Anda di halaman 1dari 9

MAKALAH PERANG BALI

Untuk memenuhi salah satu tugas Sejarah

Kelompok 9 :

1. Ayu Risdayanti
2. Dea Kamelia
3. Salam Nabila
4. Siti Jubaedah

XI IPS 3

2020

JL.Sumur Bandung,Cikampek Kab.Karawang


Kata Pengantar

Puji syukur kami panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena dengan
pertolonganNya kami dapat menyelesaiakan karya ilmiah yang berjudul ‘Sejarah Perang
Bali’. Meskipun banyak rintangan dan hambatan yang kami alami dalam proses
pengerjaannya, tapi kami berhasil menyelesaikannya dengan baik.

Tak lupa kami mengucapkan terimakasih kepada guru pembimbing yang telah membantu
kami dalam mengerjakan proyek ilmiah ini. Tentunya ada hal-hal yang ingin kami berikan
kepada masyarakat dari hasil karya ilmiah ini. Karena itu kami berharap semoga karya ilmiah
ini dapat menjadi sesuatu yang berguna bagi kita bersama. Semoga karya ilmiah yang kami
buat ini dapat membuat kita mencapai kehidupan yang lebih baik lagi.
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR ..................................................................

DAFTAR ISI .................................................................................

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang ..........................................................................

B. Rumusan Masalah .....................................................................

C. Tujuan Penelitian ......................................................................

BAB II PEMBAHASAN

A. Perang Jagaraga ........................................................................

B. Hipotesis ...................................................................................

C. Latar Belakang Terjadinya Peperangan Jagaraga .....................

D. Kronologi Perang Jagaraga .......................................................

E. Nilai nilai luhur di dalam perang Jagaraga ................................

BAB III PENUTUP

A. Kesimpulan ...............................................................................

B. Saran .........................................................................................

DAFTAR PUSTAKA ...................................................................


BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang 

Saat ini, kita telah menikmati kemerdekaan Indonesia. Kemerdekaan yang kita nikmati
sekarang tidak diperoleh secara cuma-Cuma. Melainkan melalui proses perjuangan yang
panjang dan dilakukan di berbagai daerah di Indonesia. Di Bali, telah terjadi beberapa kali
proses perjuangan melawan penjajah di beberapa tempat. Antara lain perang Jagaraga, perang
Puputan, perang Margarana, dan lain sebagainya. 

Di dalam Indonesia kesadaran masyarakatnya akan sejarah negaranya sendiri masih terbilang
rendah, seakan melupakan petuah dari Presiden Indonesia yang pertama kita yaitu Ir.
Soekarno, ia mengatakan "Jas Merah" Jangan sekali sekali melupakan sejarah. Disamping itu
pula sangat dirasakan bahwa penulisan sejarah yang ada kebanyakan masih merupakan hasil
penulisan orang-orang asing terutama Belanda. Disadari bahwa Indonesia ini tumbuh dari
kebinekaan sifat, corak, bentuk, budayanya yang tercermin jelas pada bentuk geografisnya
dan suku-suku bangsa yang ada, dan masing-masing dari suku itu dengan caranya sendiri
didalam perjuangan melawan penjajahan Belanda telah menunjukkan bentuknya dengan satu
tujuan adalah bebas dari belenggu penjajahan. 

Hal ini memotivasi kami sebagai penulis untuk melakukan penelitian tentang sejarah
Indonesia khususnya di Provinsi Bali untuk menulis kembali tentang Perang Jagaraga agar
menumbuhkan jiwa nasionalisme dan meningkatkan jiwa sejarawan kepada remaja. 

B. Rumusan Masalah 
1. Apa yang melatar belakang peperangan Jagaraga ? 
2. Bagaimanan kronologi perang Jagaraga ? 
3. Nilai apa yang dapat diteladani dari perang Jagaraga ? 

C. Tujuan Penelitian 
1. Untuk mengetahui latar belakang peperangan Jagaraga 
2. Untuk mengetahui kronlogi peperangan Jagaraga 
3. Untuk mngetahui dan meeneladani nilai nilai yang terkandung di dalam peperangan
Jagaraga 
BAB II
PEMBAHASAN

A. Perang Jagaraga 

Perang Jagaraga merupakan perang yang terjadi antara Koninklijk Nederlandsch-Indisch Leger
dengan Kerajaan Bali pada tahun 1849. Pada tanggal 8Juni1848, Belanda mulai mengadakan
serangan terhadap daerah Jagaraga dengan menghujankan tembakan-tembakan meriam dari pantai
Sangsit. Bagi Belanda pantai Sangsit harus dikuasai dan dipertahankan sebab Sangsit merupakan
salah satu pantai yang masih bisa digunakan sebagai penghubung antara Bali dengan Batavia.
Disamping itu penduduk Sangsit dengan mudah dapat dibina agar membantu pemerintah Belanda.
Dalam ekspedisi Belanda yang kedua ini, Belanda telah mempersiapkan pasukannya secara matang.
Dalam ekspedisi ini, pasukan militer Belanda diangkut oleh kapal-kapal perang sebanyak 22 buah
seperti : kapal perang Merapi, Agro, Etna, Hekla, Anna, A.R. Falck, Ambonia dan Galen dan
sebagainya. Masing-masing kapal perang itu dilengkapi dengan persenjataan yang berupa meriam
dan persenjataan lainnya. 

Kekalahan Belanda dalam ekspedisinya yang pertama ke Bali benar-benar di luar dugaan, Belanda
menjadi marah dengan diundurkannya serangan balasan pada tahun 1848. Seorang perwira Belanda
bernama Rochussen menulis kepada Jenderal Van der Wijck, bahwa jika ia diharuskan menjabat
terus pangkatnya yang sekarang, ia tidak mau beristirahat sebelum dapat memusnahkan Jagaraga. 

Dengan gugurnya Patih Jelantik maka berhenti pulalah perlawanan Jagaraga terhadap pasukan
Belanda. Dalam serangan ini, dengan mengadakan pertempuran selama sehari, Belanda telah
berhasil memukul hancur pusat pertahanan dari laskar Jagaraga, sehingga secara politis benteng
Jagaraga secara keseluruhan telah jatuh ke tangan pemerintah Kolonial Belanda pada tanggal 19
April 1849, dengan jumlah korban di pihak Jagaraga kurang lebih sekitar 2200 orang, termasuk 38
orang pedanda dan pemangku, lebih 80 orang Gusti, serta 83 pemekel, sedang di pihak Belanda
menderita korban sebanyak kurang lebih 264 orang serdadu bawahan maupun tingkat yang lebih
tinggi. 

B. Hipotesis 

Berdasarkan kajian pustaka kami dapat memberikan hipotesis atas rumusan masalah yang kami
susun sebelumnya yaitu latar belakang perang jagaraga adalah diberlakukannya hukum tawan
karang oleh raja buleleng yang memiliki hak untuk merampas seluruh isi kapal yang terdampar di
perairan Bali. Karena Belanda tidak menerima hukum Tawan Karang tersebut, maka timbulah perang
antara kerajaan Buleleng dengan Belanda di Jagaraga. Maka dari terjadinya perang Jagaraga
tersebut kami dapat memberikan hipotesa bahwa terdapat berbagai nilai yang dapat diteladani dari
sejarah perang Jagaraga seperti nilai kegigihan, keberanian , pantang menyerah dan juga rasa
persatuan yang kuat antar masyarakat desa Jagaraga pada saat melawan Belanda. 

C. Latar Belakang Terjadinya Peperangan Jagaraga 

Di Bali terdapat hukum tawan karang. Yaitu hukum yang memberikan hak kepada kerajaan di Bali
untuk merampas kapal-kapal yang terdampar di perairan Bali dan seluruh isinya termasuk anak buah
kapal sebagai asset mereka. Hukum Tawan Karang tetap saja dilakukan oleh rakyat Buleleng
sepanjang pesisir. Bahkan sering mengganggu pelayaran Belanda. 

Pada tahun 1841, Belanda mengdakan suatu perjanjian dengan raja Buleleng dimana hukum Tawan
Karang tersebut tidak berlaku kepada kapal-kapal Belanda. Pada tahun 1844 perjanjian tersebut
dijalankan. Pada tahun itu juga, ketika sebuah kapal milik Belanda terdampar di Bali, kapal itu
dirompak dan protes atas perlakuan itu diabaikan, yang berarti penguasa Bali melanggar
kesepakatan, sehingga pemerintah colonial Belanda di Jawa tak bisa lagi mentoleransi dan
melancarkan ekspedisi. 

Latar belakang dari kerajaan Buleleng adalah Patih Jelantik tetap pada pendiriannya semula yaitu
bertekad mengusir Belanda dari wilayah kerajaan Buleleng. Untuk mewujudkan keinginan ini, Patih
Jelantik mempersiapkan Desa Jagaraga sebagai pusat kegiatan untuk mencapai maksudnya. Namun
tindakan-tindakan serdadu Belanda merampas ibukotanya merampok rumah-rumah rakyat
menimbulkan dendam pada rakyat Buleleng. Maka Patih Jelantik secara rahasia telah mengirimkan
mata-mata untuk mengetahui kegiatan serdadu Belanda di Pabean dan kemudian mengambil
kesimpulan bahwa Belanda telah mempersiapkan suatu penyerangan besar-besaran terhadap
Jagaraga. Karena itu Patih Jelantik memutuskan memperkuat Jagaraga dalam system perbentengan,
kekuatan lascar, dan persenjataan. 

D. Kronologi Perang Jagaraga 

Perang Jagaraga I 
 Maret 1848: Sebelum Belanda melakukan penyerbuan secara langsung, pemerintah Belanda
mengirim utusan ke Buleleng. 
 27 April 1848: Pemerintah Belanda dengan resmi mengumumkan perang terhadap raja
Buleleng. 
 6 Juni 1848: Armada ekspedisi Belanda yang kedua sudah merapat di pantai Sangsit.
Ekspedisi ini diangkut oleh suatu kapal armada perang yang terdiri atas 22 buah kapal perang.
Masing-masing kapal dilengkapi meriam-meriam dan persenjataan lainnya. 
 8 Juni 1848: Serdadu Belanda mendarat di desa Sangsit dan terus melakukan serbuan-
serbuan di bawah perlindungan tembakan meriam dari atas kapal. Serdadu Belanda terbagi atas 4
divisi. Akhirnya terjadi pertempuran sengit di desa Bungkulan dan sekitarrnya. 
 9 Juni 1848: Mayor Sorg berusaha menguasai Bungkulan menuju desa Jagaraga dan
bermaksud memukul langsung pusat pertahanan Patih Jelantik. Sore harinya, sisa-sisa serdadu
Belanda berhasil mencapai pantai desa Sangsit dan langsung menuju ke kapal. 
 20 Juni 1848: Seluruh ekspedisi Belanda kembali ke Jawa. Kemenangan mutlak berada di
tangan laskar Jagaraga berkat kepemimpinan Patih Jelantik dan bersatunya lakar dengan rakyat. 

Perang Jagaraga II 

 14 April 1849: Armada perang Belanda sudah mendarat di tepi pantai desa Sangsit. 
 15 April 1849: Pagi-pagi buta, Patih Jelantik dengan diikuti oleh laskarnya sekitar 10.000
orang berangkat ke Singaraja, pura-pura untuk berunding dengan Jenderal Michiels. Selanjutnya
lambung barat benteng induk Jagaraga jatuh ke tangan Belanda, dengan korban yang besar di pihak
lascar Jagaraga. 
 16 April 1849: Benteng induk Jagaraga jatuh ke tangan serdadu Belanda yang berada di
bawah pimpinan Letnan Kolonel C.A. de Brauw, dengan korban besar di pihak Jagaraga. 
 24 Mei 1849: benteng Kusamba diserang oleh pasukan belanda yang bergerak dari
pelabuhan padangbai. 
 25 Mei 1849: malam hari menjelang pagi tiba tiba perkemahan belanda diserang oleh
pasukan istemewa yang sengaja dikirim dari kelungkung.Dalam pernyebuan ini laskar kelungkung
berhasil menembak jendral Michiels.Letnan Kolonel Van Swieten memerintahkan seluruh armada
kembali ke Jawa.Kematian sang Jendral merupakan kemenangan yang gemilang bagi kerajaan
Kelungkung karena sekaligus mengusir Belanda dari wilayah kerajaan kelungkung. 
E. Nilai nilai luhur di dalam perang Jagaraga
Walupun Belanda pada akhirnya mendapatkan kemenangan dalam peperangan, tetapi mereka
mengagumi kepatriotan dan keikhlasan orang bali mempertaruhkan nyawa dengan persenjataan
yang amat sederhana dan tidak seimbang. 

Sebagai hikmah yang dapat dipetik darin perang Jaga raga ini adalah, tercermin bagi kita sekarng
suatu jiwa kepahlawanan, patriotism bagi rakyat Bali. Hal ini didorong karena dilandasi oleh ajaran
ajaran keagamaan Hindu yang dianut oleh masyarakat Bali, seperti ajaran satyam yaitu kebenaran
atau nidihin kepatutan. Di samping rasa kesetiaan kepada Tri Guru dalam hal ini kepada Guru Wisesa
yaitu Raja sebagai Kepala Pemerintahan. 

Hikmah yang lain dari perang Jagaraga adalah mengilhami kejadian kejadian berikutnya dimana nanti
timbul perang puputan Badung, puputan klungkung, dan puputan margarana. Disamping itu
mendorong timbulnya jiwa nasionalisme sebagai akibat timbulnya rasa harga diri, tidak ingin
kedaulatannya dilanggar oleh bangsa lain. 
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Ditinju dari kedatangan orang-orang Belanda pertama kali di Bali yang dilakukan oleh sebuah
ekspedisi dibawah pimpinan Cornelis de Houtmanpada tahun1597, ternyata kunjungan yang pertama
itu memperlihatkan sifat-sifat persahabatan yang saling hormat menghormati. 

Kemudian barulah dilanjutkan dengan hubungan yang bersifat politik yang dating dari pihakBelanda,
seperti yang terjadi pada tahun 1826, dimana Belanda secara licik dengan tekanan-tekanan berat
telah mengadakan ikatan perjanjian dengan raja-raja di Bali yang bersifat mengurangi kekuasaan
Belanda di Bali. 

B. Saran 

1. Bagi pemerintah : sebaiknya pemerintah lebih melindungi peninggalan peninggalan perang


Jagaraga dan pemerintah semestinya membuat museum Perang Jagaraga agar bisa
memberikan inspirasi bagi masyarakat agar masyarakat bisa meneladani nilai nilai yang
terkandung di dalam perang jagaraga. Terutama agar masyarakat lebih menghargai jasa jasa
pahlawan terutama untuk meningkatkan jiwacinta tanah air. 
2. Bagi Lembaga Pendidikan ; seharusnya lebih sering memberikan cerita cerita Perang
Jagaraga kepada siswa siswanya agar siswanya lebih meghargai jasa pahlawan dan dapat
meneladani nilai nilai positif di dalam Perang Jagaraga 
DAFTAR PUSTAKA 

 Misha. I Gusti Ngurah Rai. (1964). Sejarah Perang Jagaraga. Denpasar: Badan
Perpustakaan Daerah Propinsi Bali. 
 Dartu. Nyoman. (2000), Perlawanan Rakyat Jagaraga Skripsi Sarjana Muda Sejarah.
Denpasar: Fakultas Sastra Universitas Udayana Denpasar. 
 Syambodo. Rifan. (2010), Perang Jagaraga. http://warofweekly.blogspot.com. Diakses
tanggal 24 November 2012. 
 Pustakers. (2012), Sejarah Perang Bali 1846-1849. http://www.pustakasekolah.com. Diakses
tanggal 24 November 2012. 

Anda mungkin juga menyukai