Anda di halaman 1dari 2

LATAR BELAKANG

Saat ini fenomena kasus korupsi di Indonesia semakin meningkat.Tindak korupsi sudah
mengakar pada jati diri bangsa dan sulit untuk dihilangkan. Maraknya tindak korupsi di
negeri ini semakin susah untuk dikendalikan. Hampir setiap hari kita mendengar berita kasus
korupsi yang dilakukan oleh para pejabat elite pemerintah. Tak hanya pejabat elite pusat saja,
tetapi para pejabat tingkat daerah bahkan pejabat tingkat desa juga melakukan korupsi.
Tindak korupsi sangat merugikan rakyat Indonesia, tapi menguntungkan segelintir orang
untuk menjadi kaya raya.
Salah satu faktor maraknya kasus korupsi di Indonesia adalah karena kurang tegasnya
penegakkan hukum di Indonesia. Hukum di Indonesia bisa dibeli, buktinya banyak pejabat
yang melakukan korupsi tetapi hukuman yang diterima tidak sesuai dengan apa yang telah
dilakukannya. Oleh karena itu untuk menanggulangi masalah korupsi di Indonesia terdapat
lembaga yang berwenang mengatasi, mengawasi, dan memberantas korupsi yaitu Komisi
Pemberantasan Korupsi atau yang sering lebih dikenal dengan sebutan KPK.
KPK didirikan berdasarkan Undang-Undang Republik Indonesia nomor 30 tahun 2002
mengenai Komisi Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi, dan atas dasar tersebut pada tahun
2003 dibentuklah Komisi Pemberantasan Korupsi. KPK berpedoman pada lima asas yaitu
kepastian hukum, keterbukaan, akuntabilitas, kepentingan umum, dan proporsionalitas. KPK
bertanggung jawab kepada publik dan menyampaikan laporannya secara terbuka dan berkala
kepada Presiden, DPR, dan BPK.
KPK sebagai salah satu lembaga penegak hukum, berusaha senantiasa menjaga kinerja dalam
hal pencegahan, penindakan maupun kelembagaan. Sejak lembaga ini berdiri, Laporan
Keuangan KPK selalu memiliki Opini Wajar Tanpa Pengecualian (WTP). Demikian juga
dengan Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi pemerintah (LAKIP), selama 7 (tujuh) tahun
terakhir sejak tahun 2011, KPK memperoleh Nilai A. Penghargaan lainnya yang diterima
KPK tahun ini adalah penghargaan PR Indonesia Best Communicators 2018 untuk Kategori
Lembaga. Sebagai badan publik, KPK juga menerima kategori pemeringkatan keterbukaan
informasi publik menuju informatif.
Namun, akhir-akhir ini telah beredar isu tentang revisi UU KPK yang melemahkan fungsi-
fungsi KPK sebagai lembaga pemberantasan korupsi satu-satunya di Indonesia. Pelemahan
fungsi-fungsi KPK yang dimaksud antara lain kedudukan KPK yang berada pada cabang
eksekutif, dibentuknya dewan pengawas untuk mengawasi tugas dan wewenang KPK, KPK
harus meminta izin terlebih dahulu kepada dewan pengawaas untuk melakukan penyadapan,
menerbitkan surat perintah penghentian penyidikan (SP3), penyelidik KPK harus diangkat
dari kepolisian RI, asal penyidik KPK harus diangkat dari Kepolisian Negara Republik
Indonesia, Kejaksaan Agung Republik Indonesia, dan penyidik pegawai negeri sipil yang
diberi wewenang khusus oleh undang-undang.
Pelemahan fungsi-fungsi KPK tersebut membuat KPK tidak leluasa dalam menjalankan
tugasnya untuk memberantas kasus-kasus korupsi. Banyak rakyat Indonesia yang tidak setuju
dengan revisi UU KPK ini jika akan melemahkan fungsi-fungsi KPK dalam menangani kasus
korupsi. Selain itu, banyak pihak yang beranggapan bahwa dengan dilemahkannya fungsi-
fungsi KPK akan bertambahnya kasus-kasus korupsi yang terjadi di Indonesia.
Daftar pustaka bagian Latar Belakang :
https://id.wikipedia.org/wiki/Komisi_Pemberantasan_Korupsi_Republik_Indonesia
https://www.kpk.go.id/id/berita/siaran-pers/717-capaian-dan-kinerja-kpk-di-tahun-2018
https://nasional.kompas.com/read/2019/09/06/06312461/5-poin-revisi-uu-kpk-yang-diduga-
bakal-lemahkan-pemberantasan-korupsi?page=all

Anda mungkin juga menyukai