Anda di halaman 1dari 11

BAB 1

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Kabupaten Muna adalah salah satu daerah dari 17 kabupaten dan kota di Provinsi
Sulawesi Tenggara. Wilayah dengan luas berjumlah 1.941,08 kilometer persegi ini, mempunyai
banyak bukti prasejarah awal mula kehidupan masyarakatnya. Seperti  gua purna bernama
Liangkabori atau goa berlukis.Kondisinya yang masih alami dan belum tersentuh tangan
wisatawan. Gua ini menjadi destinasi wisata andalan Kabupaten Muna. Liangkabori pun menjadi
situs purbakala yang dilindungi dan dilestarikan oleh pemerintah.
Indahnya gua ini, tidak saja terlihat dari bentuknya yang mirip mulut manusia, melainkan lukisan
purba dalam dinding gua yang tak kalah indahnya.

Liangkabori terletak di Desa Liangkabori, Dusun 2, Kecamatan Lohia, Muna. Letaknya kurang
lebih 10 kilometer dari pusat kota Raha (Ibu Kota Kabupaten Muna). Untuk menuju
Liangkabori, masyarakat melewati jalan poros Raha-Mabolu, Kecamatan Lohia. Kemudian
memasuki lorong di perbatasan Desa Mabolu dan Desa Liangkabori.

Di Desa Liangkabori, tidak saja menyajikan satu gua berlukis. Melainkan ada sembilan gua
berlukis dengan nama berbeda. Masyarakat setempat mempercayai lukisan-lukisan ini
merupakan buatan manusia purba. Yang dibuat pada 300 atau 400 tahun silam. Lukisan ini
sengaja dibuat untuk menggambarkan kehidupan masa lalu. Masyarakat yakin, manusia purba
ingin menggambarkan kehidupan, namun karena dulu belum mengetahui huruf dan angka, maka
manusia purba memilih melukis.

Akibat dari tangan-tangan jahil dari para pengunjung yang tidak diawasi langsung oleh para
penjaga goa, saat ini telah banyak lukisan-lukisan yang pudar. Selain itu banyak juga lukisan-
lukisan baru yang sengaja di buat untuk menambah lukisan dalam goa.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian latar belakang di atas maka yang menjadi permasalahan dalam
penelitian ini adalah :

Bagaimana “meningkatkan kesadaran masyarakat dan pengunjung untuk tetap menjaga


kelestarian dari lukisan manusia purba di goa liangkabori”
C. Tujuan Penelitian

Untuk meningkatkan kesadaran masyarakat dan pengunjung untuk tetap menjaga kelestarian dari
lukisan manusia purba di goa liangkabori.

D. Manfaat Penelitian

Adapun manfaat dari penelitian ini yaitu :

1. Bagi pengunjung :
Penelitian ini di harapkan dapat membangun kesadaran para pengunjung untuk tidak
menyentuh lukisan atau mengotori goa agar lukisan dapat terelihat dengan jelas
2. Bagi masyarakat setempat :
Penelitian ini diharapkan dapat membangun kesadaran masyarakat untuk menjaga
lingkungan goa karena bisa memberikan lapangan pekerjaan bagi masyarakat bila banyak
pengunjung yang datang
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Sejarah

Sejarah historia (artinya "mengusut, pengetahuan yang diperoleh melalui


penelitian”), sejarah, babad, hikayat, riwayat, tarikh, tawarik, tambo, atau histori dapat
diartikan sebagai kejadian dan peristiwa yang benar-benar terjadi pada masa lampau atau asal
usul (keturunan) silsilah, terutama bagi raja-raja yang memerintah. Ini adalah istilah
umum yang berhubungan dengan peristiwa masa lalu serta penemuan, koleksi, organisasi,
dan penyajian informasi mengenai peristiwa ini. Istilah ini mencakup kosmik, geologi,
dan sejarah makhluk hidup, tetapi sering kali secara umum diartikan sebagai sejarah manusia.
Para sarjana yang menulis tentang sejarah disebut ahli sejarah atau sejarawan. Peristiwa yang
terjadi sebelum catatan tertulis disebut Prasejarah.

Sejarah juga dapat mengacu pada bidang akademis yang menggunakan narasi untuk


memeriksa dan menganalisis urutan peristiwa masa lalu, dan secara objektif menentukan pola
sebab dan akibat yang menentukan mereka. Ahli sejarah terkadang memperdebatkan sifat
sejarah dan kegunaannya dengan membahas studi tentang ilmu sejarah sebagai tujuan itu
sendiri dan sebagai cara untuk memberikan "pandangan" pada permasalahan masa kini.

Cerita umum untuk suatu budaya tertentu, tetapi tidak didukung oleh pihak luar
(seperti cerita seputar Raja Arthur) biasanya diklasifikasikan sebagai warisan
budaya atau legenda, karena mereka tidak mendukung "penyelidikan tertarik" yang
diperlukan dari disiplin sejarah. Herodotus, abad ke-5 SM ahli sejarah Yunani dalam
masyarakat Barat dianggap sebagai "bapak sejarah", dan, bersama dengan
kontemporer Thucydides, membantu membentuk dasar bagi studi modern sejarah manusia.
Kiprah mereka terus dibaca hari ini dan kesenjangan antara budaya Herodotus dan
Thucydides militer yang berfokus tetap menjadi titik pertikaian atau pendekatan dalam
penulisan sejarah modern. Dalam tradisi Timur, sebuah riwayat negara Chun Qiu dikenal
untuk dikompilasi mulai sejak 722 SM meski teks-teks abad ke-2 SM selamat.

Pengaruh kuno telah membantu penafsiran varian bibit sifat sejarah yang telah
berkembang selama berabad-abad dan terus berubah hari ini. Studi modern sejarah mulai
meluas, dan termasuk studi tentang daerah tertentu dan studi topikal tertentu atau unsur
tematik dalam penyelidikan sejarah. 
B. Menajaga peninggalan sejarah

Manfaat peninggalan bersejarah.

Mengutip Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan RI, banyak sekali peninggalan bersejarah di


Indonesia yang keberadaannya harus dilestarikan. Generasi penerus bangsa bertanggung jawab
untuk merawat dan menjaga peninggalan bersejarah di Indonesia.

Manfaat peninggalan bersejarah antara lain sebagi berikut.

 Menambah kekayaan dan khasanah budaya bangsa.


 Menambah pendapatan negara melalui kegiatan wisata.
 Sebagai bukti nyata peristiwa sejarah yang dapat diamati zaman sekarang.
 Dapat menambah wawasan dan pengetahuan.
 Sangat membantu dalam bidang pendidikan dan ilmu pengetahuan.
 Dapat mempertebal rasa kebangsaan.
 Dapat memperkokoh rasa persatuan

C. Pelestarian peninggalan bersejarah

Pelestarian peninggalan bersejarah adalah cara penting bagi manusia untuk


menyampaikan pemahaman tentang masa lalu kepada generasi mendatang. Dikutip dari Kiddle,
peninggalan bersejarah adalah benda fisik maupun tak berwujud (intangible) dari suatu
kelompok atau masyarakat. Peninggalan bersejarah diwarisi dari generasi masa lalu, dipelihara
saat ini dan diteruskan untuk kepentingan generasi mendatang. Peninggalan bersejarah berupa
benda-benda berwujud meliputi arca, benteng, makam, monumen, candi, prasasti, situs dan lain-
lain yang dianggap layak untuk dilestarikan demi masa depan. Benda-benda seperti karya seni
budaya yang berukuran kecil biasanya dikumpulkan di museum dan galeri seni. Peninggalan
bersejarah tak berwujud biasanya terkait budaya masyarakat seperti kesenian, perayaan, adat
istiadat dan lain-lain. Peninggalan bersejarah tersebut dinilai penting bagi perkembangan
arkeologi, arsitektur, ilmu pengetahuan, dan teknologi budaya tertentu. Peninggalan bersejarah
berupa alam juga merupakan bagian penting dari suatu budaya. Meliputi daerah pedesaan,
lingkungan alami, termasuk flora dan fauna. Situs-situs semacam ini sering berfungsi sebagai
bagian penting dalam industri pariwisata suatu negara. Sehingga menarik minat wisatawan baik
lokal maupun dari luar negeri. Peninggalan bersejarah yang bertahan dari masa lalu biasanya
unik dan tak tergantikan sehingga generasi sekarang bertanggung jawab untuk melestarikannya.
Warisan budaya dan sejarah alam suatu bangsa memiliki nilai yang sangat tinggi dan unik
sebagai identitas yang bisa diperkenalkan ke dunia.
BAB III
METODE PENELITIAN

A. Lokasi dan Situs Penelitian

Liangkabori terletak di Desa Liangkabori, Dusun 2, Kecamatan Lohia, Muna.


Letaknya kurang lebih 10 kilometer dari pusat kota Raha (Ibu Kota Kabupaten Muna).
Untuk menuju Liangkabori, masyarakat melewati jalan poros Raha-Mabolu, Kecamatan
Lohia. Kemudian memasuki lorong di perbatasan Desa Mabolu dan Desa Liangkabori.

Menurut La Ode Darma salah satu pemandu wisata di Gua ini sudah lama
ditemukan oleh warga tetapi warga melaporkan di dinas pariwisata itu pada tahun 1975.
Gua ini pertama kali diteliti oleh seorang sejarawan bernama Kosasih S.A. pada tahun
1977. Kemudian dikembangkan oleh La Hada pada tahun 1984. Seiring berjalannya
waktu, gua-gua tersebut menjadi sumber belajar kepurbakalaan beberapa kampus di
Indonesia salah satunya Universitas Halu Oleo di Kendari. Beberapa guru besar kampus
ini melakukan penelitian soal lukisan-lukisan di dinding gua.

La Ode Darma mengatakan, lukisan gua tersebut dibuat dari empat sumber
racikan pertama tanah liat, darah hewan, lemak hewan dan terakhir getah pohon. Untuk
lukisan pertama dengan umur yang cukup tua adalah lukisan telapak tangan di dinding
gua Liangkabori.

Kemudian ada gambaran manusia sedang berburu hewan babi, setelah itu layang-
layang dan terakhir gambaran manusia sedang bertani. “Orang tua kita mengajarkan
kalau makna dari gua ini adalah manusia dulu mencari makan dengan berburu, kemudian
bertani. Untuk mengobati rasa lelahnya manusia dulu juga menggunakan layang-layang.
Makanya ada gambar layang-layang. Ini kami percaya dan kami akui,” katanya.

Diakuinya, lukisan-lukisan pada dinding gua sampai saat ini masih menyimpan
misteri tentang kehidupan prasejarah masyarakat Muna, yang tergores pada sekitar 130
situs aneka goresan berwarna merah pada dinding gua bagian dalam. Lukisan-lukisan ini
masih terjaga keasliannya sampai sekarang.

Dari berbagai aneka lukisan tersebut tergambar cara hidup masyarakat suku Muna
pada masa lalu, mulai dari cara bercocok tanam, berternak, berburu, beradaptasi dengan
lingkungan, dan berperang untuk mempertahankan diri dari serangan musuh.
B. Jenis Penelitian

Dalam penelitian ini digunakan penelitian deskriptif, metode penelitian deskriptif


adalah metode penelitian kelompok manusia, suatu objek, suatu situs dan kondisi, suatu
pemikiran ataupun satu kelas peristiwa pada masa sekarang. Tujuan penelitian deskriptif
ini adalah untuk membuat deskripsi, gambaran atau lukisan secara sistematis, factual dan
akurat mengenai fakta-fakta, sifat-sifat serta hubungan antara fenomena yang diselidiki.

Dari penjelasan diatas bahwa metode yang di gunakan dalam penelitian ini adalah
metode deskriptif yaitu dengan melakukan pendekatan dengan sumber-sumber informasi
mengenai goa liangkabori. Melakukan wawancara dengan salah satu informan yaitu
pemandu di goa liangkabori.

C. Subjek Penelitian

Yang menajadi subjek dalam penelitian ini adalah para pengunjung terkhusus
masyarakat sekitar goa liangkabori.

a. Sumber Data

Penelitian yang dilakukan untuk menggali dan mengumpulkan data diperoleh


dari berbagai sumber.

Sumber yang dimaksud dalam penelitian ini adalah sesorang atau lebih yang
dipilih sebagai narasumber atau responden. Dalam hal ini sember data yang
diperoleh terdiri dari :

Data primer di dapat dari :

Data-data dan informasi dari pemandu wisata dan salah seorang warga
disekitar goa liangkabori.
D. Teknik Pengumpulan Data

Data yang dihasilkan ini diperoleh dengan cara :

1. Wawancara

Wawancara yang dilakukan oleh peneliti kepada informan untuk memperoleh informasi yang
diperlukan dalam penelitian ini. Dalam penelitian ini yang menjadi informan adalah La Ode
Darma.

2. Observasi

Observasi dilakukan dengan turun langsung ke tempat yang ingin di teliti, untuk melihat
keadaan dan situasi saat ini yang terjadi di goa liangkabori.

3. Dokumentasi

Dokumentasi dilakukan dengan mengambil gambar-gambar lukisan yang ada dalam goa baik
itu lukisan asli atau lukisan yang sengaja di buat-buat oleh tangan-tangan jahil
BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Gambaran Umum Lokasi Penelitian

Kawasan situs Gua Liangkabori menjadi bukti sejarah kehidupan peradaban suku Muna pada
zaman prasejarah. Sejumlah ornamen berupa lukisan stalaktit dan stalakmit membentuk tiang
batu menghiasi ruang tamu gua seakan menyajikan petualangan lorong waktu ke zaman
purba.

Sebelum melangkah memasuki situs gua Liangkabori kita akan menemui gua pertama yaitu
gua Metanduno, dinamakan gua Metanduno sebab didalam gua terdapat banyak lukisan
hewan bertanduk. Setelah menikmati keindahan gua Metanduno kita dapat melangkah
melewati anak tangga yang jaraknya tak jauh untuk menuju ke gua berikutnya yaitu gua
Liangkabori.

Liangkabori memiliki arti yaitu gua bertulis, dikatakan gua bertulis sebab didalam dinding
gua terdapat banyak lukisan hewan bertanduk dan lukisan orang yang sedang berlayar.
Lukisan-lukisan yang terdapat didalam kawasan situs gua liangkabori tahan lama dan usia
lukisan sudah sangat tua. Goresan lukisan terbuat dari tanah liat, darah hewan, lemak hewan
dan getah pohon. Dari sumber lukisan ini menggambarkan kreatifitas kehidupan penghuni
gua tersebut.

1. Keadaan lingkungan

Situs Liang Kobori terdiri dari empat situs gua dan ceruk, yaitu Gua Metanduno,
Gua Kobori, Ceruk Idamalanga dan Ceruk La Uhu. Keempat gua dan ceruk tersebut
digabung menjadi satu lokasi situs dengan pertimbangan berada dalam satu pagar, status
tanah milik negara, serta telah ditata dengan penambahan fasilitas wisata. Pemberian
nama Situs Liang Kobori dilakukan dengan pertimbangan nama tersebut lebih dikenal
oleh masyarakat sekitar, dijadikan nama jalan dan nama desa, serta nama tersebut selalu
merujuk pada lokasi keempat situs gua dan ceruk tersebut di atas berada. Liang dalam
Bahasa Muna memiliki arti lubang pada batu atau gua (ceruk), sementara Kobori berarti
yang bergambar atau berlukis. Jadi Liang Kobori berarti gua/ceruk yang bergambar atau
berlukis.
2. Letak desa

Liangkabori terletak di Desa Liangkabori, Dusun 2, Kecamatan Lohia, Muna.


Letaknya kurang lebih 10 kilometer dari pusat kota Raha (Ibu Kota Kabupaten Muna).
Untuk menuju Liangkabori, masyarakat melewati jalan poros Raha-Mabolu, Kecamatan
Lohia. Kemudian memasuki lorong di perbatasan Desa Mabolu dan Desa Liangkabori.

BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan

B. Saran
Daftar Pustaka

Lampiran :

Lampiran 1 :

Lampiran 2 :

Anda mungkin juga menyukai