Anda di halaman 1dari 10

REPRESENTASI MUTIARA

DALAM NOVEL THE PEARL KARYA JOHN STEINBECK :


SEBUAH PENDE KATAN SEMIOTIKA

Eni Mulyani

enz.mulyani@gmail.com

Makalah ini bertujuan mengungkapkan representasi pemaknaan mutiara dalam


novel The Pearl. Sumber makalah ini adalah novel The Pearl karya John
Steinbeck yang diterbitkan tahun 1963. Makalah ini menggunakan teori semiotika
untuk mengungkapkan pemaknaan mutiara dalam novel ini, dan teori sosiologi
untuk menganalisis relasi mutiara dengan factor-faktor sosial lain yang
ditampilkan pengarang dalam novelnya.

Berdasarkan analisis semiotika, disimpulkan bahwa mutiara merupakan penanda


utama novel, di mana seluruh rangkaian cerita yang bergulir, bersumber dari
mutiara. Pemaknaan mutiara sebagai penanda utama dapat diperjelas dalam
analisis sintagmatik-paradigmatik yang didasarkan atas sebuah oposisi biner
kebahagiaan dan kesedihan. Berdasarkan analisis sosiologi diketahui relasi
mutiara dengan masalah-masalah sosial lain yang ingin ditampilkan pengarang
dalam novel ini, yang disebabkan karena masalah ekonomi, intelektualitas, dan
gaya hidup. Pemaknaan mutiara merupakan sebuah benda berharga yang
berharga mahal sehingga memiliki makna yang erat kaitannya antara mutiara
dengan kekayaan. Mutiara yang ditampilkan dalam novel ini adalah mutiara yang
sangat besar yang tak ternilai harganya sehingga disebut mutiara dunia. Dengan
demikian mutiara ini disebut dengan simbol kekuasaan.

Kata-kata kunci: novel, representasi, pemaknaan, semiotika.

A. Pendahuluan

1
Karya sastra merupakan salah satu sarana yang bisa digunakan sebagai
suatu hiburan bagi si pembaca. Karena, dengan membaca karya sastra bisa
menikmati dan menemukan hiburan untuk memperoleh kepuasan batin. Karya
sastra juga merupakan salah satu karya imajinatif yang bahkan dipandang lebih
luas daripada karya fiksi. Novel sebagai salah satu karya sastra yang penulisnya
bisa secara bebas memaparkan imajinasi dan kemampuan-kemampuan para
penulis dalam mengolah kata. Selain itu, novel juga termasuk salah satu karya
sastra yang secara bebas membahas mengenai kehidupan manusia dalam berbagai
permasalahan dari aspek-aspek kehidupan yang terjadi di lingkungan masyarakat
dengan mengangkat berbagai norma dan peraturan sebagai salah satu latar
belakang konflik yang biasanya terjadi dalam sebuah novel.

Namun, dari sekian banyak penikmat karya sastra (novel) masih banyak
pembaca yang sulit untuk menafsirkan hal-hal yang terjadi dalam sebuah karya
sastra (novel) itu sendiri. Mungkin dikarenakan struktur novel yang kompleks,
unik, atau bahkan tidak memaparkan maknanya secara langsung sehingga
menyulitkan pembaca mengerti dan memaknai apa yang disampaikan penulis.
Oleh karena itu, untuk memahaminya memerlukan adanya analsis, yaitu dengan
menguraikan tanda-tanda kata yang terdapat di dalam novel.

Hal tersebut senanda dengan pernyataan Ninuk Lustyantie dalam


situsnya http://pps.unj.ac.id/publikasi/dosen/ninuk.lustyantie/16.pdf/
menyatakan bahwa karya sastra merupakan cerminan dari masyarakatnya, oleh
karena itu karya sastra memiliki makna simbolis yang perlu diungkap dengan
model semiotika. The Pearl karya John Steinbeck merupakan sebuah novel yang
kaya akan tanda-tanda yang mewakili keadaan masyarakat pada waktu novel ini
diciptakan sehingga menjadi suatu topik yang menarik untuk mengungkapkan
makna “Mutiara” dalam novel ini.

Berikut ini permasalahan yang akan dibahas dalam menganalisis


representasi mutiara dalam novel The Pearl karya John Steinbeck, yaitu:

1. Makna apa yang disimbolkan oleh mutiara dalam novel The Pearl karya John
Steinbeck?

2
2. Bagaimana pengarang menggambarkan pengaruh eksistensi mutiara dalam
perubahan status sosial seseorang?

Hasil analisis tentang representasi mutiara dalam novel The Pearl karya
John Steinbeck ini diharapkan bisa membantu memperdalam pemahaman tentang
novel The Pearl, khususnya pemaknaan mutiara sebagai penanda utama dalam
novel ini, serta relasi antara penanda utama dengan petanda-petanda lain, yaitu
kondisi masyarakat, kehidupan sosial seseorang, dan konflik-konflik sosial yang
ingin ditampilkan pengarang dalam novel ini. Selain itu bisa memperluas
wawasan pembaca tentang analisis sebuah karya sastra dengan pendekaan
semiotika, yang dipadu dengan pendekatan sosiologi untuk melihat pemaknaan
sebuah tanda dalam sebuah karya, sekaligus merelasikannyan dengan kondisi-
kondisi sosial yang muncul dalam karya tersebut.

B. Landasan Teori

Analisis terhadap novel The Pearl menggunakan pendekatan semiotika.


Akan tetapi, karena pemaknaan tanda tidak bisa dilepaskan dari tempat di mana
tanda tersebut hadir, maka dilanjutkan dengan sebuah pendekatan sosiologi.
Dilakukan analisis semiotik untuk mengungkapkan pemaknaan mutiara sebagai
penanda utama dan pendekatan sosiologi untuk mengungkapkan relasi antara
penanda utama ini dengan petanda-petanda lain, yang dalam hal ini merupakan
masalah-masalah sosial, yang dimunculkan pengarang dalam The Pearl.

a) Teori Semiotika

Semiotika adalah cabang ilmu yang berurusan dengan pengkajian tanda


dan segala sesuatu yang berhubungan dengan tanda, seperti sistem tanda dan
proses yang berlaku bagi penggunaan tanda (Zoest,1978:1). Ferdinand de
Saussure menuliskan bahwa semiotika adalah ilmu yang mengkaji tentang tanda
sebagai bagian dalam kehidupan sosial. Dengan kata lain, Saussure berpendapat
bahwa semiotika sangat menyandarkan dirinya pada aturan main (rule) atau kode
sosial (social rule) yang berlaku di dalam masyarakat, sehingga tanda dapat
dipahami maknanya secara kolektif (Piliang, 2003:256).

3
Apabila konsep-konsep Saussure berisi ganda, sebagai diadik, maka
konsep-konsep Peirce bersisi tiga, sebagai triadik. Diadik Saussure ditandai oleh
ciri-ciri kesatuan internal, sedangkan triadik Piercean ditandai oleh dinamisme
internal, yang meliputi sintaktis, semantic, dan pragmatic semiotika. Sintaktis
semiotika merupakan sebuah studi yang memberikan intensitas hubungan tanda
dengan tanda-tanda lain, semantik semiotika memberikan perhatian pada
hubungan tanda dengan acuannya, dan pragmatik semiotika mengarah pada
hubungan pengirim dan penerima (Ratna, 2004:100).

Ada tiga unsur yang menentukan tanda: tanda yang dapat ditangkap itu
sendiri, yang ditunjuknya, dan tanda baru dalam benak si penerima tanda. Tanda
secara mutlak mempunyai sifat representatif. Sifat representatif ini berhubungan
langsung dengan sifat interpretatif. Dan hasil dari sebuah interpretasi adalah
timbulnya tanda baru pada orang yang menginterpretasikannya (Zoes, 1993:14).

b) Sosiologi Sastra

Sosiologi sastra adalah telaah yang objektif dan ilmiah tentang manusia
dalam masyarakat, telaah tentang lembaga dan sosial (Damono, 2002:10). Sastra
dan sosiologi bukanlah dua bidang yang berbeda garapan, malahan dapat
dikatakan saling melengkapi. Sosiologi dapat memberikan penjelasan yang
bermanfaat tentang sastra, dan bahkan dapat dikatakan bahwa tanpa sosiologi
pemahaman terhadap sastra belum lengkap. Hal ini dikarenakan sastra
menampilkan gambaran kehidupan; dan kehidupan itu sendiri adalah suatu
kenyataan sosial.

Dengan perimbangan bahwa sosiologi sastra adalah analisis karya sastra


dalam kaitannya dengan masyarakat, maka model analisis yang dapat dilakukan
meliputi tiga macam: (1) menganalisis masalah-masalah sosial yang terkandung di
dalam karya sastra itu sendiri, kemudian menghubungkannya dengan kenyataan
yang pernah terjadi; (2) menganalisis masalah-masalah sosial dengan cara
menemukan hubungan antarstruktur, bukan aspek-aspek tertentu, dengan model

4
hubungan yang bersifat dialektika; dan (3) menganalisis karya dengan tujuan
untuk memperoleh informasi tertentu, dilakukan oleh disiplin tertentu.

C. Pembahasan
a) Skema Naratif Dasar The Pearl

The Pearl oleh John Steinbeck menceritakan tentang seorang penyelam


mutiara miskin, muda, India bernama Kino, yang menikah dengan Juana, dan
memiliki seorang anak laki-laki bernama Coyotito. Keluarganya sangat miskin
dan ditunjukkan ketika anak kecil mereka digigit oleh kalajengking dan
membutuhkan bantuan medis tetapi ketika dokter tidak memberikan bantuan
keluarga karena kemiskinan mereka, Kino melakukan perjalanan kembali ke laut
untuk menemukan mutiara dunia yang akan memberinya kekayaan. Dia memang
menemukan mutiara tetapi tidak membawa kebaikan keluarganya dan malah
menyebabkan Kino membunuh banyak orang, keluarganya terluka berkali-kali,
mereka harus lari dari rumah mereka, dan bahkan menyebabkan pembunuhan
putranya. Mutiara pada akhirnya menghancurkan keluarganya dan akhirnya Kino
membawa mutiara untuk melemparkannya kembali ke laut.

b) Pemaknaan Simbol Mutiara dalam Novel The Pearl

Bedasarkan analisis semiotika, disimpulkan bahwa mutiara memegang


peran penting sebagai penanda utama novel, dimana seluruh rangkaian cerita
bergulir, bersumber dari mutiara. Mutiara tersebut mewakili semua tanda yang
ada dalam teks, yang juga menghubungkan sekuen-sekuen cerita dalam novel
ini. Ditemukannya mutiara oleh Kino merupakan awal dari serangkaian konflik
sepanjang cerita dalam novel ini dan dibuangnya mutiara ke laut mengakhiri
seluruh rangkaian cerita tersebut.

Representasi mutiara dalam The pearl digunakan untuk melambangkan


hal yang berbeda untuk orang yang bereda. Pertama mutiara, melambangkan
harapan dan yang kedua melambangkan keserakahan. Pemaknaan mutiara
sebagai harapan karena Kino dapat membeli barang-barang yang dia inginkan
untuk keluarganya. Mutiara juga melambangkan keserakahan karena orang akan

5
melakukan apapun yang diperlukan untuk memiliki mutiara. Pemaknaan mutiara
sebagai sebuah simbol akan lebih jelas dengan diuraikannya secara denotatif dan
secara konotatif .

Secara denotatif, mutiara menunjuk pada suatu benda berharga, yang


dicari, diimpikan dan diagungkan oleh semua orang.

And to Kino the secret melody of the maybe pearl broke clear and beautiful, rich
and warm and lovely, glowing and gloating, and triumphant. …
From now they would watch Kino and Juana very closely to see whether riches
turned their heads, as riches turned all people’s head. (26:42)
Dari kutipan diatas, pemaknaan mutiara secara denotatif menjadi
semakin jelas, yaitu merujuk pada suatu barang yang bernilai tinggi, dan apabila
dijual, bisa mendatangkan kekayaan bagi pemiliknya. Semakin tinggi nilai
mutiara, biasanya ditentukan dari ukuran dan warna, semakin tinggi juga nilai
jualnya. Dengan demikian, semakin banyak keuntungan yang bisa diperoleh oleh
pemiliknya.

Hal tersebut dapat terlihat dari harapan-harapan Kino untuk menjual


mutiara sehingga Kino membayangkan masa depan yang lebih baik. Dia ingin
pakaian baru untuk keluarganya dan dirinya sendiri, pernikahan yang layak
untuknya dan Juana, dan pendidikan yang pantas untuk Coyotito. Kino percaya
bahwa mutiara akan memungkinkan dia untuk mendapatkan hal-hal ini.

He looked into his pearl to find his vision. "When we sell it at last, I will have a
rifle," he said, and he looked into the shining surface for his rifle, but he saw only
a huddled dark body on the ground with shining blood dripping from its throat.
And he said quickly, "We will be married in a great church." And in the pearl he
saw Juana with her beaten face crawling home through the night. "Our son must
learn to read," he said frantically. And there in the pearl Coyotito's face, thick
and feverish from the medicine.
And Kino thrust the pearl back into his clothing, and the music of the pearl had
become sinister in his ears, and it was interwoven with the music of evil. (6.16 –
6.17)
Hal yang berbeda bahwa representatif dalam pemaknaan mutiara secara
konotatif menyimbolkan “kejahatan” dan “dosa” seperti dalam kutipan dibawah
ini. Pemaknaan konotasi mutiara digambarkan dengan adannya perubahan yang

6
dialami Kino. Pada awalnya, mutiara adalah objek alam yang sederhana dan
indah. Namun, setelah terjerat dengan pengertian nilai material ia menjadi
destruktif dan berbahaya. Dengan kata lain bahwa mutiara adalah objek keindahan
dan kebaikan alam yang menggambarkan kejahatan yang melekat pada manusia.

Now the tension which had been growing in Juana boiled up to the
surface and her lips were thin. "This thing is evil," she cried harshly. "This pearl
is like a sin! It will destroy us," and her voice rose shrilly. "Throw it away, Kino.
Let us break it between stones. Let us bury it and forget the place. Let us throw it
back into the sea. It has brought evil. Kino, my husband, it will destroy us." And in
the firelight her lips and her eyes were alive with her fear. (3.75)

Dari petikan diatas, pemaknaan mutiara menggambarkan bahwa mutiara


dapat menimbulkan kejahatan dan dosa seperti yang di ucapkan oleh Juana
terhadap Kino bahwa mutiara ini seperti dosa yang akan menghancurkan
kehidupan keluarga kino sehingga Juana menyarankan untuk melemparkan
kembali mutiara ke laut.

Representatif pemaknaan mutiara dalam novel the pearl akan dibahas


dengan menggunakan analisis aksis paradigmatis-sintagmatis sebagai berikut.

Kebahagiaan Kesedihan
Sintagmatik
1. Senapan : kekuasaan, 1. Diburu: ketakutan, dan
Kekuatan, keamanan ketidakberdayaan
2. Pakaian : Salah satu 2. Transaksi yang curang, licik
Kebutuhan manusia
3. Menikah digereja: 3. Menyembunyikan mutiara:
Pengakuan dari orang kekhawatiran
lain
4. Sekolah untuk anaknya, 4. Pembunuhan/Kematian:
intelektualitas kehilangan, kesedihan

Paradigmatik

7
Dari kerangka aksis sintagmatis dan paradigmatis diatas, terlihat adannya
oposisi biner terhadap representatif pemaknaan mutiara dalam The Pearl, yaitu
kebahagiaan dan kesedihan. Kebahagiaan diungkapkan oleh Kino dengan
harapan-harapan baru tentang perubahan kehidupan keluarganya yaitu memiliki
senapan, pakaian, meresmikan pernikahannya dan pendidikan untuk anaknya.
Sedangkan kesedihan di gambarkan dengan masalah-masalahyang dihadai Kino
dan keluarganya setelah mendapatkan mutiara.

c) Pengaruh Mutiara terhadap Perubahan Status Sosial

Dalam novel The Pearl ini diceritakan adanya perubahan status sosial
yang terjadi terhadap Kino dan keluarga kecilnya, tiba-tiba Kino dan keluarganya
menjadi terkenal disoroti masyarakat setelah menemukan mutiara yang sangat
berharga. Rumahnya yang kumuh menjadi ramai dikunjungi oleh tetangganya dan
orang kota yang ingin melihat mutiara tersebut, bahkan dokter yang pernah
menolaknya berubah menjadi memberikan pelayanan yang istimewa terhadap
anaknya Kino. Semua perubahan tersebut terjadi karena Kino sudah
menggemgam kekayaan ditangannya. Kekayaannya bisa mengubah status sosial
seseorang menjadi lebih baik, namun demikian perubahan yang mendadak bisa
membuat seseorang lupa diri.

d) Masalah-Masalah Sosial dalam The Pearl

Masalah-masalah sosial yang muncul dalam The Pearl tercermin dalam


konflik-konflik yang terjadi antara tokoh yang ada dalam novel .

1. Konflik Eksternal dalam The Pearl


Kino adalah orang miskin yang hidupnya berubah ketika dia menemukan
mutiara besar. Sementara impian Kino adalah kehidupan yang lebih baik untuk
keluarganya, ia segera menjadi target dari orang-orang serakah, seperti dokter,
pialang mutiara dan pembunuh bayaran. Bahkan unsur-unsur alami tampaknya
mempengaruhi jalan untuk mimpinya. Ketika ia berurusan dengan konflik
eksternal, Kino dipengaruhi juga secara internal ketika ia menjadi semakin marah
dan terobsesi dengan kekayaannya.

8
2. Konflik antara Kino dan Dokter

Konflik antara Kino dan Dokter diawali Pertama kali ketika bayi
Coyotito digigit oleh kalajengking , Kino dan istrinya Juana memutuskan untuk
membawanya ke dokter. Ini jarang terjadi bagi orang-orang sederhana, asli dan
Kino takut dokter tidak akan membantu mereka karena dia 'dari ras yang selama
hampir empat ratus tahun telah dipukuli, kelaparan dan merampok dan membenci
Kino's ras.' Ketika Kino meminta bantuan untuk anaknya, dia ditolak karena dia
tidak cukup uang.

Kemudian, setelah seluruh kota mengetahui dengan berita dari Kino yang
memiliki besar mutiara, dokter datang ke pondoknya untuk mengobati Coyotito
dengan sebuah kapsul khusus. Dokter kembali untuk menyelamatkan dia, untuk
alasan uang. Konflik antara dokter dan Kino melambangkan prasangka dan
rasisme.

3. Konflik antara Kino dan Pialang Mutiara

Konflik eksternal antar Kino dengan pilanag mutiara. Ketika ia mencoba


untuk menjual mutiara besarnya kepada para pialang di kota, mereka
menawarkan 1000 peso, dengan harga yang dianggapnya sangat rendah. Kino
sangat marah pada tawaran, Kino percaya bahwa mereka memanfaatkan
kekurangan pengetahuan Kino akhirnya Kino menentukan bahwa ia tidak akan
menjual mutiaranya dan akan melakukan perjalanan ke kota untuk mendapatkan
kesepakatan yang adil. Sayangnya, negosiasi tidak berakhir di sana.

4. Konflik Kino dan Pemburu Bayaran

Kkonflik antara keluarga Kino dan pembunuh bayaran terjadi setelah


Kino, Juana dan Coyotito memutuskan ke kota untuk mendapatkan harga yang
lebih baik untuk mutiaranya, mereka menyadari bahwa mereka sedang diikuti
oleh orang berkuda dan dua orang lain berjalan kaki. Mereka jelas telah dikirim
oleh pialang mutiara untuk memperoleh harta dan Juana segera menyadari bahwa
mereka akan membunuh keluarganya untuk mendapatkan mutiara dan puncaknya
kematian Coyotito karena tembakan para peburu bayaran.

9
D. Kesimpulan

Mutiara yang ditampilkan dalam novel ini adalah mutiara yang sangat
besar yang tak ternilai harganya sehingga disebut mutiara dunia (the pearl of the
world) mutiara menyimbolkan kekuasaan dan kekuatan karena siaapun yang
memiliki mutiara besar ini berari memiliki dunia. Selain itu, mutiarapun menjadi
sumber kebahagiaan dan sekaligus kesedihan bagi pemiliknya yaitu Kino dan
keluarganya

Dari analisis pemaknaan mutiara, masalah sosial yang ingin ditampilkan


pengarang yaitu harapan kino setelah mendapatkan mutiara untuk meningkatkan
taraf hidup Kino dan status sosial. Mutiara sebagai suatu perumpamaan bahaya
yang menempatkan harapan seseorang pada satu hal. Saat Kino menemukan
mutiara, ia berharap untuk perubahan kehidupannya. Mutiara sebagai cara untuk
memenuhi harapan barunya, Kino berjanji ke dalam dirinya, tidak mempercayai
orang lain bahkan istrinya untuk melindungi mutiara. Ia menyerang Juana ketika
ia mencoba untuk melemparkan kembali mutiara ke laut, karena takut bahwa hal
itu telah membawa jahat kepada mereka.

Daftar Pustaka

Damono, Sapardi Djoko. 2004. Pedoman Penelitian Sosiologi Sastra.Jakarta:


Pusat Bahasa Departemen Pendidikan Nasional.
Lustyantie, Ninuk. “PENDEKATAN SEMIOTIK MODEL ROLAND BARTHES
DALAM KARYA SASTRA PERANCIS”,
http://pps.unj.ac.id/publikasi/dosen/ninuk.lustyantie/16.pdf. Diakses 23
November 2018.
Piliang, Yasraf Amir. 2003. Hipersemiotika: Tafsir Kultural Studies Atas Matinya
Makna. Yogyakarta: Jalasutra.
Ratna, Nyoman Kuta. 2004. Teori, Metode, dan Teknik Penelitian Sastra.
Jogyakarta. Pustaka Pelajar
Zoest, aart van.1993.Semiotika Tentang Tanda, Cara Kerjanya, dan Apa yang
Kita lakukan denganya.Jakarta:Yayasan Sumber Agung.

10

Anda mungkin juga menyukai