NURSING ADVOCACY
DI SUSUN OLEH :
2. Elma Sulistiana
3. Novan Juwedi Saputra
4. Evi Ernawati
1
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR.............................................................................................ii
BAB I.......................................................................................................................1
PENDAHULUAN...................................................................................................1
A. Latar Belakang..........................................................................................1
B. Rumusan Masalah.....................................................................................2
C. Tujuan Penulisan.......................................................................................2
BAB II......................................................................................................................3
TINJAUAN PUSTKA.............................................................................................3
A. Definisi......................................................................................................3
B. Sasaran advokai.........................................................................................7
C. Arus komunikasi Advokas Kesehatan.......................................................7
D. Strategi Advokasi .....................................................................................8
E. Tujuan Advokasi.......................................................................................9
F. Priinsip Advokasi......................................................................................9
G. Perawat Sebagai Advokat Pasien............................................................14
H. Peran dan Tanggung Jawab Perawat.......................................................15
I. Tanggung Jawwab Profesi..........................................................................16
BAB III.................................................................................................................18
KESIMPULAN DAN SARAN..............................................................................19
A. Kesimpulan..............................................................................................19
B. Saran........................................................................................................19
DAFTAR PUSTAKA.............................................................................................iii
1
KATA PENGANTAR
Puji Syukur kami panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa karena atas
kehendak-Nyalah kami berhasil menyelesaikan makalah ini yang berujudul
“Addison”.
Makalah ini berisikan tentang definisi, etiologi, tanda dan gejala,
patofisiologi, patoflow, penatalaksanaan medis, pemeriksaan diagnostik, komplikasi
dari penyakit Addison.
Kami menyadari bahwa makalah ini masih banyak kekurangan, oleh karena
itu kami meminta kritik dan saran yang positif yang bisa mendukung atau
mendorong kami agar bisa berusaha dengan lebih maksimal lagi. Harapan kami,
mudah-mudahan makalah ini dapat berguna bagi pembaca terutama dalam
memahami dan lebih mengenal penyakit Addison. Dan kiranya makalah ini dapat
bermanfaat untuk menambah wawasan ilmu pengetahuan dalam segi informasi, cara
penulisan, serta penggunaan bahasan yang baik.
Penulis
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Perawat adalah orang yang bersama individu selama kebanyakan waktu kritis
kehidupan mereka. Perawat adalah orang yang bersama individu ketika mereka
lahir, ketika mereka cedera atau sakit, ketika mereka meninggal. Individu berbagi
banyak hal yang intim dalam kehidupan mereka dengan perawat; mereka
menanggalkan pakaian untuk perawat, dan mempercayai perawat untuk melakukan
prosedur yang menimbulkan nyeri. Perawat berada di samping tempat tidur
individu yang sakit dan menderita selama 24 jam sehari. Mereka ada ketika pasien
tidak dapat tidur karena nyeri atau ketakutan atau kesepian. Mereka ada untuk
memberi makan pasien, memandikannya, dan mendukung mereka. Perawat
mempunyai sejarah panjang tentang perawatan pasien dan berbicara untuk
Kebutuhan pasien.
Salah satu fungsi dan peran seorang perawat adalah menjadi advokat bagi
pasien. Dalam hal ini peran sebagai advokat pasien merupakan dasar dan inti dari
proses pemberian asuhan keperawatan. Pelayanan kesehatan saat ini pula
menbutuhkan pelayanan yang berkualitas, konsep dari advokasi sangat dibutuhkan
dalam hal ini. Sebagai peran utama dari perawat, advokasi merupakan bagian dari
kode etik pasien. perawat dalam perannya sebagai advokat pasien menggunakan
skill sebagai pendidik, konselor, dan leader guna melindungi dan mendukung hak
pasien.
Pada tahun 1985 “The American association colleges of nursing “
melaksanakan suatu proyek termasuk didalamnya mengidentifikasi nilai-nilai
esensial dalam praktek keperawatan professional. Nilai-nilai esensial ini sangat
berkaitan dengan moral keperawatan dalam praktiknya. Perawat memiliki komiten
yang tinggi untuk memberikan asuhan yang berkualitas berdasarkan standar
perilaku yang etis dalam praktek asuhan professional. Pengetahuan tentang
perilaku etis dimulai dari pendidikan perawat, dan berlanjut pada diskusi formal
maupun informal dengan sejawat atau teman. Praktik keperawatan, termasuk
etika keperawatan mempunyai dasar penting, seperti advokasi, akuntabilitas,
loyalitas kepedulian, rasa haru, dan menghormati martabat manusia (Purba1 &
Pujiastuti, 2009)
Berdasarkan latar belakang diatas, kelompok tertarik untuk membuat
makalah tentang peran perawat sebagai advokat pasien.
B. Tujuan Penulisan
Adapun tujuan dari penulisan makalah ini adalah:
1. Menjelaskan peran dan tanggung jawab perawat
2. Menjelaskan pengertian advokasi
3. Menjelaskan peran perawat sebagai advokat pasien
4. Menjalaskan tanggung jawab perawt advokat
5. Menjalaskan nilai dasar perawat advokat
6. Menjelaskan tujuan dan hasil yang diharapkan dari peran advokat klien
1
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. PENGERTIAN ADVOKASI
Advokasi secara harfiah berarti pembelaan, sokongan atau bantuan
terhadap seseorang yang mempunyai permasalahan istilah advokasi dalam
bidang hukum tersebut dijadikan sebagai penasehatnya dan memperoleh
keadilan yang sungguh-sungguhnya, maka advokasi dalam bidang kesehatan
diartikan upaya untuk memperoleh pembelaan, bantuan atau dukungan
terhadap program kesehatan.
Menurut Webster Encyclopedia advokasi adalah “Act of pleading for
supporting or recomending active espousal” atau “tindakan pembelaan,
dukungan atau rekomendasi.
Menurut ahli “retorika” (Foss and fose, et al : 1980) advokasi diartikan
sebagai upaya persuasi yang mencakup kegiatan penyadaran, rasionalisasi,
argumentasi dan rekomendasi rindak lanjut mengenai sesuatu hal.
Menurut “John Hopkins (1990)” Advokasi adalah usaha untuk
mempengaruhi kebijakan melalui bermacam-macam bentuk komunikasi
persuasif, dengan menggunakan informasi yang akurat dan tepat.
Istilah advocacy (advokasi) di bidang kesehatan mulai digunakan dalam
program kesehatan masyarakat pertama kali oleh WHO pada tahun 1984,
sebagai salah satu strategi global Pendidikan atau Promosi Kesehatan.WHO
merumuskan, bahwa dalam mewujudkan visi dan misi Promosi kesehatan
secara efektif menggunakan 3 strategi pokok, yakni :
a. Advokasi
b. Dukungan sosial
c. Pemberdayaan masyarakat.
Strategi global ini dimaksudkan bahwa, dalam pelaksanaan suatu program
kesehatan di dalam masyarakat, maka langkah yang diambil adalah :
a. Melakukan pendekatan atau lobying dengan para pembuat keputusan
setempat, agar mereka ini menerima dan “commited, dan akhirnya mereka
bersedia mengeluarkan kebijakan, atau keputusan-keputusan untuk
membantu atau mendukung program tersebut. Kegiatan inilah yang
1
disebut advokasi. Dalam pendidikan kesehatan para pembuat keputusan
baik pusat maupun daerah.
b. Langkah selanjutnya adalah melakukan pendekatan dan pelatihan
kepada tokoh masyarakat setempat, baik tokoh masyarakat formal maupun
informal. Tujuan kegiatan ini adalah agar para tokoh masyarakat setempat
ini mempunyai kemampuan seperti yang diharapkan program, dan
selanjutnya dapat membantu dalam menyebarkan informasi program atau
melakukan penyuluhan kepada masyarakat.
c. Petugas kesehatan bersama-sama tokoh masyarakat tersebut melakukan
kegiatan penyuluhan kesehatan, konseling, dan sebagainya, melalui
berbagai kesempatan dan media. Tujuan kegiatan ini antara lain :
meningkatkan pengetahuan, sikap dan perilaku masyarakat untuk hidup
sehat. Dengan kata lain, menampilkan atau memperdayakan masyarakat
dalam kesehatan.
Advokasi diartikan sebagai upaya pendekatan (Approaches) terhadap orang
lain yang dianggap mempunyai pengaruh terhadap hasil keberhasilan suatu
program atau kegiatan yang dilaksanakan
B. SASARAN ADVOKASI
Dalam advokasi sasarannya adalah para pemimpin eksekutif atau
pengambil kebijakan (Policy makers) atau pembuat keputusan termasuk
Presiden dan Legislatif dan para pimpinan sektor lain yang terkait dengan
kesehatan di semua administrasi pemerintahan maupun swasta serta organisasi
kemasyarakatan diberbagai jenjang administrasi pemerintahan (Tingkat pusat,
propinsi, Kabupaten, Kecamatan dan Kelurahan).
Dimana sasaran primernya adalah masyarakat umum yang menjadi
sasaran utama dalam setiap program kesehatan. Sedangkan sasaran
sekundernya adalah para pembuat keputusan dalam program kesehatan baik
ditingkat pusat maupun daerah.
E. TUJUAN ADVOKASI
Tujuan utama advokasi adalah untuk mendorong dikeluarkannya kebijakan-
kebijakan publik oleh para pejabat publik sehingga dapat menyokong atau
menguntungkan kesehatan. Misalnya; keluarnya Peraturan Daerah tentang
menjaga kebersihan kota, yang memuat tentang peraturan-peraturan dan
sangsi-sangsi apabila warga kota melanggar peraturan daerah tersebut.
F. PRINSIP ADVOKASI
Advokasi bukan sekedar melakukan lobi-lobi politik, tetapi mencakup
kegiatan persuasif, memberikan semangat dan bahkan sampai memberikan
pressure atau tekanan kepada para pimpinan institusi.
Untuk melakukan kegiatn advokasi yang efektif memerlukan argumen
yang kuat, oleh karena itu prinsip advokasi ini akan membahas tentang tujuan,
kegiatan , dan argumentasi-argumentasi advokasi. Secara inklusif terkandung
tujuan-tujuan advokasi, yakni :
1. Komitmen politik (political commitment)
komitmen para pembuat keputusan atau penentu kebijakan ditingkat dan di
sektor mana pun terhadap permasalahan kesehatan dan upaya pemecahan
permasalahan kesehatan tersebut. 1
2. Dukungan kebijakan (policy support)
dukungan konkret yang diberikan oleh para pimpinan institusi di semua
tingkat dan semua sektor yang terkait dalam rangka mewujudkan
pembangunan di sektor kesehatan.
3. penerimaan sosial (social acceptance)
diterimanya suatu program oleh masyarakat. Suatu program kesehatan
apapun hendaknya memperoleh dukungan dari sasaran utama program
tersebut, yakni masyarakat, terutama tokoh nasyarakat.
4. Dukungan sistem (system support)
adanya sistem atau organisasi kerja yang memasukkan unit pelayanan atau
program kesehatan dalam suatu sektor pembangunan adalah
mengidentifikasi adanya dukungan sistem.
1. Perawat sebagai advokat yaitu sebagai penghubung antara klien-tim kesehatan lain
dalam rangka pemenuhan kebutuhan klien. Membela kepentingan klien dan
membantu klien,memahami semua informasi dan upaya kesehatan yang diberikan
tim kesehatan dengan pendeketan tradisional maupun profesional. (Dewi, 2008)
2. Advokasi adalah mendukung pasien, bicara mewakili individu pasien, dan
menengahi bila perlu. Advokasi ini adalah bagian dari perawatan perawat dan
bagian dari kedekatan dan kepercayaan antara perawat dan pasien yang memberi
keperawatan sebuah tempat yang sangat khusus dalam pelayanan kesehatan (WHO,
2005)
3. Advokasi merupakan dasar filasafat dan ideal keperawatan yang melibatkan
bantuan perawat secara aktif kepada individu secara bebas menentukan nasibnya
sendiri (Gondow, 1983)
Creasia dan Parker (2000) menjelaskan bahwa konsep advokasi memiliki tiga
pengertian, yaitu:
a. Model perlindungan terhadap hak
Model ini menekankan pada perawat untuk melindungi hak klien agar tidak ada
tindakan tenaga kesehatan yang akan merugikan pasien selama dirawat. Hal ini
dapat dilakukan dengan cara menginformasikan kepada pasien tentang semua hak
yang dimilikinya, memastikan pasien memahami hak yang dimilikinya, melaporkan
pelanggaran terhadap hak pasien dan mencegah pelanggaran hak pasien.
b. Model pengambilan keputusan berdasarkan nilai-nilai yang dianut pasien
Model ini menekankan pada perawat untuk menyerahkan segala keputusan tentang
perawatan yang akan dijalankan oleh pasien kepada pasien itu sendiri, sesuai
dengan nilai-nilai yang dianut pasien. Perawat tidak diperbolehkan memaksakan
nilai-nilai pribadinya untuk membuat keputusan pada pasien, melainkan hanya
1
membantu pasien mengeksplorasi keuntungan dan kerugian dari semua alternatif
pilihan atau keputusan.
c. Model penghargaan terhadap orang lain
Model ini menekankan pada perawat untuk menghargai pasien sebagai manusia
yang unik. Perawat harus menyadari bahwa sebagai manusia yang unik, pasien
memiliki kebutuhan yang berbeda-beda satu sama lain. Perawat harus mempunyai
semua yang terbaik bagi pasien sesuai dengan kebutuhannya saat itu.
Dewasa ini, banyak definisi umum advokat yang menekankan pentingnya hak-
hak pasien dalam mengambil keputusan. Dalam hal ini, perawat advokat menolong
pasien sebagai makhluk yang memiliki otonomi untuk mengambil keputusan
sendiri, yang sesuai dengan keinginan pasien dan bukan karena pengaruh dari
perawat atau tenaga kesehatan lainnya. Pendidikan dan dukungan kepada pasien
diberikan sesuai kebutuhan dan pilihannya. Perawat diharapkan mampu
mengidentifikasi dan mengerti keinginan pasien dan memastikan bahwa keinginan
tersebut merupakan keputusan yang terbaik dari pasien. Jadi, dapat disimpulkan
bahwa peran advokat pasien adalah dasar dari semua peran perawat untuk
memberikan asuhan keperawatan dan dukungan terhadap pasien, dengan
melindungi hak pasien dan bertindak atas nama pasien. (Dewi, 2008)
1
BAB III
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Advokasi merupakan salah satu peran perawat dan menjadi dasar yang penting
dalam membrikan asuhan keperawatan kepada pasien. Peran perawat sebagai
advokat pasien menuntut perawat untuk dapat mengidentifikasi dan mengetahui
nilai-nilai dan kepercayaan yang dimilikinya tentang peran advokat, peran dan
hak-hak pasien, perilaku profesional, dan hubungan pasien-keluarga-dokter. Di
samping itu, pengalaman dan pendidikan yang cukup sangat diperlukan untuk
memiliki kompetensi klinik yang diperlukan sebagai syarat untuk menjadi advokat
pasien.
B. Saran
1. Bagi perawat
Mengaplikasikan teori ini dalam tatanan pemberian pelayana kesehatan kepada
masyarakat, dan melaksanakan peran perawat sebagai advokat utama klien dan
penghubung antar profesi kesehatan demi kepentingan pasien
2. Bagi mahasiswa
Melakukan peneltian terkait tentang advokasi, karena masih banyak hal yang bias
dieksplor dan dikembangkan.
1
DAFTAR PUSTAKA