Komisi Pemberantasan Korupsi atau dikenal juga dengan istilah KPK merupakan
suatu lembaga independen di Indonesia yang memiliki tujuan untuk meningkatkan dan
melaksanakan upaya dan hasil dari pemberantasan tindak pidana korupsi.
Sederhannya adalah lembaga yang bertugas memberantas korupsi di Indonesia.
Sebagai lembaga negara yang independen, KPK terbebas dari pengaruh pihak atau kekuasaan
mana pun saat memenuhi tugas dan wewenangnya.
KPK didirikan pada tahun 2002 berdasarkan Undang-undang RI nomor 30 tahun 2002
tentang Komisi Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi. Secara bahasa, kata korupsi berasal
dari bahasa Latin corruptio yang memiliki arti busuk, rusak, atau menyogok.
Secara istilah, tindak pidana korupsi merupakan tindakan yang dilakukan oleh pejabat
publik, politisi, pegawai negeri, atau pun pihak lainnya yang menyalahgunakan kepercayaan
atau kekuasaan yang diberikan untuk mendapatkan keuntungan sendiri secara sepihak.
KPK bertanggung jawab terhadap publik atau rakyat Indonesia serta menyampaikan
laporan hasil kerjanya secara terbuka kepada BPK, DPR, dan Presiden RI.
KPK pertama kali didirikan di Indonesia pada tahun 2002 berdasarkan Undang-
undang RI nomor 30 tahun 2002 tentang Komisi Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi.
Lembaga antirasua ini didirikan saat Indonesia dipimpin oleh Presiden Megawati
Soekarnoputri. Pembentukan KPK sendiri pada masa itu dilatari adanya kekotoran di dalam
institusi kepolisian dan kejaksaan. Dengan adanya KPK, para koruptor ini diharapkan bisa
ditangkap.
Ide mengenai dibentuknya lembaga seperti KPK sudah ada sejak masa pemerintahan
Presiden BJ Habibie. Hal ini juga tercantum pada Undang-undang RI nomor 28 tahun 1999
tentang Penyelenggaraan Negara yang bebas dan bersih dari KKN.
Dengan dasar ini, pada masa itu Presiden Habibie membentuk badan seperti Komisi
Pengawas Persaingan Usaha (KPPU) atau lembaga Ombudsman dan Komisi Pemeriksa
Kekayaan Penyelenggara Negara (KPKPN). Sejak pembentukan KPK, KPKPN dibubarkan
dan dileburkan ke dalam satu lembaga bernama KPK
B. Tujuan KPK
Seperti telah disebutkan sebelumnya, KPK dibentuk dengan tujuan untuk
meningkatkan upaya dan hasil dari pemberantasan tindak pidana korupsi.
Pemberantasan korupsi ini dilaksanakan dengan melakukan pengawasan, koordinasi,
penuntutan, hingga penyidikan, penyelidikan, dan pemeriksaan dalam sidang sesuai dengan
peraturan perundang-undangan yang berlaku.
D. Wewenang KPK
E. Kewajiban KPK
Sebagai lembaga negara independen yang memiliki tugas, fungsi, dan wewenang tertentu,
KPK juga memiliki berbagai kewajiban yang harus dipenuhi. Berikut adalah beberapa
kewajiban yang dimiliki oleh KPK:
KPK wajib memberikan perlindungan yang cukup terhadap saksi atau pelapor atau
orang yang memberikan keterangan tentang adanya tindak pidana korupsi
KPK wajib menjaga keterbukaan dengan memberikan informasi terhadap masyarakat
yang memerlukan atau membantu KPK untuk memperoleh data terkait hasil tuntutan
tindak pidana korupsi yang sedang ditanganinya
KPK wajib untuk menyusun laporan tahunan dan disampaikan kepada Presiden RI,
DPR, serta BPK
KPK wajib untuk menegakkan sumpah jabatannya
KPK wajib untuk menjalankan berbagai tugas, tanggung jawab, serta wewenangnya
berdasarkan asas-asas yang berlaku. Asas-asas ini mencakup asas kepastian hukum
asas keterbukaan, asas akuntabilitas, asas kepentingan umum, serta asas
proporsionalitas.
Selain KPK, Indonesia juga memiliki berbagai lembaga lainnya yang memiliki tujuan
dan bekerjasama dengan KPK untuk memberantas korupsi di Indonesia. Berikut adalah
beberapa lembaga anti korupsi yang ada di Indonesia:
Dasar Hukum, Tugas dan Wewenang BPK, serta Fungsi Saat Ini
Sebagaimana dimuat dalam laman BPK, saat ini, ketentuan akan BPK diatur dalam sejumlah
peraturan perundang-undangan. Dasar hukum yang dimaksud, antara lain UU 17/2003
tentang Keuangan Negara; UU 15/2004 tentang Pemeriksaan Pengelolaan dan Tanggung
Jawab Keuangan Negara; UU 1/2004 tentang Perbendaharaan; dan UU BPK. Selanjutnya,
mari simak uraian tugas dan wewenang BPK saat ini.
Tugas Badan Pemeriksa Keuangan (BPK)
BPK memiliki sejumlah tugas sebagai tujuan dari pendiriannya. Berdasarkan Pasal 6 UU
BPK tugas yang dimaksud adalah sebagai berikut.
1. Memeriksa pengelolaan dan tanggung jawab keuangan negara yang dilakukan oleh
Pemerintah Pusat, Pemerintah Daerah, Lembaga Negara lainnya, Bank Indonesia,
Badan Usaha Milik Negara, Badan Layanan Umum, Badan Usaha Milik Daerah, dan
lembaga atau badan lain yang mengelola keuangan negara.
2. Melakukan pemeriksaan pengelolaan dan tanggung jawab keuangan negara
berdasarkan undang-undang tentang pemeriksaan pengelolaan dan tanggung jawab
keuangan negara.
3. Melakukan pemeriksaan yang mencakup pemeriksaan keuangan, pemeriksaan kinerja,
dan pemeriksaan dengan tujuan tertentu.
4. Apabila pemeriksaan dilaksanakan oleh akuntan publik berdasarkan ketentuan
undang-undang, laporan hasil pemeriksaan tersebut wajib disampaikan kepada BPK
dan dipublikasikan.
5. Melakukan pembahasan atas temuan pemeriksaan dengan objek yang diperiksa sesuai
dengan standar pemeriksaan keuangan negara.
Wewenang Badan Pemeriksa Keuangan (BPK)
Kemudian, dalam menjalankan tugasnya, BPK tentu dibelaki oleh sejumlah kewenangan.
Adapun kewenangan BPK sebagaimana tertuang dalam Pasal 9 ayat (1) UU BPK adalah
sebagai berikut.
1. Menentukan objek pemeriksaan, merencanakan dan melaksanakan pemeriksaan,
menentukan waktu dan metode pemeriksaan serta menyusun dan menyajikan laporan
pemeriksaan.
2. Meminta keterangan dan/atau dokumen yang wajib diberikan oleh setiap orang, unit
organisasi Pemerintah Pusat, Pemerintah Daerah, Lembaga Negara lainnya, Bank
Indonesia, Badan Usaha Milik Negara, Badan Layanan Umum, Badan Usaha Milik
Daerah, dan lembaga atau badan lain yang mengelola keuangan negara.
3. Melakukan pemeriksaan di tempat penyimpanan uang dan barang milik negara, di
tempat pelaksanaan kegiatan, pembukuan dan tata usaha keuangan negara, serta
pemeriksaan terhadap perhitungan-perhitungan, surat-surat, bukti-bukti, rekening
koran, pertanggungjawaban, dan daftar lainnya yang berkaitan dengan pengelolaan
keuangan negara.
4. Menetapkan jenis dokumen, data, serta informasi mengenai pengelolaan dan tanggung
jawab keuangan negara yang wajib disampaikan kepada BPK.
5. Menetapkan standar pemeriksaan keuangan negara setelah konsultasi dengan
Pemerintah Pusat/Pemerintah Daerah yang wajib digunakan dalam pemeriksaan
pengelolaan dan tanggung jawab keuangan negara.
6. Menetapkan kode etik pemeriksaan pengelolaan dan tanggung jawab keuangan
negara.
7. Menggunakan tenaga ahli dan/atau tenaga pemeriksa di luar BPK yang bekerja untuk
dan atas nama BPK.
8. Membina jabatan fungsional pemeriksa.
9. Memberi pertimbangan atas Standar Akuntansi Pemerintahan.
10. Memberi pertimbangan atas rancangan sistem pengendalian intern Pemerintah
Pusat/Pemerintah Daerah sebelum ditetapkan oleh Pemerintah Pusat/Pemerintah
Daerah.
Fungsi Badan Pemeriksa Keuangan (BPK)
Terkait fungsi BPK, Jimly Asshiddiqie (dalam Arum, 2015: 17) menerangkan bahwa fungsi
Badan Pemeriksa Keuangan terdiri atas tiga bidang utama, yakni fungsi operatif, yudikatif,
dan advisory.
1. Fungsi operatif adalah pemeriksaan, pengawasan, dan penyelidikan atas penguasaan,
pengurusan, dan pengelolaan kekayaan atas negara.
2. Fungsi yudikatif adalah kewenangan menuntut perbendaharaan dan tuntutan ganti
rugi terhadap perbendaharaan dan pegawai negeri bukan bendahara yang
perbuatannya melanggar hukum atau melalaikan kewajiban yang menyebabkan
kerugian keuangan dan kekayaan negara.
3. Fungsi advisory adalah memberikan pertimbangan kepada pemerintah mengenai
pengurusan dan pengelolaan keuangan negara.
Hubungan KPK dan BPK
Badan Pemeriksa Keuangan (BPK) dan Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) resmi
menandatangani kesepakatan bersama, Selasa, 7 Januari 2020. Ketua BPK Agung Firman
Sampurna mengatakan kesepakatan baru ini dihasilkan untuk menggantikan kesepakatan
lama tahun 2006. Kesepakatan ini menyangkut empat aspek. Pertama yaitu tindak lanjut
penegakan hukum terhadap hasil pemeriksaan BPK yang berindikasi kerugian negara dan
unsur pidana kepada KPK.
Menurut Agung, BPK berwenang untuk melakukan pemeriksaan investigatif guna
mengungkap adanya kerugian negara dan unsur pidana. Sedangkan KPK memiliki wewenang
untuk menentukan ada atau tidaknya dugaan tindak pidana korupsi.
Kedua, tindak lanjut terhadap permintaan KPK kepada BPK untuk melakukan penghitungan
kerugian negara. Setelah kesepakatan ini, KPK akan meminta auditor dari BPK untuk ikut
terlibat di dalam KPK dalam menghitung potensi kerugian negara dalam sebuah kasus.
Ketiga yaitu penukaran informasi dan koordinasi. Nantinya, BPK akan melakukan pemaparan
dan pembahasan atas hasil pemeriksaan yang berindikasi kerugian negara dan unsur pidana
dengan KPK. Apabila ada kerugian negara dan unsur pidana, maka BPK menyerahkan hasil
pemeriksaan kepada KPK.
Keempat yaitu pencegahan tindak pidana korupsi. Kerja sama ini dilakukan antara lain
dengan sosialisasi serta pendidikan dan pelatihan.