Anda di halaman 1dari 13

1

UNIT 1 Perlawanan Bangsa Indonesia Terhadap Imperialisme dan


Kolonialisme

A. Perlawanan Bangsa Indonesia terhadap Kolonialisme dan Imperialisme


Berbagai kebijakan bangsa Eropa dari mulai Portugis, VOC, hingga pemerintah Hindia Belanda di
bidang ekonomi selalu saja membuat rakyat pribumi menderita. Mereka melakukan berbagai perlawanan
terhadap ketidakadilan tersebut. Berikut beberapa bentuk respon atau perlawanan rakyat pribumi
terhadap kolonialisme bangsa Eropa di Nusantara.
1. Perlawanan Terhadap Portugis

a) Perlawanan Kesultanan Ternate Kebijakan monopoli perdagangan yang dilakukan


bangsa Portugis membuat rakyat Ternate di
bawah pimpinan Sultan Hairun melakukan
perlawanan terhadap bangsa Portugis. Sultan
Hairun kemudian ditangkap dan dihukum mati
pada 1570. Perjuangannya dilanjutkan oleh
Sultan Baabullah. Di bawah Baabullah, bangsa
Portugis berhasil diusir dari Maluku pada tahun
1575. Bangsa Portugis lalu menyingkir ke Pulau
Timor dan berkuasa di Timor Timur sampai
menjelang akhir abad XX.

b) Perlawanan Kesultanan Demak Monopoli perdagangan yang dilakukan bangsa Portugis


di Malaka, membuat aktivitas perdagangan para
saudagar muslim di tempat itu terganggu. Hal ini
memicu solidaritas dari Kesultanan Demak, baik
terhadap Kesultanan Malaka maupun terhadap para
saudagar muslim. Khawatir akan ekspansi Portugis di
Pulau Jawa, maka Demak yang saat itu dipimpin oleh
Sultan Trenggono terlebih dahulu menyerang Sunda
Kelapa pada tahun 1526 dan berhasil menguasainya.
Pada 1527, tanpa menyadari terjadi perubahan
kekuasaan di Sunda Kelapa, bangsa Portugis tiba
untuk membangun benteng. Selanjutnya, Demak di
bawah pimpinan Fatahillah berhasil mengusir bangsa
Portugis. Atas kemenangan itu, Fatahillah mengganti
nama Sunda Kelapa menjadi Jayakarta yang berarti
kemenangan yang gemilang.
c) Perlawanan Rakyat Aceh Sultan Ali Mughayat Syah yang memerintah antara
1514-1530 berhasil mengusir Portugis dari wilayah
Aceh. Selanjutnya, Sultan Alaudin Riayat Syah al-
Qahar (1538-1571) menentang kekuatan Portugis
dengan bantuan Turki. Penggantinya, Sultan Alaudin
Riayat Syah, juga menyerang bangsa Portugis di
Malaka tahun 1673 dan 1575, Sultan Iskandar Muda
( 1607-1638) pernah dua kali menyerang Portugis di
Malaka, yaitu pada tahun 1615 dan 1629. Meskipun
tidak berhasil mengusir bangsa Portugis dari Malaka,
perlawanan rakyat Aceh terhadap bangsa tetap
berlanjut hingga Malaka jatuh ke tangan VOC pada
tahun 1641
2

2. Perlawanan Terhadap VOC

a) Perlawanan Kesultanan Mataram Awalnya hubungan antara Kesultanan Mataram


dan VOC barjalan baik. Mataram mengijinkan VOC
mendirikan benteng (loji) sebagai kantor perwakilan
dagang di daerah Jepara. Lama-kelamaan, Mataram di
bawah Sultan Agung menyadari bahwa kehadiran
VOC di wilayahnya sangat membahayakan
pemerintahannya.
Serangan pertama pada 1628 gagal. Tidak kurang dari
1.000 prajurit Mataram gugur ketika itu. Sementara
itu, serangan kedua berlangsung pada Agustus -
Oktober tahun 1629. Serangan ini juga mengalami
kegagalan, antara lain kalah persenjataan, kurangnya
persedian makanan (lumbung-lumbung persediaan
makanan yang dipersiapkan di Tegal, Cirebon dan
Karawang dimusnahkan oleh VOC, sementara jarak
Mataram- Batavia terlalu jauh), serta wabah penyakit
yang menyerang pasukan mataram.
b) Perlawanan Kesultanan Gowa atau Perang melawan VOC diawali dengan perlucutan dan
Makassar perempasan terhadap armada VOC di Maluku oleh
passukan Hasanuddin. Tindakan ini memicu perang,
yang kemudian dikenal dengan nama Perang
Makassar(1666-1669). Dalam perang itu, VOC
bersekutu dengan raja Bone yang menjadi seteru
Gowa yang bernama Arung Palaka (pada waktu itu
Bone berada di bawah kekuasaan Gowa). Sultan
Hasanudin pada awal 1668 membatalkan perjanjian
Bongaya yang sangat merugikan Gowa-Tallo. Pada
1669, Arung Palaka menyerang benteng Somba Opu
dengan kekuatan sekitar 7.000-8.000 pasukan. Arung
Palaka dapat menaklukan benteng Somba Opu dan
Sultan Hasanudin beserta pasukannya melarikan diri
hingga meninggal pada tahun 1670.
c) Perlawanan kesultanan Banten Persaingan dagang dengan VOC di Batavia yang
menganggap Banten sebagai ancaman. Rongrongan
VOC terhadap politik Kerajaan Banten. Tokoh yang
memimpin perlawanan terhadap VOC adalah Sultan
Ageng Tirtayasa (1652-1682). Dalam upayanya
melawan VOC, Sultan Ageng Tirtayasa mencoba
bekerja sama dengan pedagang-pedagang asing
lainnya, seperti pedagang Inggris.
Sultan Ageng Tirtayasa juga menyerang kapal-kapal
dagang VOC di perairan Banten dan wilayah
perbatasan dengan Batavia, seperti peperangan di
daerah Angke dan Tangerang tahun 1658-1659.
Perang yang berlangsung selama setahun itu berakhir
dengan perjanjian damai pada 10 Juli 1659. VOC
melawan serangan Sultan Ageng dengan mendirikan
benteng-benteng pertahanan di Batavia dan
memblokade pelabuhan-pelabuhan dagang Banten.
3

3. Perlawanan Terhadap Pemerintah Hindia-Belanda


Rakyat Indonesia melakukan perlawanan terhadap VOC melalui kerajaan masing-masing, perlawanan
dilakukan oleh rakyat Maluku, Makassar, Mataram hingga Banten, namun, pada akhirnya perlawanan
yang dilakukan belum berhasil menghentikan monopoli perdagangan yang dilakukan VOC. Akan
tetapi, rakyat Indonesia masih melakukan perlawanan terhadap pemerintahan Hindia Belanda. Berikut
akan dibahas tentang perlawanan rakyat Indonesia terhadap pemerintahan Hndia Belanda.
Tabel: Perlawanan Terhadap Pemerintahan Hindia Belanda

No Peristiwa Pemimpin Perlawanan Tahun


1 Perlawanan Rakyat Maluku Kapitan Pattimura 1817
2 Perlawanan Rakyat Jawa Pangeran Diponegoro 1825-1830
3 Perlawanan Rakyat Palembang Sultan Baharudin 1811
4 Perlawanan Rakyat Sumatera Barat Tuanku Imam Bonjol 1803-1838
perang Padri
5 Perlawanan Rakyat Bali Patih Ketut Jelantik 1844
6 Perlawanan Rakyat Kalimantan Pangeran Antasari 1859-1905
7 Perlawanan Rakyat Sumatera Utara Sisingamangaraja 1870-1907
8 Perlawanan Rakyat Aceh Sultan Ala’uddin Muhammad 1641
Daud Syah
a. Perlawanan Rakyat Maluku
Perlawanan rakyat Maluku dilatarbelakangi ketidak inginan mereka akan kedatangan kembali orang-
orang Belanda di wilayah tersebut. Pada tahun 1810-1816, Hindia Belanda, termasuk Maluku,
dikuasai oleh Inggris. Pada saat diperintah Thomas Stamford Raffles, beberapa ketentuan pada masa
VOC tidak ditegakkan, misalnya praktik monopoli dagang, terutama cengkih dan kerja rodi. Pada
1817, Belanda kembali berkuasa di Maluku. Aturan-aturan yang menindak kembali diberlakukan,
seperti aturan kerja paksa dan monopoli perdagangan cengkih. Selain itu, Residen Saparua yang
baru, J.R van den Berg, juga dianggap tidak peka terhadap keluhan rakyat. Belanda memaksa para
pemuda untuk menjadi soldadu (tentara) yang akan ditugaskan ke Jawa.
b. Perlawanan Rakyat Jawa
Perang melawan kolonialisme di Jawa tengah dan Timur ini dipimpin oleh Pangeran Diponegoro
dan berlangsung antara tahun 1825-1830. Salah satu yang melatarbelakangi terjadinya perang ini
adalah penetapan berbagai pajak oleh pemerintah kolonial Belanda yang membuat rakyat
menderita, misalnya gerbang-gerbang pajak didirikan di pintu masuk pasar dan dekat jembatan.
Pengaruh Belanda dalam urusan tata pemerintahan Mataram semakin besar. Hal ini tidak terlepas
dari adanya konflik internal di istana Mataram, yakni pertentangan antara bangsawan dan perebutan
takhta kerajaan. Konflik ini dapat terjadi karena Belanda menerapkan strategi devide et impera.
Hal dapat terlihat dari terpecahnya wilayah Mataram setelah perjanjian Giyanti pada 1755 menjadi
Kesultanan Yogyakarta dan Kasunanan Surakarta yang menandai berakhirnya kekuasaan Mataram
sebagai satu kesatuan politik dan Wilayah. Pada tahun 1757, di bawah Perjanjian Salatiga,
Kesultanan Mataram dipecah lagi menjadi lagi menjadi tiga, yakni Kesultanan Yogyakarta,
Kesunanan Surakarta, dan Mangkunegaran. Pada 1813, Kesultanan Yogyakarta dipecah menjadi
Kesultanan Yogyakarta dan Pakualaman. Sebelum perlawan Diponegoro dimulai, terjadi kekisruhan
di Istana Yogyakarta, Sultan Hamengku Buwono II atau Sultan Sepuh (1792-1810) memecat para
pembesar istana dan mengantinya dengan orang-orang kepercayaannya. Kanjeng Ratu Ageng,
permaisuri Sultan Hamengku Buwono I, yang merupakan nenek Pangeran Diponegoro tidak
menyujui tindakan ini. Kanjeng Ratu Ageng beserta Pangeran Diponegoro yang saat itu masih
berusia 6 tahun kemudian memutuskan untuk meninggalkan istana menuju Tegalrejo.
c. Perlawanan Rakyat Palembang
Latar belakang munculnya perlawanan Sultan Baharuddin adalah keinginan Belanda untuk
mengusasi Palembang yang letaknya strategis dan kaya akan barang( Kepulauan Bangka Belitung).
Hal ini menimbulkan ancaman bagi kesultanan Palembang. Sultan Baharuddin memimpin
perlawanan terhadap kolonial Belanda dengan menyerang benteng-benteng pertahanan Belanda.
Ketika terjadi pergantian kekuasaan akibat perjanjian Tuntang 1811, kedudukan Belanda digantikan
oleh Inggris, Inggris memusatkan sebagian besar perhatiannya ke pulau Jawa. Kondisi ini
dimanfaatkan oleh Baharuddin. Diam-diam ia menyerang garnisum Belanda di Palembang.
4

Baharuddin juga menetang keberadaan Inggris di wilayah kekuasaannya. Mengetahui sikap


kooperatif Baharuddin, Inggris menyerang Palembang tahun 1812, menjarah isi Istana, serta
melantik adik Baharuddin menjadi Sultan dengan gelar Sultan Ahmad Najamuddin.
d. Perlawanan Rakyat Sumatra Barat dan Perang Padri
Perang Padri adalah perang yang berangsung di Sumatra Barat dan sekitarnya, terutama di kawasan
Kerajaan Pagaruyung dari tahun 1803 hingga 1838. Bermula dari konflik internal masyarakat
Minangkabau antara golongan adat dan golongan ulama, perang ini akhirnya berubah menjadi
perang melawan pemerintah kolonial Belanda. Latar belakang perang Padri kaum menganggap kaum
adat meskipun beragama islam, mereka masih melakukan hal-hal yang dilarang dalam agama islam,
seperti berjudi, dan mabuk-mabukan. Kaum Padri berniat untuk memperbaiki kondisi tersebut.
Pemerintah kolonial Belanda memanfaatkan konflik tersebut dengan memberi bantuan kepada kaum
adat dalam menghadi kaum Padri. Dalam pelariannya, tujuannya Imam Bonjol masih sempat
berupaya membangun kaum Padri kembali, tetapi Padri.
e. Perlawanan Rakyat Bali
Latar belakang munculnya perlawanan rakyat Bali di bawah pimpinan Patih Ketut Jelantik adalah
adanya hak tawan karang yang dianggap merugikan Belanda. Hak tawan karang adalah hak yang
dimiliki kerajaan-kerajaan Bali untuk merampas seluruh muatan dari penumpang kapal-kapal asing
yang karam di perairan Bali. Hak tawan karang dianggap menghambat Belanda yang ingin
menguasai Bali. Pada tahun 1839, Belanda meminta kepada semua raja Bali untuk menghapus hak
itu. Sebagai gantinya, Belanda akan membayar sejumlah uang untuk setiap kapal yang terdampar di
pantai Bali. Raja-raja Bali menyetujui permintaan Belanda. Namun, dalam kenyataanya Belanda
tidak pernah menepati janjinya untuk memberikan uang untuk setiap kapal yang terdampar. Pada
1844, raja Buleleng I Gusti ngurah made Karangasem merampas kapal Belanda yang secara
kebetulan terdampar di pantai Buleleng. Belanda mengultimatum agar seluruh muatan kapal yang
telah dirampas dikembalikan kepada Belanda. Jelantik kemudian membangun persekutuan dengan
kerajaan-kerajaan lain, seperti Karangasem, Klungkung, Mengwi, dan Gianyar. Dari benteng
pertahanannya di Jagaraga (Buleleng), pasukan gabungan dari kerajaan-kerajaan Bali menyerang
pos-pos Belanda di wilayah kerajaan tersebut serta menawan para serdadunya.
f. Perlawanan Rakyat Kalimantan
Latar Belakang terjadinya Perang Banjar (1859-1905) antara lain karena monopoli perdagangan
Belanda di Kalimantan yang sangat merugikan pedagang pribumi. Selain itu, karena beban pajak dan
kewajiban rodi terhadap rakyat yang memberatkan dan intervensi Belanda terhadap urusan internal
Kerajaan Banjar. Tokoh perlawanan perang Banjar adalah Pangeran Antasari, sepupu Pangeran
Hidayatullah. Pangeran Antasari memimpin serangan terhadap Belanda Berkali-kali. Pasukannya
berhasil Menyerang pos-pos pertahanan Belanda dan benteng Belanda di Tabanio hingga
menenggelamkan kapal-kapal Belanda. Oleh pengikutnya, Pangeran Antasari mendapatkan julukan
Panembahan Amiruddin Khalifatul Mukminin.
g. Perlawanan Rakyat Sumatera Utara
Latar belakang munculnya perlawanan rakyat Tapanuli adalah sikap Belanda yang menginginkan
wilayah Tapanuli menjadi bagian dari wilayah kekuasaaanya. Raja Sisingamaraja XII menolak
keinginan Belanda membentuk Pax Neerlandica (ambisi Belanda untuk menguasai seluruh
nusantara) dan membebaskannya dari pengaruh intervensi negara-negara lain dan menginginkan
Kerajaan Batak tetap berdiri merdeka, bukan dibawah kekuasaaan Belanda. Keinginan Belanda
tersebut menyebabkan terjadinya perang Tapanuli (1870-1907)
h. Perlawanan Rakyat Aceh
Perlawanan rakyat Aceh terhadap kolonialisme sebenarnya telah dilakukan sejak abad XVII, yaitu
ketika Aceh berada di bawah pemerintahan Sultan Iskandar Muda yang memerintah sejak tahun
1629- 1641. Pada abad XIX, perlawanan Aceh dipimpin oleh Sultan Alauddin Muhammad Daud
Syah. Perlawanan ini dilatarbelakangi oleh keingingan Belanda untuk menjadikan Aceh sebagai
bagian dari Pax Neerlandica.

TUGAS 1
1. Tuliskan 3 (tiga) perlawanan rakyat pribumi terhadap Portugis!
2. Jelaskan latar belakang perlawanan kesultanan Demak terhadap VOC!
3. Tuliskan 3 perlawanan rakyat Pribumi Melawan VOC!
4. Carilah informasi dari sumber lain (Buku/Internet), tentang Perlawanan Kesultanan
5

Gowa atau Makassar terhadap VOC , kemudian jelaskan latar belakang Perlawanan
Kesultanan Gowa atau Makassar terhadap VOC
5. Buatlah dalam bentuk tabel (Nama peristiwa, pemimpin dan tahun peristiwa) perlawanan
rakyat pribumi terhadap pemerintah Hindia-Belanda!
6. Carilah informasi dari sumber lain (Buku/Internet), tentang perang Padri
kemudian tuliskan sebab umum dan khusus terjadinya perang Padri!
7. Carilah informasi dari sumber lain (Buku/Internet), mengenai perlawanan Rakyat
Aceh terhadap pemerintah Hindia-Belanda, kemudian tuliskan biodata salah satu
tokoh/pahlawan yang memimpin perlawanan tersebut!

UNIT 2 KOBARKAN SEMANGAT BERJUANG DAN BERSATU


PERGERAKAN NASIONAL
Perkembangan pendidikan di Indonesia melahirkan golongan cendekiawan. Golongan ini
mengakibatkan terjadinya perubahan pola pikir dalam masyarakat Indonesia. Golongan cendekiawan telah
menyadarkan rakyat Indonesia untuk bersatu dalam menghadapi kekuasaan Hindia Belanda. Golongan
cendekiawan inilah yang mengubah perjuangan bangsa Indonesia dengan menggunakan strategi yang
modern. Masa ini dikenal sebagai masa “pergerakan nasional”.
A. Latar Belakang Pergerakan Nasional
Faktor yang mendorong lahirnya pergerakan nasional berasal dari faktor internal dan eksternal. Faktor
internal merupakan faktor yang berasal dari dalam diri bangsa Indonesia sendiri, diantaranya:
1. Lahirnya golongan cendekiawan/kalangan terpelajar
2. Penderitaan dan penindasan serta perlakuan yang diskriminatif dari kaum penjajah
3. Adanya politik Etis atau politik balas budi Belanda
Faktor eksternal adalah faktor yang berasal dari luar Indonesia dan menjadi pendorong pergerakan
nasional di Indoesia. Faktor-faktor tersebut adalah:
1. Masuknya paham demokrasi, liberalisme, sosialisme, dan nasionalisme yang mempengaruhi kondisi
di Indonesia
2. Kemenangan Jepang Atas Rusia tahun 1905
3. Munculnya pergerakan nasional di Asia dan Afrika
Perjuangan bangsa Indonesia selama berabad-abad untuk menentang penjajah sebelum tahun 1908
selalu mengalami kegagalan. Faktor-faktor yang menyebabkan terjadinya kegagalan perjuangan bangsa
Indonesia sebelum tahun 1908, diantaranya adalah sebagai berikut:
1. Kurang adanya persatuan
2. Persenjataan yang masih sederhana
3. Bangsa kita mudah dipecah belah dengan siasat adu domba (devide et impera)
B. Ciri ciri strategi perjuangan bangsa Indonesia pada abad ke XX (20)
1. Perjuangan mengutamakan semangat persatuan
2. Perjuangan menggunakan organisasi modern
3. Pemimpin perjuangan adalah golongan cendekiawan
C. Organisasi Pergerakan Nasional
1. Budi Utomo
Organisasi pergerakan nasional bangsa Indonesia
yang pertama adalah Budi Utomo yang didirikan
di Jakarta tanggal 20 Mei 1908. Selanjutnya
tanggal 20 Mei ditetapkan sebagai Hari
kebangkitan nasional. Pada awal
pembentukannya organisasi ini bersifat sosial
budaya, karena diawali dengan tujuan hendak
meningkatkan martabat dan kecerdasan bangsa
Bumi Putera. Untuk mencapai cita-cita tersebut,
Dr.Wahidin Sudirohusodo berencana
mendirikan”dana belajar” bagi anak-anak
pribumi yang tidak mampu. Upaya tersebut
kemudian mendapat dukungan dari mahasiswa
STOVIA
6

2. Sarekat Dagang Islam

Pada tahun 1911 di Laweyan (Surakarta) didirikan


Sarekat Dagang Islam (SDI) oleh saudagar kaya
raya yang bernama H. Samanhudi. Latar belakang
didirikan SDI adalah terjadinya persaingan
perdagangan antara pedagang pribumi dan
pedagang Cina atau Tionghoa. Tujuan SDI untuk
menghimpun pedagang pribumi agar mampu
bersaing dengan pedagang asing

3. Sarekat Islam

Sarekat Islam pada awalnya bernama Sarekat


Dagang Islam yang didirikan pada tahun 1911 di
Solo oleh R.M. Tirtoadisuryo. Pada tahun 1912
diganti menjadi Sarekat Islam oleh H. Samanhudi.
Latar-belakang ekonomi dan politis didirikannya
Sarekat Islam adalah sebagai bentuk perlawanan
terhadap golongan pedagang Cina yang
melakukan monopoli perdagangan batik, dan
dalam rangka menghadapi semua bentuk
penindasan, penghinaan, serta kesombongan
rasialis baik dari orang-orang Cina maupun
kolonialis Belanda.

4. Indische Partij
Indische Partïj (IP) didirikan pada tanggal 25 Desember 1912 di Bandung. Tokoh pendiri IP
sering juga disebut “Tiga Serangkai” yaitu E.F.E. Douwes Dekker (Setyabudi), Suwardi
Suryaningrat (Ki Hajar Dewantara) dan Cipto Mangunkusumo. Dilihat dari anggaran dasar dan
program kerjanya, IP bertujuan menumbuhkan dan meningkatkan jiwa integrasi semua golongan
untuk memajukan tanah air yang dilandasi jiwa nasional, serta mempersiapkan diri ke arah
kehidupan rakyat merdeka.
5. Muhammadiyah
Muhammadiyah merupakan organisasi yang bersifat keagamaan, didirikan oleh K.H. Achmad
Dahlan pada tanggal 18 November 1912 di Yogyakarta. Tujuan organisasi ini adalah memurnikan
ajaran islam sesuai dengan Al Qur’an dan Hadist Nabi Muhammad SAW.
6. Perhimpunan Indonesia (PI)
Pada permulaan abad ke 20, sudah ada sejumah orang Indonesia yang tinggal di Negeri Belanda.
Mereka mendirikan Indische Vereneging dengan tokoh pendirinya yaitu R. Panji Sosrokartono,
RM. Notosuroto dan R. Husen djajadiningrat. Perkumpulan tersebut merupakan perkumpulan sosial
yang memperhatikan kepentingan anggotanya yang ada di luar negeri. Sedangkan untuk media
komunikasi diterbitkan majalah Hindia putera
7. Taman Siswa
Pada tanggal 3 Juli 1922, Ki Hajar Dewantara mendirikan Perguruan Taman Siswa di
Yogyakarta. Tujuannya adalah memajukan pendidikan bangsa Indonesia agar mempunyai harga
diri yang sama dengan bangsa lain yang merdeka. Meskipun tidak bergerak dibidang politik, tetapi
Perguruan Taman Siswa termasuk organisasi yang mempunyai andil dalam pergerakan nasional
untuk mencapai kemerdekaan.
8. Partai Indonesia Raya (Parindra)
Ketua Partai Indonesia Raya adalah Dr. Soetomo, dan memiliki tujuan antara lain mencapai
Indonesia mulia dan sempurna berdasarkan demokrasi dan naisonalisme.
7

9. Gabungan Politik Indonesia (GAPI)


GAPI didirikan pada 21 Mei 1939 dibawah pimpinan Muh. Husni Thamrin. GAPI merupakan
gabungan dari organisasi kebangsaan yang terdiri dari Parindra, PNI, Pasundan, PSSS, Persatuan
Minahasa, dan Gerindo. Adapun azas kegiatan GAPI adalah hak menentukan nasibnya sendiri,
persatuan nasional seluruh bangsa Indonesia berasarkan demokrasi dalam bidang sosial, politik dan
ekonomi, serta mengadakan kesatuan aksi selueuh pergerakan nasional

UNIT 3 STRATEGI PERGERAKAN BANGSA INDONESIA


A. Pendekatan Pergerakan Nasional
Pendekatan pergerakan nasional sebelum tanggal 27 Desember 1949 memiliki karakteristik yang
berbeda antara sebelum tahun 1900 dan sesudah tahun 1900.
Tabel : Karakteristik pendekatan pergerakan nasional sebelum 1900 dan sesudah 1900
No Pergerakan nasional sebelum 1900 Pergerakan nasional setelah 1900
1 Bersifat lokal/kedaerahan Bersifat nasional meliputi seluruh Indonesia
2 Berpindah-pindah ke daerah yang belum Perlawanan dengan menggunakan taktik dan
terjangkau dan terkadang meminta bantuan senjata modern
supernatural
3 Sangat bergantung pada satu tokoh Dilaksanakan secara organisir dengan teratur
Kharismatis menggunakan organisasi pemuda, bukan hanya
konfrontasi senjata tapi juga diplomatik
4 Tidak ada rencana lebih lanjut dari Ada tindakan lebih lanjut
pergerakan tersebut
B. Strategi Pergerakan Nasional
Strategi perjuangan yang digunakan oleh organisasi-organisasi perjuangan nasional tidak sama
antara organisasi yang satu dengan yang lainnya. Hal itu disebabkan karena strategi perjuangan
masing-masing organisasi disesuaikan dengan dasar ideologi yang dianut dan ciri khas dari organisasi
tersebut. Meskipun demikian, secara umum strategi perjuangan yang digunakan oleh organisasi
pergerakan nasional yang digunakan oleh organisasi pergerakan nasional dalam perjuangan yang
digunakan oleh organisasi pergerakan nasional dalam perjuangan melawan pemerintah kolonial dapat
dibedakan menjadi dua jenis yaitu nonkooperasi (menolak kerjasama dengan pemerintah kolonial) dan
kooperasi (bersedia bekerjasama dengan pemerintah kolonial)
Ciri- ciri strategi perjuangan bangsa Indonesia pada abad XX
a. Perjuangan mengutamakan semangat persatuan
Pada masa ini berkembang semangat nasionalisme sehingga perjuangan yang dilakukan oleh
bangsa Indonesia untuk mengusir penjajah dilandasi semangat persatuan.
b. Perjuangan menggunakan organisasi modern
Perjuangan bangsa tidak lagi menggunakan senjata tradisional, tetapi menggunkan organisasi
modern. Pada masa ini banyak didirikan organisasi modern yang bersifat politik, ekonom, sosial,
ataupun keagamaan. Organisasi-organisasi ini memiliki tujuan yang hampir sama yaitu mencapai
kemerdekaan bagi Indonesia
c. Pemimpin perjuangan adalah golongan cendekiawan
Pemimpin perjuangan pada masa perjuangan nasional adalah golongan cendekiawan atau
golongan cerdik pandai. Perjuangan tidak lagi dipimpin oleh golongan bangsawan atau para
pemimpin daerah lainnya. Golongan cendekiawan dalam memimpin perjuangan menggunakan
pendekatan politik dan strategi modern. Perjuangan yang dilakukan lebih terorganisasi, sehingga
perjuangan ini secara perlahan dapat membawa perubahan bagi bangsa Indonesia.
TUGAS 2
1. Jelaskan pengertian pergerakan nasional!
2. Tuliskan faktor internal (faktor yang berasal dari dalam diri bangsa Indonesia sendiri) yang
mempengaruhi pergerakan nasional di Indonesia!
3. Tuliskan faktor eksternal (faktor yang berasal dari luar Indonesia) yang mempengaruhi
pergerakan nasional di Indonesia!
4. Tuliskan Ciri ciri strategi perjuangan bangsa Indonesia pada abad ke XX (20)
5. Jelaskan tentang organisasi Indische Partij!
6. Carilah informasi dari sumber lain (Buku/Internet), tentang Taman Siswa, kemudian
tuliskan bagaimana respon Belanda terhadap keberadaan taman siswa !
8

7. Tuliskan karakteristik pergerakan nasional sebelum tahun 1900!


8. Tuliskan karakteristik pergerakan nasional ssetelah tahun 1900!
9. Carilah informasi dari sumber lain (Buku/Internet), tentang K.H. Achmad Dahlan,
kemudian tuliskan informasi yang kamu dapatkan tentang K.H. Achmad Dahlan!
10. Tuliskan ciri-ciri strategi perjuangan bangsa Indonesia pada abad ke XX (20)

UNIT 4 PERJUANGAN MERAIH KEMERDEKAAN


INDONESIA
A. STARTEGI PERGERAKAN NASIONAL YANG JITU
Lebih kejam dibandingkan masa penjajahan Belanda. Segala sesuatu yang dilakukan oleh Jepang
berhubungan dengan usaha untuk memenangkan perang pasifik. Sumber daya alam dan sumber daya
manusia Indonesia dikuras untuk modal dalam memenangkan perang pasifik. Tindakan Jepang
mengakibatkan penderitaan bagi rakyat Indonesia, sehingga menimbulkan perlawanan rakyat. Perlawanan
rakyat yang dilakukan untuk mengusir Jepang dibedakan menjadi dua, yaitu; perlawanan bersenjata dan
perlawanan tidak bersenjata.
1. Perlawanan Bersenjata
Adanya perlakuan semena-mena oleh tentara Jepang dan pelaksanaan romusha menjadikan rakyat
menderita, akibatnya timbul rasa benci sehingga terjadi perlawanan bersenjata dari rakyat diantaranya,
sebaagai berikut:
a) Perlawanan Rakyat Aceh
Perlawanan rakyat Aceh pada Jepang terjadi dua kali, yaitu
perlawanan di bawah pimpinan Tengku Abdul Jalil dan Tengku
Hamid. Perlawanan di bawah pimpinan Tengku Abdul Jalil
terjadi di daerah Cot Plieng, pada 10 November 1942. Latar
belakang terjadinya perlawanan adalah tindakan semena-mena
pasukan Jepang kepada umat islam, seperti pembakaran masjid
dan pembunuhan sebagian jamaah ketika sedang shalat subuh.
Perlawanan rakyat Aceh selanjutnya terjadi di Sesa Meureu
pada November 1944 di bawah pimpinan Tengku Hamid.
Perlawanan rakyat Aceh di bawah pimpinan Tengku Abdul Jalil
dan Tengku Hamid ditumpas secara keji oleh tentara-tentara
Jepang.
b) Perlawanan Rakyat Sukamanah (Tasikmalaya)

Perlawanan rakyat Sukamanah terjadi pada 25 Februari 1945 di


bawah pimpinan K.H. Zaenal Mustafa. Perlawanan rakyat
Sukamanah di akibatkan rakyat Sukamanah menolak
melaksanaan Seikerei, yaitu penghormatan kepada Kaisar
Jepang dengan cara membungkukkan badan ke arah timur
(Tokyo). Akibatnya penolakan ini, tentara Jepang melakukan
pembantaian pada umat Islam yang melaksanakan shalat Subuh.
K.H. Zaenal Mustafa pimpinan pesantren di Sukamanah,
memimpin rakyat untuk melakukan perlawanan pada tentara
Jepang. Perlawanan ini dapat dipadamkan olej Jepang,
K.H.Zaenal Mustafa berhasil ditangkap lalu dijatuhi hukuman
mati.

c) Pemberontakan PETA di Blitar


9

Pemberontaakan PETA di Blitar terjadi pada 14 Februari 1945 di


bawah pimpinan Suprijadi, seorang komandan pleton PETA.
Pemberontakan ini dikarenakan tidak tahan melihat penderitaan
rakyat akibat pelaksanaan romusha. Pemberontakan PETA di
Blitar merupakan pemberontakan terbesar yang dihadapi Jepang,
sehingga hal ini menyadarkan Jepang bahwa sikap nasionalisme
rakyat Indonesia telah berkembang. Pemberontakan PETA di
Blitar dapat dipadamkan setelah Jepang menggunakan berbagai
cara. Anak buah Suprijadi sebanyak 35 orang berhasil ditangkap
lalu dijatuhi hukuman. Suprijadi sendiri nasibnya tidak diketahui
hingga saat ini.

2. Perlawanan Tidak Bersenjata


Perlawanan rakyat Indonesia kepada Jepang tanpa senjata dilakukan oleh kelompok yang tidak mau
bekerja sama atau non kooperatif, dipimpin Soekarni dan Chaerul Saleh. Perlawanan dilakukan dengan cara
membuat organisasi yang diberi nama Pemuda Menteng. Golongan non koopertif berjuang secara
terorganisir, teratur, dan berjuang dibawah tanah (tersembunyi). Golongan ini mempunyai hubungan yang
sangat erat dengan tokoh-tokoh pergerakan nasional yang berjuang secara legal. Dalam perkembangannya
golongan ini menolak bahwa kemerdekaan Indonesia merupakan pemberian dari Jepang, sehingga mereka
mendesak Soekarno - Hatta untuk memproklamasikan Indonesia tanpa menunggu dari Jepang.
A. Kehidupan sosial, budaya, ekonomi, dan politik di indonesia pada masa pendudukan
Jepang
Pendudukan Jepang di Indonesia yang tergolong singkat, antara tahun 1942 sampai dengan tahun
1945 membawa perubahan yang sangat besar bagi kehidupan bangsa Indonesia. Pengaruh pendudukan
Jepang bagi kehidupan bangsa Indonesia adalah sebagai berikut:

1. Sosial
Rakyat Indonesia pada masa pendudukan Jepang lebih sengsara dibandingkan pada masa Belanda.
Jepang menjadikan rakyat Indonesia sebagai sumber tenaga untuk memenangkan Perang Pasifik. Tenaga
rakyat dieksploitasi melalui kerja paksa (romusha), untuk menanam jarak, membangun jalan, membangun
benteng pertahanan, dan lain-lainnya. Pelaksanaan romusha di bawah pengawasan tonarigumi (semacam
rukun tetangga), sehingga apabila rakyat tidak melaksanakannya akan mendapat siksaan dari tentara
Jepang. Pengerahan tenaga rakyat melalui romusha mengakibatkan terjadinya mobilisasi massa. Pulau Jawa
yang merupakan pulau terpadat di Indonesia, penduduknya banyak dipindahkan ke daerah lain bahkan
sampai ke luar pulau.

2. Kebudayaan
Pemerintah pendudukan Jepang melarang budaya Belanda dikembangkan dalam masyarakat
Indonesia. Begitu pun bahasa Belanda yang merupakan bahasa resmi pada masa pendudukan Hindia
Belanda dilarang oleh pemerintah Jepang. Sebagai penggantinya, pemerintah Jepang memperkenalkan
budaya Jepang pada masyarkat Indonesia. Propaganda Jepang sebagai cahaya, pelindung dan pemimpin
Asia pun dikumandangkan untuk menarik simpati rakyat. Jawa Hokokai (Kebaktian Rakyat Jawa) dibentuk
oleh Jepang dengan tujuan untuk menghimpun rakyat Jawa agar mengorbankan diri melalui pengabdian
pada pemerintah Jepang. Melalui Jawa Hokokai inilah pemerintah Jepang memperkenalkan budaya-budaya
Jepang kepada rakyat Indonesia, seperti bahasa, adat-istiadat, dan pendidikan. Usaha lainnya yang
dilakukan Jepang untuk mengembangkan kebudayaan di Indonesia adalah dengan membentuk Keimin
Bunka Sidhoso atau lembaga kebudayaan. Lembaga ini berfungsi sebagai wadah seniman dalam
menyalurkan karya-karya seni, seperti di bidang seni sastra, lukis, drama, film, dan lain- lainnya. Lembaga
kebudayaan ini mengakibatkan seni sastra pada masa Jepang berkembang pesat terutama sajak dan roman.
Disamping itu berkembang pula seni lukis, sandiwara, lagu, dan film mengenai cerita yang dapat
menimbulkan semangat patriotisme.

3. Ekonomi
Tujuan utama Jepang mengadakan imperialisme adalah untuk mencari daerah-daerah yang kaya
sumber daya alamnya untuk memenuhi keperluan Industrinya, untuk itulah hasil-hasil tambang, perkebunan,
pabrik, dan sektor-sektor ekonomi yang lainnya dikuasai oleh Jepang. Begitu pula hasil panen rakyat harus
disetor ke koperasi, pemerintah, dan sisanya boleh disimpan untuk keperluannya sendiri. Pada masa Jepang
juga diadakan pelarangan impor, bahkan rakyat Indonesia harus membuat kain sendiri untuk dijadikan
pakaian. Akibatnya rakyat banyak yang menggunakan pakaian dari karung goni. Kehidupan rakyat Indonesia
10

pada masa Jepang sangat menderita. Rakyat kelaparan terjadi di mana-mana.


4. Politik
Kekuasaan Jepang yang bersifat facistis mengakibatkan kekuasaannya dijalankan oleh golongan
militer. Kekuasaan Jepang di Indonesia juga dijalankan oleh gubernur militer yang dinamakan Gunseikan
dan wilayah di Indonesia juga dibagi ke dalam beberapa wilayah militer. Untuk membantu Jepang dalam
menjalankan pemerintahan diangkat pegawai pemerintah. Pada masa Jepang juga didakan pelarangan bagi
rakyat Indonesia untuk melaksanakan kegiatan politik. Organisasi politik yang berkembang pada masa
pergerakan nasional dibubarkan oleh Jepang, kecuali organisasi itu mendukung kepentingan Jepang dalam
Perang Pasifik. Pemerintah Jepang membentuk beberapa organisasi sendiri yang semuanya ditujukan untuk
kepentingan perang pasifik. Sikap pemerintah Jepang yang tegas itulah mengakibatkan para tokoh
pergerakan nasional memilih sikap kooperatif dalam menghadapi Jepang, walaupun juga ada yang masih
bersifat non kooperatif.
UNIT 4 BAGAIMANA PENEGAKAN HAK BANGSA INDONESIA

A. UPAYA MEMPERSIAPKAN KEMERDEKAAN INDONESIA


Sebagai realisasi dari janji kemerdekaan yang telah diumumkan oleh Perdana Menteri Koiso maka
pada tanggal 1 Maret 1945, panglima tentara Letnan Jenderal Kumakici Herada mengumumkan
pembentukan Dokuritzu Junbi Coosakai, Badan Penyelidik Usaha-usaha Persiapan Kemerdekaan Indonesia
(BPUPKI), tujuannya adalah untuk mempelajari hal-hal penting yang berkaitan dengan tata pemerintahan
Indonesia merdeka. Anggota BPUPKI sebanyak 67 orang, terdiri dari 60 orang Indonesia dan 7 orang
Jepang. BPUPKI diketuai oleh KRT. Radjiman Widyodiningrat yang dibantu oleh dua orang wakil ketua
yaitu R.P. Soeroso dan Ichibhangase. BPUPKI mempersiapkan pemerintahan di Indonesia melalui sidang.
Sidang dilakukan dua kali, yang manghasilkan keputusan sebagai berikut.
1. Sidang BPUPKI 1 ( 29 Mei – 1 Juni 1945)
Sidang BPUPKI membahas dasar negara yang akan digunakan apabila Indonesia Merdeka. Dalam
sidang ini, tiga tokoh berikut mengusulkan dasar negara.
Mr. Muh. Yamin (29 Mei 1945) Prof. Dr. Soepomo (31 Mei 1945) Ir. Soekarno ( 1 Juni 1945)
Peri kebangsaan Persatuan Kebangsaan Indonesia
Peri kemanusian Kekeluargaan Internasionalisme atau peri
kemanusiaan
Peri ketuhanan Keseimbangan lahir dan batin Mufakat atau demokrasi
Peri kerakyatan Musyawarah Kesajahteraan sosial
Kesejahteraan rakyat Keadilan rakyat Ketuhanan Yang Maha Esa
Atas usulan ahli bahasa, dasar negara Indonesia yang diusulkan Ir. Soekarno diberi nama “Pancasila”.
Nama Pancasila akhirnya disepakati menjadi nama yang digunakan untuk menyebut Dasar Negara Indonesia,
sehingga setiap tanggal 1 Juni diperingati sebagai hari lahirnya Pancasila. Rumusan pancasila yag dihasilkan
dalam sidang BPUPKI 1 dibahas oleh tim kecil yang dibentuk 22 Juni 1945. Tim tersebut beranggotakan
sembilan orang sehingga diberi nama “Panitia Sembilan”. Anggotannya terdiri dari Ir Soekarno (Ketua),
Drs. Moh. Hatta (wakil ketua), Mr. Muh. Yamin, Achmad Soebardjo, Mr. A.A. Marimis, Abdul Kahar
Muzakar, Wachid Hasyim, H. Agus Salim, dan Abiekoesno Tjokrosuroso. Panitia Sembilan dalam sidangnya
tanggal 22 Juni 1945 menghasilkan Piagam Jakarta yang berisi rumusan dasar negara berikut:
a. Ketuhanan dengan kewajiban menjalankan syariat-syariat Islam bagi pemeluk-pemeluknya
b. Kemanusiaan yang Adil da beradab.
c. Persatuan Indonesia.
d. Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan/perwakilan.
e. Keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia.
2. Sidang BPUPKI II ( 10 Juli-16 Juli 1945)
Sidang BPUPKI II berhasil membentuk panitia yang bertugas untuk melanjutkan persiapan
pembentukan pemerintah Indonesia, panitia yang dibentuk yaitu:
a. panitia perancang Undang-Undang Dasar, diketuai oleh Ir. Soekarno,
b. panitia pembela tanah air, diketuai oleh Abikoesno,
c. panitia keuangan dan perekonomian, diketuai oleh Drs. Moh. Hatta.
Panitia Perancang UUD, dalam menyusun UUD, membentuk panitia kecil yang dipimpin oleh Prof. Dr.
11

Soepomo. Tim kecil ini mengusulkan konsep UUD yang diambil dari Piagam Jakarta. Pada tanggal 13 Juli
1945 panitia perancang UUD mengadakan sidang untuk mendengarkan laporan dari tim kecil penyusun
UUD. Selanjutnya, dalam rapat pleno BPUPKI pada 14 Juli 1945 Panitia Perancang UUD diwakili oleh Ir.
Soekarno selaku ketua, menyampaikan laporan tentang pernyataan Indonesia Merdeka, pembukaan UUD,
dan batang tubuh dalam UUD. Rumusan UUD dibicarakan kembali dalam sidang paripurna, lalu sidang
menerima menjadi UUD di Indonesia dengan nama UUD 1945. Saat perumusan Piagam Jakarta menjadi
pembukaan UUD diadakan perubahan mengenai sila pertama, menjadi Ketuhanan Yang Maha Esa.
Pemerintah Jepang pada tanggl 7 Agustus 1945 membubarkan BPUPKI dengan alasan badan ini terlalu
cepat dalam mempersiapkan kemerdekaan Indonesia. Sebagai pengganti BPUPKI, maka dibentuklah
Dokuritzu Junbi Inkai atau Panitia Persiapan Kemerdekaan Indonesia (PPKI). PPKI terdiri dari 21 orang
yang merupakan wakil dari seluruh Indonesia. Ir. Soekarno (ketua), dan Drs. Moh. Hatta (wakil ketua).
Selanjutnya, tanpa ijin dari pemerintah Jepang keanggotaan PPKI ditambah 7 sehingga menjadi 28 orang.
Dengan demikian, PPKI secara tidak langsung telah diambil alih oleh pimpinan bangsa Indonesia dari badan
bentukan Jepang menjadi alat perjuangan bangsa Indonesia.
PPKI memiliki peranan yang sangat penting, terutama setelah proklamasi kemerdekaan Indonesia yaitu
dalam Sidang PPKI I pada tanggal 18 Agustus 1945. Sidang tersebut menetapkan UUD 1945 sebagai
undang-undang dasar yang digunakan di Indonesia, mengangkat Ir. Soekarno dan Drs. Moh. Hatta sebagai
presiden dan wakil presiden, dan membentuk KNIP sebagai pembantu presiden dalam menetapkan GBHN
sebelum lembaga- lembaga negara yang lain resmi dibentuk. Dengan demikian, PPKI memiliki fungsi
sebagai wakil rakyat.
B. PERISTIWA PENTING SEKITAR PROKLAMASI
Ada lima peristiwa penting yang terjadi menjelang proklamasi kemerdekaan Indonesia, yaitu:
1. Dibentuknya BPUPKI dan PPKI
Badan Penyelidik Usaha-Usaha Persiapan Kemerdekaan Indonesia (BPUPKI) atau Dokuritsu Junbi
Cosakai resmi dibentuk oleh Jepang pada 29 April 1945, bertepatan dengan hari ulang tahun Kaisar
Hirohito. Sebelum membentuk BPUPKI, Jepang tengah dalam kondisi terdesak karena kalah di Perang Asia
Pasifik pada akhir 1944. Di sisi lain, rakyat Indonesia pun kian gencar melakukan pemberontakan di
berbagai daerah untuk menuntut kemerdekaan. Untuk keluar dari kondisi terdesak itu, Jepang akhirnya
memutuskan memenuhi janji memberikan kemerdekaan kepada rakyat Indonesia. Langkah awal yang
diambil Jepang untuk memenuhi janji tersebut adalah dengan membentuk BPUPKI. Meski, Jepang
sebenarnya memiliki motif lain dalam pembentukan BPUPKI, yaitu menarik simpati rakyat Indonesia dan
mempertahankan sisa-sisa kekuatan mereka. Akan tetapi, rencana Jepang tidak berjalan dengan baik.
BPUPKI justru serius dan berhasil mempersiapkan kemerdekaan Indonesia. Setelah menyelesaikan tugasnya
dengan baik, BPUPKI dibubarkan pada 7 Agustus 1945, kemudian Jepang membentuk Panitia Persiapan
Kemerdekaan Indonesia (PPKI). PPKI bertugas meneruskan persiapan kemerdekaan Indonesia dan memulai
sidang pada 18 Agustus 1945, sehari setelah proklamasi.
2. Pengeboman Hiroshima dan Nagasaki
Peristiwa penting kedua yang terjadi sebelum proklamasi kemerdekaan Indonesia adalah jatuhnya dua
kota penting Jepang, Hiroshima dan Nagasaki. Hiroshima dibom pada 6 Agustus 1945. Tiga hari kemudian,
pada 9 Agustus 1945, Sekutu menjatuhkan bom di Nagasaki. Dua kota penting itu hancur oleh serangan
Sekutu sehingga membuat Jepang semakin tak berdaya. Kekalahan Jepang dari Sekutu pun sudah berada di
depan mata. Kondisi itu tentu saja menguntungkan bagi Indonesia yang merupakan jajahan Jepang. Sebab,
kekalahan Jepang memberi peluang bagi Indonesia untuk segera merdeka.
3. Jepang Menyerah Tanpa Syarat
Setelah Hiroshima dan Nagasaki dibom, Jepang pun menyerah tanpa syarat kepada Sekutu. Jepang
resmi memutuskan menyerah tanpa syarat kepada Sekutu pada 14 Agustus 1945. Pernyataan resmi Jepang
menyerah kepada Sekutu disampaikan langsung oleh Kaisar Hirohito melalui siaran radio nasional pada 15
Agustus 1945. Dengan menyerahnya Jepang, Perang Dunia II pun resmi berakhir. Sementara itu, status
Indonesia yang merupakan negara jajahan Jepang, menjadi vacuum of power atau terjadinya kekosongan
kekuasaan. Jepang sebenarnya berusaha mencegah agar berita mereka menyerah kepada Sekutu tidak sampai
ke Indonesia. Namun, salah satu tokoh Indonesia, yakni Sutan Sjahrir, telah mendengar kabar Jepang
menyerah tanpa syarat kepada Sekutu. Sjahrir pun segera menyampaikan kabar tersebut kepada golongan
muda yang kemudian bergegas mendesak dua tokoh penting bangsa Indonesia, Soekarno dan Mohammad
Hatta, untuk segera memproklamasikan kemerdekaan.
4. Peristiwa Rengasdengklok
Setelah mendengar kabar Jepang menyerah tanpa syarat kepada Sekutu, golongan muda mendesak
proklamasi kemerdekaan Indonesia segera diumumkan. Namun, golongan tua berpendapat bahwa
12

proklamasi kemerdekaan Indonesia sebaiknya dilakukan secara terstruktur dan mendapatkan pengakuan dari
negara lain. Perbedaan pandangan itu kemudian membuat golongan muda berinisiatif "menculik" Soekarno
dan Moh Hatta ke Rengasdengklok pada 16 Agustus 1945. Soekarno dan Hatta dibawa ke Rengasdengklok
demi menjauhkan dua tokoh penting bangsa Indonesia itu dari pengaruh Jepang. Penculikan Soekarno dan
Hatta oleh golongan muda ini disebut sebagai Peristiwa Rengasdengklok. Setelah satu hari berada di
Rengasdengklok, Soekarno dan Hatta akhirnya setuju untuk memproklamasikan kemerdekaan Indonesia
selambat-lambatnya pada 17 Agustus 1945.
5. Penyusunan Naskah Proklamasi
Setelah kembali dari Rengasdengklok, Soekarno segera menemui Laksmana Maeda yang bersimpati
terhadap perjuangan bangsa Indonesia. Laksmana Maeda mengizinkan rumahnya untuk dijadikan tempat
penyusunan naskah proklamasi. Sebelum pertemuan diadakan, Soekarno-Hatta menemui Mayjen Nisyimura
untuk mengetahui sikap pemerintah Jepang mengenai proklamasi kemerdekaan. Setelah menyerah kepada
Sekutu, ternyata Jepang bertugas menjaga kekosongan (status quo) di Indonesia yang akan diserahkan
kepada Sekutu. Sikap itulah yang mengakibatkan Soekarno-Hatta sepakat akan memproklamasikan
kemerdekaan, terlepas dari pengaruh Jepang. Penyusunan naskah proklamasi selesai pada 17 Agustus 1945
pukul 04.00 WIB, naskah tersebut ditulis tangan oleh Ir. Soekarno, setelah itu dibacakan dihadapan para
pemimpin bangsa Indonesia yang hadir waktu itu. Setelah selesai pembacaan, seluruh peserta yang hadir
disarankan ikut menandatangani, tetapi Soekarni mengusulkan agar naskah proklamasi hanya ditandatangai
oleh Ir. Soekarno dan Moh. Hatta atas nama bangsa Indonesia. Akhirnya, usul tersebut diterima oleh semua
pihak. Naskah proklamasi yang ditulis tangan oleh Ir.soekarno, setelah diadakan beberapa perubahan, diketik
oleh Sayuti Melik. Perubahan diantaranya adalah tempoh menjadi tempo, wakil bangsa Indonesia menjadi
atas nama bangsaa Indonesia, dan Djakarta 17-08- 05 menjadi Djakarta hari 17 bulan 8 tahoen 05. Kemudian
naskah yang telah diketik oleh Sayuti Melik ditandatangani oleh Soekarno-Hatta atas nama bangsa
Indonesia, naskah tersebut dinamakan Naskah Proklamasi Kemerdekaan Indonesia yang autentik.
Setelah selesai menyusun naskah proklamasi,
pembicaraan berikutnya adalah mengenai tempat
dibacakannya naskah proklamasi. Soekarni
mengusulkan agar proklamasi dibacakan di lapangan
Ikada, tetapi usul ini ditolak dengan alasan keamanan
karena dikhawatirkan terjadi bentrok dengan tentara
Jepang. Atas usul dari Ir. Soekarno, proklamasi
dibacakan di rumahnya di Jalan Pegangsaan Timur no.
56, Jakarta Pusat.

C. Proklamasi Kemerdekaan Indonesia


Upacara Proklamasi Kemerdekaan Indonesia pada 17
Agustus 1945 dilaksanakan di rumah Ir. Soekarno Jalan
Pegangsaan Timur No. 56 Jakarta Pusat. Upacara ini
dimulai pukul 10,00 WIB, disusun dengan sangat
sederhana, tetapi dilaksanakan dengan penuh khidmat.
Setelah pembacaan proklamasi oleh Ir, Soekarno,
dikibarkan bendera pusaka yang dijahit oleh Fatmawati.
Pengibaran bendera pusaka dilakukan oleh Suhud dan Latief Hendraningrat. Pada saat pengibaran bendera,
peserta yang hadir serempak menyanyikan lagu Indonesia Raya ciptaan W.R. Supratman. Naskah
proklamasi dibacakan oleh Ir. Soekarno secara tegas dan mantap. Dengan dibacakan naskah proklamasi,
berarti bangsa Indonesia yang selama ratusan tahun dijajah bangsa asing berubah menjadi bangsa yang
merdeka, memiliki derajat yang sama dengan bangsa-bangsa lain yang ada di dunia.
D. Makna Proklamasi Bagi Kehidupan Bangsa Indonesia
Naskah proklamasi yang sangat singkat memiliki makna yang sangat besar bagi sejarah perkembangan
bangsa Indonesia. Kalimat pertama yang berbunyi “Kami bangsa Indonesia dengan ini menyatakan
kemerdekaannya” mengandung makna pernyataan kemerdekaan bangsa Indonesia. Sejak 17 Agustus 1945
bangsa Indonesia sudah menjadi bangsa yang merdeka, berdaulat, dan bebas menentukan pemerintahan
sendiri. Kemerdekaan yang telah diraih oleh bangsa Indonesia merupakan tanda dimulainya suatu
revolusi, dari bangsa yang terjajah menjadi bangsa yang merdeka.
13

Kalimat kedua yang berbunyi “Hal-hal yang mengenai


pemindahan kekuasaan dan lain- lainnya, diselengarakan
dengan cara seksama dan dalam tempo yang sesingkat-
singkatnya”, mengandung makna bahwa telah tarjadi
pemindahan kekuasaan dari penjajah ke bangsa Indonesia
dalam waktu yang singkat. Setelah proklamasi bangsa
Indonesia dapat membentuk negara sendiri, untuk mengatur
kekuasaannya. Proklamasi kemerdekaan Indonesia
merupakan jembatan emas untuk mengantarkan bangsa
Indonesia menjadi bangsa yang sejahtera, adil dan makmur.
Oleh sebab itu, proklamasi kemerdekaan Indonesia merupakan puncak perjuangan bangsa Indonesia.

TUGAS 3
1. Perlawanan rakyat yang dilakukan untuk mengusir Jepang dibedakan menjadi dua, yaitu;
perlawanan bersenjata dan perlawanan tidak bersenjata. Tuliskan dan jelaskan 1 (satu) contoh
perlawanan bersenjata yang dilakukan untuk mengusir Jepang!
2. Jelaskan dengan singkat apa yang Anda ketahui tentang pemberontakan PETA!
3. Perlawanan rakyat yang dilakukan untuk mengusir Jepang dibedakan menjadi dua, yaitu;
perlawanan bersenjata dan perlawanan tidak bersenjata. Carilah informasi dari sumber lain
(Internet/Buku), kemudian jelaskan tentang perlawanan tidak bersenjata yang dilakukan untuk
mengusir Jepang!
4. Bagaimana kehidupan sosial bangsa Indonesia pada masa penjajahan Jepang?
5. Bagaimana kehidupan ekonomi bangsa Indonesia pada masa penjajahan Jepang?
6. Tuliskan dasar negara yang diusulkan:
a. Mr. Muh. Yamin (29 Mei 1945)
b. Prof. Dr. Soepomo (31 Mei 1945)
c. Ir. Soekarno ( 1 Juni 1945)
7. Tuliskan isi “Piagam Jakarta”!
8. Jelaskan yang Anda ketahui tentang BPUPKI!
9. Carilah informasi dari sumber lain (Internet/Buku), tentang peristiwa Rengasdengklok, kemudian
tuliskan apa yang Anda ketahui tentang peristiwa Rengasdengklok!
10. Hari lahir pancasila diperingati setiap tanggal.......
11. Apa yang kamu ketahui tentang “Panitia sembilan”!
12. Siapa orang pertama yang mengibarkan bendera merah putih?
13. Buatlah tulisan/paparan dari peristiwa penting dalam sejarah Indonesia yang terkait dengan
gambar berikut!

Anda mungkin juga menyukai