Anda di halaman 1dari 15

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Mata pelajaran sejarah merupakan mata pelajaran yang memerlukan pengkajian dan
pendekatan. Kegiatan penelitian lapangan merupakan salah satu metode pendekatan utama
yang memberikan tantangan kepada siswa agar memahami materi masa prasejarah indonesia
khususnya dipulau muna dengan mudah. Selain sebagai pengkajian dan pendekatan materi,
Laporan ini dilatarbelakangi juga dari keingin tahuan kami untuk mengetahui nilai-nilai
sejarah yang terdapat di Muna, kerena itu merupakan hal ironis bagi generasi muda yang
hanya mampu mengenali sejarah nasional dan sejarah daerah lain, tetapi sejarah lokal
daerahnya masih sulit untuk dipahami. Dimana dalam rangka observasi ini kita ingin
meningkatkan daya tarik generasi muda dalam mengetahui sejara-sejarah yang ada di
daerahnya masing-masing sehingga kota Muna tidak ketinggalan dengan sejarah sejarah
yang ada diluar kota Muna.Selain latar belakang studi observasi, penelitian ini juga bertujuan
untuk mengetahui sejarah yang ada di kota Muna dan juga untuk mendorong pemerintah
memperhatikan dan melestarikan situs-situs budaya sejarah muna sehingga situs situs
tersebut masih terjaga keasliannya.

1.2. Tujuan
1 Untuk mengetahui kehidupan masyarakat Muna pada Zaman Praksara
2. Untuk mengetahui lingkungan fisik dan geomorfologi lingkungan situs liangkabori
dan metanduno.
3. Untuk mengetahui kehidupan sosial budaya masyarakat purba yang hidup
dilingkungan Liangkabori dan Metanduno.

Manfaat
1. Untuk mendekatkan diri pada kehidupan masa purba masyarakat muna, demi
menumbuh kembangkan kecintaan generasi muda pada nilai nilai sejarah masa
lampau,untuk progres masa kini dan mendatang.
2. Mendekatkan diri pada lingkungan alam, demi meningkatkan kesadaran generasi
muda untuk mencintai lingkungan hidup.
3. Mendekatkan diri untuk memahami kehiduan sosial budaya masyarakat Muna pada
zaman dahulu, demi lestarinya nilai-nilai sosial budaya dan meminimalisir shock dan
lag cultural akibat gencarnya pengaruh negatif arus globalisasi.

BAB II
PEMBAHASAN

Makalah Kehidupan Sosial Masyarakat Muna Pada Zaman Praksara Page


1
2.1. Landasan teori
Sejarah adalah kejadian yang terjadi pada masa lampau yang disusun berdasarkan
peninggalan-peninggalan berbagain peristiwa. Peninggalan-peninggalan itu di sebut sumber
sejarah. Dalam bahasa Yunani, kata sejarah disebut istoria yang berarti belajar. Sejarah dalam
bahasa Arab adalah sajaratun yang artinya pohon dan keturunan. Jika kita membaca silsiah
raja-raja akan tampak seperti gambar pohon dari sederhana dan berkembang menjadi besar,
maka sejarah dapat diartikan silsilah keturunan raja-raja yang berarti peristiwa pemerintahan
keluarga raja pada masa lampau. Dalam bahasa Inggris, kata sejarah di sebut history artinya
masa lampau umat manusia. Jadi, sejarah adalah ilmu pengetahuan yang mempelajari segala
peristiwa, kejadian yang terjadi pada masa lampau dalam kehidupan umat manusia.
Negara Indonesia adalah Negara kepulauan yang terdiri atas + 17.000 pulau. Gugusan
pulau pulau ini tersebar dari SABANG sampai MERAUKE yang terdiri atas pulau pulau
besar dan pulau pulau kecil. Dari ribuan pulau tersebut memiliki latar belakang sejarah
yang berbeda beda khususnya mengenai kondisi kehidupan manusia yang menghuninya
sebab ada pulau yang memulai kehidupan dari zaman prasejarah, adapula yang mulai dari
zaman hindu dan islam, bahkan ada yang memulai dari kehidupan masa orde baru.
Sebagaimana halnya daerah lain seperti Kalimantan timur ( kutai) , jawa , Sumatra, Sulawesi
selatan dll , maka begitu pula halnya dengan muna, yaitu sebuah pulau yang berada di jazirah
Sulawesi tenggara, yang merupakan satu satunya daerah Sulawesi tenggara yang memulai
kehidupan sejak zaman prasejarah. hal ini bukan hanya sekedar rekayasa yang berdasarkan
pada nilai pragmatis dan etnis ( kesukuan), tetapi didukung oleh bukti bukti sejarah pada
situs yang telah disurvei oleh banyak ahli sejarah dan arkeolog yang telah dibuktikan
kebenarannya.
Permulaan kehidupan prasejarah di daerah Kabupaten Muna ini diperkirakan berlangsung
pada zaman neolitikum karena yang menjadi bukti bukti temuan pada situs ini masih muda,
baik dilihat dari segi bahan maupun motifnya. Sebagaimana cirri khusus kehidupan
prasejarah bahwa manusia pada zaman itu kebanyakan memiliki tempat tinggal pad
ketinggian dan gua- gua. Begitu pula halnya di daerah ini telah ditemukan beberapa gua
sebagai tempat tinggal mereka karena terdapat bukti bukti berupa lukisan lukisan yang
ada di dinding gua. Adapun gua gua di kabupaten muna yang memiliki bukti adanya lukisan
di dinding berjumlah 13 yang terdiri atas 9 gua dan 4 cerut yaitu :
1. Liang Kabori 8. Liang Lamsrofa
2. Liang Metanduno 9. Liang Ida Malangu
3. Liang Wabose 10. Cerut Lasobo
4. Liang Toko 11. Cerut pinda
5. Gua sugi patani 12. Cerut lakuba
6. Gua poninsa 13. Cerut Tanggara
7. Gua la kalombo

Makalah Kehidupan Sosial Masyarakat Muna Pada Zaman Praksara Page


2
Liang kobori dan metanduno merupakan salah satu gua alam yang berada di Kabupaten
Muna, Provinsi Sulawesi Tenggara. Gua ini kini menjadi situs purbakala yang dilindungi dan
dilestarikan oleh pemerintah selain itu gua ini pun menjadi tempat pariwisata dan penelitian
kepurbakalaan.
Gua ini terkenal karena adanya ornament-ornament yang berupa lukisan yang terdapat pada
dinding gua. Lukisan-lukisan ini merupakan salah satu lukisan yang dibuat oleh para manusia
purba.
Gua ini merupakan salah satu gua alam yang memiliki ornament di dalamnya, yang berupa
lukisan hasil karya manusia purba, selain gua serupa yang terdapat di didaerah lainnya di
Indonesia atau gua serupa yang berada dimancanegara seperti di Prancis dan Spanyol.
Gua ini merupakan sebuah gua alam yang diteliti pertama kali oleh seorang sejarawan
bernama Kosasih S.A. pada tahun 1977.
Gua ini terletak kurang lebih 10 km dari pusat kota Raha melalui jalan poros Raha-Mabolu,
tepatnya diperbatasan antara Desa Bolo dan Desa Masalili, Kecamatan Lohia. Untuk
mencapainya, kita dapat menggunakan kendaraan Umum ataupun kendaran pribadi selama
kurang lebih 1 Jam perjalan.
Liang Kobori merupakan peninggalan bersejarah nenek moyang masyarakat suku
Muna. Gua Liang Kabori berasal dari bahasa suku Muna yang berarti Gua tulis. Hal ini
sangat tepat karena di sapanjang dinding Gua Kobori ini anda akan menemukan beragam
lukisan yang berjejer rapi Ada sekitar 130 lukisan yang bisa kita lihat. Sementara
Metanduno merupakan peninggalan bersejarah nenek moyang masyarakat suku Muna. Gua
Metanduno berasal dari bahasa Muna yang berarti yang bertanduk, dimana lukisan yang
terdapat di gua ini kebanyakan bermotif hewan bertanduk. Menurut masyarakat setempat dan
berdasarkan pengakuan salah satu tokoh adat yang bernama La Ode Samada, Liangkabori
melambangkan seorang wanita dan gua Metanduno melambangakan seorang laki laki.
Kedua gua ini mempunyai karakteristik yang sama yakni terdapat berbagai lukisan dan
terdapat stalakmit serta stalaklit, namun ada hal yang berbeda yakni didalam gua liang kabori
terdapat gua kecil dan terdapat sumber air yang cukup banyak sementara gua Metanduno
sedikit sekali sumber airnya. Dan berdasarkan referensi yang kami baca bahwa, kelembapan
di gua liangkabori lebih tinggi dibandingkan di gua Metanduno.

2.2 Kondisi Geografis, Demogrsfis,Sosial Budaya dan keadaan


alam
A. Kondisi Geografis.
Gua Liang Kobori dan Gua Metanduno yang berada di Desa Mabolu, Kabupaten
Muna, Sulawesi Tenggara, adalah gua yang menjadi saksi sejarah kehidupan suku Muna di
Sultra. Yang dapat dijangkau dan dengan menempuh dua cara. Cara pertama melalui

Makalah Kehidupan Sosial Masyarakat Muna Pada Zaman Praksara Page


3
Pelabuhan Nusantara, Kendari menuju Pelabuhan Raha di Muna. Waktu tempuh untuk rute
ini adalah 4 jam. Cara kedua bisa Anda lalui dari Bandara Walter Monginsidi, Kendari
menuju Bandara Sugimanuru lalu ke Kota Raha sebelum menuju ke Desa Mabolu dengan
lama perjalanan 1,5 jam. Ketika memasuki areal situs peninggalan liang kobori dan
metanduno, gua pertama yang kita temui adalah gua metanduno. Gua metanduno merupakan
gua alam yang kita jumpai terlebih dahulu sebelum gua liang kabori. Pada gua ini kita dapat
melihat berbagai hasil peninggalan manusia pra sejarah, misalnya saja lukisan-lukisan hewan
pada dinding gua serta asap yang menurut pemandu, sebut saja La Ode Samada, merupakan
asap sisa kegiatan masak memasak yang dilakukan oleh manusia pra sejarah. Secara
geografis liangkabori dan metanduno terletak di Gua Kabori terdapat di Desa Liang Kabori,
Kecamatan Lohia, Kabupaten Muna. Situs ini berjarak sekitar kurang lebih 17 km dari pusat
pemerintahan Kabupaten Muna yang beribukota di Raha. Dari ketinggian kurang lebih 800
meter dari permukaan laut, dan dapat ditempuh kurang lebih 30 menit dengan kendaraan roda
dua. Gua ini terletak kurang lebih 10 km dari pusat kota Raha melalui jalan poros Raha-
Mabolu, tepatnya diperbatasan antara Desa Bolo dan Desa Masalili, Kecamatan Lohia. Untuk
mencapainya, kita dapat menggunakan kendaraan Umum ataupun kendaran pribadi selama
kurang lebih 1 Jam perjalan. Tetapi untuk mencapai bibir gua tidak semudah yang dikira, kita
perlu memasuki lorong lagi sejauh 2-3 Km dengan akses jalan yang kurang memadai.
B. Kondisi Demografis
Sebagaimana telah disinggung terdahulu bahwa Kepulauan Muna adalah salah satu
daerah di wilayah Provinsi Sulawesi Tenggara yang diperkirakan telah memulai
kehidupannya sejak zaman prasejarah. Lingkungan dan kondisi alam Pulau Muna hampir
sama dengan kondisi alam di Kabupaten Maros, Sulawesi Selatan, yaitu berbukit-bukit batu
gamping dan batu karang. Semua gugusan pada kawasan situs gua di Pulau Muna bentuknya
beraneka ragam. Gua yang berukuran besar disinyalir sebagai tempat tinggal manusia pada
saat itu, sedangkan gua yang berukuran kecil hanyalah sebagai tempat berteduh dan istirahat
pada saat melakukan aktivitas kehidupan, misalnya berburu. Jarak diantara situs-situs tersebut
tidak berjauhan, yakni sekitar 200 sampai dengan 1500 meter. Luas gua yang menjadi tempat
tinggal mereka berkisar antara 50 hingga 300 meter sehingga diperkirakan penghuninya
antara 10 sampai 20 orang secara berkelompok.
C. Kondisi Sosial Budaya
Di daerah Gua liangkabori mempunyai masyarakat yang masih sedikit, karena
didaerah tersebut merupakan daerah terpencil yang cukup jauh dari perkotaan. Tetapi
sekarang ini sudah banyak pembangunan rumah baru. Rumah tersebut mereka dirikan dengan
menggunakan papan dan atap dari Rumbia. Namun sebagian sudah beratap seng. Untuk
mencukupi kebutuhan hidup sehari hari mereka memanfaatkan hasil kebun mereka yaitu
berupa umbi-umbian, jagung dan hasil kebun lainya, mereka juga memelihara hewan ternak.
Keadaan masyarakat di daerah gua liangkabori dusah tergolong masyarakat maju. Karena

Makalah Kehidupan Sosial Masyarakat Muna Pada Zaman Praksara Page


4
mereka sedah mengenal bercocok taman dan bertempat tinggal tetap. Untuk lebih jelasnya
berikut uraian tentang keadaan masyarakat Gua Liangkabori antara lain :
1. Tempat Tinggal
Rumah mereka terbuat dari papan dan atap rumbia. Bentuk rumah mereka adalah
adalah rumah panggung. Di setiap rumah memiliki sumur yang dikelilingi oleh tumbuh
tumbuhan yang telah dipagari. Di daerah ini belum memiliki aliran listrik, sehingga mereka
memakai lampu tentera sebagai penerang Rumah mereka dan kegelapan bila malam hari tiba.
2. Pertumbuhan Penduduk
Pertumbuhan penduduk di daerah Gua liangkabori sudah normal, yaitu jumlah angka
kelahiran dan kematian seimbang.
3. Kebutuhan Hidup
Kebutuhan hidup mereka adalah hasil kebun dan hewan ternak serta air untuk
keperluan sehari hari. Untuk memperoleh air, mereka mengambil air yang berada di dalam
gua. Pakaian mereka sudah seperti masyarakat pada saat ini.
Kelompok masyarakat yang menghuni ke-13 gugusan gua tersebut disinyalir memiliki
budaya sekalipun masih dalam taraf yang rendah. Hal ini terbukti pada lukisan-lukisan yang
terdapat di setiap gua pada situs Liang Kabori yang terdiri dari berbagai corak.
Keanekaragaman corak tersebut diasumsikan bahwa manusia yang menghuni gua tersebut
telah mempunyai kebudayaan yang tinggi. Lukisan yang ada menunjukkan bahwa manusia
pada saat itu telah menuangkan perpaduan antara daya imajinasi, artistik dengan relaitas
kehidupan yang dialaminya. Kemampuan mereka untuk memperlihatkan kreativitas seni yang
sesuai dengan dasar-dasar kehidupan mereka dapat dilihat pada contoh lukisan-lukisan yang
terdapat pada situs Liang Kabori. Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa manusia
prasejarah pada awalnya memiliki corak hidup yang sama, yaitu hidup mengembara dan
mengumpulkan makanan sebagaimana halnya manusia purba yang mendiami sekitar Liang
Kabori.
Berdasarkan kondisi gua dan hasil analisa terhadap lukisan pada dinding gua yang
menggambarkan aktivitas sosial mereka seperti perburuan, maka diperkirakan bahwa
aktivitas manusia di sekitar situs tersebut adalah berburu. Hal ini terlihat pada: (1) gua-gua
sebagai situs sejarah di Liang Kabori, terdapat 4 gua yang ukurannya kurang lebih 200 meter
sehingga sangat memungkinkan sebagai tempat tinggal; (2) sudah menjadi ciri khas manusia
purba bahwa setiap yang tinggal di dalam gua, maka pola kehidupannya adalah mengembara;
(3) sesuai pengamatan gambar-gambar yang terdapat pada dinding gua, yaitu gambar-gambar
babi, orang berburu dengan menunggang kuda yang menunjukkan ciri khas corak kehidupan
berburu dan mengumpulkan makanan; dan (4) lokasi situs gua Kabori, letak geografisnya
tidak menunjukkan tanda-tanda kehidupan, karena di sekitar gua tidak terdapat tumbuh-
tumbuhan yang dapat dikonsumsi sehingga sangat memungkinkan kehidupan mereka hanya

Makalah Kehidupan Sosial Masyarakat Muna Pada Zaman Praksara Page


5
tergantung pada binatang buruan. Demikain gambaran kehidupan sosial budaya dan
kepercayaan masyarakat Muna pada masa lampau.
Robert Van Heine Sclaern (seorang sarjana Austria) dalam penelitiannya tentang tingkat
hidup bangsa Indonesia pada zaman Neolitikum menyimpulkan telah mengenal anasir-anasir
kebudayaan, yaitu: menanam padi, memiliki alat pemotong padi, dapat membuat minuman
keras dari beras, memelihara babi, kerbau, dan binatang lainnya untuk keperluan penyajian,
membuat benda pecah belah dari tanah liat, membuat pakaian dari kulit kayu, mendirikan
rumah di atas tiang dan berbentuk persegi panjang, menjalankan pemotongan kepala manusia
untuk keperluan keagamaan, dan mendirikan bangunan megalit yang terbuat dari batu besar
untuk keperluan upacara agama (pemujaan terhadap arwah nenek moyang), dan mengenal
suatu jenis kesenian
Anasir-anasir kebudayaan tersebut masih ditemukan pada masyarakat di pedesaan
sampai sekarang, walaupun cara dan bentuknya ada yang mengalami perubahan dan lebih
maju. Sebagai contoh pembuatan minuman keras dari beras, dalam hal kepercayaan kepada
arwah nenek moyang, pembuatan barang pecah belah dari tanah liat. Fenomena budaya dan
tradisi seperti itu masih dijumpai sampai sekarang pada masyarakat Muna yang bermukim di
pedalaman. Dapat disimpulkan bahwa penduduk Pulau Muna adalah bagian yang tak
terpisahkan dari persebaran penduduk pertama yang mendiami kepulauan Nusantara.
Berdasarkan peninggalan-peninggalan yang ditemukan, maka dapat dipastikan bahwa
penghuni pertama Pulau Muna tinggal di gua-gua secara berpindah-pindah dari gua yang satu
ke gua yang lain bila persediaan makanan dan binatang buruan mulai berkurang. Kehidupan
semacam ini juga terjadi sejak zaman Paleolitikum. Kemudian pada masa neolitikum diduga
mulai dikenal kehidupan beternak dan pembuatan periuk dari tanah liat. Bila dihubungkan
dengan penelitian Robert Van Heine Sclaern tentang tingkat hidup bangsa Indonesia, maka
diduga kemampuan membuat benda pecah belah dari tanah liat menurut tradisi dari
masyarakat setempat sudah lama dikenal, terutama di Kampung Labora (penduduk tertua di
Muna). Pada zaman Neolitikum, kehidupan mereka mulai menetap dan mengembangkan
kehidupan bercocok tanam (terutama tanaman umbi-umbian), mereka juga mulai
mengembangkan pembuatan periuk dari tanah liat sebagai tempat memasak dan wadah air,
keterampilan memintal benang dan menenun. Pada masa ini mereka membuat tempat tinggal
tetap (rumah/pondok) yang tiangnya agak tinggi dari permukaan tanah untuk menghindari
ancaman binatang buas (Keterangan dari Bapak La Hada). Walaupun demikian, kehidupan
berburu tidak ditinggalkan, bahkan sampai sekarang masih ada penduduk desa yang
melakukan pekerjaan berburu rusa sebagai kegiatan sambilan.
Bagi masyarakat prasejarah, kegiatan berburu binatang telah menjadi salah satu usaha
untuk memenuhi kebutuhan makanan bagi penduduk yang pertama kali menghuni Pulau
Muna. Hal ini terbukti dengan banyaknya terdapat lukisan dengan tema perberburuan pada

Makalah Kehidupan Sosial Masyarakat Muna Pada Zaman Praksara Page


6
sejumlah gua. Selain itu, untuk menghadapi musuh juga dilambangkan pada gambar-gambar
atau lukisan orang yang sedang naik kuda sambil memegang tombak.
D. Keadaan AlamKeadaan alam disetiap daerah tentunya meliputi iklim dan tanah
1. Iklim
Iklim di Gua liangkabori adalah daerah tropis. Di daerah ini cuacanya sangat panas,
curah hujan rendah dan sangat gersang. Hujan hanya muncul pada saat saat tertentu saja.
Sehingga di daerah ini sering terjadi kekeringan, akibatnya tempat-tempat penampungan air
menjadi kering.
2. Tanah
Kondisi tanah di daerah Gua liangkabori berupa tanah bercampur batu batuan kecil
dan didaerah tersebut banyak yang di tumbuhi pepohonan yang besar dan rindang, serta
banyak terdapat gunung-gunung sekitarnya. Tanah didaerah ini sangat subur sehingga sangat
baik untuk bercocok tanam. Jalan menuju di daerah ini sangat sulit untuk dilalui oleh
kedaraan beroda empat maupun kendaraan beroda dua, karena jalannya berbatu dan
berkerikil. Oleh karena itu, untuk sampai keadaerah ini sangat melelahkan perlu berjalan kaki
sejauh 3 km.

2.3 Pembahasan
GUA LIANG KABORI merupakan sebuah gua peninggalan bersejarah
nenek moyang masyarakat suku Muna. Gua Liang Kabori berasal dari
bahasa suku Muna yang berarti Gua tulisan atau gua lukisan. . Hal ini
sangat tepat karena di sapanjang dinding Gua Kobori anda akan
menemukan beragam lukisan yang berjejer rapi Ada sekitar 130 lukisan
yang bisa kita lihat. Sementara METANDUNO merupakan peninggalan
bersejarah nenek moyang masyarakat suku Muna. Gua metanduno
berasal dari bahasa Muna yang berarti yang bertanduk, dimana lukisan
yang terdapat di gua ini kebanyakan bermotif hewan bertanduk.
Gua Liang Kobori dan gua metanduno yang berada di Desa Mabolu,
Kabupaten Muna, Sulawesi Tenggara, adalah gua yang menjadi saksi
sejarah kehidupan suku Muna di Sultra. Gua liangkabori dapat dijangkau
dengan menempuh dua cara. Cara pertama melalui Pelabuhan Nusantara,
Kendari menuju Pelabuhan Raha di Muna. Waktu tempuh untuk rute ini
adalah 4 jam. Cara kedua bisa Anda lalui dari Bandara Walter Monginsidi,
Kendari menuju Bandara Sugimanuru lalu ke Kota Raha sebelum menuju
ke Desa Mabolu dengan lama perjalanan 1,5 jam.
Menurut peneliti, lukisan yang berada di dinding gua berasal dari
zaman prasejarah atau sekitar 4.000 tahun yang lalu. Jika diamati,

Makalah Kehidupan Sosial Masyarakat Muna Pada Zaman Praksara Page


7
lukisan-lukisan tersebutmenggambarkan cara hidup masyarakat suku
Muna mulai dari bercocok tanam, beternak, berburu, sampai peperangan
mempertahankan diri dari musuh.Gua Liang Kabori memiliki lebar 30
meter, tinggi antara 2-5 meter dan kedalaman di bawah tanah sekitar 50
meter. Gua Liang Kabori juga yang sering di sebut juga Liang Kabori yang
di susun dengan bebatuan stalitit dan staligmit yang berwarna kehitaman.
Di dalam Liang Kabori juga terdapat kawanan burung walet yang hidup
dan membuat sarangnya di Liang Kabori. Hal ini menambah daya tarik
wisatawan untuk berkunjung diLiang Kabori.

Gua Liang Kubori - Gua zaman prasejarah yang berisi coretan dinding dari
tanah liat. Menurut juru kunci gua itu, La Hada, ada 130 gambar dalam
gua itu. Ada kepercayaan, manusia yang tinggal di gua ini adalah cikal-
bakal penduduk di Pulau Muna.
Demikian pula tanda-tanda gambar yang terpampang pada dinding liang
kabori berkaitan dengan aktivitas kehidupan manusia yang menghuni
gua-gua tersebut ,yaitu:
1. Kehidupan budaya
Kelompok masyarakat yang menghuni ke-13 gugusan gua tersebut di sinyalir
memiliki budaya sekalipun masih dalam taraf yang rendah hal ini terbukti dalam
lukisan-lukisan yang terpambang dalam dinding guayang terdiri dari berbagai corak .
keaneka ragaman corak di asumsikan bahwa manusia yang menghuni gua tersebut
telah mempuanyai kebudayaan ,sebab lakisan yang ada menunjukan bahwa manusia
pada saat itu telah menuangkan perpaduan antara imajinasi , artistic deangan
kenyataan hidup yang dialaminya .kemampuan manusia untuk memperlihatkan
kreatifitas seni sesuai dengan dasar-dasar kehidupan mereka , contoh:
a. Sebagai bukti bahwa kehidupan mereka adalah berburu maka di lukiskan pada
dinding gua , terdapat jenis-jenis binatang buruan, serta alat-alat buruan seperti
mata tombak dan busur panah
b. Gambar-gambar matahari menunjukan bahwa mereka memuja dan menyembah
dewa matahari
c. Gambar-gambar manusia terpotong kepala melambangkan kegemaran bertempur
dan berperang
d. Gambar-gambar binatang buas melambangkan memuja terhadap binatang buas
( dinamisme )

Makalah Kehidupan Sosial Masyarakat Muna Pada Zaman Praksara Page


8
(a ) (b) (c)
(a) lukisan orang menunggang kuda. (b) lukisan perahu. (c) lukisan orang terpotong
kepala.

(d) (e) (f)


(d), (e), (f) lukisan orang berperang.
Contoh-contoh di atas merupakan bukti-bikti fisik bahwa manusia yang menghuni
gugusan gua kabori telah memiliki kebudayaan .

2. Pola kehidupan kelompok


Semua gua pada situs liang kabori bentuknya beraneka ragam ada yang berukuran
besar dan ada yang berukuran kecil ,berlokasi pada satu kawasan yang berjarak antara
satu dengan yang lainya tidak berjauhan berkisar antara 200m-1500m .dari jarak
tersebut di sinyalir bahwa yang menjadi tempat tinggal manusia pada saat itu hanya
gua yang berukuran besar sedangkan gua yang beerukuran kecil hanyalah sebagai
tempat berteduh dan istirahat pada saat melakukan aktivitas kehidupannya misalnya
berburu . luas gua yang menjadi tempat tinggal mereka berkisar antara 50m 2 hingga
300m2 sehingga di perkirakan penghuninya antara 10-20 orang secara berkelompok..
Dalam kehidupan berkelompok ada yang di anggap figur yang menjadi kepala
kelompok untuk mengatur tata kerja antara laki-laki dan perempuan serta anak-
anak.pembagian kerja dapat di lakukan sesuai kemampuan fisik yaitu:
- laki melakukan pekerjaan seperti berburu dan meramu
- Perempuan mengerjakan hasil buruan sedangkan anak laki-laki membantu orang tua
- laki-laki sedangkan anak perempuan membantu orang tua perempuan .

Makalah Kehidupan Sosial Masyarakat Muna Pada Zaman Praksara Page


9
Pada sirus liang kabori belum dapat di pastikan secara jelas apakah masing-masing
gua di huni oleh kelompok berlainan,hal ini karena.
A. pola kehidupan berpindah-pindah, maka kemungkinan ke 13 gua tersebut
penghunianya adalah penghuni yang sama.

B. Tidak adanya bukti-bukti yang akurat untuk membenarkan dugaan itu.


Tetapi dari lukisan dinding setiap gua dapat di sinyalir bahwa setiap gua adalah
kelompok yang berlainan. Hal ini terlihatdara motif dan langgeng lukisan pada
dinding setaiap Berdasarkan gua berlainan. Jika lukisan-lukisan pada dinding setiap
gua terdapat persamaan yang jelas antara satu dan yang lainnya , maka penghunianya
kemungkinan adalah orang yang sama hanya karena berpindah-pindah tempat.
3. Mengembara daan mengumpulkan makanan
Manusia prasejarah pada awalnya memiliki corak hidup yang sama yaitu mengembara
dan mengumpulkan makanan sebagaimana halnya manusia purba yang mendiami
sekitar liang kabori , berdasarkan hasil survey pada tahun 1994 bahwa manusia sekitar
itu aktivitas kehidupannya adalah berburu . hal itu terlihat pada:
a. Lukisan-lukisan pada dinding gua kebanyakan adalah orang berkuda ,busur
panah,dabi dan rusa
b. Dari jarak gua yang satu dan gua yang lain kadang berjauhan dan kelihatanya
menunjukan sebagai tempat peristirahatan
c. Gua-gua yang tidak memungkinkan untuk tempat tinggal berarti untuk
peristirahatan pada saat berburu hal ini terlihat pada gambar-gambar pada dinding
gua seperti babi, kuda, rusa dan busur panah .

(a) (b) (c)


(a) lukisan beberapa jenis hewan buruan (b) lukisan kegiatan perburuan hewan
(c) lukisan orang berkuda sambil memegang tombak.
Bentuk tolak pada ketiga aspek di atas menunjukan bahwa kahidupan manusia purba
yang bertempat tinggal di liang kabori memiliki corak kehidupan berburu dan
mengumpulkan makanan .satu hal tentang keberadaan penghuni liang kabori yaitu
sampai sat ini tidak di temukan peninggalan alat-alat kehidupan baik batu maupun
dari benda logam. Tetapi satu hal yang disikapi secara rasional bahwa penghuninya
pernaah memiliki corak kehidupan mengembara dan dan mengumpulkan makanan
karena :
a. Gua-gua sebagai situs sejarah di liang kabori ada 4 gua yang ukuranya +200 m2
,sehingga sangat memungkinkan sebagai tempat tinggal.
b. Sudah menjadi ciri khas manusia purba bahwa setiap yang tinggal di dalam gua
,maka pola kehidupannya mengembara.

Makalah Kehidupan Sosial Masyarakat Muna Pada Zaman Praksara Page


10
c. Sesuai pengamatan pada gambar-gambar yang terpampang pada dinding gua yaitu
gambar babi,orang berburu dengan menunggang kuda,maka hal ini menunjukan
ciri khas corak kehidupan berburu dan menggumpulkan makanan pada saat itu.
d. Lokasi situs gua kabori kondisi geografisnya tidak menunjukkan tanda-tanda
kehidupan karena di sekitar gua tersebut tidak terdapat tumbuhan-tumbuhan yang
dapat di konsumsi, sehingga sangat memungkinkan kehidupan mereka hanya
tergantung pada hasil buruan mereka.
Keempat indicator tersebut membuktikan secara kuat bahwa pada kehidupan manusia
yang menghuni situs gua kabori adalah berburu dan mengumpulkan makanan.
4. Kepercayaan
Kepercayaan manusia yang menghuni gugusan liang kabori adalah animisme dan
dinamisme .hal ini di sinyalir dari tanda-tanda gambar yang tertera pada dinding goa
yaitu lukisan matahari ,lukisan binatang buas seperti lipan besar yang melambangkan
pemujaan dewa matahari dan melambangkan penyembahan pada binatang buas dan
besar seperti halnya konsep ajaran dinamisme.
Oleh karena itu manusia bertempat tinggal di dalam goa tersebuat telah
mempunyai
Kepercayaan terhadap pada arwah nenek moyang yang tersimpul pada dalaam
kepercayaan animisme dan dinamisme..

(a) (b)
(a) lukisan binatang melata (b) lukisan matahari
5. Manusia pendukung kebudayaan liang kabori.
sebagai mana kebudayaan ngandong dan pacitan dapat di pastikan jeneis-jenis
manusia yang mendukung kebudayaan tersebut. Tetapi liang kabori sampai saat ini
belum terungkap jenis-jenis manusia yang menghuni situs tersebut, karena berbagai
penelitian arkeologi maupun antropologi belum menemukan bukuti-bukti seperti
tengkorak maupun alat-alat kehidupan yang di gunakan pada saat itu. Oleh sebab itu
jenis-jenis manusia yang menghuni tempat tersebut belum dapat dipastikan secara
jelas. Walaupun tidak ditemukan bukti-bukti secara antropologistetapi bukti arkeolog
dan historis memberikan keyakinan sebagai saksi sejarah bahwa pada situs liang
kabori dimasa lalu pernah ada kehidupan manusia purba.

6. Manusia yang berkembang di Muna bukan keturunan dari manusia purba liang kabori.
Dalam berbagai sumber sejarah yang di jelaska bahwa manusia purba yang
pernah hidup di Indonesia atau berbagai tempat di nusantara dapat di pastikan tidak
ada proses regenerasi atau hubungan generasi dengan manusia yang hidup di

Makalah Kehidupan Sosial Masyarakat Muna Pada Zaman Praksara Page


11
Indonesia saat ini .pernyatan tersebut dapat di buktikan dengan berbagai teori
antropologis bahwa:
a. Nenek moyang bangsa Indonesia saat ini berasal dari daratan tinggi yunani.
b. Berdasarkkan ciri-ciri fisik manusia purba yang pernah berkembang di berbagai
tempat di Indonesia tidak memiliki persamaan dengan manusia yang ada dan
berkembang saat ini
c. Saat zaman neolitikum terjadi fenomena geologis yang tidak memungkinkan ada
suatu kehudupan sehingga sangat mungkin manusia tidak dapat bertahan hidup,
sehingga manusia pada saat itu punah
Berdasarkan ke tiga indicator tersebt bahwa manusia yang berkembang diindonesia
saat ini bukan generasi manusia purba dan juga bukan termasuk yang menghuni liang
kabori.
Manusia yang berkemang saat ini berasal dari perpaduan antara melayu tua ( old
malaiers) dangan melayu muda ( young malaiers). Sedang sukun tomul yang
di anggap sebagai suku asli, di daerah ini kemudian menyingkir ke muna selatan
sekitar lolibu dan mone setelah kedatangan penduduk di daerah ini .
Secara folk color dan legendaris daerah bahwa manusia yang berkembang di muna
saat ini berasal dari luwu Sulawesi selatan .
Oleh karena itu manusia pendukung pendukung situs liang kabori di prediksikan
mengalami proses kepunahan sebagaiman halnya manusia purba lain yang ada di
nusantara.

BAB III
PENUTUP

3.1. KESIMPULAN
Makalah Kehidupan Sosial Masyarakat Muna Pada Zaman Praksara Page
12
Liang Kobori merupakan peninggalan bersejarah nenek moyang masyarakat suku Muna. Gua
Liang Kabori berasal dari bahasa suku Muna yang berarti Gua tulis. Hal ini sangat tepat
karena di sapanjang dinding Gua Kobori ini anda akan menemukan beragam lukisan yang
berjejer rapi Ada sekitar 130 lukisan yang bisa kita lihat. Sementara Metanduno merupakan
peninggalan bersejarah nenek moyang masyarakat suku Muna. Gua Metanduno berasal dari
bahasa Muna yang berarti yang bertanduk, dimana lukisan yang terdapat di gua ini
kebanyakan bermotif hewan bertanduk.
Berdasarkan tanda-tanda gambar yang terpampang pada dinding liang kabori dan liang
metanduno berkaitan aktivitas kehidupan manusia purba pada saat itu di pastikan bahwa :
1. Manusia pada saat itu memiliki kepercayaan dinamisme ( menyembah binatang-
binatang besar) yang di dasari adanya gambar binatang melata berukuran besar dan
binatang besar lainnya . selain itu manusia pada saat itu memiliki kepercayaan
animisme(menyembah matahari) hal ini di dasarkan adanya gambar manusia yang
sedang menyembah matahari.
2. Manusia purba pada saat itu memiliki pola kehidupan berkelompok yang dipimpin
oleh ketua kelompok untuk mengatur tata kerja karena didasarkan dengan ukuran
guanya yang sangat besar yaitu berkisar antara 50 m2 hingga 300 m2.
3. Manusia purba saat itu sudah memiliki budaya tetapi masih dalam taraf yang rendah.
Hal ini terbukti adanya lukisan lukisan yang terpampang pada dinding gua yang
terdiri dari berbagai corak. Keanekaragaman corak tersebut diasumsikan bahea
manusia yang menghuni gua telah mempunyai kebudayaan, sebab lukisan yang ada
menunjukan bahwa manusia pada saat itu telah menuangkan perpaduan antara daya
imajinasi, artistic dengan kenyataan hidup yang dialaminya. Contoh :
Sebagai bukti bahwa kehidupan mereka adalah beburu, maka terdapat lukisan
pada dinding gua, jenis jenis binatang buruan serta alat alt buruan seprti
mata tombak dan busur panah.
Gambar manusia terpotong kepala, melambangkan kegemaran bertempur dan
berperang.
4. Manusia pada saat itu memiliki kebiasaan mengumpulkan makanan hal ini didasarkan
lukisan lukisan pada dinding gua kebanyakan adalah gambar orang berkuda, busur
panah, babi dan rusa.
5. Manusia purba pada saat itu bukan merupakan manusia yang berkembang di muna
pada saat ini. Hal ini didasarkan :
Nenek moyang Bangsa Indonesia yang berkembang di Indonesia berasal dari
daratan tinggi di yunani.
Berdasarkan cirri fisik manusia purba yang pernah berkembang di berbagai
tempat di indonesisa khhususnya di muna tidak memiliiki persamaan dengan
manusia yang berkembang di indonesi khususnya di muna pada saat ini.
Setelah zaman neolitikum ( zaman es ) terjadi fenomena geologis yang tidak
memungkinkan adanya suatu kehidupan sehinggga sangat mungkin manusia

Makalah Kehidupan Sosial Masyarakat Muna Pada Zaman Praksara Page


13
pura saat itu tidak dapat bertahan hidup, sehingga manusia yang pernah hidup
pada masa itu punah.

3.2. SARAN
Sebaiknya pembaca dapat mengetahui atri penting dari sejarah sehingga sejarah di
Indonesia khususnya di muna dapat selalu diingat dan dapat menjadi pelajaran bagi generasi
generasi muda kedepannya untuk selalu menjaga peninggalan peninggalan sejarah yang
telah di wariskan dari nenek moyang kita.
Semoga dengan adanya makalah ini masyarakat di Indonesia khususnya di muna
berpartisipasi dalam melestarikan peninggalan peninggalan sejarah khususnya di muna
seperti liangkabori dan metanduno sehingga keasliannya dapat terjaga.

DAFTAR PUSTAKA

http//kullsetia.blogspot.in/2010/11/makalah-liangkabori-muna.html.
LA OBA, DRS. 2005. MUNA DALAM LINTASAN SEJARAH prasejarah era
reformal. Sinyo M.P : RAHA
http//id.wikipedia.org/wiki/status_peninggalan_purbakala_liangkabori_dan_metandun

Makalah Kehidupan Sosial Masyarakat Muna Pada Zaman Praksara Page


14
Makalah Kehidupan Sosial Masyarakat Muna Pada Zaman Praksara Page
15

Anda mungkin juga menyukai