Pulau seram berasal sebagai bagian dari Sula Spur (Klompe, 1954) merupakan
tanjung dari kerak Australia yang terletak di sisi depan lempeng Australia. Pulau
Seram menjadi bagian dari Sulawesi akibat lempeng Australiq2a bertabrakan
(collision) dengan bagian Sulawesi setelah terjadi penunjaman pada Cenothys
Timur dibawah Sulawesi Utara-filipina-sabuk vulkanik Halmahera (Audley-
Charles, dkk., 1972; Hamilton, 1979; Bowin, dkk., 1980; Hall, 1996, 2001, 2011,
2012; Charlton, 2000; Spakman dan Hall, 2010, dalam Pownall, J.M., Hall, R.,
2014).
Gambar 1. Rekonstruksi tektonik daerah Banda pada (A) 15 Ma, (B) 7 Ma, (C) 2
Ma, menunjukkan slab rollback ke Banda Embayment (Hall, 2012;
Pownal, dkk., 2014). Bintang kuning menunjukan lokasi Seram. Kerak
Samudera berwarna ungu (lebih tua dari 120 Ma) dan biru (lebih muda
dari 120 Ma); submarine arc dan Lempeng Samudera berwarna cyan;
volcanic island arc, ophiolite, dan material yang terbentuk sepanjang
batas lempeng berwarna hijau.
Seram menyimpan catatan terjadinya gaya tarikan kerak ekstrim yang berulang
selama Neogen hingga dua juta tahun lalu. subduction rollback ke Banda
Embayment ditandai dengan struktur mantel dan didukung oleh adanya batuan
muda bertemperatur sangat tinggi (ultrahigh temperature) terekspos di Seram.
Selain itu terdapat batuan intrusive berupa kontak peridotite-granit dan terdapat
subcontinental mantle lithospheric yang terekspos.
Banyak pendapat yang berbeda mengenai evolusi tektonik Neogen daerah ini,
terutama berhubungan dengan sifat subduksi disekitar Busur Banda, persamaan dan
hubungan antara unit tektonik yang berbeda terjadi di Seram dan pulau di
sekitarnya.
Terdapat batuan ultramafic yang tersingkap di Seram Barat dan Tengah, serta di
Ambon (Gambar 2). Batuan ultramafic tersebut dianggap berasal dari
allochthonous thrust sheet sehingga diinterpretasikan menjadi bagian dari ophiolite
yang telah didorong (thrust) dari Laut Banda. Penyelidikan yang dilakukan oleh
Linthout, dkk., (1989), Linthout dan Helmers (1994), Sopaheluwakan (1994), dan
Monnier, dkk., (2003) mengemukakan tentang konsep Ofiolit Seram yang
membantah bahwa adanya obduksi di dasar metamorf pada Formasi Tehoru yang
menyebabkan metamorfisme sub-ofiolit dan cordierite-bearing granit. Sehingga,
konsep Seram yang dikemukan dalam penyelidikan ini merepresentasikan
tumbukan yang rumit (collisional complex) yang didominasikan oleh gaya dorong
panjang yang telah terjadi.
Gambar 2. (a) Kenampakan SRTM Seram dan Ambon. (1) Kaibobo Peninsula, (2)
Hoamoal Peninsula NW, (3) KFZ tengah, (4) Pegunungan Kobipoto.
(b). Peta geologi Seram Barat dan Tengah, serta Ambon, (Pownall, J.M.,
dkk., 2013)
Sedangkan menurut Hall dan Wilson (2000), batuan ultramafik tersebut mungkin
berasal dari mantel subcontinental dan gaya tarikan (extension) mungkin lebih
berpengaruh dalam evolusi tektonik di Seram Barat daripada tumbukan (collision)
dan gaya dorong (thrusting). Selanjutnya Spakman dan Hall (2010) menemukan
bukti bahwa sejarah Pulau Seram didominasi oleh gaya tarikan (extension) dalam
konteks rekonstruksi lempeng menggunakan model tomografi di daerah Banda.
Penyelidikan terbaru oleh Pownall, dkk., (2013) memetakan low-angle detachment
fault di Seram Barat (Gambar 3). Adanya low-angle detachment fault
mempermudah tereksposnya subcontinental lithospheric mantle yang
membuktikan terjadinya gaya tarikan litosfer yang signifikan di pulau. Terlebih
lagi, Pownal, dkk., (2013) tidak menemukan bukti terjadinya gaya dorong
(thrusting) di Pulau Seram.
Gambar 3. (a). Peta Geologi Kaibobo Peninsula, Seram Barat (Pownall, dkk.,
2013), (b). cross-section di Kaibobo Peninsula sepanjang profil X-X-
X, (c). Panorama yang diambil dari puncak Gunung Ailapia
menunjukkan kompleks Kobipoto berada dibawah Kaibobo
detachment, (Pownal, J.M., dan Hal, R., 2014).
Kompleks Kobipoto terdiri dari leucosom-rich migmatit (diatexis) dan asosiasi
peridotite yang terekspos di bawah low-angle lithospheric detachment fault yang
dipetakan di Koibobo Peninsula (Gambar 3). Terdapat gneiss yang berdampingan
dengan peridotite komplek Kobipoto Peninsula. Menurut Pownal, J.M., dan Hall,
R., (2014) batuan metamorf tersebut membentuk hanging wall di atas komplek
Kobipoto yang terekspos. Komplek Taunusa merupakan bentukan dari batuan
Formasi Tehoru sebagai respon terhadap adanya temperatur tinggi saat terekspos
dari dasar kompleks Kobipoto.
Seram Tengah didominasi left-lateral Kawa Shear Zone (KSZ) yang berorientasi
kurang lebih parallel terhadap strike pada detachment fault di Seram Barat (Gambar
4). Hal ini terbukti dengan adanya batas patahan lensa peridotite terserpentinisasi
yang bergabung dalam KSZ. Patahan tersebut mungkin aktif kembali serupa dengan
lithospheric-scale detachment (Pownall, dkk., 2013).
Waktu relative dari ketiga patahan pada Gambar 4 ditunjukkan oleh kemiringan
normal detachment fault terhadap arah awal gaya tarikan (extension) NNE-SSW.
(1); kemungkinan aktif kembali detachment fault di Seram Tengah karena adanya
left-lateral shear berarah WNW-ESE, (2); membentuk zona sesar geser Kawa
(KSZ) dan struktur pop up Pegunungan Kobipoto, pada tahap terakhir terjadi
patahan normal sebagai respon gaya tarikan N-S, (3); struktur cross-cut.
Pegunungan Kobipoto merupakan struktur left-lateral pop up yang berkaitan
dengan KSZ. Batuan kompleks Kobipoto yang tersingkap di pegunungan tentunya
terekspos oleh left-lateral transpression. Mekanisme awal tereskpos komplek
Kobipoto di Pegunungan Kobipoto tidak jelas, karena batuan telah terekspos oleh
transpresi dan berbentuk pop up strucuture di Pegunungan Kobipoto.
Gambar 5. Skema model blok 3D menunjukkan kondisi UHT karena gaya tarikan
yang ekstrim yang diakomodasikan oleh lithospheric detachment fault
dan sesar geser yang kembali aktif, (Pownall, dkk., 2014)
Menurut Hamilton (1979), zona jejak permukaan hasil subduksi arah selatan dari
Kepala Burung menjelaskan Seram sebagai prisma akresi yang berasal dari blok-
blok Australia yang miring terhadap bagian atas lempeng yang menyusup. Menurut
Linthout, dkk., 1997; MIlsom, dkk., 1983), Seram Trough merupakan zona utama
patahan strike-slip yang berasosiasi dengan Tarera-Aiduna dan Zona Patahan
Sorong (Pownal, M.J., Hall, R., 2014).