4 Katir Perlawanan Kerajaan Malaka cukup dikenal Pada tahun 1511, armada Portugis 1511-1527
Rakyat Malaka oleh pedagang-pedagang dari luar yang dipimpin oleh Albuquerque
negeri, seperti pedagang dari menyerang Kerajaan Malaka. Serangan
Gujarat, Bengali, Persia, Arab Portugis ini mendapat perlawanan
Saudi, Siam, Aceh, Demak, keras dari rakyat dan gerilyawan
Ternate, dan Tidore. Hal ini Malaka yang dipimpin oleh Katir.
cukup beralasan karena Kerajaan
Malaka memiliki pelabuhan laut Upaya kerajaan Demak bekerja sama
yang letaknya sangat strategis dengan Katir untuk menyerang
untuk para pelaut sekaligus untuk kolonial Portugis di Malaka yang
para pedagang yang berasal dari terjadi pada tahun 1513 mengalami
arah barat menuju arah timur, dan kegagalan karena kekuatan dan
sebaliknya. Sebelum kedatangan persenjataan Portugis lebih kuat dan
Portugis, para pedagang yang lebih modern. Pada tahun 1527,
datang ke Malaka dapat armada Demak di bawah pimpinan
berdagang dengan bebas dan Falatehan dapat menguasai Banten,
lancar dalam suasana damai tanpa Sunda Kelapa, dan Cirebon. Armada
permusuhan. Akan tetapi, situasi Portugis dapat dihancurkan oleh
yang damai tersebut berubah Falatehan dan ia kemudian mengganti
menjadi ketegangan, ketika nama Sunda Kelapa menjadi Jayakarta
bangsa Portugis dan bangsa Eropa (Jakarta).
lainnya mendarat di Malaka dan
di Indonesia dengan tujuan
memonopoli perdagangan.
3 Sultan Agung Perlawanan Kesultanan Mataram berdiri pada Sultan Agung memutuskan untuk 1628 - 1646
Rakyat Mataram tahun 1586 yang didirikan oleh menyerang kedudukan VOC di
Sutowijoyo. Pada masa Batavia (Jayakarta). Serangan
pemerintahan Sultan Agung (1613- dilakukan sebanyak dua kali, yakni
1645), Kesultanan Mataram pada tahun 1628 dan tahun 1629.
mencapai puncak kejayaannya. Sultan Kedua serangan itu gagal, karena
Agung memiliki cita-cita yang tinggi, semua gudang perbekalan yang
yakni ia ingin menyatukan seluruh disimpan Sultan Agung di sepanjang
kerajaan yang ada di Pulau Jawa pesisir Priangan dibakar
yang berada dibawah komando VOC. Menyadari kegagalan dalam
Mataram. Sultan Agung melakukan perlawanan bersenjata,
beranggapan bahwa penghalang cita- Mataram melancarkan blokade
citanya itu adalah VOC. Untuk ekonomi untuk melumpuhkan VOC di
memancing kemarahan VOC, Sultan Batavia. Perniagaan beras
Agung meminta kepada VOC untuk dimonopoli oleh negara dan tidak
menerima kekuasaannya dan boleh diperdagangkan kepada VOC.
mengharuskan VOC menyerahkan
upeti setiap tahun kepada Mataram Setelah Sultan Agung wafat pada
sebagai tanda setia. Tentu tahun 1645, kedudukan sultan
saja permintaan Sultan Agung itu digantikan oleh putranya yang
ditolak. bergelar Sunan Amangkurat I.Sunan
Amangkurat dalam menjalankan
politik pemerintahannya melakukan
kerja sama dengan VOC. Pada tahun
1646 diadakan perjanjian bilateral
antara Sunan Amangkurat I dan VOC.
Isi perjanjian tersebut sangat
merugikan Mataram. Adapun isi
perjanjian itu di antaranya
sebagai berikut.
Mataram mengakui
kedudukan/kekuasaan VOC di
Batavia dan VOC mengakui
kekuasaan Sunan Amangkurat I
di Mataram.
Apabila ada utusan Mataram yang
akan bepergian ke luar negeri akan
diangkut oleh kapal-kapal VOC.
Kapal-kapal Kesultanan Mataram
diperbolehkan melintasi Selat Malaka
dengan izin VOC.
Mataram tidak diperkenakan
mengadakan hubungan dagang
dengan Maluku.
Apabila terjadi peperangan, masing-
masing tidak akan saling membantu
musuh.
Dengan ditandatanganinya perjanjian
ini, Mataram mengakui kedaulatan
VOC.
4 Trunojoyo Perlawanan Trunojoyo adalah Adipati Madura Pelarian Sunan Amangkurat I 1677 - 1680
Trunojoyo yang tidak menyukai kepemimpinan bersama putranya bertujuan mencari
Sunan Amangkurat I yang memihak bantuan VOC. Namun, dalam
Belanda. Oleh karena perjalanannya menuju Batavia, Sunan
ketidakpuasannya itu, Trunojoyo Amangkurat I meninggal dunia di
mengadakan pemberontakan yang Tegal Arum pada tahun 1677.
dimulai dari Madura, terus ke Jawa Kemudian, ia diganti oleh putranya
Timur hingga ke daerah sekitar Jawa yang bergelar Sunan Amangkurat II.
Tengah. Keraton Mataram berhasil Dengan demikian, sejak tahun 1677
diduduki dan Sunan Amangkurat I Kesultanan Mataram diperintah oleh
bersama putra mahkota melarikan diri. Sunan Amangkurat II. Segera
Oleh Trunojoyo semua harta dan mengadakan perjanjian dengan VOC
barang pusaka keraton diangkut ke mau membantu memadamkan
Kediri sebagai pusat pemberontakan Trunojoyo. Isi
perlawanan Trunojoyo. perjanjian itu seperti berikut.
VOC bebas berdagang di mataram,
Pelarian Sunan Amangkurat I bersama dan bebas dari kewajiban membayar
putranya bertujuan mencari bantuan pajak pelabuhan.
VOC. Namun, dalam perjalanannya Karawang dan sebagian daerah
menuju Batavia, Sunan Amangkurat I Priangan yang berada di bawah
meninggal dunia di Tegal Arum pada kekuasaan Mataram diserahkan
tahun 1677. Kemudian, ia diganti oleh kepada VOC. Adapun yang menjadi
putranya yang bergelar Sunan batas wilayah Mataram dangan
Amangkurat II. Dengan demikian, VOC adalah Sungai Cimanuk.
sejak tahun 1677 Kesultanan Mataram Daerah Semarang dan sekitarnya
diperintah oleh Sunan Amangkurat II. diserahkan kepada VOC.
Semua daerah pantai utara Jawa
diserahkan kepada VOC selama
Sunan Amangkurat II belum melunasi
biaya perang.
Atas bantuan VOC, akhirnya Sunan
Amangkurat II berhasil memadamkan
pemberontakan Trunojoyo tahun
1680. Setelah ibu kota Mataram
dipindahkan dari Plered ke Kartasura.
5 Untung Surapati Pemberontakan Pangeran Purbaya, putra kedua Sultan Untuk melaksanakan perdamaian itu, 1708 - 1719
dan Pangeran Untung Surapati Ageng Tirtayasa ketika terjadi perang VOC mengutus Surapati, didampingi
Purbaya Banten menyingkir ke daerah oleh Bupati Sukapura dan
Priangan bersama para pengikutnya. Demang Timbanganten. Selain
Di Priangan mereka mengutus Surapati, VOC juga
mengobarkan perlawanan kompeni mengirimkan utusan seorang opsir
dengan bantuan musuh-musuh Belanda yang pangkatnya lebih
kompeni yang berasal dari rendah dari Surapati. Oleh utusan itu,
Makassar. Dalam berjuang melawan Surapati diperintahkan untuk tunduk.
VOC, Pangeran Purbaya Tentu saja, Surapati merasa
menjalankan taktik pura-pura. Ia terhina, dan akhirnya Surapati
mengirimkan kabar ke Batavia menyerang laskar VOC hingga
yang menyatakan bahwa dirinya tunggang langgang. Surapati
bersedia berdamai dengan VOC. melarikan diri ke daerah Karawang,
kemudian mengembara ke daerah
Priangan. Atas perlawanan Surapati
itu, VOC mengerahkan pasukannya
untuk menangkap Surapati.
6 Sultan Abdul Perlawanan Ambisi untuk melakukan monopoli Salah satu contoh perlawanan di Riau 1751 - 1784
Jalil Rahmat Rakya Riau- perdagangan dan menguasai berbagai adalah perlawanan yang dilancarkan
Syah dan Johor daerah di Nusantara terus dilakukan oleh Kerajaan Siak Sri Indrapura.
Muhammad oleh VOC. Di samping menguasai Raja Siak Sultan Abdul Jalil Rahmat
Abdul Jalil Malaka, VOC juga mulai mengincar Syah
Muzafar Syah Kepulauan Riau. Dengan politik (1723 1744) memimpin rakyatnya
memecah untuk melawan VOC. Setelah berhasil
belah VOC mulai berhasil merebut Johor kemudian ia membuat
menanamkan pengaruhnya di Riau. benteng pertahanan di Pulau Bintan.
Kerajaankerajaan Dari pertahanan di Pulau Bintan ini
kecil seperti Siak, Indragiri, Rokan, pasukan Sultan Abdul Jalil mengirim
dan Kampar semakin terdesak pasukan di bawah komando Raja Lela
oleh pemaksaan monopoli dan Muda untuk menyerang Malaka.
tindakan sewenang-wenang dari VOC. Uniknya dalam pertempuran ini Raja
Oleh Lela Muda selalu mengikutsertakan
karena itu, beberapa kerajaaan mulai puteranya yang bernama Raja Indra
melancarkan perlawanan. Pahlawan. Itulah sebabnya sejak
remaja
Raja Indra Pahlawan sudah memiliki
kepandaian berperang. Sifaf bela
negara/
tanah air sudah mulai tertanam pada
diri Raja Indra Pahlawan. Dalam
suasana konfrontasi dengan VOC itu,
Sultan Abdul Jalil Rahmat Syah
wafat. Sebagai gantinya diangkatlah
puteranya yang bernama Muhammad
Abdul Jalil Muzafar Syah (1746 -
1760). Raja ini juga memiliki naluri
seperti
ayahandanya yang ingin selalu
memerangi VOC di Malaka dan
sebagai
komandan perangnya adalah Raja
Indra Pahlawan. Tahun 1751 berkobar
perang melawan VOC. Sebagai
strategi menghadapi serangan Raja
Siak,
VOC berusaha memutus jalur
perdagangan menuju Siak. VOC
mendirikan
benteng pertahanan di sepanjang jalur
yang menghubungkan Sungai
Indragiri, Kampar, sampai Pulau
Guntung yang berada di muara
Sungai
Siak. Kapal-kapal dagang yang akan
menuju Siak ditahan oleh VOC. Hal
ini merupakan pukulan bagi Siak.
Oleh karena itu segera dipersiapkan
kekuatan yang lebih besar untuk
menyerang VOC. Sebagai pucuk
pimpinan
pasukan dipercayakan kembali
kepada Raja Indra dan Panglima
Besar
Tengku Muhammad Ali. Dalam
serangan ini diperkuat dengan kapal
perang
Harimau Buas yang dilengkapi
dengan lancang serta perlengkapan
perang
secukupnya. Terjadilah pertempuran
sengit di Pulau Guntung (1752
1753).
Ternyata benteng VOC di Pulau
Guntung itu berlapis-lapis dan
dilengkapi
meriam-meriam besar. Dengan
demikian pasukan Siak sulit
menembus
benteng pertahanan itu. Namun
banyak pula jatuh korban dari VOC,
sehingga
VOC harus mendatangkan bantuan
kekuatan termasuk juga orang-orang
Cina. Pertempuran hampir
berlangsung satu bulan. Sementara
VOC terus
mendatangkan bantuan. Melihat
situasi yang demikian itu kedua
panglima
perang Siak menyerukan pasukannya
untuk mundur kembali ke Siak.
Sultan Siak bersama para panglima
dan penasihat mengatur siasat baru.
Disepakati bahwa VOC harus dilawan
dengan tipu daya. Sultan diminta
berpura-pura berdamai dengan cara
memberikan hadiah kepada Belanda.
Oleh karena itu, siasat ini dikenal
dengan siasat hadiah sultan. VOC
setuju dengan ajakan damai ini.
Perundingan damai diadakan di loji di
Pulau
Guntung. Pada saat perundingan baru
mulai justru Sultan Siak dipaksa
untuk
tunduk kepada pemerintahah VOC.
Sultan segera memberi kode pada
anak
buah dan segera menyergap dan
membunuh orang-orang Belanda di
loji
itu. Loji segera dibakar dan
rombongan Sultan Siak kembali ke
Siak dengan
membawa kemenangan, sekalipun
belum berhasil mengenyahkan VOC
dari
Malaka. Siasat perang ini tidak
terlepas dari jasa Raja Indra
Pahlawan. Oleh
karena itu, atas jasanya Raja Indra
Pahlawan diangkat sebagai Panglima
Besar
Kesultanan Siak dengan gelar:
Panglima Perang Raja Indra
Pahlawan Datuk
Lima Puluh
7 Raden Mas Said Perlawanan Raden Mas Said adalah putera dari Ia diikuti R. Sutawijaya dan 1745 1757
dan Pangeran Raden Mas Said Raden Mas Riya yang bergelar Suradiwangsa
Mangkubumi Adipati Arya (yang kemudian dikenal dengan Kiai
Mangkunegara dengan Raden Ayu Kudanawarsa) pergi keluar kota untuk
Wulan putri dari Adipati Blitar. Pada menyusun kekuatan. Kemudian Mas
usia Said pergi menuju Nglaroh untuk
14 tahun Raden Mas Said sudah memulai perlawanan. Oleh para
diangkat sebagai gandek kraton pengikutnya Mas Said diangkat
(pegawai sebagai
rendahan di istana) dan diberi gelar raja baru dengan gelar Pangeran
R.M.Ng. Suryokusumo. Karena Adipati Anom Hamengku Negara
merasa Senopati
sudah berpengalaman, Raden Mas Sudibyaning Prang. Hingga kini
Said kemudian mengajukan sebutan Mas Said yang sangat dikenal
permohonan masyarakat yakni Pangeran
untuk mendapatkan kenaikan pangkat. Sambernyawa. Perlawanan Mas Said
Akibat permohonan ini Mas Said ternyata
justru mendapat cercaan dan hinaan cukup kuat karena mendapat
dari keluarga kepatihan, bahkan dukungan dari masyarakat dan ini
dikaitkaitkan merupakan
dengan tuduhan ikut membantu ancaman yang serius bagi eksistensi
pemberontakan orang-orang Pakubuwana II sebagai raja di
Cina yang sedang berlangsung. Mas Mataram.
Said merasa sakit hati dengan sikap Oleh karena itu, pada tahun 1745
keluarga kepatihan. Muncullah niat Pakubuwana II mengumumkan
untuk melakukan perlawanan terhadap barang
VOC yang telah membuat kerajaan siapa yang dapat memadamkan
kacau karena banyak kaum perlawanan Mas Said akan diberi
bangwasan hadiah
yang bersekutu dengan VOC. sebidang tanah di Sukowati (di
wilayah Sragen sekarang). Mas Said
tidak
menghiraukan apa yang dilakukan
Pakubuwana II di istana, ia terus
melancarkan perlawanan kepada
kerajaan maupun VOC.
Mendengar adanya sayembara
berhadiah itu, Pangeran Mangkubumi
ingin mencoba sekaligus menakar
seberapa jauh komitmen dan
kejujuran
Pakubuwana II. Pangeran
Mangkubumi adalah adik dari
Pakubuwana
II. Pangeran Mangkubumi dan para
pengikutnya berhasil memadamkan
perlawanan Mas Said. Ternyata
Pakubuwana II ingkar janji.
Pakubuwana II
kehilangan nilai dan komitmennya
sebagai raja yang berpegang pada
tradisi,
sabda pandhita ratu datan kena wola-
wali (perkataan raja tidak boleh
ingkar).
Karena bujukan Patih Pringgalaya,
Pakubuwana II tidak memberikan
tanah
Sukowati kepada Pangeran
Mangkubumi. Terjadilah
pertentangan antara
Raja Pakubuwana II yang didukung
Patih Pringgalaya di satu pihak
dengan
Pangeran Mangkubumi di pihak lain.
Dalam suasana konflik ini tiba-tiba
dalam
pertemuan terbuka di istana itu
Gubernur Jenderal Van Imhoff
mengeluarkan
kata-kata yang menghina dan
menuduh Pangeran Mangkubumi
terlalu
ambisi mencari kekuasaan. Hal inilah
yang sangat mengecewakan Pangeran
Mangkubumi, pejabat VOC secara
langsung telah mencampuri urusan
pemerintahan kerajaan. Pangeran
Mangkubumi segera meninggalkan
istana. Tidak ada pilihan lain kecuali
angkat senjata untuk melawan VOC
yang telah semena-mena ikut campur
tangan pemerintahan kerajaan. Hal ini
sekaligus untuk memperingatkan
saudara tuanya Pakubuwana II agar
tidak
mau didikte oleh VOC.
Pangeran Mangkubumi dan
pengikutnya pertama kali pergi ke
Sukowati
untuk menemui Mas Said. Kedua
pihak bersepakat untuk bersatu
melawan
VOC. Untuk memperkokoh
persekutuan ini, Raden Mas Said
dijadikan
menantu oleh Pangeran Mangkubumi.
Mangkubumi dan Mas Said sepakat
untuk membagi wilayah perjuangan.
Raden Mas Said bergerak di bagian
timur, daerah Surakarta ke selatan
terus ke Madiun, Ponorogo dengan
pusatnya Sukowati. Sedangkan
Mangkubumi konsentrasi di bagian
barat
Surakarta terus ke barat dengan pusat
di Hutan Beringin dan Desa
Pacetokan,
dekat Pleret (termasuk daerah
Yogyakarta sekarang). Diberitakan
pada saat
itu Pangeran Mangkubumi
membawahi sejumlah 13.000 prajurit,
termasuk 2.500 prajurit kavaleri. Pada
tahun 1749 dalam suasana perang
sedang berkecamuk
di berbagai tempat, terpetik berita
kalau Pakubuwana II
jatuh sakit. Dalam keadaan sakit ini
Pakubuwana II terpaksa
harus menandatangani perjanjian
dengan VOC. Perjanjian
itu ditandatangani pada tanggal 11
Desember 1749 antara
Pakubuwana II yang sedang sakit
keras dengan Gubernur
Baron van Hohendorff sebagai wakil
VOC. Karena perjanjian itu berisi
pasal-pasal antara lain: (1).
Susuhunan Pakubuwana
II menyerahkan Kerajaan Mataram
baik secara de facto maupun de jure
kepada
VOC. (2). Hanya keturunan
Pakubuwana II yang berhak naik
tahta, dan akan
dinobatkan oleh VOC menjadi raja
Mataram dengan tanah Mataram
sebagai
pinjaman dari VOC. (3). Putera
mahkota akan segera dinobatkan.
Sembilan
hari setelah penandatanganan
perjanjian itu Pakubuwana II wafat.
Tanggal
15 Desember 1749 Baron van
Hohendorff mengumumkan
pengangkatan
putera mahkota sebagai Susuhunan
Pakubuwana III. Perjanjian tersebut
merupakan sebuah tragedi karena
Kerajaan Mataram
yang pernah berjaya di masa Sultan
Agung harus menyerahkan kedaulatan
atas seluruh wilayah kerajaan kepada
pihak asing. Hal ini semakin membuat
kekecewaan Pangeran Mangkubumi
dan Mas Said, sehingga keduanya
harus
meningkatkan perlawanannya
terhadap kezaliman VOC.
Perlawanan Pangeran Mangkubumi
berakhir setelah tercapai Perjanjian
Giyanti pada tanggal 13 Februari
1755. Isi pokok perjanjian itu adalah
bahwa
Mataram dibagi dua. Wilayah bagian
barat (daerah Yogyakarta) diberikan
kepada Pangeran Mangkubumi dan
berkuasa sebagai sultan dengan
sebutan Sri Sultan Hamengkubuwana
I,
sedang bagian timur (daerah
Surakarta)
tetap diperintah oleh Pakubuwana III.
Sementara perlawanan Mas Said
berakhir
setelah tercapai Perjanjian Salatiga
pada
tanggal 17 Maret 1757 yang isinya
Mas Said diangkat sebagai penguasa
di
sebagian wilayah Surakarta dengan
gelar
Pangeran Adipati Arya
Mangkunegara I.
8 Sultan Nuku Perlawanan Pada tahun 1779 Sultan Jamaluddin Untuk menghadapi Belanda, Sultan 1779 - 1805
Sultan Nuku raja Tidore ditangkap oleh VOC, Nuku meniru siasat yang sering
kemudian diasingkan ke Batavia.
digunakan oleh Belanda, yaitu
Peristiwa itu menyebabkan kemarahan
rakyat Tidore. Maka berkobarlah siasat divide et impera. Sultan Nuku
perlawanan terhadap VOC di bawah pun menjalankan siasat mengadu
pimpinan Sultan Nuku, putra Sultan domba. Siapakah yang diadu
Jamaluddin. dombakan Sultan Nuku? Inggris dan
Belanda.
3 Pangeran Perang Memasuki abad ke-19, keadaan di Pada pertengahan bulan Mei 1825, 1825 - 1830
Diponegoro Diponegoro Jawa khususnya di Surakarta dan pemerintah belanda yang
Yogyakarta semakin memprihatinkan. memerintahkan pembangunan jalan
Intervensi pemerintah kolonial dari Yogyakarta ke Magelang lewat
terhadap pemerintahan lokal tidak Muntilan, mengubah rencananya dan
jarang mempertajam konflik yang membelokan jalan itu melewati
sudah Tegalrejo. Rupanya, Belanda tepat
ada dan atau dapat melahirkan konflik melintasi makam dari leluhur
baru di lingkungan kerajaan. Hal ini Pangeran Diponegoro. Hal ini
juga terjadi di Surakarta dan membuat Pangeran Diponegoro
Yogyakarta. Campur tangan kolonial tersinggung dan memutuskan untuk
itu juga angkat senjata melawan Belanda. Ia
membawa pergeseran adat dan budaya memerintahkan untuk mencabut
keraton yang sudah lama ada di patok-patok yang melewati makam
keraton bahkan melahirkan budaya leluhurnya tersebut kepada
Barat yang bawahannya.
tidak sesuai dengan budaya Nusantara, Karena pangeran diponegoro
seperti dianggap telah memberontak maka
minum-minuman keras. Dominasi belanda punya alasan untuk
pemerintahan menangkap pangeran
kolonial juga telah menempatkan diponegoro.Pada 20 Juli 1825
rakyat serdadu belanda mengepung
sebagai objek pemerasan, sehingga kediaman pengeran diponegoro.
semakin Karena terjepit, Pangeran beserta
menderita. Pada waktu itu pemerintah keluarga dan pasukannya
kerajaan menyelamatkan diri. Sementara,
mengizinkan perusahaan asing Belanda yang tidak berhasil
menyewa menangkap Pangeran Diponegoro
tanah sawah untuk kepentingan membakar habis kediaman Pangeran.
perusahaan. Setelah penyerangan itu, dimulailah
Pada umumnya tanah itu disewa sebuah perang besar yang akan
dengan berlangsung 5 tahun lamanya. Di
penduduknya sekaligus. Akibatnya, bawah kepemimpinan Diponegoro,
para petani rakyat pribumi bersatu dalam
tidak dapat mengembangkan hidup semangat "Sadumuk bathuk, sanyari
dengan bumi ditohi tekan pati"; sejari kepala
pertaniannya, tetapi justru menjadi sejengkal tanah dibela sampai mati.
tenaga Selama perang, sebanyak 15 dari 19
kerja paksa. Rakyat tetap hidup pangeran bergabung dengan
menderita. Diponegoro. Perjuangan Diponegoro
Perubahan pada masa Van der dibantu Kyai Maja yang juga
Capellen juga menjadi pemimpin spiritual
menimbulkan kekecewaan. Beban pemberontakan.
penderitaan rakyat itu semakin berat, Pertempuran terjadi begitu sengit
karena diwajibkan membayar berbagai apabila suatu wilayah pada siang hari
macam dikuasai belanda maka malam
pajak, seperti: (a) welah-welit (pajak harinya dikuasai pasukan
tanah), (b) pengawang-awang (pajak diponegoro.
halaman kekurangan), (c) pecumpling Para ahli sandi dan kurir bekerja
(pajak jumlah pintu), (d) pajigar keras mencari dan menyampaikan
(pajak informasi yang diperlukan untuk
ternak), (e) penyongket (pajak pindah menyusun stategi perang. Informasi
nama), dan (f) bekti (pajak menyewa mengenai kekuatan musuh, jarak
tanah atau menerima jabatan). Di tempuh dan waktu, kondisi medan,
samping berbagai pajak itu masih ada curah hujan menjadi berita utama
pajak yang ditarik di tempat pabean karena taktik dan strategi yang jitu
atau tol. Semua lalu lintas pengangkut hanya dapat dibangun melalui
barang juga dikenai pajak. Bahkan penguasaan informasi.
seorang ibu yang menggendong anak Bila musim penghujan tiba, gubernur
di Belanda akan melakukan usaha
jalan umum juga harus membayar untuk gencatan senjata dan
pajak. berunding, ini hanya sebuah taktik
Sementara itu dalam kehidupan sosial licik belanda.karena hujan tropis
kemasyarakatan terdapat jurang yang deras membuat gerakan
pemisah antara rakyat dengan pasukan mereka terhambat. Penyakit
punggawa kerajaan dan perbedaan malaria, disentri, dan sebagainya
status sosial antara rakyat pribumi merupakan musuh yang tak tampak
dengan kaum kolonial. Adanya jurang melemahkan moral dan kondisi fisik
pemisah antara si kaya dan si miskin, bahkan merenggut nyawa pasukan
antara rakyat dan kaum kolonial, mereka. Ketika gencatan senjata
sering menimbulkan kelompok- terjadi, Belanda akan menyebarkan
kelompok yang tidak puas sehingga mata-mata dan provokator mereka
sering untuk menghasut, memecahkan dan
menimbulkan kekacauan. bahkan menekan anggota keluarga
Dalam suasana penderitaan rakyat dan para pengeran dan pemimpin
kekacauan itu tampil seorang perjuangan rakyat yang berjuang
bangsawan, putera Sultan dibawah komando pangeran
Hamengkubuwana III yang bernama Diponegoro. Namun pejuang
Raden pribumi tersebut tidak gentar dan
Mas Ontowiryo atau lebih terkenal tetap berjuang melawan Belanda.
dengan nama Pangeran Diponegoro. Pada puncak peperangan, Belanda
Pangeran Diponegoro merasa tidak mengerahkan lebih dari 23.000 orang
puas dengan melihat penderitaan serdadu hal yang belum pernah
rakyat terjadi ketika suatu wilayah yang
dan kekejaman serta kelicikan tidak terlalu luas seperti Jawa
Belanda. Pangeran Diponegoro merasa Tengah dan sebagian Jawa timur
sedih dijaga oleh puluhan ribu serdadu.
dengan menyaksikan masuknya Begitu seiusnya pihak belanda
budaya Barat yang tidak sesuai dengan menghadapi serangan
budaya Timur. Oleh karena itu, diponegoro.Pada tahun 1827,
Pangeran Diponegoro berusaha Belanda melakukan penyerangan
menentang terhadap Diponegoro dengan
dominasi Belanda yang kejam dan menggunakan sistem benteng
tidak mengenal perikemanusiaan. sehingga Pasukan Diponegoro
Tanggal terjepit. Pada tahun 1829, Kyai Maja,
pemimpin spiritual pemberontakan,
20 Juli 1825 meletuslah Perang ditangkap. Menyusul kemudian
Diponegoro. Pangeran Mangkubumi dan panglima
utamanya Sentot Alibasya menyerah
kepada Belanda. Akhirnya pada
tanggal 28 Maret 1830, Jenderal De
Kock berhasil menjepit pasukan
Diponegoro di Magelang. Akhirnya ,
Pangeran Diponegoro bersedia
menyerahkan diri dengan syarat sisa
anggota pasukannya dilepaskan. lalu,
Pangeran Diponegoro ditangkap dan
diasingkan ke Manado, kemudian
dipindahkan ke Makassar hingga
wafatnya di Benteng Rotterdam
tanggal 8 Januari 1855.
4 Pangeran Hidayat Perlawanan Di Di Kalimantan Selatan pernah Ketika Sultan Muhammad meninggal 1860 - 1906
dan Pangeran Kalimantan berkembang Kerajaan Banjar atau dunia pada tahun 1761, ia
Antasari Selatan Banjarmasin. meninggalkan 3 (tiga) orang anak
Wilayah Kesultanan Banjarmasin ini yang belum dewasa, yaitu Pangeran
pada abad ke-19 meliputi Kalimantan Rahmat, Pangeran Abdullah dan
Selatan dan Kalimantan Tengah Pangeran Amir. Karena ketiga orang
sekarang. Pusatnya ada di Martapura. anak Sultan Muhammad itu belum
Kesultanan ini memiliki posisi yang dewasa, maka tahta kerajaan kembali
strategis dalam kegiatan perdagangan ke tangan Mangkubumi, yaitu Sultan
dunia. Hal ini terutama karena adanya Tamjidillah, atau Pangeran Sepuh,
hasil-hasil seperti emas dan intan, lada, dan pelaksanaan pemerintahan
rotan dan damar. Hasil-hasil ini dikuasakan kepada anaknya
termasuk produk yang diminati oleh Pangeran Nata. Dengan jalan
orangorang menyuruh membunuh kedua
Barat, sehingga orang-orang Barat kemenakannya, yaitu Pangeran
juga berminat untuk menguasai Rahmat dan Pangeran Abdullah,
Kesultanan Banjarmasin. Salah satu Pangeran Nata berhasil
pihak yang berambisi untuk menguasai memindahkan kekuasaan
Banjarmasin adalah Belanda. pemerintahan kepada dinastinya dan
menetapkan Pangeran Nata sebagai
Sultan yang pertama sebagai
Setelah melalui bujuk rayu disertai Penambahan Kaharudin.
tekanan-tekanan, maka pada tahun
1817 Pangeran Nata Dilaga yang Menjadi
terjadi perjanjian antara Sultan Banjar raja pertama dinasti Tamjidillah
(Sultan Sulaiman) dengan pemerintah dalam masa kejayaan kekuasaannya,
Hindia Belanda. Dalam perjanjian ini menyebutkan dirinya Susuhunan
Sultan Sulaiman harus menyerahkan Nata Alam pada tahun 1772.
sebagian wilayah Banjar kepada
Belanda, seperti daerah Dayak, Anak Sultan Muhammad (almarhum)
Sintang, yang bernama Pangeran Amir, atau
Bakumpai, Tanah Laut, Mundawai, cucu Sultan Tahmidillah melarikan
Kotawaringin, Lawai, Jalai, Pigatan, diri ke Pasir, dan meminta bantuan
Pasir Kutai, dan Beran. Dengan pada pamannya yang bernama Arung
demikian wilayah kekuasaan Tarawe. Pangeran Amir kemudian
Kesultanan kembali dan menyerbu Kerajaan
Banjarmasin semakin sempit, Banjar dengan pasukan Bugis yang
sementara daerah kekuasaan Belanda besar, dan berusaha merebut kembali
semakin tahtanya dari Susuhunan Nata Alam.
bertambah. Bahkan menurut perjanjian Karena takut kehilangan tahta dan
yang diadakan tanggal 4 Mei 1826 kekuatiran jatuhnya kerajaan di
antara Sultan Adam Alwasikh dengan bawah kekuasaan orang Bugis,
Belanda, menetapkan bahwa daerah Susuhunan Nata Alam meminta
Kesultanan Banjar tinggal daerah Hulu bantuan kepada VOC. VOC
Sungai, Martapura, dan Banjarmasin. menerima permintaan tersebut dan
Wilayah yang semakin sempit itu telah mengirimkan Kapten Hoffman
membawa problem dalam kehidupan dengan pasukannya dan berhasil
sosial ekonomi. Penghasilan para mengalahkan pasukan Bugis itu.
penguasa kerajaan menjadi semakin Sedangkan Pangeran Amir terpaksa
kecil. Sementara dengan masuknya melarikan diri kembali ke Pasir.
pola hidup Barat, kebutuhan hidup Beberapa waktu kemudian Pangeran
para penguasa meningkat. Dengan Amir mencoba pula untuk meminta
demikian beban hidup mereka semakin bantuan kepada para bangsawan
sulit. Untuk mengatasi kesulitan ini Banjar di daerah Barito yang tidak
maka mereka menaikkan pajak. senang kepada Belanda, karena di
Dengan demikian rakyat menjadi daerah Bakumpai/Barito diserahkan
Pangeran Nata kepada VOC. Dalam
sasaran eksploitasi baik dari pertempuran yang kedua ini
pemerintah kolonial Pangeran Amir tertangkap dan
maupun para pejabat kerajaan. Rakyat dibuang ke Sailan. Sesudah itu
juga diperintahkan untuk melakukan diadakan perjanjian antara kerajaan
kerja wajib. Banjar dengan VOC, dimana raja-
Dalam suasana sosial ekonomi yang raja Banjar memerintah kerajaan
memprihatinkan itu, di dalam kerajaan sebagai peminjam tanah VOC.
sendiri terjadi konflik intern. Hal ini
juga karena ulah intervensi Belanda. Dalam tahun 1826 diadakan
Hal ini bermula saat putera mahkota perjanjian kembali antara Pemerintah
Abdul Rakhman meninggal secara Hindia Belanda dengan Sultan
mendadak pada tahun 1852. Sementara Adam, berdasarkan perjanjian
Sultan Adam memiliki tiga putra dengan VOC yang terdahulu,
sebagai kandidat pengganti sultan, berdasarkan perjanjian ini, maka
yakni : Pangeran Hidayatullah, Belanda dapat mencampuri
Pangeran pengaturan permasalahan mengenai
Tamjidillah, dan Prabu Anom. Ketiga pengangkatan Putera Mahkota dan
kandidat itu masing-masing memiliki Mangkubumi, yang mengakibatkan
pendukung. Pangeran Hidayatullah rusaknya adat Kerajaan dalam
didukung pihak istana dan kebetulan bidang ini, yang kemudian
sudah mengantongi surat wasiat dari menjadikan salah satu penyebab
Sultan Adam untuk menggantikan pecahnya Perang Banjar.
sebagai sultan, Pangeran Anom
dijagokan sebagai mangkubumi, Negeri hilang sama sekali,
sedang Kekuasaan ke dalam tetap berkuasa
Tamjidillah didukung Belanda. Tahun dengan beberapa pembatasan dan
1857 Sultan Adam meninggal. Dengan Residen berperan sebagai agen
sigap Residen E.F. Graaf von politik Belanda.
Bentheim Teklenburg mewakili Isi perjanjian 1826 itu antara lain
Belanda mengangkat Tamjidillah adalah :
sebagai sultan a. Kerajaan Banjar tidak boleh
dan Pangeran Hidayatullah diangkat mengadakan hubungan dengan lain
sebagai mangkubumi. Pada hal kecuali hanya dengan Belanda.
menurut b. Wilayah Kerajaan Banjar menjadi
wasiat yang sah yang diangkat menjadi lebih kecil, karena beberapa wilayah
sultan adalah Pangeran Hidayatullah. menjadi bagian dibawah
Oleh karena itu, wajar kalau pemerintahan langsung Belanda.
pengangkatan Wilayah-wilayah itu seperti tersebut
Tamjidillah sebagai Sultan dalam Pasal 4 :
Banjarmasin - Pulau Tatas dan Kuwin sampai di
menimbulkan protes dan rasa kecewa seberang kiri Antasan Kecil.
dari - Pulau Burung mulai Kuala Banjar
berbagai pihak. Tamjidillah memiliki seberang kanan sampai di Pantuil,
perangai - Mantuil seberang Pulau Tatas
yang kurang baik, senang minum- sampai ke Timur Rantau Keliling
minuman dengan sungai-sungainya Kelayan
keras seperti orang Belanda. Kecil, Kelayan Besar dan kampung
di seberang Pulau Tatas.
- Sungai Mesa di hulu kampung Cina
sampai ke darat Sungai Baru sampai
Sungai Lumbah,
- Pulau Bakumpai mulai dari Kuala
Banjar seberang kiri mudik sampai di
Kuala Anjaman di kiri ke hilir
sampai Kuala Lupak,
- Segala Tanah Dusun semuanya
desa-desa kiri kanan mudik ke hulu
mulai Mangkatip sampai terus negeri
Siang dan hilir sampai di Kuala
Marabahan,
- Tanah Dayak Besar Kecil dengan
semua desa-desanya kiri kanan mulai
dari Kuala Dayak mudik ke hulu
sampai terus di daratan yang takluk
padanya,
- Tanah Mandawai,
- Sampit,
- Pambuang semuanya desa-desa
dengan segala tanah yang takluk
padanya,
- Tanah Kotawaringin, Sintang,
Lawai, Jelai dengan desa-desanya.
- Desa Tabanio dan segala Tanah
Laut sampai di Tanjung Selatan dan
Timur sampai batas dengan Pagatan,
ke utara sampai ke Kuala Maluku,
mudik sungai Maluku, Selingsing,
Liang Anggang, Banyu Irang sampai
ke timur Gunung Pamaton sampai
perbatasan dengan Tanah Pagatan,
- Negeri-negeri di pesisir timur
Pagatan, Pulau Laut, Batu Licin,
Pasir, Kutai, Berau semuanya dengan
yang takluk padanya.
c. Penggantian Pangeran
Mangkubumi harus mendapat
persetujuan pemerintah Belanda.
d. Belanda menolong Sultan terhadap
musuh dari luar kerajaan, dan
terhadap musuh dari dalam negeri.
e. Beberapa daerah padang
perburuan Sultan yang sudah
menjadi tradisi, diserahkan pada
Belanda. Padang perburuan itu,
meliputi :
- Padang pulau Lampi sampai ke
Batang Banyu Maluka,
- Padang Bajingah,
- Padang Penggantihan,
- Padang Munggu Basung,
- Padang Taluk Batangang,
- Padang Atirak,
- Padang Pacakan,
- Padang Simupuran,
- Padang Ujung Karangan.