Anda di halaman 1dari 9

MORONENE TRADITIONAL FOOD RECIPES

NAMA-NAMA KELOMPOK 5

YENI ASTUTY (N1C118091)

JURUSAN IlMU SEJARAH

FAKULTAS ILMU BUDAYA

UNIVERSITAS HALUOLEO

KENDARI

2022
PENDAHULUAN

Suku Moronene tergolong suku bangsa dari rumpun Melayu Tua yang datang
dari Hindia Ko pada zaman prasejarah atau zaman batu muda, kira-kira 2.000 tahun
sebelum Masehi. sejarah tua moronene kemudian terbentuk pemerintah Bombana
yang kemudian memecah menjadi tiga protektorat pemerintah; Kabaena, Poleang,
Rumbia. Tidak diketahui kapan tepatnya suku Moronene mulai menghuni kawasan
Tanaman nasional Rawa Aopa Watumohai. Tetapi sebuah peta yang dibuat
pemerintah Belanda pada tahun 1820 sudah mencantumkan nama Kampung
Hukaea, yakni kampung terbesar orang Moronene, yang sekarang masuk dalam
areal taman nasional itu. Permukiman mereka tersebar di tujuh kecamatan, enam
Kabupaten Buton dan satu Kabupaten kolaka. Di luar komunitas itu, orang
Moronene menyebar pula di beberapa tempat seperti Kabupaten Kendari karena
terjadinya migrasi akibat gangguan keamanan dari Darul Islam sekitar 1952-1953.
Kampung Hukaea, Laea, dan Lampopala biasa disebut orang Moronene sebagai
Tobu Waworaha atau perkampungan tua bekas tempat tinggal para leluhur. Orang-
orang Moronene masih sering mengunjungi tobu untuk membersihkan kuburan
leluhur mereka ketika hari raya idul Adha tiba-sebagian warga Moronene beragama
Islam. Belakangan, setelah beberapa kuburan digali dan dipindahkan oleh orang tak
dikenal, orang-orang Moronene bermukim kembali di Hukaea-Laea. Di zaman
administrasi pemerintah Belanda, Hukaea termasuk distrik Rumbia, yang dipimpin
seorang mokole (kepala distrik). Rumbia membawahkan 11 tobu, tujuh di antaranya
masuk dalam wilayah taman nasional. Menurut Abdi, dari LSM Suluh Indonesia,
jumlah orang Moronene di Sulawesi Tenggara saat ini diperkirakan sekitar 50.000an,
0,5 persen di antaranya tinggal dalam kawasan taman nasional.

Seperti kebanyakan masyarakat adat lainnya, orang Moronene juga melakukan


perladangan berpindah dengan sistem rotasi. Tapi sistem itu sudah lama
ditinggalkan dan mereka memilih menetap. Suku Moronene juga dikenal pandai
memelihara ekosistem mereka. Jonga atau sejenis rusa, misalnya, masih sering
ditemui di sekitar permukiman mereka di Hukaea, termasuk burung kakatua jambul
kuning, satwa endemik Sulawesi yang dilindungi. Namun, sifat asli suku ini, yang
memegang adat mosombu lebih merasa tenang menyendiri. namun kehidupan
tenang itu perlahan-lahan terusik ketika pemerintah pada tahun 1990 menetapkan
kawasan itu sebagai taman nasional. Dengan alasan itulah aparat Pemda Sulawesi
Tenggara mengerahkan polisi dan tentara menggelar Operasi Sapu Jagat untuk
mengusir keluar orang-orang Moronene. Alasannya, biar hutan tak rusak sehingga
bisa dijual sebagai objek ekoturisme dan sumber pendapatan da-erah lainnya.
Padahal, hak masyarakat adat atas tanah ulayat mereka diakui oleh Undang-
Undang Kehutanan tahun 1999.[1]
1. KONDISI IDEAL

Dalam keadaan geografis di kampung suku moronene yaitu terdapat banyak


pulau yang cukup indah dengan warga di sana memanfaatkan sumber makanan
karbohidrat dari ikan karena yang tempatnya strategis dengan lautan. Berbagai
keadaan geografis yang di manfaatkan suku moronene di sana dari mencari ikan
dengan memanfaatkan lautan sampai dengan menanam padi dengan tanah dan
tempat yang cukup mendukung. Para pakar antropologi berkeyakinan bahwa orang
Moronene ini adalah penghuni pertama wilayah ini (Sultra). Mereka tergolong suku
bangsa Proto Malayan (Melayu Tua) yang datang dari Hindia, pada zaman
prasejarah atau zaman batu muda, kira-kira 2 ribu tahun sebelum Masehi. Namun
sekitar abad 18, mereka tergusur oleh semakin berkembangnya penduduk atau suku
lain yang juga menghuni wilayah ini. Setiap berkunjung ke Bombana, ada beberapa
tempat menarik yang perlu dikunjungi. Salah satunya desa adat Hukaea Laea
Kecamatan Lantari Jaya. Di desa ini, warganya masih memegang teguh adat
istiadat.
Sesuatu yang unik di desa itu adalah sistem kekerabatan. Para wanita di Desa
Hukaea ini diperbolehkan hanya bisa menikah dengan pria yang tinggal di
lingkungan desa mereka. Jika diketahui ada wanita yang menikah dengan pria dari
luar Desa Adat Hukaea Laea, maka tidak diizinkan tinggal di kampung adat tersebut
sehingga harus keluar kampung. Namun anehnya, itu cuma berlaku bagi wanita.
Sedangkan pria diberikan kebebasan untuk mencari wanita, baik yang berasal dari
Desa Adat Hukaea Laea maupun yang berasal dari luar desa.

2. KONDISI SAAT NI

Kita sudah tidak mungkiin lagi menghambar laju modernitas, yang kitab isa
lakukan sekarang adalah mencoba bersahabat dan sejalan dengannya, namun
tanpa meninggalkan identitas kita sebagai bangsa yg berbudaya. Makanan
tradisional yang mulai ditinggalkan atau tdk dikenal dan tdk digemari lagi, khususnya
oleh para generasi Muda, menjadi permasalahan yang menarik untuk diperhatikan.
Pengenalan makanan tradisional oleh generasi muda, diharapkan dapat menjadi
penguatan identitas budaya local. Hal inilah yang membuat kami tertariik untuk
mengkaji pengembangan wisata kuliner melalui makanan tradisional.

3 SEJARAH KULINER

A. Potensi Makanan Tradisional

Potensi makanan tradisional ini msih beragam bahan baku yang


melimpah,dan cara pembuatan makanan tradisional unik, dan pemasaran yang
menjanjikan, namun ternyata perkembanganya masih bersifat sangat lokal. Selain
itu Sebagian belum memenuhi standar sebagai oleh-oleh, dan terkesan kurang di
perhatikan oleh masyarakat yang justru memilih Produk makanan Luar sepertI
Kfc,Mcd, texax, dan Pizza yang di pasarkan secara Massal. Keragaman etnis di
Indonesia yang tercermin dalam multi budaya kulinernya tidak dilihat oleh
masyarakat sebagai sesuatu yang istimewa. Selain itu, warisan Budaya dan sumber
daya alam merupakan daya Tarik wisata terpopuler yang ditawarkan Pemerintah,
namun promosi makanan Tradisional disitus pariwisata pemerintah masih kurang
dilakukan.
MAKANAN BERKARBOHIDRAT

1. WAJEK (WAJE)
2. GULA KELAPA
3. KINOKORI (LAPA-LAPA)

MAKANAN BERPROTEIN
1. KARI AYAM
2. IKAN BAKAR
3. SUP KONDURU PAKAI UDANG

MAKANAN BERVITAMIN

1. AIR HOPA WARNA MERAH


2. ES BUAH

RESEP MAKANAN:

1. WAJEK
 BERAS KETAN
 GULA MERAH
 BAWANG MERAH

2. GULA KELAPA
 KELAPA STENGAH TUA
 GULA MERAH
 BERAS KETAN
 AIR KELAPA MURNI

3. KINOKORI (LAPA-LAPA)
 BERAS KETAN HITAM ATAU PUTIH. BISA JUGA MENGGUNAKAN
BERAS BIASA TAPI DICAMPUR DENGAN BERAS KETAN
 SATAN KELAPA
 DAUN KELAPA MUDA
 BAWANG MERAH
 DAUN PANDAN
 GARAM

4. KARI AYAM
 1 EKOR AYAM
 5 LEMBAR DAUN JERUK
 2 BUAH JERUK NIPIS, PERAS AIRNYA
 SATU BATANG DAUN BAWANG, IRIS SERONG
 3 BUAH CABAI MERAH, IRIS SERONG
 2 BATANG SERAI, MEMARKAN
 750 ML SANTAN ENCER DARI ½ BUTIR KELAPA
 500 ML SANTAN KENTAL DARI 1 BUTIR KELPA
 2 SDM MINYAK UNTUM MENUMIS
BUMBU HALUS
 5 BUAH CABAI MERAH
 8 BUTIR BAWANG MERAH
 5 SIUNG BAWANG PUTIH
 KAYU MANIS
 KUNYIT
 KETUMBAR
 MERICA BUBUK
 GARAM

5. IKAN BAKAR
 IKAN
 GARAM SECUKUPNYA
 I BUAH AIR PERASAN JERUK

6. SUP KONDURU UDANG


 UDANG
 KONDURU

7. HOPA WARNA MERAH

8. ES BUAH

Anda mungkin juga menyukai