raja Ampat)
5. Raja Anggaluli : Marga Saimima di Anggaluli Fak-Fak
6. Raja Patiran : Di rumbati Fak-Fak
7. Poi Masa : Marga Maspait Islam,Marga Maspaitela nasrani didesa Key
8. Poi Waru : Raja Fak-Fak ( Marga patagars )
9. Poi sina Raja Kokas (marga Pattimura) dikokas Fak-Fak
10.Kasihanilale (Sultan Banda) : yang kemudian menurunkan marga Patty di Alang
pulau Ambon, marga Latu dipulau Seram, dan marga patty di timor-timor).
Pada Akhirnya, Masapait, Aliwanta, Hahosan(Abuwasa), Mera Lau dan Poi Masa
pergi meninggalkan Rumbati untuk mencari saudara-saudara mereka yang masih
bermukim di dikerajaan Ama Iha (negeri Siri sori Islam).
KAPITAN SILALOI
(LOHILO MANUPUTI/SALATALOHY)
Salah satu kapitan dari tanah papua desa rumbati yang berasal dari suku Ala
melakukan perjalanan menuju Seram selatan tepatnya di negeri Hatumeten.
Kemudian menikah dengan Nyai Tolansa, dan dari perkawinan itu dikaruniai tiga
orang anak laki-laki dan dua orang anak perempuan yaitu:
1.Timamole
2.Simanole
3.Silalohi (lohilo manuputi)
4.Nyai Intan
5.Nyai Mas
Setelah dewasa ketiga orang anak laki-lakinya sepakat untuk pergi meninggalkan
Hatumeten. Niatnya ini disampaikan kepada kedua orang tua mereka, sang ibu
kemudian mengambil sebuah mangkok untuk membuat sumpah janji dengan
meminum tetesan darah dari jari-jari tangan ketiga saudara tersebut, adapun
sumpah janji itu antara lain berisi:
Tiga saudara adalah satu gandong(kandung)
Dimanapun mereka berada mereka harus saling melihat antara satu dengan yang
lain
Sumpah janji ini bersifat mengikat sampai dengan anak cucu secara turun temurun,
kemudian ketiga saudara tadi pergi meninggalkan kampung halamannya di negeri
Hatumeten.
Sampai di Hatumari ibu mereka menampakkan diri sedang memegang sebuah
mangkuk dan tempat tersebut kemudian dinamakan hatumari. Letaknya kurang
lebih disebelah timur negri Tamilou dipulau seram kabupaten maluku tengah.
Disinilah Timanole menetap dan berkuasa.
Sementara dua saudaranya yang lain yaitu Simanole dan Silaloi melanjutkan
perjalanan menuju nusa Iha di pulau Saparua, dan tiba di bagian timur nusa Iha
tepat nya di Siralou (batu Ananas)kemudian Silaloi turun dan naik kegunung Ama
Iha(gunung Elhau) bekas kerajaan Ama Iha dan kemudian menetap disitu.
Sebagai catatan salah seorang kapitan yang menetap di Ama Iha adalah Ulama’
besar dari daerah Tuban Jawa Timur yaitu Abdullah Sopaleu. Suatu ketika kapitan
Abdullah Sopaleu ini mengumpulkan para kapitan di Ama Iha dan mengambil
inisiatif sebagai pemimpin pertemuan dan bergelar Pikalouhata.
Akibat perselisihan antara kapitan Huameseng dengan raja patiran dikarenakan Hua
meseng ingin menikah dengan Poimasa (sala satu saudara perempuan dari sepuluh
bersaudara ) ditolak oleh raja patiran sekitar tahun 1283 M, Hahosan, Maspait,
Merah lau, serta Poi Masa sepakat meninggalkan kampung halaman(desa Rumbati
tanah Papua) untuk mencari saudara-saudara mereka yaitu
Nunu Mahu
Tablele
Haris Hamza
Musa Harimullah(kapitan kawal)
Mananeuna
Pada waktu yang telah ditentukan berangkatlah mereka menuju pantai, kemudian
Hahosan(Abuwasa) menggambar sebuah perahu diatas pasir, saat pasang air laut
menyentuh gambar perahu seketika gambar perahu itu berubah menjadi perahu
sungguhan dan siap untuk dipergunakan.
Keempat kakak beradik itu naik kedalam perahu (poli-poli) berlayar meninggalkan
kampung halaman serta kedua orang tuanya untuk berlayar mencari Ama Iha di
Nusa Iha(pulau Saparua), dengan menyusuri Nusa Ina (pulau seram), Nusa Yapono
(pulau Ambon), Pulau Haruku dan pulau Banda. Adapun beberapa tempat yang
sempat mereka singgahi selama perjalanan antara lain:
Disekitar batu kapal mereka mendapat rintangan dari pengawal kapitan Huameseng
berupa Husamaulo yakni seekor ikan paus yang menghalangi perjalanan mereka.
Yang menghendaki Poimasa (nyai intan) untuk terjun kedasar laut bersamanya.
Mereka mengelabui Husamaulo dengan jalan membuat boneka dari kayu yang
menyerupai Poimasa, tapi siasat ini tidak berhasil karena Husamaulo tambah marah
dan membuat air laut berombak besar sampai membahayakan perahu mereka.
Poi masa lantas berkata kepada kedua saudaranya Abuasa dan Aliwanta” jangan
hiraukan saya, turunkan saya segera untuk memenuhi permintaan Husamaulo “.
Akhirnya kedua saudaranya memenuhi permintaan poimasa, kemudian diangkatlah
poi masa untuk dilepaskan kelaut. Ikan Paus kemudian timbul lalu memeluk
poimasa dan menyelam bersama kedasar laut tepatnya ditanjung pasirolo(tanjung
batu kapal) pulau Haruku.
Dengan demikian tinggallah tiga besaudara yang tetap akan meneruskan perjalanan
yaitu : Abuasa, Aliwanta,dan Soumete Tita Nusa.
Di Pulau Banda mereka singgah karena salah arah berhubung berlayar pada malam
hari. Disinilah Soumete bertemu dengan Samadun(Lilimala Wakano) yang menjadi
marga Sopaheluwakan di SSI, dan mengajaknya bersama-sama mencari Nusa Iha.
Perjalanan dilakukan di malam hari.
Sesampai di Pantai salaiku di Ama Iha(Elhau).
Setelah tujuh hari tujuh malam dalam perjalanan sampailah mereka di Ama
Iha(negri louhata Amalatu)di Nusa Iha.
Menjelang pagi mereka tiba di bagian tenggara nusa Iha. di pantai salaiku tiba-tiba
mereka mendapat tegur dari darat, maka terjadilah dialog sebagai berikut:
D (darat)…sei nambe lau yemi sei nambe lau (siapa dilaut kamu siapa dilaut)
L ( laut) Yale tau otetewa yami yana latu warua turu wehe yoni nepapua( kamu
tidak tahu !!! kami ini dua anak raja turun dari tanah papua)…. Sei nambe lia yale sei
nambe lia( siapa didarat kamu siapa didarat)
D…(darat)..Yale tau otetewa yau lohilo manuputi turuwehe loto uamano elhau(
engkau tidak tahu bahwa saya adalah Lohilo menuputi turun dari kediamanku
negeri elhau)
Mae mituru mae yau wasaloomi kura sou adato(mari kemari saya terima kalian
dengan adat yang ada disini), maka latu Abuwasa mengajak latu Aliwanta latu
soumete dan latu samadun wakano (sopaheluwakan) untuk turun kedarat dan
mereka pun disambut oleh latu Lohilo Manuputi.
Setelah mereka beristirahat sejenak Abuasa berkata kepada Aliwanta “ Heu ume
tumbano epananuhu enale, ana latua sisuka sibirahi ooo”
“ turunkan tanah dan pasir kita yang kita bawah dari tanah Rumbati. Karena tanah
dan pasir salaiku cocok dengan tanah pasir yang kita bawah dari Rumbati, maka
mereka bersuka ria dan meminta untuk diijinkan menetap diama iha(elhau).
Catatan : Yang dimaksud tanah dan Pasir tersebut adalah tanah dan pasir dari
Louhata Amalatu yang dahulu kerajaan Ama Iha dibawah oleh Syeh Abdurrahman
Assagaf Maulana Saniki Yarimollah ke Rumbati tanah Papua secara hakekat, karena
pada saat itu Kun Fayakun berlaku sehingga jelas tanah yang mereka bawa sama
dengan yang ada di Ama Iha.
PEMBAGIAN WILAYAH
DAN PEMBERIAN NAMA NEGERI
Pembagian wilayah
Selesai menyambut ana latuwarua(dua anak raja Abuasa dan Aliwanta) yang datang
dari Rumbati anggaluli(tanah Papua). Latu Soumete dari tanjung Sial (seram barat)
dan Latu Samadun /Lilimala Wakano dari Banda (sekarang marga Sopaheluwakan
di Siri Sori Islam). Mereka sepakat tinggal di Ama Iha(Elhau)Menjelang beberapa
lama mereka berada di Ama Iha(Elhau) pada Lohilo manuputty ohatasou tula upu
pikalouhata(suatu waktu Latu Lohilo Manuputi memberi tugas kepada Abdullah
Sopaleu Pikalouhata antara lain ):
1.Pika upu lima taru-taru sei sei tua neani (satukan dan letakkan masing-masing
sesuai dengan tugasnya)
2.Latu sopamena waka salaiku elai manuhua( Latu sopamena menjaga pesisir pantai
salaiku sampai manuhua )
3.Latu Hahosan owaka salaiku na elai wesiolo(Latu Hahosan menjaga salaiku
samapai kehutan)
4.Latu Ali wanta owaka hale manuhua elai wai hulua( Latu Aliwanta engkau
menjaga mulai dari manuhua sampai air Surabaya)
5.Latu Abuasa owaka loto waitilo hena latu,(Latu Abuwasa engkau menjaga daerah
Henaratu sampai di air Surabaya)
6.Upu latu Kawalo turu wehe ampatalo na hulai henalatu(Upu latu Kawal engkau
menguasai benteng ampatal hingga henaratu )
7.Latu Kawalo sahu nane ulatilo utaha tumbano wae eluha(latu kawal segera
menuju arah elhau dan tancapkan tombakmu ketanah sampai mendapatkan air)
8.Latu saimima otunu patamarane lia uma adato, Lia uma adat tomagola pailemahu
tehuno nuru lete (Upu latu Abuasa bertugas untuk membakar lampu Patamaran
sebagai alat penerang didalam Rumah adat Tomagola pailemahu teuno nuru lete)
9.Latu sahusiwa tula emi baleo( Upu latu sahusiwa persama rakyatmu)
10.Latu sahusiwa tula upu lebeo (upu latu sahusiwa bersama para hakim
syariah(pengurus masjid)
11.Mae lolo oko ihiti doa wau upu lata’ala(kita bersama-sama berdo’a kepada Allah
SWT)
12.Tati Rahmateo wau iko lolooko(supaya Allah SWT menurunkan Rahmat untuk
kita semua sampai anak cucu kelak)
13.Lea muli na elai lau haha”(mulai dari daratan sampai dilaut)
Selesai pembagian wilayah kekuasaan Abdullah Sopaleu Pikalauhata berkata bahwa
pada hari ini kita semua telah memiliki Latu/Raja yaitu Upu Silaloi (lohilo
manuputi)
PERLUASAN WILAYAH
Menjelang beberapa saat datang perintah dari Upu latu Silaloi Lohilomanuputi
kepada latu Abuasa antara lain:
1.Latu Abuasa kedepan untuk mengangkat para kapitan dan para malesi
2.suruh para kapitan dan para malesi untuk mengusir kapitan Aipasa dari benteng
Ampatal dan keluarkan dia dari benteng itu menuju air beinusa Amalatu di desa
Tuhaha. Selesai peristiwa pengusiran kapitan Aipasa, maka kapitan Aipasa
meninggalkan benteng Ampatalo. Tapi didalam benteng itu masih tertinggal seorang
anak perempuan yang bernama Siatuna. Ia tinggal didalam benteng, kemudian anak
itu di ambil oleh kapitan Aliwanta sehingga Aliwanta mempersunting siatuna ,Dan
dari hasil perkawinan tsb lahir empat orang anak yaitu :
-Masapait patty
-Patty Didi
-Patty Kakang
-Sesbakar Patty ( Catatan : Sesbakar Patty i nusu waal ahatido dan namanya
berubah menjadi Frans Bakar Kesauli, Teunno dari marga patty bernama Siatuna)
3.Perintah dari Lohilo manuputi kepada kapitan kawal supaya naik ke halasinno
untuk memukul mundur musuh sekaligus mengusir orang2 yang ada di halasinno
untuk keluar meninggalkan halasinnno.
Untuk menuju ke halasinno kapitan kawal tidak bisa melewati benteng henaratu,
atas saran dari latu Abuasa supaya kapitan kawal dibusur dengan ranting kayu dan
memakai tali berwarna hitam dan alat busur tsb dipasang di tempat yang bernama
wati.( catatan : Busur dari ranting kayu ditarik hingga melengkung (eheru),
sehingga kapitan kawal bermarga Watiheru atau watihelu ). Dengan bantuan alat
tsb kapitan kawal dapat diterbangkan sehingga melewati benteng henaratu dan
masuk ke lokasi halasinno serta berhasil mengusir orang2 yang ada di halasinno.
Sebagian dari mereka lari ke Nusalaut dan mendiami negerinya yang sekarang
bernama Leinitu. Sebagian lagi menuju ke nusa ina (pulau seram) bagian barat dan
bermukim di kairatu, sebagian yang lain menuju pulau haruku dan mendiami negeri
sameth sampai sekarang 4.Latu lohilo Manuputi menyampaikan perintah kepada
latu Abuasa untuk mengumpulkan para kapitano dan para malesi di Elhau.
Dalam pertemuan di elhau latu lohilo manuputi menyampaikan kepada para kapitan
dan malesi antara lain:
kalian para kapitan dan para malesi, sekarang ini kalian harus masuk ke benteng
lisaboli kakelisa, pukul mundur dan usir mereka dari puncak gunung urputil atau
tetuwalo. Perintah pengusiran atau pengosongan benteng karena letaknya sangat
dekat dengan elhau (+ 3km) arah selatan benteng elhau. Para kapitan dan malesi
berhasil memukul mundur dan mengusir keluar orang2 yang ada dalam benteng.
Akibat dari penyerangan ini maka timbul dendam dan terjadi serang-menyerang
antara anak cucu louhata amalatu(SSI) dengan Lisaboli kakelisa (Negeri Ouw)
untuk memperluas batas tanah atau batas negeri masing-masing.
Selesai latu Abuasa memberi penjelasan mengenai arti nama negeri dari tempat
mereka berkumpul untuk musyawarah, maka para kapitano serentak mengangkat
suara “Elooooo….oooo eta mono nia upu latu warua…aaa… iya,kami atau kita setuju
dengan nama negeri tersebut”
Para kapitan dan malesi sepakat dengan nama yang disampaikan oleh Upu Latu
Abuasa, maka dengan resmi negeri itu diberi nama Louhata Amalatu dan dipimpin
oleh Upulatu Lohilomanuputi.
Maka mulailah para datuk2 tsb mengatur dan membangun negeri Laohata Amalatu
(sekarang Siri Sori Islam).
SUSUNAN RAJA-RAJA
NB:Mohon koreksi dari basudarao bila ada kesalahan tafsir/pengertian baik dalam
tulisan maupun bahasa penuturan pada tulisan ini
Sumber :
buku sejarah Asal-Usul tulisan asli berbahasa Arab gundul tidak bertasjid di tulis oleh
H.Abdul Wahab Saimima Allahumma yarham Tete Ambong (Alm) pada tahun 1260