Anda di halaman 1dari 20

MANAJEMEN PUBLIC RELATION

“REVIEW BUKU MANAJEMEN PUBLIC RELATION BAB I - IX”

OLEH :

MUHAMMAD ARQAM SYIKAR ISLAM

C1B117058

JURUSAN ILMU KOMUNIKASI

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK

UNIVERSITAS HALUOLEO

KENDARI

2019
BAB I

PENDAHULUAN

A. Identitas Buku

Judul : Manajemen Public Relation

Penulis : La Ode Herman Halika, S.Ip.M.I.Kom

Penerbit :-

Kota Terbit : Kendari

Tebal : vi + 166 Halaman

B. Penejelasan Buku

Buku dengan judul Manajamen Public Relation yang ditulis oleh La Ode
Herman Halika, S.Ip.M.I.Kom, Merupakan buku ajar yang ditujukan untuk
mahasiswa Jurusan Ilmu Administrasi Publik, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu
Politik Universitas Halu Oleo Kendari.

Buku ini disusun dengan berbagai pendekatan dan merujuk pada


berbagai literatur yang dapat memperkaya wawasan mahasiswa, sekaligus
memudahkan Mahasiswa dalam memperoleh referensi atau bahan kuliah.

Total keseluruhan halaman buku ini berjumlah 172 halaman dengan berisikan
IX Bab di dalamnya.Sampul atau cover buku ini berwarna merah dengan
bahan yang bagus namun mudah terlepas, sehingga harus dijaga dengan
baik.
BAB II

HASIL REVIEW BUKU

BAB I

Manajemen

Kata manajemen berasal dari bahasa Prancis kuno “management”


yang artinya seni melaksanakan dan mengatur. Menurut Mary Parker Follet,
Manajemen sebagai seni menyelsaikan pekerjaan melalui orang lain. Definisi
ini berarti bahwa seorang manajer bertugas untuk mengatur dan
mengarahkan orang lain untuk mencapai tujuan organisasi. Definisi dari Mary
ini mengandung perhatian pada kenyataan bahwa para manajer mencapai
suatu tujuan organisasi dengan cara mengatur orang lain untuk
melaksanakan apa saja yang perlu dalam pekerjaan itu, bukan dengan cara
melaksanakan pekerjaan itu oleh dirinya sendiri.

Manajemen sendiri memiliki 4 konsep dasar yaitu :.

Konsep Dasar Manajemen

1. Manajemen sebagai Ilmu


Berusaha untuk memahami mengapa manusia bekerja sama untuk
mencapai tujuan.
2. Manajemen sebagai Seni
Untuk mencapai hasil yang maksimal dengan usaha yang minimal.
3. Manajemen sebagai Profesi
Merupakan suatu bidang pekerjaan yang dilakukan oleh orang –
orang yang memiliki keahlian atau keterampilan sebagai manajer.
4. Manajemen sebagai Proses

Manajemen adalah proses yang khas terdiri dari tindakan


perencanaan, pengorganisasian, dan pengendalian.

Pada bab ini juga dibahas mengenai Fungsi – fungsi manajemen seperti
Planning, Organizing, Leading, Directing, Motivating, Coordinating,
Controlling, Reporting, Staffing, dan juga Forecasting.

Kemampuan Manajerial adalah kemampuan manajer dalam mengatur,


mengkoordinasikan, dan menggerakkan para bawahan ke arah pencapaian
tujuan yang ditetapkan oleh organisasinya. Manajemen juga berperan
penting dalam sebuah organisasi. Seperti diketahui ilmu manajemen
berkembang terus hingga saat ini. Ilmu manajemen memberikan kepada kita
tentang pendekatan ataupun tata cara dalam meneliti, menganalisis dan
memecahkan masalah – masalah yang berkaitan dengan manajerial.

BAB II

Pengertian Dan Definisi Public Relation

Pada bab II buku ini saya dapat menarik garis besar dalam hal
pengertian dan definisi public relation.

1. Pengertian Umum

Public relation adalah proses interaksi dimana public relation


menciptakan opini publik sebagai input yang menguntungkan kedua belah
pihak, dan menanamkan pengertian, menumbuhkan motivasi dan partisipasi
publik, bertujuan menanamkan keinginan baik, kepercayaan saling adanya
pengertian, dan citra yang baik dari publiknya. Crystallizing Public Opinion
menyebutkan bahwa public relation adalah profesi yang mengurusi hubungan
antara suatu perusahaan dan publiknya yang menentukan hidup perusahaan
itu.

2. Pengertian Khusus

Public relation adalah fungsi khusus manajemen yang membantu


membangun dan memelihara komunikasi bersama, pengertian, dukungan,
dan kerjasama antara organisasi dan publik, melibatkan masalah
manajemen, membantu manajemen untuk mengetahui dan merespon opini
publik, menjelaskan dan menekankan tanggung jawab manajemen untuk
melayani minat publik, membantu manajemen untuk tetap mengikuti dan
memanfaatkan perubahan secara efektif, berguna sebagai sistem peringatan
awal untuk membantu mengantisipasi tren, dan menggunakan penelitian dan
teknik suara yang layak dalam komunikasi sebagai alat utama. Yang kurang
lebih memiliki arti bahwa public relations merupakan fungsi manajemen dari
sikap budi yang direncanakan dan dijalankan secara berkesinambungan oleh
organisasi atau lembaga umum dan swasta untuk memperoleh dan membina
saling pengertian, simpati dan dukungan dari mereka yang mempunyai
hubungan atau kaitan, dengan cara mengevaluasi opini publik mengenai
organisasi atau lembaga tersebut, dalam rangka mencapai kerjasama yang
lebih produktif, dan untuk memenuhi kepentingan bersama yang lebih efisien,
dengan kegiatan penerangan yang terencana dan tersebar luas.
BAB III

Public Relation Sebagai Ilmu Dan Profesi

A. Public Relationn Sebagai Ilmu Dan Profesi

Sebagai kajian ilmu, PR melahirkan berbagai teori, paragdigma dan


konsepsi ilmu PR. Sedangkan sebagai profesi, PR adalah alat atau fungsi
untuk kegiatan yang bersifat praktis. PR sebagai ilmu tentunya banyak
berbicara tentang berbagai penelitian PR, yang dapat menguji teori
(verifikatif), pemecahan masalah atau menemukan PR. Termasuk peran
penelitian PR dalam membuat programprogram yang tepat PR sebagai
profesi, menjadi seni yang dapat digunakan praktis. PR praktis ini melahirkan
profesi PR seperti halnya profesi lainnya. PR adalah sebuah payung yang
mencakupberbagai area dan fungsi: Communication (komunikasi),
Community Relations (Hubungan Komunitas), Costumer Relations
(Hubungan pelanggan), Consumer Affairs (Hubungan konsumen), Employee
relations (hubungan karyawan), Industrial relations (hubungan industrial).

B. Public Relations Sebagai Profesi

Public Relations (PR) as profession or art (PR sebagai profesi atau seni)
adalah sebuah profesi bidang PR, seperti halnya dokter, pengacara, akuntan
publik, insinyur, arsitektur dan lain sebagainya. Sebagai pakar PR dari
Inggris, Frank Jefkins , dalam sejumlah bukunya menulis persyaratan atau
kualifikasi dasar untuk menjalan profesi PR dalam suatu
perusahaan/lembaga atau sebagai konsultan PR yakni :

1. Kemampuan berkomunikasi (ability to communicate)


2. Kemampuan Manajerial ( ability to organize)
3. Kemampuan memperluas jaringan ( ability get on with people)
4. Integritas personal ( personality integrity)
5. Banyak ide dan kreatif ( imagination) Etika Profesi Public Relations Lvy

Khususnya profesianal PR secara umum memiliki ciri – ciri sebagai berikut :

1. Memiliki kemapuan, pengetahuan tinggi yang tidak di miliki oleh orang


pada umumnya .
2. Mempunyai kode etik.
3. Memiliki tanggung jawab profesi dan integritas pribadi yang tinggi.
4. Memiliki jiwa pengabdian kepada publik atau masyarakat.
5. Otonominasi organisasi profesional .
6. Menjadi anggota salah satu organisasi profesi sebagai wadah untuk
menjaga eksistensinya.

BAB IV

KONSEP HUMAS

A. Defenisi Humas

Humas dapat dibedakan kedalam dua pengertian yakni sebagai teknik


komunikasi dan sebagai metode komunikasi . humas sebagai teknik
komunikasi dimaksudkan bahwa humas dilakukan sendiri oleh pimpinan
organisasi. Sedangkan humas sebagai metode komunikasidimaksudkan
bahwa dilakukan secara melembaga (public relartion of being), dimana
wahana humasditekankan adalah berupa biro, bagian, seksi urusan urusan
bidang dan lain sebagainya.

B. Fungsi Humas

Fungsi utama humas,

1. Menggunakan komunikasi untuk mempengaruhi pendapat umum


2. Memberi saran kepada pimpinan tentang cara-cara mengendalikan
pendapat umum sebagaimana mestinya
3. Menilai dan mementukan pendapat umum berkaitan dengan organisasi.
Fungsi Ekstern (keluar)

1. PR harus mampu mengusahakan tumbuhnya sikap dan gambaran/citra


masyarakat yang positif terhadap segala tindakanatau kebijaksanaan
organisasi/lembaga oleh karena itu setisp anggota organisasi harus
mampu memberikan image positif yang mewakili organisasinya.
2. Penghubunh antara manajemen dan publiknya

Fungsi Intern ( ke dalam)

1. PR harus mampu mengenali/mengidentifikasikan hal-hal yang dapat


mrnimbulkan sikap/gambaran yang negatif dalam masyarakat sebelum
suatu tindakan/kebijakan dijalankan

2. Bertindak untuk kepentingan manajemen dalam merencanakan dan


melaksanakan fungsi-fungsi umum

C. Tujuan Humas

1. Tujuan Humas Secara Umum

Tujuan utama Humas atau Public Relation sendiri adalah menciptakan,


mempertahankan dan melindungi reputasi organisasi/ perusahaan,
memperluas prestis, menampilkan citra-citra yang mendukug.

Tujuan utama Public Relation dapat diringkas sesuai tujuan utama yang
diatas sebagai berikut:

1. Mengevaluasi sikap dan opini publik

2. Formulasi dan implementasi organisasi/ perusahaan dengan publik

3. Mengkoordinasikan program-program komunikasi

4.mengembangkan hubungan positif antar organisasi dan public.

Maksud dan tujuan yang terpenting dari PR adalah mencapai saling


pengertian sebagai obyektif utama. Pujian citra yang baik dan opini yang
mendukung bukan kita yang menentukan tetapi feed back yang kita
harapkan. Tujuan utama penciptaan pengertian adalah mengubah hal negatif
yang diproyeksikan masyarakat menjadi hal yang positif.

2. Tujuan humas dalam komunikasi dua arah

Tergolong dua golongan besar yaitu

a. Komunikasi Internal (personil /anggota institusi)


b. Komunikasi Eksternal (masyarakat/public)

3. Tujuan sebuah humas perusahaan

Dari sekian banyak hal yang bisa dijadikanya prioritas kegiatan humas
sebuah perusahaan, berapa diantaranya yang pokok adalah sebagai berikut:

1. Untuk meningkatkan bobot kualitas para calon pegawai


2. Untuk memperkenalkan perusahaan kepada masyarakat luas, serta
membuka pasar-pasar baru
3. Untuk mendukung keterlibatan suatu perusahaan sebagi sponsor dari
suatu acar

4. Humas pemerintahan

Humas pada prinsipnya adalah sebagai fungsi manajemen, komunikasi


dua arah organisasi dwngan publik secara timbal balik dalam meningkatkan
pembinaan kerja sama dan mempermudah kebutuhan bersama baik kedalam
maupun keluar dari l embaga.

Humas berfungsi dalam membina hubungan balik antara lembaga


dengan masyarakat dan dengan media massa. Kegiatan pokonya adalah
mengatur lalu lintas, sirkulasi internal dan eksternal.
BAB V
MANAJEMEN HUMAS (PR)

A. Manajemen Humas
Manajemen humas adalah proses penelitian, perencanaan,
pelaksanaan, dan pengevaluasian suatu kegiatan komunikasi yang
disponsori oleh organisasi.humas biasa dilakukan oleh seorang praktisi
dalam kegiatan humas.untuk mencapai tujuan khusus, yaitu pengertian
bersama. Kemunculan manajemen humas ditandai dengan kegagalan profesi
kehumasan dalam menghadapi krisis pada tahun 1906. Dalam
melaksanakan manajemen humas, menurut geoorge R. terry, seorang
praktisi humas perlu mempersiapkan unsur-unsur yang diperlukan demi
tercapainya tujuan yang maksimal, yakni:
1. Manusia, baik laki-laki maupun perempuan.
2. Alat-alat yang diperlukan
3. Sarana yang digunakan
4. Metode yang dipakai
5. Dana
6. Pasar atau khalayak yang akan dituju

B. Tahapan Dalam Manajemen Humas


Tahapan-tahapan dalam manajemen humas merupakan proses yang
meliputi hal-hal sebagai berikut;
1. Perencanaan (Planning)
2. Pengorganisasian (Organizing)
3. Pengkoordinasian (Coordinating)
4. Pengkomunikasain (Communicating)
5. Pelaksanaan (Actuating)
6. Pengawasan (Controling)
7. Pengevaluasian (Evaluating)
8. Pemodifikasian (Modificating)

C. Strategic Management Dalam Manajemen Hubungan Masyarakat


Antara manajemen dan hubungan masyarakat (humas) memang tidak
ada hubungan secara langsung, keduanya merupakan bidang ilmu yang
berkembang secara terpisah.
BAB VI
Perencanaan Kegiatan Humas (PR)

Ada empat hal yang paling menonjol dalam perencanaan humas.


Diantaranya yaitu:
1. Untuk menetapkan target-target operasi humas yang nantinya akan
menjadi tolak ukur atas segenap hasil yang diperoleh.
2. Untuk memperhitungkan jumlah jam kerja dan berbagai biaya yang
diperlukan.
3. Untuk menyusun skala prioritas guna menentukan jumlah program
dan waktu yang diperlukan.
4. Untuk menentukan kesiapan atau kelayakan pelaksanaan berbagai
upaya dalam rangka mencapai tujuan-tujuan tertentu sesuai dengan
jumlah dan kualitas personil yang ada, daya dukung dari berbagai
peralatan fisik, serta anggaran dana yang tersedia.

BAB VII
Pengorganisasian Humas (PR)

Keberadaan struktur PR sangatlah penting dalam suatu organisasi yaitu :

1. Keberadaan PR Dalam Organisasi


Adanya aktivitas yang memiliki cirri-ciri atau karakteristik PR yang dilakukan
pada sebuah lembaga atau organisasi PR sebagai bagian / divisi dari tim
pengelolaan perusahaan yang jelas pengorganosasiannya.

2. Divisi PR Dalam Organisasi /IN HOUSE PR


Keberadaan divisi PR dalam sebuah organisasi atau lembaga akan semakin
dibutuhkan dengan semakin banyaknya beban tugas dan tanggung jawab
dari organisasi yang bersangkutan. Semakin banyak urusan perusahaan
yang berkaitan dengan advertising, maka perusahaan tersebut tidak akan
membentuk biro iklan. Tetapi semakin banyak kegiatan perusahaan yang
berkait dengan PR maka perusahaan tersebut akan membentuk divisi/bagian
PR.
3. Ektern PR Atau PR Agancy (Biro Konsultan PR)
Bila In House PR berada dalam naungan sebuah perusahaan/lembaga, maka
ektern PR adalah sebuah lembaga/ perusahaan independen yang berbadan
hukum dan bergerak dalam layanan bidang PR. Dalam operasionalisasinya
ektern PR akan tampak sebagai PR full service, PR counsultant dan event
organizer.

a. PR full service merupakan sebuah perusahaan independen yang


bergerak dalam bisnis jasa layanan PR, meliputi konseling dan
sekaligus pelaksanaan dari apa yang dikonsultasikan.
b. PR consultant adalah perusahaan PR yang beregrak dalam layanan
konsultasi PR baik bergerak perorangan atau kelembagaan.
c. Event Organizer adalah perusahaan yang melayani jasa pelaksanan
sebuah event yang berhubungan dengan public.

BAB VIII
Bertindak Dan Berkomunikasi

Pada awal kelahiranya di Amerika Serikat (AS), humas lebih banyak


berfungsi untuk menyebarkan atau mendistribusikan pesan dari pihak
manajemen perusahaan kepada khalayak. Fase pertama perkembagan
humas di tandai dengan meningkatkan peran humas yang tidak lahi hanya
menjadi penyebar pesan pihak manajemen, namun juga memberikan
pandangan mengenai cara berkomunikasi. Dalam hal ini, pihak manajemen
saran atau pandangan humas mengenai bagaimana mengatakan atau
menyampaikan sesuatu kepada khalayak, baik khalayak internal maupun
eksternal. Dengan kata lain, manajemen menggunakan ungkapan “How do I
say it? (Bagaimana saya mengatakan hal ini?).manajemen pada dasarnya
sudah memiliki ide atau gagasan yang ingin disampaikan, namun belum tahu
bagaimana cara menyampaikannya. Fungsi humas hanya memberikan saran
mengenai bagaimana cara menyampaikan suatu pesan secara baik dan
benar.

Fase kedua, perkembangan humas ditandai dengan perubahan peran


humas secara signifikan yang di mulai pada tahun 1960-an seiring dengan
munculnya pandangan negatif masyarakat AS terhadap sektorindustri
masyarakat itu yang di motori perusahaan-perusahaan besar. Manajemen
diminta untuk lebih bertanggung jawab terhadap sejumlah isu yang
sebelumnya cenderung di abaikan peruahaan, misalnya masalaha keamanan
dan keselamatan kerja (employee safety), persamaan kesempatan bagi
setiap karyawan (equal opportunity) dan masalah pelestarian lingkungan.
Pada tahapini manajemen meminta nasihat humas, tidak saja bagaimana
mengatakan sesuatu tetapi juga apa yang harus dikatakan sehingga muncul
ungkapan “What aball I say” (Apa yang harus saya katakan?).

Fase ketiga, perkembangan humas erjadi pada awal tahun 1980-an.


Perkembangan humas di negara-negara maju khususnya di Amerika Serikat,
semakin meningkat dan strategis.Pada periode ini, humas memasuki periode
ketiga dalam hal perannya bagi perusahaan. Manajemen pada tahap ini
sudah meminta pandangan humas mengenai apa yang harus dilakukan
dengan ungkapan “What do I do?” (Apa yang harus di ungkapkan?).

Strategi aksi (action strategy) atau strategi tindakan humas


mencangkup berbagai hal termasuk melakukan perubaan terhadap
kebijakan, prosedur produk, jasa dan tingkah laku organisasi atau
perusahaan.Nager Allen (1984) mendefinisikan tindakan humas sebagai
tindakan yang memiliki tanggung jawab sosial yang dilakukan oleh
departemen humas atau departemen lainnya pada suatu perusahaan atau
organisasi dengan persetujuan manajemen.

Strategi tindakan terfokus pada upaya melakukan penyesuaian


(adjustment) dan adabtasi pada organisasi atau perusahaan. Peluang untuk
melaksanakan perubahan menghendaki manajemen dan praktisi humas
untuk mengidentifikasi humas tidak mengidntifikasi hmas tidak sekedar
publisitas atau komunikasi persuasif semesta.

KOMPONEN STRATEGI KOMUNIKASI


1.Membingkai Pesan
Eugene F. Lane (1967), mengemukakan beberapa teknik komunikasi
yang dapat digunakan praktisi humas untuk mengurangi timbulnya
perbedaan pemahaman atau bahkan penolakan oleh khalayak
dalammemahami pesan yang disampaikan oleh komunikator.
a. Pililah media yang sering digunakan oleh khalayak sasaran atau
dalam ungkapan Eugene Lane “Use the media most closely identified
with the audience’s position” (Gunakan media uang paling mudah
diidentifikasi oleh khalayak sasaran).
b. Gunakan sumber komunikasi (komunikator) yang dinilai memiliki
kredibilitas untuk menyampaikan pesan atau membahas topik atau
masalah tertentu.
c. Kurangi atau hilangkan jarak atau perbedaan kedudukan antara
komunikator dan khalayak.
d. Gunakan kata-kata atau anekdot yang disesuaikan dengan khalayak
sasaran.
e. Berikan keyakinan kepada khalayak sasaran bahwa pandangan
komunikator sebagai sesuatu yang umum atau mayoritas.
f. Identitas kelompok audien (audience’s group identification) dapat
dikemukakan dalam berkomunikasi jika identitas kelompok terbukti
dapat membantu dalam mendorong munculnya tanggapan positif dari
khalayak.
g. Melakukan modifikasi pesan yang disesuaikan dengan kebutuhan
khalayak.

Pada akhirnya, strategi membingkai pesan memerlukan perhatian


praktisi humas pada empat fakta fundamental yaitu:
a. Khalayak adalah manusia yang di pengaruhi oleh lingkungan dimana
mereka berada apakah di kota, pinggir kota, desa, kawasan pantai,
daerah pertanian dan sebagainya.
b. Oang cenderung membaca, melihat, memerhatikan, mendengar pesan
komunikasi yang dapat menimbulkan simpati mereka atau hal-hal yang
melibatkan kepentingan pribadi mereka.
c. Media membentuk komunitas atau masyarakatnya masing-masing.
d. Media menimbulkan efek yang berbeda kepada individu yang berbeda.

2.Nilai Berita
Dengan demikian, suatu nilai berita ditentukan oleh kepentingan publik
yang meliputi hal-hal sebagai berikut:
a. Dampak (impact), yaitu sberapa besar jumlah orang yang terpengaruh
dari suatu pesan atau informasi.
b. Kedekatan (proximity), yaitu jarak antara khalayak dengan masalah
atau isu yang tengah menjadi perhatian.
c. Kecepatan (timeliness), ini berarti berita mudah using atau mudah
basi.
d. Terkenal (prominence), yaitu orang yang di akui keunggulannya atau
orang terkenal sehingga menghasilkan berita.
e. Hal-hal baru (novely), khalayak media massa selalu tertarik dengan
hal-hal baru, tidak biasa, aneh, menyimpang dan sebagainya.
f. Konflik, berita-berita pemogokan buruh/karyawan, pertarungan
kepentingan, perseteruan, perang, kejahatan dan sebagainya sering
sekali merupakan berita yang memiliki muatan konflik.

3.Semiotika
Semiotika atau semantik adalah ilmu mengenai tanda yang sangat
terkait dengan arti atau makna yang ingin disampaikan.Bagi praktisi humas
ilmu yang mengenai arti atau makna kata ini memiliki fungsi penting karena
sebagian besar pekerjaan praktisi humas adalah berkomunikasi dengan
menggunakan kata-kata dan karena alasan inilah praktisi humas harus betul-
betul menguasai makna kata-kata.

4.Simbol
Simbol memainkan peran penting dalam bidang kehumasan. Berbagai
perusahaan, baik yang bertujuan profit ataupun nonprofit, menggunakan
simbol yang mereka buat guna menciptakan citra atau presepsi dikalangan
khalayak. Simbol tunjukan agar masyarakat dapat langsung mengenal
perusahaan atau organisasi yang di wakili oleh simbol itu. Beberapa
perusahaan menggunakan simbol “daur ulang” (recycle) pada produknya
untuk menunjukkan kepada masyarakat bahwa mereka memiliki perhatian
terhadap pelestarian lingkungan.

5.Stereotip
Menurut Lippmann (1922), hambatan untuk memahami pesan yang
dikirim terjadi karena setiap orang hidup seperti seekor ulat yang tinggal
dalam kepompong yang berfungsi sebagai benteng pelindung dari berbagai
serbuan informasi yang tidak pernah berhenti bahkan cenderung terus
meningkat. Hambatan mucncul dalam berbagai bentuk mulai dari hambatan
sosial, hambatan umur, hambatan bahasa, hambatan perbendaharaan kata,
hambatan politik dan ekonomi.

KAMPANYE MELALUI PUBLISITAS

1. Siaran Pers
Beberapa yang perlu diperhatikan praktisi humas, khususnya mereka yang
mengelola siaran pers:
a. Mulailah menuliskan informai yang paling penting yang harus menjawab
seluruh pertanyaan penting mengenai apa, siapa, dimana, mengapa
dan kapan (what, where, why, when) pada paragraf pertama (lead
berita).
b. Paragraf kedua dan seterusnya disebtu dengan badan (ody) berita.
Badan berita dalam siaran pers harus memberikan penjelasan
mengenai “How”. Strategi penulisan semacam ini (butir 1 dan 2) dikenal
dengan rumus: 5W + 1H. Ingat unsur 5W hanya terdapat pada paragraf
pertama.Janganmemasukan unsur how pada paragraf pertama karena
kalimat menjadi terlalupanjang.
c. Paragraf, kalimat dan kata-kata yang digunakan harus sesingkat dan
sepadat mungkin.
d. Penulis kalimat diusahakan untuk mengikuti pola:
subjek+objek+predikat+keterangan.
e. Subjek pada judul siaran pers atau paragraf pertama sebaiknya tidak
menyebtukan nama organisasi atau perusahaan.
f. Hindari gaya bahasa superlatif atau yang cenderung berlebihan atau
memuji-muji diri sendiri baik secara terang-terangan maupun tersirat
seperti “terbesar di dunia”, “pelopor pertama dibidangnya” dan
seterusnya.
g. Hindari generalisasi yang tidak jelas dan kecenderungan untuk
menjelaskan segala sesuatu yang bisa berakibat keluarnya tulsan dari
konteks aslinya.
h. Khusus siaran pers terkait hasil laporan keungan yang menyajikan
angka, maka penulisannya harus disertai dengan perbandingan
(komparasi).
2.Mengundang Pers

Kegiatan mengundang wartawa ini dinamakan dengan acara pers


(press event) yang secara umum terdapat tiga macam acara pers yaitu:
a. Konferensi pers, yaitu pertemuan antara organisasi dan perusahaan
dengan wartawan dengan lokasi yang sudah ditentukan dimana pihak
pertama ini menyampaikan informasi dengan maksud untuk diberitakan.
b. Resepsi pers, yaitu suatu acara yang mengundang wartawan untuk
meliput suatu acara, mendengarkan keterangan-keterangan resmi atau
sekadar bercakap-cakap guna mendekatkan hubungan antara para
jurnalis dengan organisasi atau perusahaan.
c. Kunjungan pers, yaitu kegiatan humas mengundang wartawan
mengunjungi pabrik, menghadiri acara pembukaan kantor baru atau
acara demonstrasi produk baru.

BAB IX
EVALUASI HUMAS

a. Secara lengkapnya tahapan evaluasi humas terdiri atas penilaian atas


seluruh kegiatan sebagai berikut:
b. Evaluasi kelengkpan humas latar belakang yang digunakan untuk
mendesain program.
c. Evaluasi kesesuaian antara isi pesan dan kegiatan yang dilakukan.
d. Evaluasi kegiatan pesan dan kegiatan penyampaian pesan
e. Evaluasi jumlah pesan yang dikirim ke media massa serta kegiatan yang
sudah dirancang.
f. Evaluasi jumlah pesan yang sudah di beritakan serta kegiatan yang
dilaksanakan.
g. Evaluasi jumlah khalayak yang sudah menerima pesan dan jumlah
khalayak yang mengetahui humas.
h. Evaluasi jumlah khalayak yang memberikan perhatian terhadap pesan
yang dikirimkan atau kegiatan yang dilaksanakan.
i. Evaluasi jumlah khalayak yang mempelajari isi pesan
j. Evaluasi jumlah khalayak yang berubah penndapat
k. Evaluasi jumlah khalayak yang berubah sikap
l. Evaluasi jumlah khalayak yang bertingkah laku sesuai keinginan
m. Evaluasi jumlah khalayak yang mengulangi tingkah laku tersebut
n. Evaluasi perubahan sosial dan budaya.

EVALUASI TAHAP PERSIAPAN


Tes keterbacaan sering digunakan dalam riset evaluasi kehumasan
pada tingkat persiapan, untuk menilai tingkat kemudahan suatu pesan yang
ditulis praktisi humas sebelum dikirimkan kepada khalayak sasaran.Tes
keterbcaan biasanya dipakai untuk menilai kemampuan praktisi humas dalam
menulis pesan melalui media cetak secara objektif.
Metode atau formula yang sering diguankan untuk mengukur
keterbacaan ini antara lain:

1. Formula flesch
Formula yang diciptakan oleh Dr. Rudolf Flesch ini dapat memberikan
indikasi mengenai tingkat kesulitan suatu materi bacaan dan tingkat
pendidikan yang diperlukan untuk dapat memahami materi suatu bacaan.
Prosedur untuk melakukan metode ini sebagai berikut:
a. Hitung kalimat, suku kata, kata, angka singkatan, simbol serta kata yang
menggunakan tanda sambung (‘-‘) yang dihitung sebagai satu kata.
b. Hitung panjang kalimat dengan rata-rata dengan cara membagi jumlah
kata-kata dengan jumlah kalimat.
c. Hitung panjang kata rata-rata dengan cara membagi jumlah suku kata
dengan jumlah kata-kata.
d. Masukkan hasil perhitungan pada point 2 dan 3 pada rumus. Kalikan
panjang kalimat rata-rata dengan 1.015 kemudian kalikan anjang rata-
rata dengan 84,6. Jumlah kedua angka dari nilai dasar tersebut
dikurangi 206.835.
2. Formula gunning
Robert Gunning mengemukakan suatu indeks untuk mengukur tingkat
kesulitan dari suatu bacaan yang didasarkan atas panjang kalimat rata-rata
dan persentase kata-kata dengan tiga atau lebih suku kata. Indeks Gurning
disebut juga dengan fox index.masukkan perhitungan kedalam format berikut:
Fox index=0,04 x (rata-rata jumlah kata per kalimat + jumlah kata-kata
panjang per 100 kata).
3. Formula fry
Cara perhitungan formula ini adalah sebagai berikut:
a. Pililah suatu bacan dan tentukan tiga segmen dari bacaan bersangkutan
sebagai sampel (dipilih secara acak) yang mana masing-masing segmen
harus memiliki 100 kata. Adapun yang dimaksud dengan “kata” menurut
formula fry adalah seluruh kata benda atau nama, singkatan dan angka.
Dengan demikian, menurut formula ini yang dimaksud dengan kata
adalah setiap kelompok huruf yang memiliki spasi sebelum dan
sesudahnya.
b. Hitung jumlah kalimat pada masing-masing sampel.
c. Hitung jumlah suku kata pada setiap sampel bacaan.
d. Gunakan grafik fry dengan terlebih dahulu menentukan nilai panjang
kalimat rata-rata (sumbu vertikal) dan jumlah suku kata rata-rata (sumbu
horizontal).

Evaluasi Terhadap Pelaksanaan


Dalamhal ini harus diperhatikan bahwa khalayak atau audien yang
menerima pesan terbagi menjadi dua kelompok:
a. Khalayak sasaran atau disebut juga dengan khalayak efektif yaitu
khalayak yang betul-betul menjadi sasaran dari pesan yang disampaikan.
b. Khalayak potensial mencakup seluruh khalayak pembaca surat kabar,
seluruh penonton televisi dan seluruh pendengar radio atau mereka yang
hadir pada suatu acara.

Alat Pemantau
Suatu alat pemantau (meter) yang dipasang di televisi dapat mencatat
informasi mengenai program tayang yang ditonton suatu rumah tangga
secara lengkap dan menyeluruh.A. C. Nielsen sebagai pelopor pengguna
peralatan ini mengembangkan suatu sistem pemantauan dan pelaporan yang
dapat memberikan laporan yang bersifat seketika.

Telephone Coincindental Method


Melalui metode penelitian Telephone Considental Method (TMC) ini,
peneliti menghubungi responden melalui telepon dengan syarat responden
yang dihubungi saati itu harus tengah menonton televisi atau mendengarkan
radio.Metode ini disebut dengan considental yang berarti “kebetulan” karena
kegiatan menonton televisi atau berbarengan wawanccara oleh peneliti
mengenai program tayang yang tengah di ikuti saat itu.

Telephone Recall

Wawancara biasa melalui telepon memiliki kelemahan pada


keterbatasan ingatan responden. Responden memberikan jawabannya
berdasarkan ingatannya terhadap apa saja yang telah di tontonnya di televisi.
Namun, kelemahan ini dikurangi dengan melakukan wawancara setiap hari
selama periode waktu tertentu, misalnya satu minggu.

Wawancara Langsung

Teknik wawancara pribadi secara langsung atau personal individu


dengan mendatangi rumah responden secara door to door, berdasarkan
probability samples, saat ini sudah mulai ditinggalkan yang disebabkan
kemungkinan timbulnya gangguan terhadap kenyamanan responden.

Evaluasi Tahap Efek

Praktisi humas harus berhati-hati ketika menginterpretasikan dan


menggunakan hasil evaluasi.Jika efek diharapkan tidak terjadi pada saat
evaluasi dilakukan, maka terdapat tiga kemungkinan mengapa hal itu dapat
terjadi.
 Teori yang digunakan untuk mendukung program keliru.
 Jika teori yang digunakan untuk mendukung strategi program sudah
benar, maka penyebab tidak adanya efek disebabkan kegagalan dalam
pelaksanaan program , terjadi kesalahan pada tahap persiapan atau
tahap pelaksanaan program.
 Mungkin saja program yang dilakukan sebenarnya sudah berhasil namun
metode yang digunakan pada saat evaluasi salah sehingga gagal
mendeteksi efek.

Anda mungkin juga menyukai