Anda di halaman 1dari 12

MAKALAH

SASTRA DAERAH SULTRA

SASTRA INDONESIA

FAKULTAS ILMU BUDAYA

UNIVERSITAS HALU OLEO

KENDARI

2019
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena telah memberikan rahmad serta
hidayahnya sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini. makalah ini berisi mengenai sastra
daerah Buton yang terdiri dari nyanyian rakyat, pantun, permainan, tari dan lain sebagianya.

Makalah ini tersusun dari tiga bab yang terdiri dari latar belakang hingga penutup yang di
dalamnnya membahas mengenai sastra daerah yang ada di Buton.

Demikian makalah ini membutuhkan kritik serta saran yang mebangun agar terciptanya
makalh yang lebih baik lagi.

Kendari, 28 November 2019

Penulis
BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG

Indonesia terdiri dari berbagai etnis yang tersebar diseluruh wilayah negara
Indonesia. Penyebaran tersebut menghasilkan sesuatu yang disebut dengan kebudayaan.
Kebudayaan kemudian berkembang diseluruh masyarakat dan menjadi kebiasaan.
Kebiasaan itulah yang menjadi adat Intiadat masyarakat dan dilakukan turun-temurun
hingga saat ini.

Etnis-etnis ini memiliki ciri khas yang berbeda-beda yang menjadikan mereka unik
dengan warnanya tersendiri. Dalam suatu wilayah sebenarnya tidak mengahsilkan budaya
yang begitu sama, walaupun pada dasarnya mereka masih merupakan tetangga sedarah,
sehingga mitos-mitos yang berkembang kurang lebih sama.

Hal yang paling tampak adalah dalam suatu provinsi terdiri dari berbagai kota
ataupun kabupaten yang akan berbeda dengan kebiasaan daerah yang lain. misalnya
Sulawesi Tenggara terdiri dari berbagai kota dan kabupaten, tetapi di dalam kota dan
kabupaten tidak merupakan kelompok etnis yang benar-benar sama melaikan hanya
serumpun.

Bertajuk dengan apa yang dijelaskan pada paragraf sebelumnya, Sulawesi Tenggara
punya berbagai etnis yang ada di sulawesi tenggara, yang dapat disebutkan adalah Muna,
Buton,Tolaki dan sebagainnya. Perkembangan kebudayaan yang berkembang pada etnis
ini tidak semerta-merta memiliki kesamaan yang mencolok melainkan ciri khas yang
membuat suatu etnis tetap berkembang dan dilestarikan hingga saat ini.

Pada suku Buton perkembanga kebuayaan seperti tari sekarang telah menjadi hal
yang kurang diperhatikan karena mulai terlupakan. Hal ini disebabkan oleh masuknya
internet, game online, aplikasi chatting yang menarik remaja hingga jauh dari
kebudayaan yang merupakan jati diri mereka sendiri.

1.2 RUMUSAN MASALAH


1. Cerita Rakyat Buton
2. Pantun Daerah Buton
3. Teka-teki Daerah Buton
4. Permainan Rakyat Buton
5. Nyanyian Rakyat Buton
6. Sinopis Silat Sangkapura
1.3 TUJUAN
1. Mengetahui cerita rakyat apa saja yang ada di daerah Buton
2. Mengetahui Pantun daerah Buton
3. Mengetahui Teka-teki daerah Buton
4. Mengatahui permainan rakyat Buton
5. Mengetahui sinopsis Silat Sangkapura
BAB 2

PEMBAHASAN

2.1 CERITA RAKYAT BUTON

BONE MALEI

Bahasa Wolio

Saangu wakutu tana wolio siy ‘apanntangia Raja Mulae zamani yincia sumai yi
Bone Tobungku yi Kaponturi dhangia te kaheru. Baana kaheru yinca sumako , La
Bolontio. Roonamo mia yincia sumaysaompole mea matana. Tapanamo kasegana te
amalanga yincana. Bhari-bharia mia yindamo te matarana. Araatana posa rampasimea
yincia. Ane yinda aalea adhaki-dhakia.

Saopea-saopea kaheru yincia sumay akawamo yi kamali lelena. Raja mulae


arangomo. Laosaka ‘apadhangia kambotu. Yincema- yincema momembalina ‘apekamate
La Bolontio. Bhea dhawua ponambo, eapakawia te ‘anana Wa Tampaydongi. Sarona yi
kamali Bhoroko Malanga.

Lele yincia sumay ‘atoresamo sabhawaangia siy. Yapayaka mia momasegana


posalingkamo yi Bone Tobungku. Murhum, samia alingkamo dhuka. Kooniwae Murhum
wakutuu yincia sumay asawi koli-koli. Sadhompana koli-kolina Murhum asapomo.
Sasampona Murhum ‘apara make-makempamo aporope yi La Bolontio. Tula-tulana
kooniu La Bolontio ‘alingkaysimo dhuka Murhum. Samakasuna La Bolontio Murhum
‘aontomo. Oaena apapesuamea yinuncana bhone.Kasiympo apapenea asepaakamo La
Bolontio. Wakutu yincia yitu matana La Bolontio abukeakamo bone, te aseserakamo
yindamo apokamaata. Murhum ‘abindumo ewangana kaatobokiaka La Bolontio maka
yinda katea. Madey-dey Murhum ‘aagoy ewangana La Bolontio kasiympo atobokia La
Bolontio, lausaka amate. Sakamatana yincia yitu sabhangkana Murhum aosemo
sabhangkana La Bolontio. Kaapoewangi sagaa amate, sagaa atorako ,sagaa dhuka apalay.

Satoba tane La Bolontio ‘atarimea ‘obhorokona kasiympo baana adawuakea


miana siompu ambuliakea madhey yi kamali te pakawa yi raja,te apatium baakea matana
La Bolontio mako yi raja Mulae mamudhaakana akamatea saompole matana. Padha
yincia sumay Murhum adhodhomo kaumaneana La Bolontio sumay.

Kawa sapadhana yincia sumay Murhum atopakawimo te bhoroko Malanga.


Bhana La Bolontio atomaniuakamo, te miana Siompu ambuliakamea yi siompu
kaatodhika-dhika, yi nuncana lia yi bahawona bhatu yi lontoy.
Kasiympo rampana kabharina momatena yi Bhone Tobungku obhona wakutu
yincia yitu posa maleiaka raa. Siytumo sababuna bona tobungku yi kapuntori
atosarongimo “BONE MALEI”.

Bahasa Indonesia

Suatu saat buton diperintah oleh seorang raja yakni Raja Mulae. Pada zaman itu di
Bone Tobungku Kapuntori ada huru-hara yang di pimpin oleh La Bolontio. Rakyat yang
tinggal di Bone Tobungku sangat takut dengan La Bolontio karena dia hanya memiliki
satu mata saja. Ia kejam dan tinggi hati, semua orang merasa tidak tenteram. Harta
bendanya dirampas, diambil atau dirusakkan.

Beberapa saat kemudian huru-hara tersebut sampailah beritanya di Istana dan


telah diketahui olah raja. Setelah itu raja mengadakan keputusan, siapa-siapa yang dapat
membunuh La Bolontio, akan diberi hadiah, dikawinkan dengan putrinya yang bernama
Wa Tanpaydongi. Namanya diIstana di kenal dengan Boroko Malanga.

Beritanya tersebut menyebarkan di seluruh kerajaan. Para satria yang berani


semua menuju Bone To bungku. Murhum pun ikut mengadu untung. Menurut berita
Murhum saat ini naik sampan menuju Bone Tobungku. Setelah tiba, Murhum naik ke
darat. Setelah menginjakkan kaki di pantai , ia berpura-pura pincang berjalan menuju La
Bolontio. Menurut Cerita, La Bolontio berjalan pula menuju Murhum. Setelah La
Bolontio mendekat,Murhum memasukkan kakinya kedalam pasir, dan secara tiba-tiba
disentakkan kearah mata La Bolontio, sehingga penuh dengan pasir. Akhirnya ia
terhuyung-huyung karena matanya sudah buta akibat dikena pasir. Murhum menghunus
kerisnya lalu menikam La Bolontio,tetapi tidak mampan. Melihat itu Murhum merampas
keria La Bolontio kemudian ditikamkan pada La Bolontio denagn kerisnya sendiri. Saat
itu La Bolontio terbanting lalu meninggal dunia. Melihat itu kawan-kawan Murhum lalu
mengejar pasukan La Bolontio untuk berkelahi, sebagian meninggal ,sebagian ditawan
dan sebagian lagi melarikan diri. Saat itu juga Murhum memenggal leher La Bolontio dan
kepalanya dibawa segera pada raja supaya raja yakin bahwa La Bolontio yang bermata
satutelah dikalahkan.

Sesudah itu Murhum memotong pula alat fital dari La Bolontio untuk di
persembahkan kepada Raja Mulae sebagai bukti bahwa yang membunuh La Bolontio
adalah Murhum.

Kemudian dari pada itu Murhum telah diakui Raja Mulae dan langsung
dikawinkan dengan Boroko Malanga. Akhirnya kepala La Bolontio diserahkan kepada
orang siompu untuk disimpan dalam gua yang berada diatas batu di Lontoi. Saat
pertempuran di Bone Tobungku sangat banyak pasukan La Bolontio yang terbunuh
sehingga pasir menjadi berwarna merah karena darah. Itulah sebabnya Bone Tobungku di
gelar dengan nama “Bone Malei”.
2.1 PANTUN DAERAH BUTON

1. Pantun Muda-Mudi

Ambeli-mbeli ne bhau-bhau

Awoha lambu nopotala-tala

Mahingga amate ne kapulu

Sumanomo apooli cewe ma ngadha

Artinya :

Jalan-jalan ke Bau-Bau

Lihat rumah berbaris-baris

Biar mati di ujung keris

Asal dapat cewe yang cantik

2. Pantun Orangtua

Kalangkeno gunu kabhaeno watu

Nolangke dhua Kawasana Ompu

Mehingga do’ohi sehewu ta’u

Percuma ane desambaheya’a

3. Pantun Teka-Teki

Ande opande ondofi kenta

Ondofikanau kenta mongiwa

Ane opande pogau Mawasangka

Fombakanau ma’anano wangka

Artinya :

Kalau kamu pandai mencari ikan dilaut

Tolong carikan si ikan Hiu

Kalau kamu pandai bahasa Mawasangka


Coba artikan kata ‘wangka'

2.3 TEKA-TEKI DAERAH BUTON

Pertanyaan tradisional atau teka-teki yang biasa disebut masyarakat Desa Rombo
yaitu Nancuho. Teka-teki atau Nancuho adalah pertanyaan-pertanyaan yang biasa di
ajukan untuk seseorang dan orang yang di beri pertanyaa tersebut akan menerka
jawabannya. Nancuho ini dilakukan ketika para masyarakat sedang berada di kebun atau
ketika mereka sedang berkumpul untuk mengobrol. Tujuan Nancuho ini biasanya untuk
menghilangkan rasa bosan atau utuk sekedr hiburan saja.(narasumber Aida)

Contohnya :

Pertanyaan :

Nancuho, pidi horo kona enge


Teka –teki, tembak lantai kena hidung

Jawaban :

Ocu
Kentut

Pertanyaan :

Nancuho, tondondo mia to ontoho tondo to wutonto nato ontoho


Teka –teki , pagarnya orang bisa kita lihat pagarnya kita sendiri tidak bias kita lihat

Jawaban:

ngisi

Gigi

2.4 PERMAINAN RAKYAT DAERAH BUTON

2.5 NYANYIAN RAKYAT BUTON

2.6 SINOPIS SILAT SANGKAPURA

Pulau Buton memiliki budaya yang beraneka ragam seperti, tarian, upacara adat,
dan permainan silat kampung. Dari sekian banyaknya budaya yang ada di pulau Buton
penulis memilih salah satu yakni silat tradisional sangkapura (silakampo) yang masih
dipopulerkan atau masih dikembangkan dalam masyarakat Buton khususnya di
Kelurahan Wanepa-nepa Kecamatan Lakudo.
Orang yang pertama kali memperkenalkan silat sangkapura pada masyarakat
Kelurahan Wanepa-nepa diperkenalkan oleh Guru Lampolea sekitar abad ke-19, Guru
Lampolea belajar silat sangakapura ini dari seorang toko persilatan di Johor Singapur
yang bernama Ua Senge, ia berasal dari pulau tomia yang telah menjadi Guru besar di
pulau johor. Ua Senge mengajarkan silat ini hanya pada orang-orang Buton yang datang
berlayar di Johor Singapur, dengan tujuan berdagang dan belajar silat dari Guru Ua
Senge. Silat ini kemudian dipopulerkan dengan nama silat sangkapura (silakampo dari
singapur). Setelah itu permainan ini di perkenalkan oleh murid Ua Senge yang bersal dari
Buton yaitu Guru Lampolea. Permainan silat ini kemudian diperkenalkan oleh Guru
Lampolea secara diam-diam, ia mengajak keluarganya yaitu Guru Hamza untuk beradu
ketangkasan secara rahasia antara Guru Hamza dan Guru Lampolea. Guru Hamza lalu
tertarik dengan silat yang di tunjukan oleh Guru Lampolea, setelah itu Guru Hamza pergi
belajar silat sangkapura di Johor Singapur. Silat sangkapura ini kemudian di lanjutkan
oleh Guru Hamza dengan membuka perguruan silat sangkapura di Kelurahan Wanepa-
nepa.

Disinilah terlihat bahwa ternyata yang memperkenalkan ilmu bela diri


(Sangkapura) adalah orang Tomia yang bernama Ua Senge yang memiliki banyak
keahlian dan memiliki daya tangkap yang tajam. Dia kemudian menjadi guru besar di
pulau Johor, mengajari orang-orang pelayar dari pulau Buton tentang silat Sangkapura
dan orang-orang Buton membawa permainan silat sangkapura ini di pulau Buton.

Gerakan Dalam Silat Tradisional Sangkapura di Kelurahan Wanepa-nepa


Kecamatan Lakudo Kabupaten Buton Tengah. Pertama, Kadiu Munte (Mandi Jeruk).
Dalam Kadiu Munte atau mandi Jeruk ini Bahan yang digunakan adalah air putih dan
Buah Jeruk. Air putih ini berfungsi untuk membersikan badan sedangkan Buah Jeruk
adalah untuk meringankan badan dalam bergerak. Namun tujuan utamanya dalam Kadiu
atau mandi ini adalah membersihkan diri dari dosa atau perbuatan-perbuatan yang tidak
baik.

Kedua, Fokaloi Mata (Mempertajam Mata). Dalam Fokaloi Mata atau


mempertajam mata ini bahan-bahan yang digunakan adalah jeruk nipis, lombok, dan jahe.
Caranya bahan-bahan ini dihaluskan dan dicampur dalam suatu wadah kemudian di
bilaskan di depan mata para murid, Tujuan Fokaloi Mata ini adalah untuk mempertajam
mata agar tidak takut kepada musuh dan benda-benda tajam yang digunakan dalam
permainan silat tradisional sangkapura ini.

Selanjutnya, jika seseorang bisa dan dapat melewati syarat tersebut, barulah
kemudian dilakukan proses pembelajaran (perguruan silat) dengan mengenalkan
beberapa gerakan dasar. Beberapa gerakan dasar dalam silat sangkapura antara lain;

Tahap Pertama (I)


Tahap ini merupakan tahap dasar dalam permainan silat sangkapura. Dalam
tahapan pertama ini terdiri atas empat bahagian yakni: (a) Picah Bunga, (b) Langka
Empat (c) Langka Delapan, (d) Langka Enambelas.Dalam melakukan gerakan dasar Pica
Bunga, Langka Empat, Langka Delapan dan Langka EnamBelas ini dilakukan oleh satu
orang murid, gerakan dasar tahap pertama ini merupakan gerakan bertahan dan
menyerang untuk menghadapi serangan musuh dari dalam dan dari luar.

Tahap Kedua (II)

Seperti halnya dalam tahapan pertama, pada tahapan kedua juga memiliki empat
gerakan. Gerakan ini dilakukan oleh dua orang murid, dimana gerakan ini dapat
dikategorikan sebagai gerakan pertahanan, dan gerakan menyerang lawan secara cepat.
Keempat gerakan dasar tersebut dapat diuraikan sebagai berikut:

Pertama, Fokacibae welalo (sasaran di dalam). fokacibae welalo merupakan gerak


menyerang yang berasal dari dalam, di mana dalam gerakan ini seorang pemain silat
sangkapura akan melakukan serangan dengan memasuki area lawan. Sasaran serangan ini
adalah titik vital yang dianggap cepat dapat melumpuhkan musuh dalam satu kali
serangan.

Kedua, Fokacib’ae waesembali (sasaran di luar). Sebagaimana halnya gerakan


Fokacibae welalo dan Fokacibae waesembali atau gerakan dari luar juga merupakan pola
gerakan dari arah luar berupa pukulan lurus ke depan samping luar lawan. Gerakan ini
juga tetap dilapisi oleh Gerakan Langka Empat sebagai pelapis untuk menangkis
serangan lawan. Gerakan ini juga membutuhkan ketahanan posisi kaki yang kokoh agar
pukulan dan serangan yang dilakukan lebih kuat dan terarah. tujuan gerakan ini akhirnya
adalah menjatuhkan lawan sekaligus dalam satu kali serangan.

Ketiga, Fokacib’ae mecii welalo b’ae waeluara (sasaran putar kedalam dan di
luar). Fokacib’ae mecii welalo b’ae waeluara merupakan gerakan kombinasi, gerakan ini
merupakan gerakan yang sulit dilakukan dalam setiap permainan silat kampung ini.
Gerakan ini merupakan pukulan lurus kedepan (cumbu taewise), pukulan pendek dengan
siku (sikue) pukulan pendek setelah lawan ditarik dengan posisi badan menghadap
kelawan dan menariknya kedepan lalu dilanjutkan lagi dengan pukulan akhir. Gerakan ini
disertai dengan serangan dari samping kiri dan kanan atau menghempaskan pukulan dari
dalam dan diluar guna untuk mendapat kelemahan lawan pada saat menepis atau melapis
serangan. Di samping itu, gerakan ini juga dapat melakukan gerakan memutar dari arah
kanan dan kiri lawan.

Keempat, Fokacib’ae, Sowo D’aga, Bae Awo Nekalatea (sasaran, mundur


menghindar, dan kembali ke sasaran). Dari sekian banyaknya gerakan yang dilakukan
dalam permainan silat kampung sangkapura, gerakan keempat ini merupakan gerakan
yang paling sulit dilakukan. Gerakan kacumbu taewise atau pukulan ke depan lalu
disertai dengan gerakan mundur selangkah ke belakang (sowo d’aga), kemudian
dilanjutkan dengan pukulan kembali kesasaran lawan. fungsi gerakan tersebut adalah
sebagai benteng penyerangan di saat lawan menyerang, maka yang berfungsi adalah
sowo d’aga mundur selangkah ke belakang, lalu gerakan kembali ketempat pukul (awo
nekalatea cumbu) sebagai gerakan pertahanan dilakukan sebagai gerakan balasan
memukul lawan. Di saat lawan mendapat serangan, maka lawan akan mendapat dua kali
serangan pukulan siku dan dilanjutkan dengan pukulan akhir yakni lapisi cumbu.
BAB 3

PENUTUP

3.1 KESIMPULAN

Etnis buton juga merupakan etnis yang memiliki ciri khasnya sendiri sehingga
dapat bertahan hingga hari ini. permainan yang seringkali di perainkan dan menjadi
sebuah kebanggaan terhadap masyarakat walaupun perlahan-lahan hampir terkikis oleh
zaman.

3.2 SARAN

Kami membutuhkan saran agar dapat mebangun makalah ini menjdi lebih baik
lagi. Billahitaufikwalidayya wasalammualaikum warahmatullahi wabarakatu.

Anda mungkin juga menyukai