Anda di halaman 1dari 21

MAKALAH

NURSING ADVOCACY

DI SUSUN OLEH :

1. Reza Trisnandi Hidayatulloh

2. Elma Sulistiana
3. Novan Juwedi Saputra
4. Evi Ernawati

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN (STIKES) MATARAM


PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN
PROGRAM B
TAHUN 2022/2023

1
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR.............................................................................................ii
BAB I.......................................................................................................................1
PENDAHULUAN...................................................................................................1
A. Latar Belakang..........................................................................................1
B. Rumusan Masalah.....................................................................................2
C. Tujuan Penulisan.......................................................................................2
BAB II......................................................................................................................3
TINJAUAN PUSTKA.............................................................................................3
A. Definisi......................................................................................................3
B. Sasaran advokai.........................................................................................7
C. Arus komunikasi Advokas Kesehatan.......................................................7
D. Strategi Advokasi .....................................................................................8
E. Tujuan Advokasi.......................................................................................9
F. Priinsip Advokasi......................................................................................9
G. Perawat Sebagai Advokat Pasien............................................................14
H. Peran dan Tanggung Jawab Perawat.......................................................15
I. Tanggung Jawwab Profesi..........................................................................16
BAB III.................................................................................................................18
KESIMPULAN DAN SARAN..............................................................................19
A. Kesimpulan..............................................................................................19
B. Saran........................................................................................................19
DAFTAR PUSTAKA.............................................................................................iii

1
KATA PENGANTAR

Puji Syukur kami panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa karena atas
kehendak-Nyalah kami berhasil menyelesaikan makalah ini yang berujudul
“Addison”.
Makalah ini berisikan tentang definisi, etiologi, tanda dan gejala,
patofisiologi, patoflow, penatalaksanaan medis, pemeriksaan diagnostik, komplikasi
dari penyakit Addison.
Kami menyadari bahwa makalah ini masih banyak kekurangan, oleh karena
itu kami meminta kritik dan saran yang positif yang bisa mendukung atau
mendorong kami agar bisa berusaha dengan lebih maksimal lagi. Harapan kami,
mudah-mudahan makalah ini dapat berguna bagi pembaca terutama dalam
memahami dan lebih mengenal penyakit Addison. Dan kiranya makalah ini dapat
bermanfaat untuk menambah wawasan ilmu pengetahuan dalam segi informasi, cara
penulisan, serta penggunaan bahasan yang baik.

Mataram, 23 September 2023

Penulis

1
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Perawat adalah orang yang bersama individu selama kebanyakan waktu kritis
kehidupan mereka. Perawat adalah orang yang bersama individu ketika mereka
lahir, ketika mereka cedera atau sakit, ketika mereka meninggal. Individu berbagi
banyak hal yang intim dalam kehidupan mereka dengan perawat; mereka
menanggalkan pakaian untuk perawat, dan mempercayai perawat untuk melakukan
prosedur yang menimbulkan nyeri. Perawat berada di samping tempat tidur
individu yang sakit dan menderita selama 24 jam sehari. Mereka ada ketika pasien
tidak dapat tidur karena nyeri atau ketakutan atau kesepian. Mereka ada untuk
memberi makan pasien, memandikannya, dan mendukung mereka. Perawat
mempunyai sejarah panjang tentang perawatan pasien dan berbicara untuk
Kebutuhan pasien.
Salah satu fungsi dan peran seorang perawat adalah menjadi advokat bagi
pasien. Dalam hal ini peran sebagai advokat pasien merupakan dasar dan inti dari
proses pemberian asuhan keperawatan. Pelayanan kesehatan saat ini pula
menbutuhkan pelayanan yang berkualitas, konsep dari advokasi sangat dibutuhkan
dalam hal ini. Sebagai peran utama dari perawat, advokasi merupakan bagian dari
kode etik pasien. perawat dalam perannya sebagai advokat pasien menggunakan
skill sebagai pendidik, konselor, dan leader guna melindungi dan mendukung hak
pasien.
Pada tahun 1985 “The American association colleges of nursing “
melaksanakan suatu proyek termasuk didalamnya mengidentifikasi nilai-nilai
esensial dalam praktek keperawatan professional. Nilai-nilai esensial ini sangat
berkaitan dengan moral keperawatan dalam praktiknya. Perawat memiliki komiten
yang tinggi untuk memberikan asuhan yang berkualitas berdasarkan standar
perilaku yang etis dalam praktek asuhan professional. Pengetahuan tentang
perilaku etis dimulai dari pendidikan perawat, dan berlanjut pada diskusi formal
maupun informal dengan sejawat atau teman. Praktik keperawatan, termasuk
etika keperawatan mempunyai dasar penting, seperti advokasi, akuntabilitas,
loyalitas kepedulian, rasa haru, dan menghormati martabat manusia (Purba1 &
Pujiastuti, 2009)
Berdasarkan latar belakang diatas, kelompok tertarik untuk membuat
makalah tentang peran perawat sebagai advokat pasien.
B. Tujuan Penulisan
Adapun tujuan dari penulisan makalah ini adalah:
1. Menjelaskan peran dan tanggung jawab perawat
2. Menjelaskan pengertian advokasi
3. Menjelaskan peran perawat sebagai advokat pasien
4. Menjalaskan tanggung jawab perawt advokat
5. Menjalaskan nilai dasar perawat advokat
6. Menjelaskan tujuan dan hasil yang diharapkan dari peran advokat klien

1
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. PENGERTIAN ADVOKASI
Advokasi secara harfiah berarti pembelaan, sokongan atau bantuan
terhadap seseorang yang mempunyai permasalahan istilah advokasi dalam
bidang hukum tersebut dijadikan sebagai penasehatnya dan memperoleh
keadilan yang sungguh-sungguhnya, maka advokasi dalam bidang kesehatan
diartikan upaya untuk memperoleh pembelaan, bantuan atau dukungan
terhadap program kesehatan.
Menurut Webster Encyclopedia advokasi adalah “Act of pleading for
supporting or recomending active espousal” atau “tindakan pembelaan,
dukungan atau rekomendasi.
Menurut ahli “retorika” (Foss and fose, et al : 1980) advokasi diartikan
sebagai upaya persuasi yang mencakup kegiatan penyadaran, rasionalisasi,
argumentasi dan rekomendasi rindak lanjut mengenai sesuatu hal.
Menurut “John Hopkins (1990)” Advokasi adalah usaha untuk
mempengaruhi kebijakan melalui bermacam-macam bentuk komunikasi
persuasif, dengan menggunakan informasi yang akurat dan tepat.
Istilah advocacy (advokasi) di bidang kesehatan mulai digunakan dalam
program kesehatan masyarakat pertama kali oleh WHO pada tahun 1984,
sebagai salah satu strategi global Pendidikan atau Promosi Kesehatan.WHO
merumuskan, bahwa dalam mewujudkan visi dan misi Promosi kesehatan
secara efektif menggunakan 3 strategi pokok, yakni :
a. Advokasi
b. Dukungan sosial
c. Pemberdayaan masyarakat.
Strategi global ini dimaksudkan bahwa, dalam pelaksanaan suatu program
kesehatan di dalam masyarakat, maka langkah yang diambil adalah :
a. Melakukan pendekatan atau lobying dengan para pembuat keputusan
setempat, agar mereka ini menerima dan “commited, dan akhirnya mereka
bersedia mengeluarkan kebijakan, atau keputusan-keputusan untuk
membantu atau mendukung program tersebut. Kegiatan inilah yang
1
disebut advokasi. Dalam pendidikan kesehatan para pembuat keputusan
baik pusat maupun daerah.
b. Langkah selanjutnya adalah melakukan pendekatan dan pelatihan
kepada tokoh masyarakat setempat, baik tokoh masyarakat formal maupun
informal. Tujuan kegiatan ini adalah agar para tokoh masyarakat setempat
ini mempunyai kemampuan seperti yang diharapkan program, dan
selanjutnya dapat membantu dalam menyebarkan informasi program atau
melakukan penyuluhan kepada masyarakat.
c. Petugas kesehatan bersama-sama tokoh masyarakat tersebut melakukan
kegiatan penyuluhan kesehatan, konseling, dan sebagainya, melalui
berbagai kesempatan dan media. Tujuan kegiatan ini antara lain :
meningkatkan pengetahuan, sikap dan perilaku masyarakat untuk hidup
sehat. Dengan kata lain, menampilkan atau memperdayakan masyarakat
dalam kesehatan.
Advokasi diartikan sebagai upaya pendekatan (Approaches) terhadap orang
lain yang dianggap mempunyai pengaruh terhadap hasil keberhasilan suatu
program atau kegiatan yang dilaksanakan

B. SASARAN ADVOKASI
Dalam advokasi sasarannya adalah para pemimpin eksekutif atau
pengambil kebijakan (Policy makers) atau pembuat keputusan termasuk
Presiden dan Legislatif dan para pimpinan sektor lain yang terkait dengan
kesehatan di semua administrasi pemerintahan maupun swasta serta organisasi
kemasyarakatan diberbagai jenjang administrasi pemerintahan (Tingkat pusat,
propinsi, Kabupaten, Kecamatan dan Kelurahan).
Dimana sasaran primernya adalah masyarakat umum yang menjadi
sasaran utama dalam setiap program kesehatan. Sedangkan sasaran
sekundernya adalah para pembuat keputusan dalam program kesehatan baik
ditingkat pusat maupun daerah.

C. ARUS KOMUNIKASI ADVOKASI KESEHATAN


Dalam advokasi peran komunikasi sangat penting, seba dalam advokasi
merupakan aplikasi dari komunikasi inter personal maupun massa yang
ditujukan kepada para penentu kebijakan (policy markers) atau para pembuat
keputusan (decission makers) pada semua tingkat dan tatanan sosial.
Komunikasi dalam rangka advokasi kesehatan memerlukan kiat khusus
agar komunikasi tersebut efektif. Kiat-kiat agar komunikasi advokasi efektif
antara lain sebagai berikut :
1. Jelas (clear) : Pesan yang akan disampaikan kepada sasaran harus disusun
1
sedemikian rupa sehingga jelas, baik isinya maupun bahasa yang
digunakan.
2. Benar (correct): apa yang disampaikan (pesan) harus didasar- kan
kepada kebenaran. Pesan yang benar adaJah pesan yang ;
disertai dengan fakta atau data empiris, atau berdasarkan teori atau
konsep yang sudah terbukti kebenarannya.
3. Konkret (concrete): apabila petugas kesehatan dalam advokasinya
mengajukan. usulan program yang dimintakan dukungan dari para pejabat
terkait, maka harus dirumuskan dalam bentuk yang konkret ("bukan kira-
kira), atau dalam bentuk operasional.
4. Lengkap (complete): Timbulnya kesalahpahaman atau mis- komunikasi
adalah karena belum atau tidak lengkapnya pesan yang disampaikan
kepada orang lain. Demikian pula dalam berkomunikasi dengan para
pejabat tidak akan semu- lus yang diharapkan. sering terjadi mis-
komunikasi yang mengakibatkan salah persepsi.Yang akhirnya men
gakibatkan kurangnya dukungan terhadap program yang diusulkan. Oleh
sebab itu, pesan-pesan sebagai materi advokasi harus disampaikan
selengkap-lengkapnya.
5. Ringkas (concise): Pesan komunikasi harus lengkap, tetapi padat, tidak
bertele-tele. Pesan yang panjang penuh dengan bumbu-bumbu,
justru akan mengaburkan pesan itu sendiri. Pesan komunikasi yang
ringkas tetapi lengkap ini disebuti pesan yang "padat".
6. Meyakinkan (convince): Agar komunikasi advokasi kita diterima oleh
para pejabat, maka harus meyakinkan. Meyakinkan di sini, dalam arti
orang yang melakukan advokasi maupun pesan atau bahan advokasi
yang disampai kan kepada para pejabat yang bersangkutan.
7. Kontekstual (contextual): Advokasi kesehatan hendaknya bersifat
kontekstual, artinya pesan atau program yang akan diadvokasikan harus
diletakkan atau dikaitkan dengan masalah pembangunan daerah yang
bersangkutan. Pesan- pesan atau program -program kesehatan apa pun
harus dikaitkan dengan upaya-upaya peningkatan kesejahteraan
masyarakat Pemerintah Daerah setempat.
8. Berani (courage): Seorang petugas kesehatan yang
akan melakukan advokasi kepada para pejabat, harus
mempunyai keberanian berargumentasi dan berdiskusi dengan para pejabat
yang bersangkutan. Agar advolator berani beradu argumentasi (bukan
berarti bukan berarti kurang ajar atau sombong), maka syarat yang harus
dipunyai adalah menguasai masalah-masalah yang terkait dengan
bidangnya (dalam hal ini adalah kesehatan). 1
9. Hati-hati (coutious): Meskipun berani, tetapi harus hati-hati dan
tidak boleh keluar dari etika berkomunikasi dengan para pejabat,
hindari sikap "menggurui" para pejabat yang ber sangkutan.
10. Sopan (courteous): Disamping hati-hati, advokator harus ber- sikap
sopan, baik sopan dalam tutur kata maupun penam- pilan fisik, termasuk
cara berpakaian.
D. STRATEGI ADVOKASI
Di negara-negara berkembang khususnya, strategi advokasi sangat
diperlukan, karena masalah kesehatan di negara-negara ini belum memperoleh
perhatian secara proporsional dari sektor-sektor lain di luar kesehatan, baik
pemerintah maupun swasta. Padahal masalah kesehatan ditimbulkan dari
dampak pembangunan sektor lain. Untuk meningkatkan perhatian dan
komitmen dari para pembuat keputusan dari sektor-sektor ini, diperlukan
advokasi. Demikian juga strategi empowerment juga sangat diperlukan di
negara-negara berkembang mengingat masyarakat di negara-negara
berkembang pada umumnya masih jauh kemauan dan kemampuannya
dalam mencapai derajat kesehatannya. Pemberdayaan masyarakat dari
segala aspek kehidupan masyarakat pada prinsipnya bertujuan agar
masyarakat mau kian mampu untuk mencapai derajat kesehatan. yang
seoptimal mungkin.

E. TUJUAN ADVOKASI
Tujuan utama advokasi adalah untuk mendorong dikeluarkannya kebijakan-
kebijakan publik oleh para pejabat publik sehingga dapat menyokong atau
menguntungkan kesehatan. Misalnya; keluarnya Peraturan Daerah tentang
menjaga kebersihan kota, yang memuat tentang peraturan-peraturan dan
sangsi-sangsi apabila warga kota melanggar peraturan daerah tersebut.
F. PRINSIP ADVOKASI
Advokasi bukan sekedar melakukan lobi-lobi politik, tetapi mencakup
kegiatan persuasif, memberikan semangat dan bahkan sampai memberikan
pressure atau tekanan kepada para pimpinan institusi.
Untuk melakukan kegiatn advokasi yang efektif memerlukan argumen
yang kuat, oleh karena itu prinsip advokasi ini akan membahas tentang tujuan,
kegiatan , dan argumentasi-argumentasi advokasi. Secara inklusif terkandung
tujuan-tujuan advokasi, yakni :
1. Komitmen politik (political commitment)
komitmen para pembuat keputusan atau penentu kebijakan ditingkat dan di
sektor mana pun terhadap permasalahan kesehatan dan upaya pemecahan
permasalahan kesehatan tersebut. 1
2. Dukungan kebijakan (policy support)
dukungan konkret yang diberikan oleh para pimpinan institusi di semua
tingkat dan semua sektor yang terkait dalam rangka mewujudkan
pembangunan di sektor kesehatan.
3. penerimaan sosial (social acceptance)
diterimanya suatu program oleh masyarakat. Suatu program kesehatan
apapun hendaknya memperoleh dukungan dari sasaran utama program
tersebut, yakni masyarakat, terutama tokoh nasyarakat.
4. Dukungan sistem (system support)
adanya sistem atau organisasi kerja yang memasukkan unit pelayanan atau
program kesehatan dalam suatu sektor pembangunan adalah
mengidentifikasi adanya dukungan sistem.

G. METODE DAN TEKNIK ADVOKASI


Adapun metode atau cara dan teknik advokasi untuk mencapai tujuan antara lain
a. Lobi politik (political lobiying
Lobi adalah berbincang-bincang secara informal denagn para pejabat
untuk menginformasikan dan membahas masalah dan program kesahatan
yang akan dilaksanakan. Tahap pertama lobi adalah : petugas kesehatan
menyampaikan masalah kesehatan yang dihadapidi wilayah kerjanya, dan
dampaknya terhadap kehidupan masyarakat.
b. Seminar dan/atau presentasi
Seminar atau persentasi yang dihadiri oleh para pejabat lintas program
dan lintas sektoral. Petugas kesehatan menyajikan masalah kesehatan di
wilayah kerjanya, lengkap dengan data dan ilustrasi yang menarik, serta
rencana program pemecahanya.
c. Media
Melalui media cetak maupun media elektronik masalah kesehatan disajikan
baik dalam bentuk artikel penyampaian pendapat dan sebagainya.
d. Perkumpulan (asosiasi) peminat.
Asosiasi atau perkumpulan orang-orang yang mempunyai minat atau
interes terhadap permasalahan tertentu atau perkumpulan profesi, juga
merupakan bentuk advokasi

H. ARGUMENTASI UNTUK ADVOKASI


Di bawah ini ada beberapa hal yang dapat memperkuat argumen dalam
melakukan kegiatan advokasi antara lain: 1
1. Creadible
kredibilitas adalah suatu sifat pada seseorang atau institusi yang
menyebabkan orang atau pihak lain mempercayainya atau meyakinkan.
Karena advokasi bertujuan agar pihak lain, dalam hal ini para pembuat
keputusan meyakini dan mendukung program kesehatan, maka orang
yang akan melakukan advokasi (petugas kesehatan) harus creadible.
Seseorang itu creadible apabila mempunyai 3 sifat, yakni:
a. capability (kapabilitas) yakni mempunyai kemampuan tentang bidangya.
b. Autority (otoritas) yakni adanya otoritas atau wewenang yang dimiliki
seseorang berdasarkan aturan organisasi yang bersangkutan.
c. Intergrity (integritas) adalah komitmen seseorang terhadap jabatan atau
tanggung jawab yang diberikan kepadanya.
Seseorang dikatakan credible apabila mempunyai ketiga sifat tersebut.
Disamping orang atau subjek yang credible maka program kesehatan yang
akan di advokasikan pun haruscredible. Artinya program yang ditawarkan
atau di ajukan itu harus menyakinkan para penentu kebijakan atau pembuat
keputusan. Hal ini berarti bahwa program yang diajukan tersebut harus
didasari dengan permasalahan yang utama dan faktual, artinya masalah
tersebut memang ditemukan di lapngan dan penting untuk segera ditangani.
2. Layak
program yang diajukan tersebut baik secara teknik, politik, maupun
ekonomi dimungkinkan atau layak. Secara teknik layak (feasible) artinya
program tersebut dapat dilaksanakan. Artinya dari segi petugas yang akan
melaksanakan program tersebut mempunyai kemampuan yang baik atau
cukup.
3. Relevan (relevant)
program yang diajukan tersebut paling tidak harus mencakup 2 kriteria
yakni: memenuhi kebutuhan masyarakat dan benar-benar memecahkan
masalah yang dirasakan masyarakat.
4. Penting dan mendesak (urgent)
program yang diajukan harus mempunyai urgensi yang tinggi : harus segera
dilaksanakan dn kalau tidak segera dilaksanakan akan menimbulkan
masalah yang lebih besar lagi.
5. Prioritas tinggi (hight priority)
program yang diajukan tersebut harus mempunyai prioritas yang tinggi.agar
para pembuat keputusan atau penentu kebijakan menilai bahwa program
tersebut mempunyai prioritas tinggi, diperlukan analisis yang cermat baik
terhadap masalhnya sendiri, maupun terhadap alternatif pemecahan masalah
atau program yang akan diajukan. 1
I. LANGKAH-LANGKAH ADVOKASI
Dalam advokasi terdapat langkah-langkah sebagai berikut :
1. Tahap persiapan
persiapan advokasi yang paling penting adalah menyusun bahan
(materi) atau instrumen advokasi. Bahan advokasi adalah : data informasi
bukti yang dikemas dalam bentuk tabel, grafik atau diagram yang
menjelaskan:
b. basarnya masalah kesehatan atau penyakit.agar masalah kesehatan atau
penyakit tersebut mudah dipahami oleh para pembuat keputusan., maka
data tersebut diperoleh dari suatu penelitian ilmiah.
c. Akibat atau dampak masalah (penyakit) tersebut terhadap kesejahteraan
masyarakat adalah dalam bentuk dampak sosial dan ekonomi.damapk
sosial penderita penyakit adalah terganggunya hubungan sosial
penderita penyakit tersebut dengan orang lain atau
masyarakat.sedangkan damapk ekonomi suati penyakit adalah cost atau
biaya yang harus dibayar akibat masalah kesehatan atau penyakit yang
bersangkutan. Dampak ekonomi akibat kesakitan dari penyakit tertentu
dapat dihitung dari hilangnya produktivitas dan biaya pengobatan untuk
penyakit yang bersangkutan.
d. Dampak ekonomi masalah kesehatan atau penyakit tersebut, yakni
kerugian secara ekonomi dari masalah (penyakit ) tersebut bila tidak
segera ditangani.
e. Program atau kegiatan yang diusulkan untuk menanggulangi masalah
atau penyakit tersebut.
2. Tahap pelaksanaan
pelaksanaan advokasi sangat tergantung dari metode atau cara advokasi.
Caraadvokasi yang paling sering digunakan adalah lobbi dan seminar atau
persentasi.
3. Tahap penilaian
hasil advokasi yang diharapkan adalah adanya dukungan dari para pembuat
keputusan , baik dalam bentuk perangkat lunak (software) maupun
perangkat keras (hardware). Oleh sebab itu untuk menilai atau mengevaluasi
keberhasilan advokasi dapat menggunakan indikator-indikator seperti1 di
bawah inin:
a. software (piranti lunak) : misalnya dikeluarkannya:
o undang-undang
 peraturan pemerintah
 peraturan pemerintah daerah (perda)
 keputusan mentri
 surat keputusan gubernur/bupati
 nota kesepakatan (MOU) dan sebagainya.
b. hardware (piranti keras): misalnya:
 omeningkatnya anggaran kesehatan dalam APBN atau APBD
 meningkatnya angaran untuk satu program yang diprioritaskan
 Adanya bantuan peralatan sarana atau prasarana program dan
sebagainya

1. Perawat sebagai advokat yaitu sebagai penghubung antara klien-tim kesehatan lain
dalam rangka pemenuhan kebutuhan klien. Membela kepentingan klien dan
membantu klien,memahami semua informasi dan upaya kesehatan yang diberikan
tim kesehatan dengan pendeketan tradisional maupun profesional. (Dewi, 2008)
2. Advokasi adalah mendukung pasien, bicara mewakili individu pasien, dan
menengahi bila perlu. Advokasi ini adalah bagian dari perawatan perawat dan
bagian dari kedekatan dan kepercayaan antara perawat dan pasien yang memberi
keperawatan sebuah tempat yang sangat khusus dalam pelayanan kesehatan (WHO,
2005)
3. Advokasi merupakan dasar filasafat dan ideal keperawatan yang melibatkan
bantuan perawat secara aktif kepada individu secara bebas menentukan nasibnya
sendiri (Gondow, 1983)
Creasia dan Parker (2000) menjelaskan bahwa konsep advokasi memiliki tiga
pengertian, yaitu:
a. Model perlindungan terhadap hak
Model ini menekankan pada perawat untuk melindungi hak klien agar tidak ada
tindakan tenaga kesehatan yang akan merugikan pasien selama dirawat. Hal ini
dapat dilakukan dengan cara menginformasikan kepada pasien tentang semua hak
yang dimilikinya, memastikan pasien memahami hak yang dimilikinya, melaporkan
pelanggaran terhadap hak pasien dan mencegah pelanggaran hak pasien.
b. Model pengambilan keputusan berdasarkan nilai-nilai yang dianut pasien
Model ini menekankan pada perawat untuk menyerahkan segala keputusan tentang
perawatan yang akan dijalankan oleh pasien kepada pasien itu sendiri, sesuai
dengan nilai-nilai yang dianut pasien. Perawat tidak diperbolehkan memaksakan
nilai-nilai pribadinya untuk membuat keputusan pada pasien, melainkan hanya
1
membantu pasien mengeksplorasi keuntungan dan kerugian dari semua alternatif
pilihan atau keputusan.
c. Model penghargaan terhadap orang lain
Model ini menekankan pada perawat untuk menghargai pasien sebagai manusia
yang unik. Perawat harus menyadari bahwa sebagai manusia yang unik, pasien
memiliki kebutuhan yang berbeda-beda satu sama lain. Perawat harus mempunyai
semua yang terbaik bagi pasien sesuai dengan kebutuhannya saat itu.
Dewasa ini, banyak definisi umum advokat yang menekankan pentingnya hak-
hak pasien dalam mengambil keputusan. Dalam hal ini, perawat advokat menolong
pasien sebagai makhluk yang memiliki otonomi untuk mengambil keputusan
sendiri, yang sesuai dengan keinginan pasien dan bukan karena pengaruh dari
perawat atau tenaga kesehatan lainnya. Pendidikan dan dukungan kepada pasien
diberikan sesuai kebutuhan dan pilihannya. Perawat diharapkan mampu
mengidentifikasi dan mengerti keinginan pasien dan memastikan bahwa keinginan
tersebut merupakan keputusan yang terbaik dari pasien. Jadi, dapat disimpulkan
bahwa peran advokat pasien adalah dasar dari semua peran perawat untuk
memberikan asuhan keperawatan dan dukungan terhadap pasien, dengan
melindungi hak pasien dan bertindak atas nama pasien. (Dewi, 2008)

B. Peran Perawat Sebagai Advokat Pasien


Sebagai pelindung, perawat membantu mempertahankan lingkungan
yang aman bagi klien dan mengambil tindakan untuk mencegah terjadinya
kecelakaan serta melindungi klien dari kemungkinan efek yang tidak diinginkan
dari suatu tindakan diagnostic atau pengobatan. Contoh dari peran perawat sebagai
pelindung adalah memastikan bahwa klien tidak memiliki alergi terhadap obat dan
memberikan imunisasi melawat penyakit di komunitas.
Sedangkan peran perawat sebagai advokat, perawat melindungi hak klien
sebagai manusia dan secara hukum, serta membantu klien dalam menyatakan hak-
haknya bila dibutuhkan. Contohnya, perawat memberikan informasi tambahan bagi
klien yang sedang berusaha untuk memutuskan tindakan yang terbaik baginya.
Selain itu, perawat juga melindungi hak-hak klien melalui cara-cara yang umum
dengan menolak aturan atau tindakan yang mungkin membahayakan kesehatan
klien atau menentang hak-hak klien. Peran ini juga dilakukan perawat dalam
membantu klien dan keluarga dalam menginterpetasikan berbagai informasi dari
pemberi pelayanan atau informasi lain khususnya dalam pengambilan persetujuan
atas tindakan keperawatan yang diberikan kepada pasien, juga dapat berperan
mempertahankan dan melindungi hak-hak pasien yang meliputi hak atas pelayanan
sebaik-baiknya, hak atas informasi tentang penyakitnya, hak atas privasi, hak untuk
menentukan nasibnya sendiri dan hak untuk menerima ganti rugi akibat kelalaian.
1
(WHO, 2005)
Sebagai pembela pasien, perawat juga perlu berupaya melindungi hak
pasien dari pelanggaran. Hak untuk mendapat persetujuan (informed consent)
merupakan isu yang harus dihadapi pasien. hak pasien lain yang melibatkan peran
perawat sebagai pembela adalah hak privasi dan hak menolak terapi.
Sebagai bagian dan salah satu peran dari perawat, advokasi menjadi dasar utama
dalam pelayanan keperawatan kepada pasien, peran advokat keperawatan adalah
(Armstrong, 2007)
1. Melindungi hak klien sebagai manusia dan secara hukum.
2. Membantu klien dalam menyatakan hak-haknya bila dibutuhkan.
3. Memberi bantuan mengandung dua peran,yaitu peran aksi dan peran non aksi.
4. Bekerja dengan profesi kesehatan yang lainnya dan menjadi penengah antar
profesi kesehatan
5. Melihat klien sebagai manusia, mendorong mereka untuk mengidentifikasi
kekuatannya untuk meningkatkan kesehatan dan kemampuan klien
berhubungan dengan orang lain
C. Tanggung jawab perawat advokat
Nelson (1988) dalam Creasia & Parker (2001) menjelaskan bahwa tanggung jawab
perawat dalam menjalankan peran advokat pasien adalah :
1. Sebagai pendukung pasien dalam proses pembuatan keputusan, dengan cara :
memastikan informasi yang diberikan pada pasien dipahami dan berguna bagi
pasien dalam pengambilan keputusan, memberikan berbagai alternatif pilihan
disertai penjelasan keuntungan dan kerugian dari setiap keputusan, dan
menerima semua keputusan pasien.
2. Sebagai mediator (penghubung) antara pasien dan orang-orang disekeliling
pasien, dengan cara : mengatur pelayanan keperawatan yang dibutuhkan pasien
dengan tenaga kesehatan lain, mengklarifikasi komunikasi antara pasien,
keluarga, dan tenaga kesehatan lain agar setiap individu memiliki pemahaman
yang sama, dan menjelaskan kepada pasien peran tenaga kesehatan yang
merawatnya.
3. Sebagai orang yang bertindak atas nama pasien dengan cara : memberikan
lingkungan yang sesuai dengan kondisi pasien, melindungi pasien dari tindakan
yang dapat merugikan pasien, dan memenuhi semua kebutuhan pasien selama
dalam perawatan.

D. Peran dan Tanggung Jawab Perawat


Peran perawat kesehatan yang professional adalah:
1. Sebagai pemberi asuhan keperawatan
1
Dengan memperhatikan keadaan kebutuhan dasar manusia yang dibutuhkan
melalui pemberian pelayanan keperawatan dengan menggunakan proses
keperawatan sehingga dapat ditentukan diagnosis keperawatan agar bisa
direncanakan dan dilaksanakan tindakan yang tepat sesuai dengan tingkat
kebutuhan dasar manusia, kemudian dievaluasi tingkat perkembangannya.
2. Peran sebagai advokasi klien
Peran ini dilakukan perawat dalam membantu pasien dan keluarga dalam
menginterpretasikan berbagai informasi dari pemberi pelayanan atau informasi
khususnya dalam pengambilan persetujuan atas tindakan keperawatan yang
diberikan kepada pasien, juga dapat berperan mempertahankan dan melindungi
hak-hak pasien.
3. Peran edukator
Peran ini dilakukan dengan membantu klien dalam meningkatkan tingkat
pengetahuan kesehatan, gejala penyakit bahkan tindakan yang diberikan, sehingga
terjadi perubahan perilaku dari klien setelah dilakukan pendidikan kesehatan.
4. Peran Koordinator
Peran in dilaksanakan dengan mengarahkan, merencanakan serta mengorganisasi
pelayanan kesehatan dari tim kesehatan sehingga pemberian pelayanan kesehatan
dapat terarah serta sesuai dengan kebutuhan pasien.
5. Peran kolaborator
Peran perawat disini dilakukan karena perawat bekerja melalui tim kesehatan yang
terdiri dari dokter, fisioterapis, ahli gizi, dan lain-lain dengan berupaya
mengidentifikasi pelayanan keperawatan yang diperlukan termasuk diskusi atau
tukar pendapat dalam penentuan bentuk pelayanan selanjutnya.
6. Peran konsultan
Peran disini adalah sebagai tempat konsultasi terhadap masalah atau tindakan
keperawatan yang tempat untuk diberikan. Peran ini dilakukan atas permintaan
pasien terhadap informasi tentang tujuan pelayanan keperawatan yang diberikan.
7. Peran pembaharu
Peran sebagai pembaharu dapat dilakukan dengan mengadakan perencanaan, kerja
sama, perbaruan yang sistematis dan terarah sesuai dengan metode pemberian
pelayanan keperawatan (Azis, 2008)
Tanggung Jawab Profesi keperawatan, adalah
1. Perawat harus menempatkan kebutuhan pasien diatas kepentingan sendiri.
2. Perawat harus melindungi hak pasien untuk memperoleh
keamanan dan pelayanan yang berkualitas
Perawat harus selalu meningkatkan pengetahuan, keahlian, serta menjaga
perilaku dalam melaksanakan tugasnya
E. Nilai-nilai Dasar yang Harus Dimiliki oleh Perawat Advokat 1
Menurut Kozier & Erb (2004) untuk menjalankan perannya sebagai advokasi
pasien, perawat harus memiliki nilai-nilai dasar, yaitu :
1. Pasien adalah makhluk holistik dan otonom yang mempunyai hak untuk
menentukan pilihan dan mengambil keputusan.
2. Pasien berhak untuk mempunyai hubungan perawat-pasien yang didasarkan atas
dasar saling menghargai, percaya, bekerja sama dalam menyelesaikan masalah
yang berhubungan dengan masalah kesehatan dan kebutuhan perawatan kesehatan,
dan saling bebas dalam berpikir dan berperasaan.
3. Perawat bertanggung jawab untuk memastikan bahwa pasien telah mengetahui cara
memelihara kesehatannya.
Selain harus memiliki nilai-nilai dasar di atas, perawat harus memiliki sikap
yang baik agar perannya sebagai advokat pasien lebih efektif. Beberapa sikap yang
harus dimiliki perawat, adalah:
1. Bersikap asertif
Bersikap asertif berarti mampu memandang masalah pasien dari sudut pandang
yang positif. Asertif meliputi komunikasi yang jelas dan langsung berhadapan
dengan pasien.
2. Mengakui bahwa hak-hak dan kepentingan pasien dan keluarga lebih
utama walaupun ada konflik dengan tenaga kesehatan yang lain.
3. Sadar bahwa konflik dapat terjadi sehingga membutuhkan konsultasi,
konfrontasi atau negosiasi antara perawat dan bagian administrasi atau antara
perawat dan dokter.
4. Dapat bekerjasama dengan tenaga kesehatan lain
Perawat tidak dapat bekerja sendiri dalam memberikan perawatan yang berkualitas
bagi pasien. Perawat harus mampu berkolaborasi dengan tenaga kesehatan lain
yang ikut serta dalam perawatan pasien.
5. Tahu bahwa peran advokat membutuhkan tindakan yang politis, seperti
melaporkan kebutuhan perawatan kesehatan pasien kepada pemerintah atau
pejabat terkait yang memiliki wewenang/otoritas.
F. Tujuan dan Hasil yang Diharapkan dari Peran Advokat Pasien
Tujuan dari peran advokat berhubungan dengan pemberdayaan kemampuan
pasien dan keluarga dalam mengambil keputusan. Saat berperan sebagai advokat
bagi pasien, perawat perlu meninjau kembali tujuan peran tersebut untuk
menentukan hasil yang diharapkan bagi pasien.
Menurut Ellis & Hartley (2000), tujuan peran advokat adalah :
1. Menjamin bahwa pasien, keluarga dan tenaga kesehatan lain adalah partner dalam
perawatan pasien. Pasien bukanlah objek tetapi partner perawat dalam
meningkatkan derajat kesehatannya. Sebagai partner, pasien diharapkan akan
bekerja sama dengan perawat dalam perawatannya. 1
2. Melibatkan pasien dalam pengambilan keputusan.
Pasien adalah makhluk yang memiliki otonomi dan berhak untuk menentukan
pilihan dalam pengobatannya. Namun, perawat berkewajiban untuk menjelaskan
semua kerugian dan keuntungan dari pilihan-pilihan pasien.
3. Memiliki saran untuk alternatif pilihan.
Saat pasien tidak memiliki pilihan, perawat perlu untuk memberikan alternatif
pilihan pada pasien dan tetap memberi kesempatan pada pasien untuk memilih
sesuai keinginannya.
4. Menerima keputusan pasien walaupun keputusan tersebut bertentangan dengan
pengobatannya. Perawat berkewajiban menghargai semua nilai-nilai dan
kepercayaan pasien.
5. Membantu pasien melakukan yang mereka ingin lakukan.
Saat berada di rumah sakit, pasien memiliki banyak keterbatasan dalam melakukan
berbagai hal. Perawat berperan sebagai advokat untuk membantu dan memenuhi
kebutuhan pasien selama dirawat di rumah sakit.
6. Melindungi nilai-nilai dan kepentingan pasien.
Setiap individu memiliki nilai-nilai dan kepercayaan yang berbeda-beda. Sebagai
advokat bagi pasien, perawat diharapkan melindungi nilai-nilai yang dianut pasien
dengan cara memberikan perawatan dan pengobatan yang tidak bertentangan
dengan nilai-nilai tersebut.
7. Membantu pasien beradaptasi dengan sistem pelayanan kesehatan.
Saat pasien memasuki lingkungan rumah sakit, pasien akan merasa asing dengan
lingkungan sekitarnya. Perawat bertanggung jawab untuk mengorientasikan pasien
dengan lingkungan rumah sakit dan menjelaskan semua peraturan-peraturan dan
hak-haknya selama di rumah sakit, sehingga pasien dapat beradaptasi dengan baik.
8. Memberikan perawatan yang berkualitas kepada pasien.
Dalam memberikan asuhan keperawatan harus sesuai dengan protap sehingga
pelayanan lebih maksimal hasilnya.
9. Mendukung pasien dalam perawatan.
Sebagai advokat bagi pasien, perawat menjadi pendamping pasien selama dalam
perawatan dan mengidentifikasi setiap kebutuhan-kebutuhan serta mendukung
setiap keputusan pasien.
10. Meningkatkan rasa nyaman pada pasien dengan sakit terminal.
Perawat akan membantu pasien melewati rasa tidak nyaman dengan
mendampinginya dan bila perlu bertindak atas nama pasien menganjurkan dokter
untuk memberikan obat penghilang nyeri.
11. Menghargai pasien.
Saat perawat berperan sebagai advokat bagi pasien, perawat akan lebih mengerti
dan menghargai pasien dan hak-haknya sebagai pasien. 1
12. Mencegah pelanggaran terhadap hak-hak pasien.
Perawat sebagai advokat bagi pasien berperan melindungi hak-hak pasien sehingga
pasien terhindar dari tindakan-tindakan yang merugikan dan membahayakan
pasien.

13. Memberi kekuatan pada pasien.


Perawat yang berperan sebagai advokat merupakan sumber kekuatan bagi pasien
yang mendukung dan membantunya dalam mengekspresikan ketakutan, kecemasan
dan harapan- harapannya.
Hasil yang diharapkan dari pasien saat melakukan peran advokat (Ellis &
Hartley, 2000), adalah pasien akan :
2. Mengerti hak-haknya sebagai pasien.
3. Mendapatkan informasi tentang diagnosa, pengobatan, prognosis, dan pilihan-
pilihannya.
4. Bertanggung jawab atas keputusan yang diambilnya.
5. Memiliki otonomi, kekuatan, dan kemampuan memutuskan sendiri.
6. Perasaan cemas, frustrasi, dan marah akan berkurang.
7. Mendapatkan pengobatan yang optimal.
8. Memiliki kesempatan yang sama dengan pasien lain.
9. Mendapatkan perawatan yang berkesinambungan.
10. Mendapatkan perawatan yang efektif dan efisien.

1
BAB III
KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan
Advokasi merupakan salah satu peran perawat dan menjadi dasar yang penting
dalam membrikan asuhan keperawatan kepada pasien. Peran perawat sebagai
advokat pasien menuntut perawat untuk dapat mengidentifikasi dan mengetahui
nilai-nilai dan kepercayaan yang dimilikinya tentang peran advokat, peran dan
hak-hak pasien, perilaku profesional, dan hubungan pasien-keluarga-dokter. Di
samping itu, pengalaman dan pendidikan yang cukup sangat diperlukan untuk
memiliki kompetensi klinik yang diperlukan sebagai syarat untuk menjadi advokat
pasien.
B. Saran
1. Bagi perawat
Mengaplikasikan teori ini dalam tatanan pemberian pelayana kesehatan kepada
masyarakat, dan melaksanakan peran perawat sebagai advokat utama klien dan
penghubung antar profesi kesehatan demi kepentingan pasien
2. Bagi mahasiswa
Melakukan peneltian terkait tentang advokasi, karena masih banyak hal yang bias
dieksplor dan dikembangkan.

1
DAFTAR PUSTAKA

Armstrong, E. Alan (2007). Nursing Ethics. Macmillan: Palagrave


Creasia, J. L., & Parker. B.. (2001). Conceptuals Foundations : the Bridge to
Professional Nursing Practice. (3rd ed). St. Louis : Mosby.
Dewi. A. I.. (2008). Etika dan Hukum Kesehatan. Yogyakarta : Pustaka book publisher
Ellis, J. R., & Celia L. H. (2000). Managing and Coordinating Nursing Care. (3th ed )
Philadelphia : Lippincott Williams & Wilkins.
Hidayat. A. A.. (2008). Konsep dasar keperawatan. (edisi 2). Jakarta : Penerbit
Salemba medika Kozier, B., et al. (2004). Fundamentals of Nursing : Concepts,
Process,

Anda mungkin juga menyukai