Anda di halaman 1dari 16

MAKALAH

“TIPOLOGI KORUPSI“

DISUSUN OLEH

KELOMPOK 2

HANENTA JUWANTI WENI (2001040020)


CHLARA G. TANGWAL (2001040015)
MARIA YOSEFINA KEWA (2001040032)

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BIOLOGI FAKULTAS


KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKANUNIVERSITAS
NUSA CENDANA KUPANG
T.A 2022/2023
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kepada Tuhan yang Maha Esa, atas limpahan rahmat
dan kasih-Nya, sehingga kami dapat menyelesaikan penyusunan makalah yang
berjudul “TIPOLOGI KORUPSI” ini dengan baik. Makalah ini disusun guna memenuhi
tugas dari Ibu Dra. Angela G. Lika, M.Si dosen mata kuliah pendidikan anti korupsi
program studi pendidikan biologi.

Kami telah menyusun makalah ini dengan sebaik-baiknya dan semaksimal


mungkin. Namun, tentunya sebagai manusia biasa tidak luput dari kesalahan dan
kekurangan. Harapannya, semoga bisa menjadi koreksi di masa mendatang agar lebih
baik lagi dari sebelumnya. Kami juga mengucapkan mohon maaf atas segala
kekurangan dalam penulisan makalah ini.

Oleh karena itu, kritik dan saran yang membangun sangat kami harapkan guna
kesempurnaan yang akan datang. Kami berharap, makalah ini dapat menamba wawasan
pembaca serta berkontribusi nyata dalam meningkatkan pendidikan di Indonesia.

Kupang, 16 Februari 2023

Kelompok 2
BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Korupsi berasal dari bahasa Latin corruptio atau corruptus yang kemudian dikatakan
bahwa corruptio berasal dari bahasa Latin yang lebih tua, yaitu corrumpere. Secara harfiah,
korupsi adalah kebusukan, keburukan, kebejatan, ketidakjujuran, dapat disuap, tidak
bermoral, dan penyimpangan dari kesucian.
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), korupsi adalah penyelewengan
atau penyalahgunaan uang negara (perusahaan, organisasi, yayasan, dan sebagainya) untuk
keuntungan pribadi atau orang lain. Korupsi merupakan tindak pidana yang dapat diancam
dengan hukuman sesuai peraturan perundang-undangan. Jika tidak ditangani, korupsi dapat
menghambat dan mengancam pembangunan suatu negara, serta meningkatkan kesenjangan
sosial. Tak hanya itu, korupsi juga dapat menghancurkan perekonomian dan keuangan
negara.
Di Indonesia, tindak korupsi diatur dalam Undang-undang Nomor 31 Tahun 1999
Tentang Pemberantasan Tidak Pidana Korupsi. Berdasarkan undang-undang tersebut,
korupsi adalah setiap orang yang secara melawan hukum melakukan perbuatan
memperkaya diri sendiri, orang lain, atau suatu korporasi yang dapat merugikan keuangan
negara dan perekonomian negara.
Dalam arti yang luas, korupsi atau korupsi politis adalah penyalahgunaan jabatan
resmi untuk keuntungan pribadi. Semua bentuk pemerintah/pemerintahan rentan korupsi
dalam praktiknya. Beratnya korupsi berbeda-beda, dari yang paling ringan dalam bentuk
penggunaan pengaruh dan dukungan untuk memberi dan menerima pertolongan, sampai
dengan korupsi berat yang diresmikan, dan sebagainya. Titik ujung korupsi adalah
kleptokrasi, yang arti harafiahnya pemerintahan oleh para pencuri, di mana pura-pura
bertindak jujur pun tidak ada sama sekali.
Korupsi yang muncul di bidang politik dan birokrasi bisa berbentuk sepele atau
berat, terorganisasi atau tidak. Walau korupsi sering memudahkan kegiatan kriminal seperti
penjualan narkotika, pencucian uang, dan prostitusi, korupsi itu sendiri tidak terbatas dalam
hal-hal ini saja. Untuk mempelajari masalah ini dan membuat solusinya, sangat penting
untuk membedakan antara korupsi dan kejahatan. Tergantung dari negaranya atau wilayah
hukumnya, ada perbedaan antara yang dianggap korupsi atau tidak. Sebagai contoh,
pendanaan Pemilihan Umum partai politik ada yang legal di satu tempat namun ada juga
yang tidak legal di tempat lain.
Tipologi berasal dari Tipo yang berarti pengelompokan dan Logos yang berati ilmu.
Jadi Tipologi adalah pengetahuan yang berusaha menggolongkan atau mengelompokkan
manusia menjadi tipe-tipe tertentu atas dasar faktor-faktor tertentu, misalnya karakteristik
fisik, psikis, pengaruh dominan, nilai-nilai budaya, dan seterusnya.
Menurut KBBI (kamus besar bahasa indonesia) Tipologi adalah ilmu watak tentang
bagian manusia dalam golongan-golongan menurut sifat masing-masing. Secara
konsepsional mendefinisikan tipologi sebagai sebuah konsep yang mendeskripsikan sebuah
kelompok obyek atas dasar kesamaan karakter bentuk-bentuk dasarnya. Selain itu Tipologi
juga dapat diartikan sebagai sebuah tindakan berpikir dalam rangka pengelompokan, yaitu
kelompok dari obyek yang dicirikan dari struktur formal yang sama, sehingga tipologi
dikatakan sebagai studi tentang pengelompokan objek sebagai model melalui kesaman
struktur. Dari pengertian tipologi tersebut dapat kita simpulkan bahwa tipologi korupsi
merupakan ilmu yang mempelajari mengelompokan atau jenis-jenis dari perbuatan korupsi.
Oleh karena itu pada makalah ini akan membahas mengenai tipologi korupsi secara
mendetail.

1.2. Rumusan Masalah


1. Apa itu tipologi korupsi ?
2. Apa saja jenis-jenis tindak pidana korupsi Undang-undang RI nomor: 31 tahun
1999 jo Undang-undang RI nomor: 20 tahun 2001?
3. Apa saja jenis-jenis perbuatan korupsi ?
4. Apa saja modus-modus korupsi ?

1.3. Tujuan

1. Dapat memahami apa itu tipologi korupsi


2. Dapat menegetahui apa saja jenis-jenis tindak pidana korupsi Undang-undang RI
nomor: 31 tahun 1999 jo Undang-undang RI nomor: 20 tahun 2001
3. Dapat mengetahui apa saja jenis-jenis perbuatan korupsi
4. Dapat menegtahui apa saja modus-modus korupsi
BAB II

PEMBAHASAN

2.1. Pengertian Tipologi Korupsi

Tipologi berasal dari Tipo yang berarti pengelompokan dan Logos yang berati ilmu.
Jadi Tipologi adalah pengetahuan yang berusaha menggolongkan atau mengelompokkan
manusia menjadi tipe-tipe tertentu atas dasar faktor-faktor tertentu, misalnya karakteristik
fisik, psikis, pengaruh dominan, nilai-nilai budaya, dan seterusnya.
Menurut KBBI (kamus besar bahasa indonesia) Tipologi adalah ilmu watak tentang
bagian manusia dalam golongan-golongan menurut sifat masing-masing. Secara
konsepsional mendefinisikan tipologi sebagai sebuah konsep yang mendeskripsikan
sebuah kelompok obyek atas dasar kesamaan karakter bentuk-bentuk dasarnya. Selain itu
Tipologi juga dapat diartikan sebagai sebuah tindakan berpikir dalam rangka
pengelompokan, yaitu kelompok dari obyek yang dicirikan dari struktur formal yang
sama, sehingga tipologi dikatakan sebagai studi tentang pengelompokan objek sebagai
model melalui kesaman struktur. Dari pengertian tipologi tersebut dapat kita simpulkan
bahwa tipologi korupsi merupakan ilmu yang mempelajari mengelompokan atau jenis-
jenis dari perbuatan korupsi.

2.2. Jenis-Jenis Tindak Pidana Korupsi Undang-Undang RI Nomor: 31 Tahun 1999


Jo Undang-Undang RI Nomor: 20 Tahun 2001

2.2.1. Merugikan Keuangan Negara

Unsur dapat merugikan keuangan negara seharusnya diartikan merugikan


negara dalam arti langsung maupun tidak langsung. Artinya, suatu tindakan otomatis
dapat dianggap merugikan keuangan negara apabila tindakan tersebut berpotensi
menimbulkan kerugian negara. Pasal 2 ayat (1) UU Tipikor jo. Putusan Mahkamah
Konstitusi Nomor 25/PUU-XIV/2016 mengatur bahwa: Setiap orang yang secara
melawan hukum melakukan perbuatan memperkaya diri sendiri atau orang lain atau
suatu korporasi yang merugikan keuangan negara atau perekonomian negara,
dipidana penjara dengan penjara seumur hidup atau pidana penjara paling singkat 4
(empat) tahun dan paling lama 20 (dua puluh) tahun dan denda paling sedikit
Rp200.000.000,00 (dua ratus juta rupiah) dan paling banyak Rp1.000.000.000,00
(satu milyar rupiah). Kata ‘dapat’ sebelum frasa ‘merugikan keuangan atau
perekonomian negara’ menunjukkan bahwa tindak pidana korupsi merupakan delik
formal. Adanya tindak pidana korupsi cukup dengan dipenuhinya unsur-unsur
perbuatan yang sudah dirumuskan, bukan dengan timbulnya akibat.

2.2.2. Suap Menyuap (Terkait Sesuatu/Janji)


Contoh perbuatan suap dalam UU Tipikor dan perubahannya di antaranya
diatur dalam Pasal 5 UU 20 tahun 2001, yang berbunyi: Dipidana dengan pidana
penjara paling singkat 1 (satu) tahun dan paling lama 5 (lima) tahun dan atau pidana
denda paling sedikit Rp 50.000.000,00 (lima puluh juta rupiah) dan paling banyak
Rp 250.000.000,00 (dua ratus lima puluh juta rupiah) setiap orang yang: memberi
atau menjanjikan sesuatu kepada pegawai negeri atau penyelenggara negara dengan
maksud supaya pegawai negeri atau penyelenggara negara tersebut berbuat atau
tidak berbuat sesuatu dalam jabatannya, yang bertentangan dengan kewajibannya;
atau memberi sesuatu kepada pegawai negeri atau penyelenggara negara karena atau
berhubungan dengan sesuatu yang bertentangan dengan kewajiban, dilakukan atau
tidak dilakukan dalam jabatannya.

2.2.3. Penyalahgunaan Jabatan


Contoh penggelapan dalam jabatan diatur dalam Pasal 8 UU 20/2001 yang
berbunyi: Dipidana dengan pidana penjara paling singkat 3 (tiga) tahun dan paling
lama 15 (lima belas) tahun dan pidana denda paling sedikit Rp 150.000.000,00
(seratus lima puluh juta rupiah) dan paling banyak Rp 750.000.000,00 (tujuh ratus
lima puluh juta rupiah), pegawai negeri atau orang selain pegawai negeri yang
ditugaskan menjalankan suatu jabatan umum secara terus menerus atau untuk
sementara waktu, dengan sengaja menggelapkan uang atau surat berharga yang
disimpan karena jabatannya, atau membiarkan uang atau surat berharga tersebut
diambil atau digelapkan oleh orang lain, atau membantu dalam melakukan perbuatan
tersebut.

2.2.4. Pemerasan
Pemerasan dalam UU Tipikor berbentuk tindakan: pegawai negeri atau
penyelenggara negara yang dengan maksud menguntungkan diri sendiri atau orang
lain secara melawan hukum, atau dengan menyalahgunakan kekuasaannya memaksa
seseorang memberikan sesuatu, membayar, atau menerima pembayaran dengan
potongan, atau untuk mengerjakan sesuatu bagi dirinya sendiri; pegawai negeri atau
penyelenggara negara yang pada waktu menjalankan tugas, meminta atau menerima
pekerjaan, atau penyerahan barang, seolah-olah merupakan utang kepada dirinya,
padahal diketahui bahwa hal tersebut bukan merupakan utang; atau pegawai negeri
atau penyelenggara negara yang pada waktu menjalankan tugas, telah menggunakan
tanah negara yang di atasnya terdapat hak pakai, seolah-olah sesuai dengan peraturan
perundang-undangan, telah merugikan orang yang berhak, padahal diketahuinya
bahwa perbuatan tersebut bertentangan dengan peraturan perundang-undangan.

2.2.5. Kecurangan
Perbuatan curang dalam UU Tipikor dan perubahannya di antaranya
berbentuk: pemborong, ahli bangunan yang pada waktu membuat bangunan, atau
penjual bahan bangunan yang pada waktu menyerahkan bahan bangunan, melakukan
perbuatan curang yang dapat membahayakan keamanan orang atau barang, atau
keselamatan negara dalam keadaan perang; setiap orang yang bertugas mengawasi
pembangunan atau penyerahan bahan bangunan, sengaja membiarkan perbuatan
curang di atas; setiap orang yang pada waktu menyerahkan barang keperluan Tentara
Nasional Indonesia dan atau Kepolisian Negara Republik Indonesia melakukan
perbuatan curang yang dapat membahayakan keselamatan negara dalam keadaan
perang; atau setiap orang yang bertugas mengawasi penyerahan barang keperluan
Tentara Nasional Indonesia dan atau Kepolisian Negara Republik Indonesia dengan
sengaja membiarkan perbuatan curang di atas.

2.2.6. Benturan Kepentingan Dalam Pengadaan Barang Dan Atau Jasa


Benturan kepentingan dalam pengadaan barang/jasa pemerintah adalah
situasi di mana seorang pegawai negeri atau penyelenggara negara, baik langsung
maupun tidak langsung, dengan sengaja turut serta dalam pemborongan, pengadaan,
atau persewaan, yang pada saat dilakukan perbuatan, untuk seluruh atau sebagian
ditugaskan untuk mengurus atau mengawasinya

2.2.7. pemberian hadiah (gratifikasi)


Setiap gratifikasi kepada pegawai negeri atau penyelenggara negara dianggap
pemberian suap, apabila berhubungan dengan jabatannya dan yang berlawanan
dengan kewajiban atau tugasnya, dengan ketentuan Yang nilainya Rp10 juta atau
lebih, pembuktiannya bahwa gratifikasi tersebut bukan merupakan suap dilakukan
oleh penerima gratifikasi. Yang nilainya kurang dari Rp10 juta, pembuktian bahwa
gratifikasi tersebut suap dibuktikan oleh penuntut umum. Pidana bagi pegawai
negeri atau penyelenggara negara yang menerima gratifikasi adalah pidana penjara
seumur hidup atau pidana penjara paling singkat empat tahun dan paling lama 20
tahun, dan pidana denda paling sedikit Rp200 juta dan paling banyak Rp1 miliar.
Namun, ketentuan ini tidak berlaku apabila penerima melaporkan gratifikasi yang
diterimanya kepada Komisi Pemberantasan Korupsi, paling lambat 30 hari sejak
tanggal gratifikasitersebutditerima.

2.3. Jenis- jenis Perbuatan Korupsi

2.3.1. Jenis Korupsi Pertama


Jenis korupsi pertama berdasarkan hukum yang berlaku dibedakan menjadi
dua, yaitu Administrative Corruption dan Against The Rule Corruption.

A. Adminstrative Corruption
Segala sesuatu yang dijalankan adalah sesuai dengan hukum/peraturan yang
berlaku. Akan tetapi individu-individu tertentu memperkaya dirinya sendiri.
Misalnya proses rekruitmen pegawai negeri, dimana dilakukan ujian seleksi mulai
dari seleksi administratif sampai ujian pengetahuan atau kemampuan, akan tetapi
yang harus diluluskan sudah tertentu orangnya.

B. Against The Rule Corruption


Artinya korupsi yang dilakukan adalah sepenuhnya bertentangan dengan
hukum, misalnya penyuapan, penyalahgunaan jabatan untuk memperkaya diri
sendiri atau orang lain atau korporasi.

2.3.2. Jenis Korupsi Kedua

Jenis yang kedua berdasrakan 3 bidang dibedakan menjadi tiga, yaitu


Material Corruption, Political Corruption, dan Intellectual Corruption.
A. Material Corruption
Material corruption adalah korupsi yang berhubungan dengan manipulasi di
bidang ekonomi dan yang menyangkut kepentingan umum yang meliputi :
a) Manipulasi keuangan dan decisious berbahaya bagi perekonomian sering
dicap korup;
Kondisi ini sering berlaku pada kesalahan keputusan oleh para pejabat di
dalam ekonomi publik;
b) Pembayaran samaran dalam bentuk hadiah, biaya hukum, ketenagakerjaan,
nikmat untuk kerabat, pengaruh sosial, atau hubungan yang mengorbankan
kepentingan umum dan kesejahteraan, dengan atau tanpa pembayaran
tersirat uang, biasanya dianggap korup.
Jadi, ini merupakan korupsi yang menyangkut masalah penyuapan yang
berhubungan dengan manipulasi bidang ekonomi dan yang menyangkut
bidang kepentingan umum adalah korupsi di bidang materiil.

B. Political Corruption
Political corruption oleh Chalmers (1987) ditulis sebagai korupsi pada
pemilihan termasuk memperoleh suara dengan uang, janji-janji tentang jabatan
atau hadiah-hadiah khusus, pelaksanaan intimidasi dan campur tangan terhadap
kebebasan memilih. Korupsi dalam jabatan melibatkan penjualan suara-suara
dalam legislatif, keputusan administratif atau keputusan pengadilan, atau
penetapan yang menyangkut pemerintahan.

C. Intellectual Corruption
Intellectual corruption diterangkan sebagai seorang pengajar yang berkewajiban
memberikan pelajaran kepada murid namun ia tidak memenuhi kewajibannya
secara wajar; pegawai negeri yang selalu meninggalkan tugasnya tanpa alasan;
memanipulasi (membajak) hasil karya orang lain.

2.3.3. Jenis Korupsi berdasarkan Prof. Dr. H. Muhammad Amien Rais, M.A.
Jenis korupsi yang lebih operasional juga diklasifikasikan oleh tokoh reformasi,
M. Amien Rais yang menyatakan sedikitnya ada empat jenis korupsi, yaitu
(Anwar, 2006:18):
a. Korupsi ekstortif, yakni berupa sogokan atau suap yang dilakukan
pengusaha kepada penguasa.
b. Korupsi manipulatif, seperti permintaan seseorang yang memiliki
kepentingan ekonomi kepada eksekutif atau legislatif untuk membuat
peraturan atau Undang-undang yang menguntungkan bagi usaha
ekonominya.
c. Korupsi nepotistik, yaitu terjadinya korupsi karena ada ikatan
kekeluargaan, pertemanan, dan sebagainya.
d. Korupsi subversif, yakni mereka yang merampok kekayaan negara secara
sewenang-wenang untuk dialihkan ke pihak asing dengan sejumlah
keuntunganpribadi.

2.4. Modus-modus Korupsi

a. Modus-modus Korupsi di tahun 2020 sesuai versi businessins.ght disusun dari


kerugian tertinggi ke kerugian terendah sebagai berikut :

1) Manipulasi saham ada empat kasus dengan kerugian Rp. 16,9 triliun;
2) Mark up ada 33 kasus dengan kerugian Rp. 509 miliar;
3) Proyek Fiktif ada 26 kasus dengan kerugian Rp. 376,1 milia;
4) Penggelapan ada 47 kasus dengan kerugian Rp. 233,7 miliar;
5) Penyalahgunaan wewenang ada sembilan kasus dengan kerugian Rp. 78,6 miliar;
6) Laporan Fiktif ada 14 kasus, dengan kerugian Rp. 48,4 miliar;
7) Pungli ada 12 kasus, dengan kerugian 44,6 miliar;
8) Gratifikasi ada dua kasus, dengan kerugian Rp.19,1 miliar;
9) Pemotongan ada enam kasus, dengan kerugian Rp. 8,5 miliar;
10) Penyalahgunaan anggaran ada delapan kasus, dengan kerugian Rp. 2,6 miliar;
11) Anggaran ganda, penyalahgunaan ada satu kasus, dengan kerugian Rp. 1,5
miliar; dan
12) Suap sebanyak enam kasus dengan kerugian Rp. 1.1 miliar.

b. Modus korupsi lain adalah sebagai berikut :

1. Modus Korupsi Kehutanan


Sesuai data Kerusakan hutan yang menimbulkan bencana dan berdampak
besar bagi masyarakat sekitar. Hutan yang dikorupsi akan menguntungkan pihak
tertentu dan sangat merugikan negara. Tindakan korupsi terhadap hutan :
a) menebang kayu di hutan tanpa ada izin pemanfaatan;
b) menebang kayu di luar area yang telah diizinkan;
c) menanam sawit di hutan lindung (konservasi);
d) penambangan secara terbuka di hutan lindung (konservasi);
e) pembukaan lahan/hutan dengan cara membakar;
f) menyelundupkan/menebang kayu secara ilegal;
g) memberikan suap kepada Bupati untuk mengeluarkan izin
h) Tidak membayar pajak kepada negara.

2. Modus Korupsi di Sektor Kesehatan


Bagi masyarakat kurang mampu, fasilitas kesehatan merupakan jasa mewah
yang tak terjangkau. Meski kini pemerintah membuat terobosan lewat jaminan
kesehatan yang diselenggarakan BPJS Kesehatan, perjuangan kelas bawah untuk dapat
mengakses kesehatan masih harus berbenturan dengan sikap diskriminatif rumah sakit
maupun tenaga medis.
a) penyelewengan APBN/APBD sektor kesehatan masyarakat, jaminan persalinan,
jaminan kesehatan daerah;
b) intervensi politik dalam anggaran kesehatan, dan asuransi kesehatan rakyat miskin;
c) pungutan liar oleh PNS Dinas Kesehatan dan pemotongan dana bantuan;
d) kecurangan dalam pengadaan barang dan jasa terutama alat kesehatan;
e) penyalahgunaan keuangan ABPD;
f) klaim palsu dan penggelapan dana asuransi kesehatan oleh oknum Puskesmas dan
RSUD;
g) penyalahgunaan fasilitas kesehatan Puskesmas dan RSUD.

3. Modus Korupsi Dana Desa


Berikut ini akan ditampilkan delapan modus korupsi dana desa dengan kerugian
dalam rupiah, sebagai berikut :
a) penggelapan dana desa ada 20 kasus, kerugian 6,2 miliar rupiah;
b) mark up ada lima kasus, kerugian 1,1 miliar rupiah;
c) penyalahgunaan wewenang ada lima kasus, kerugian 1,05 miliar rupiah;
d) suap ada satu kasus;
e) penyalahgunaan dana desa ada delapan kasus, kerugian 1,5 miliar rupiah;
f) kegiatan proyek fiktif ada tiga kasus, kerugian 52 juta rupiah;
g) laporan fiktif ada empat kasus, kerugian 282 juta rupiah; dan
h) penyunatan/pemotongan ada dua kasus, kerugian 126 juta rupiah.

Ada lima titik celah rawan korupsi dana desa, yaitu :

a. proses perencanaan (adanya elite capture);


b. proses pertanggungjawaban sebanyak dua kali (berpotensi laporan fiktif);
c. proses monitoring dan evaluasi (bersifat formalitas, administratif, dan telat
deteksi korupsi;
d. proses pelaksanaan (berpotensi nepotisme dan tidak transparan);
e. proses pengadaan barang dan jasa dalam kontek penyaluran dan pengelolaan
dana desa (berpotensi mark up, rekayasa dan tidak transparan).

4. Modus Penyelewengan Dana Bos


Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud) mengungkap
beberapa modus penyelewengan dana Bantuan Operasional Sekolah (BOS) yang
kerap dilakukan oleh beberapa oknum baik di sekolah maupun di dinas pendidikan.
Ada dua belas modus yang mengarah pada tindak penyelewengan dana BOS :
a) Kepala Sekolah diminta menyetor sejumlah uang tertentu kepada pengelola dana
BOS di Diknas dengan dalih mempercepat proses pencairan dana BOS;
b) sekolah tidak melibatkan komite sekolah dan dewan pendidikan dengan tujuan
mempermudah penyelewengan dana BOS;
c) dana BOS hanya dikelola oleh kepala dan bendahara sekolah;
d) sekolah kerap kali melakukan mark up atau penggelembungan dana pada
Rencana Anggaran Pendapatan dan Belanja Sekolah (RAPBS). Tujuannya agar
dana BOS ditingkatkan;
e) Kepala Sekolah menyetor sejumlah uang tertentu kepada oknum pejabat Diknas
dengan dalih untuk uang administrasi;
f) Kepala Sekolah juga kerap membuat laporan palsu. Seperti honor para guru yang
seharusnya dibayar dengan dana BOS namun malah diambil kepala sekolah
dengan tanda tangan palsu si guru;
g) dana BOS diselewengkan dalam bentuk pengadaan barang dan jasa;
h) pembelian alat prasarana sekolah dengan kuitansi palsu atau pengadaan alat
fiktif;
i) pengelolaan dana BOS tidak sesuai dengan petunjuk teknis seperti yang pernah
diungkap Indonesia Corruption Watch (ICW) dan Komisi Pemberantasan
Korupsi (KPK);
j) dana BOS sengaja dikelola secara tidak transparan. Hal ini tampak pada sekolah
yang tidak memasang papan informasi tentang penggunaan dana BOS;
k) pihak sekolah atau kepala sekolah selalu berdalih dana BOS kurang. Padahal
sebagian digunakan untuk kepentingan pribadi; dan
l) Kepala Sekolah kerap menggunakan dana BOS untuk kepentingan pribadi.
Bahkan tak jarang dana BOS masuk ke rekening pribadi
BAB III

PENUTUP

3.1. Kesimpulan

Menurut KBBI (kamus besar bahasa indonesia) Tipologi adalah ilmu watak tentang
bagian manusia dalam golongan-golongan menurut sifat masing-masing. Dari pengertian
tipologi tersebut dapat kita simpulkan bahwa tipologi korupsi merupakan ilmu yang
mempelajari mengelompokan atau jenis-jenis dari perbuatan korupsi.
Tindakan korupsi terdiri berbagai jenis, meliputi Adminstrative Corruption, Against The
Rule Corruption, Material Corruption, Political Corruption, Intellectual Corruption. Ada lagi
jenis korupsi ekstortif, korupsi nepotistik dan korupsi subversif. Ada juga modus-modus
korupsi yang terdiri dari modus korupsi kehutanan, modus korupsi kesehatan, modus korupsi
dana desa, dan modus korupsi dana BOS.

3.2. Saran

Kami selaku penyusun sangat menyadari masih jauh dari sempurna dan
tentunya
banyak sekali kekurangan dalam pembutan makalah ini. Hal ini disebabkan karena
masih terbatasnya kemampuan kami . Oleh karena itu, kami selaku pembuat makalah
ini sangat mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun.
DAFTAR PUSTAKA

Kemenristekdikti RI 2011, Pendidikan Anti Korupsi Untuk Perguruan Tinggi. Jakarta,


Kemenristekdikti.

Diakses dari https://id.wikipedia.org/wiki/Korupsi

Diakses dari Pengertian Tipologi - Dunia Pengertian

Diakses dari Tipologi dan Kerawanan Korupsi Sektor Kehutanan di Indonesia | Setiawan | Jurnal
Ilmu Kehutanan (ugm.ac.id)

Diakses dari Unsur dan Jenis Tindak Pidana Korupsi – NTC (wordpress.com)

Anda mungkin juga menyukai