Pemahaman tentang proses air melalui sifat fisika dan kimia air sangat berkaitan
terhadap sistem hidrotermal, proses hidrotermal, dan larutan hidrotermal. Air
merupakan oksida hydrogen berkomposisi dua atom H dan 1 atom O yang
membentuk molekul polar dimana atom H adalah muatan positif dan atom O adalah
muatan negatif. Muatan atom air yang berlawanan (polaritas) berperan sebagai
ligan untuk kation, proses hidrasi dan hidrolisis. Berikut reaksi kimia air murni:
H2O→H+ + OH-
Air dapat ditemukan dalam tiga fasa yaitu cair, padat (es), dan gas. Air di dekat
permukaan berada dalam keaadan cair seperti laut, sungai, danau, dan air tanah. Air
berupa gas di atmosfer dan di emisi vulkanik. Air dalam kondisi padat di kutub,
gletser gunung dan sebagai permafrost. Air berperan dalam dua siklus yaitu:
1. Endogen : energi diperoleh dari interior bumi dan terlibat dalam proses tektonik,
batuan beku, dan batuan metamorf.
2. Eksogen : sebesar lebih dari 99% energi diperoleh dari matahari dan
menggerakkan proses interaksi antara hidrosfer, atmosfer, dan geosfer (siklus
hidrologi dan pelapukan).
Sejarah hidrosfer dan atmosfer merupakan hasil saling berpengaruh dari aktivitas
vulkanik, benturan asteroid, tektonik, dan meningkatnya peran dari aktifitas
biologis. Perkiraan total air (berasal dari submarine, subaerial volcanic eruption,
magmatic arc, mid-ocean ridge) yang mengalir dari mantel ke permukaan sekitar
2.0x1011 kg yr-1 sedangkan air yang kembali ke mantel melalui sedimen pelagic
sepanjang slab subduksi dan kerak samudra sekitar 8.7x1011 kg yr-1.
Ketidakseimbangan antara air yang keluar dari mantel dengan air yang kembali ke
mantel diperkirakan air mengalami daur ulang kedalam mantel dan digunakan pada
reaksi hidrasi. Berikut Gambar 1 menjelaskan siklus air.
Gambar 1. Model sirkulasi air terestrial: (A) Sirkulasi global, (B) sirkulasi air dan
volatil di sistem mid-ocean ridge dan vulkanik, (C) Siklus air endogenik
dan meteorik.
Proses dehidrasi pada slab subduksi sangat efektif untuk mentransfer air kembali
ke permukaan melalui lelehan sebagian (partial melting) dan vulkanik. Dehydrasi
pada slab subduksi selama penguraian mineral hidrous terjadi di:
1. Mantel atas: dehidrasi mineral serpentin, klorit, phengite → proses hidrasi
membawa air ke mantle wedge di atas zona subduksi yang memicu partial
melting dan menghasilkan air di arc magmatism.
2. Zona transisi: penguraian mineral Phase E (Mg7Si2O(OH)6) dan wadsleyite.
3. Mantel bawah: penguraian mineral Phase B (Mg12Si4O19(OH)2).
4. Mantel pada kedalman >800 km: penguraian mineral Phase D
(Mg1.14Si1.73H2.81O6).
Gambar 2. Air yang dihasilkan dari dehidrasi dan penguraian mineral hidrous di
slab subduksi.
Planet teristrial yang baru terbentuk kemudian dipanaskan melalui tiga proses
utama yaitu:
1. Energi benturan (impact energy).
2. Tekanan gravitasi.
3. Radioaktivitas.
Saat panas yang dihasilkan lebih cepat dari pada aliran tersebut mengalir, maka
terjadi peleburan awal. Peleburan awal menyebabkan terjadinya differensiasi tubuh
planet menjadi beberapa lapisan dengan material ringan menuju ke permukaan.
Akumulasi Al, Si, K, dan Na sebagai unsur membentuk lapisa terluar (crust), diikuti
pembentukan lapisan dalam (mantle) dengan komsposisi silika Fe dan Mg. material
metalik seperti alloy Fe-Ni yang lebih berat tenggelam dan menajdi pembentuk
lapisan terdalam (core).
a. Air Laut
Karakteristik air laut adalah salinitas yang terbentuk pada 4 juta tahun lalu yang
mengandung Cl-, Na+, Ca2+, dan Mg2+ dengan kandungan Cl- dan Na+ merupakan
unsur kation dan anion yang dominan. Salinitas merupakan jumlah total padatan
yang larut per kilogram air. Padatan yang larut dalam air laut dapat berubah seiring
waktu dan perubahan lingkungan seperti lagun, evaporitic ponds, dan cekungan
anoxic dalam. Salinitas bersumber dari:
1. Aliran hidrotermal.
2. Pelapukan material kerak benua.
Air laut juga mengandung gas dalam larutan (O2, N2, CO2, Ar, H2S) seperti host
unutk unsur lainnya termasuk Li, C, Al, Si, P, Ti, V, Mn, Fe, Co, Ni, Cu, Zn, As,
Se, Rb, Mo, I, dan Ba. Penambahan material ke laut melalui sungai ditambah dari
elemen-elemen vulkanik bawah laut di sepanjang active mid-ocean ridge, oceanic
palteaux, dan volcanic island berupa anion seperti Cl-, SO42-, B, dan Br.
Air laut bisa jadi merupakan komponen yang penting dalam sistem hidrotermal,
seperti yang terjadi di sepanjang MOR, back-arc basin, rift basin, lempeng
samudera dan vulkanik bawah laut. Kaldera vulkanik di back ark setting
membentuk VHMS, sebaliknya ekshalasi hidrotermal pada lantai samudera di rift
basin membentuk SEDEX. Chimneys dan sulphide mounds di MOR hampir
seluruhnya terbentuk karena adanya proses sirkulasi air laut.
b. Air Permukaan
Air meteorik atau air teristrial diperlukan untuk proses pelapukan, erosi, dan
transportasi material. Jika dibandingkan dengan air laut, air hujan memiliki aksi
peluluhan pada batuan yang lebih kuat. Hal ini akibat air hujan mengandung
konsentrasi gram rendah namun memiliki kandungan CO2 yang lebih tinggi. Air
sungai mengandung Ca2+ dan HCO3-.
c. Air Tanah
Air tanah atau phreatic water adalah air yang meresap melalui tanah ke dalam
batuan dasar. Penyerapan dan penyimpanan air tanah bergantung pada porositas dan
permeabilitas. Porositas terbagi dua yaitu:
Air tanah mengandung bikarbonat, sulfat, klorit, dan logam alkali dengan kadar
bengantung pada batuan disekitar dan lamanya waktu. Berikut beberapa interaksi air
tanah dengan hidrotermal, sistem vulkanik, dan aliran dekat permukaan:
1. Air tanah yang terserap melalaui rekahan dan terpanaskan di gradient
geothermal tinggi dapat menjadi sistem hidrotermal meteoric dan naik kembali
melalui rekahan atau sesar. Kenampakan air sistem hidrotermal meteoric di
permukaan berupa hot spring.
2. Sistem hidrotermal meteoric di vulkanik terpanaskan oleh magma dan mencapai
temperatur di atas 3500C. selama sistem hidrotermal mengalir ke atas dapat
menajdi larutan yang mengendapkan logam dan sulfida.
3. Sistem hidrotermal meteorik yang mengalir dekat permukaan disebut sebagai
geothermal.
Pada proses hidrasi terjadi penyerapan H2O oleh ion lainnya yang membentuk
kerangka hidrasi. Pemutusan ikatan terjadi jika lapisan air semuanya mengelilingi
ion tertentu. Hidrolilis merupakan efek dari pemisahan molekul air menjadi H+ dan
ion OH-. Proses hidrolisis penting dalam pemisahan mineral-mineral silikat dan
melibatkan H+ dan OH- untuk saling berikatan dalam mineral dengan pola geometri
tertentu. Hidrolisis diartikan sebagai reaksi antara air dan ion dengan asam lemah
atau basa lemah. Contoh reaksi hidrolisis pada mineral fayalit dengan air pada pH
netral.
Reaksi hidrolisis dapat terjadi pada kondisi pH rendah, contohnya pada oksidasi
endapan sulfida. Kehadiran ion H+ pada air asam meningkatkan reaksi mineral
silikat yang menghasilkan pemisahan kation. Sebagian kation dapat berubah
menjadi stabil dalam mineral sekunder dan sebagian lainnya ikut larut dan terbawa
oleh larutan. Mobilitas kation tersebut pada kondisi fisika-kimia yang berbeda
menjadi sangat penting dalam eksplorasi geokimia dan untuk evaluasi gosan.
Hidrolisis mineral silikat sangat penting dalam alterasi hidrotermal karena ion
hidrogen menembus ikatan silikat dimana mereka bersaing dengan kation (K, Na,
Ca, dll) untuk berikatan dengan ion oksigen. Hidrolisis merupakan proses
pembentukan mineral baru akibat terjadinya reaksi kimia antara mineral tertentu
dengan ion H+, contohnya:
b. Nomenklatul Asam-Bassa
Sebuah zat kimia dikatakan asam jika menghasilkan ion hidrogen (H+) dalam
larutan air, dan dikatakan basa jika menghasilkan ion hidroksida (OH-). Tingkat
keasaman lebih sering dijelaskan dengan indeks pH. Di dalam batuan, tingkat
keasaman sering di kenali dari presentasi mineral asam oksida seperti SiO2,
sedangkan basa dikenali dari presentasi mineral logam oksida seperti MgO, FeO.
c. Potensial Redox
Potensial redox merupakan parameter penting untuk mencirikan larutan cair dan
kondisi oksidasi dan reduksi pada lingkungan geologi tertentu. Redox merupakan
singkatan dari reduksi dan oksidasi. Reaksi reduksi-oksidasi merupakan salah satu
hal dapat yang mentrasfer elektron dari satu unsur ke unsur lainnya. Contohnya
yaitu Fe, memiliki dua tahap oksidasi, yaitu tahap Fe(II) (ferrous) dan Fe(III)
(ferric). Contoh reaksi penambahan jumlah elektron Fe yang kemudian berikatan
dengan atom (reaksi oksidasi), yang sebaliknya merupakan reaksi reduksi dimana
elemen oksidasi, Fe, menerima kembali sebagian atau semua ikatan elekstronnya.
Beberapa tipe mata air panas di darat adlah asam sulfat, alkalin, carbonate-rich.
Berikut karakteristik mata air asam sulfat yaitu:
- Klorida rendah
- pH rendah
- Banyak senyawa akibat oksidasi seperti H2S, H2SO4
- Terdapat volatil seperti SO4, NH3, B
- Terdapatan logam seperti Hg, Bi, As, Au, Sb, W, Tl dan Sn
- Dihasilkan dari proses kondensasi uap saat naik melewati rekahan dengan
temperatur di bawah 400oC
- Lebih sering muncul di lereng gunung api dan crater lake daripada di
cekungan atau pada struktur kaldera
- Sering berasosiasi dengan fumarol dan danau lumpur.
f. Inklusi Fluida
Inklusi fluida merupakan droplet fluida yang terperangkap di dalam kristal mineral
pada saat keterbentukan kristal (crystal growth), atau masuk di sepanjang rekahan
mikro dan belahan kristal setelah terjadi kristalisasi. Kimia inklusi fluida
mengindikasikan bahwa umumnya larutan hidrotermal terdiri dari unsur, Na, Ka,
Ca, Mg, Fe, Ba, Mn, anion Cl, S, C, N,, P, Si, logam seperti Au, Ag, Cu, Pb, Zn, U,
dan gas seperti CO2, CH4, N2, SO2, H2S dan juga hidrokarbon. Inklusi fluida
sangat penting untuk menentukan temperatur, tekanan, densitas, dan komposisi
yang dapat digunakan mengetahui mineralisasinya.
Terdapat tiga tipe inklusi fluida yaitu:
- Primary: terbentuk bersamaan dengan pertumbuhan kristal, terisolasi atau
dalam cluster kecil yang disebut growth zone.
- Secondary: terbentuk setelah pertumbuhan kristal, melintasi growth zone
bahkan batas kristal.
- Pseudosecondary: terbentuk di dalam rekahan di dalam satu kristal dan tidak
melewati batas mineral.
Gambar 3. (A) Primary (P), Secondary (S) dan Pseudosecondary (PS); (B)
Klasifikasi inklusi fluida pada temperatur ruang.
Kombinasi inklusi fluida: L+V, L+V+S, V1+V2, L1+L2 dan lain-lain. Kehadiran
L-rich dan V-rich secara bersama-sama mengindikasikan pencampuran. Secara
umum, kehadiran bersama tipe II (L+V) dan III (V+SL) dapat mengindikasikan
bahwa fluida mengalami pemanasan ketika fluida terperangkap. Pada kasus satu
sistem, gelembung gas merupakan hasil fase gas dari liquid yang ada pada saat
pemanasan, atau dalam hal sistem heterogen, gas dihasilkan dari pembuihan.
Kehadiran gelembung gas juga mengindikasikan adanya proses immicibility.
Konten halogen dan rasionnya dalam inklusi fluida dapat digunakan untuk
mengindikasikan fluida hidrotermal apakah itu air laut, continental brines atau yang
lain. Perbandingan dan plot yang digunakan yaitu Cl/Br dengan Na/Br dan Cl
dengan Br. Kegunaan lain dari inklusi fluida yaitu adanya konten gas mulia seperti
He, Ar, Kr, Xe. Isotope He digunakan khususnya untuk menjejaki apakah fluida
berasal dari mantel atau merupakan gas dari mantel.
Beberapa tipe endapan terbentuk pada temperatur dan salinitas berbeda, dapat
dilihat pada Gambar 4 di bawah ini:
Kompleks sulfida pada temperatur rendah dan kompleks klorida pada temperatur
tinggi dan hubungannya terhadap tipe endapan mineral, dimulai dari skarn
(temperatur tinggi) sampai urat hidrotermal (temperatur rendah) diilustrasikan
seperti gambar di bawah. Pada Au, kelarutan dalam larutan klorida yaitu:
Gambar 7. Rentang temperatur AuCl dan AuHs pada diagram transport logam dan
asosiasinya dengan sistem mineral.
Penyebab deposisi dari kompleks sulfida yaitu:
- Pelepasan tekanan dan pemanasan
- Oksidasi, yang menurunkan kontent sulfida dan pH.
CHAPTER 2: PROSES HIDROTERMAL DAN ALTERASI BATUAN
SAMPING
Sistem hidrotermal merupakan distribusi sirkulasi fluida panas secara lateral dan
vertical pada berbagai temperatur dan tekanan dibawah permukaan bumi.
Komponen utama pada sistem hidrotermal adalah:
- Heat source (magmatik, gradient geotermal, radiogenik decay,
metamorfisme)
- Fase fluida (larutan yang berasal dari fluida megmatik/juvenile, air
metamorfik, air connate atau air laut).
- Struktur (fault, fracture) dan permeable litologi, sebagai pathways fluida
hidrotermal.
Berikut reaksi-reaksi yang berperan dalam proses alterasi hidrotermal (reaksi kimia
antara batuan dengan larutan hidrotermal) yaitu:
Dehidrasi :
Al2Si2O5(OH)4 + 2SiO2 Al2Si4O10 (OH)4 + Mg2+
Kaolinit Kuarsa Pyrophilite