Anda di halaman 1dari 9

Perlawanan terhadap

Persekutuan Dagang
Anggota Kelompok

Alfonso Jeffry Alvino Chiko Chrisella Chow Rosemery Twinta


03 04 11 26
1.Sultan Baabullah Mengusir Portugis
2.Perlawanan Aceh
3.Ketangguhan "Ayam Jantan dari Timur"
4.Serangan Mataram terhadap VOC
Sultan Baabullah Mengusir Portugis
Setelah berhasil menguasai Malaka pada 1511, Bangsa Portugis melanjutkan perjalanan ke Maluku. Tujuan utamanya
menguasai rempah-rempah di Ternate atau Maluku. Awalnya, kedatangan Bangsa Portugis disambut hangat oleh raja dan
rakyat Ternate. Bahkan Portugis diberi kesempatan mendirikan benteng dan hak monopoli perdagangan cengkeh.
Keserakahan Portugis dan ketentuan harga cengkeh yang terlalu rendah membuat rakyat Ternate atau Maluku sengsara.
Permusuhan antar keduanya pun tidak dapat dihindarkan.

Di Ternate, terjadi pertempuran antara tentara Portugis melawan tentara Sultan Hairun sejak tahun 1550. Pada tahun 1570,
Sultan Hairun dibunuh oleh Portugis. Akibatnya, pengganti Sultan Hairun yang sekaligus putranya, yaitu Sultan Baabullah,
bersumpah akan terus memusuhi Portugis dan mengepung benteng Portugis di Ternate. Benteng ini berhasil bertahan selama
empat tahun, hingga akhirnya tentara Sultan Baabullah berhasil menjebol pertahanan benteng. Portugis tidak dapat mengirim
bala bantuan karena Malaka sedang dikepung oleh Kesultanan Aceh.undefined

Dengan demikian, latar belakang terjadinya perlawanan Sultan Baabullah serta masyarakat Ternate adalah karena keserakahan
Portugis dalam menguasai perdagangan rempah-rempah dan tindakan Portugis yang berbuat sewenang-wenang terhadap
rakyat Ternate. Di samping itu, terdapat sebab khusus perlawanan, yaitu terbunuhnya Sultan Hairun oleh Portugis yang
mengakibatkan kemarahan dari Sultan Baabullah.
Perlawanan Aceh
pada masa tahun 1500-1600 terjadi persaingan bandar perdagangan antara Aceh, Johor dan Malaka yang dikuasai oleh
Portugis. Aceh dipimpin oleh seorang pemimpin yang tangguh bernama Sultan Iskandar Muda. Di masa pemerintahannya ia
berhasil menakhlukan berbagai wilayah seperti di Aru dan di Johon hingga menyebabkan Aceh menjadi negara yang terkuat
di Nusantara bagian barat.
Penyerangan di Malaka: Dalam Sejarah Indonesia: Masuknya Islam Hingga Kolonialisme (2020) oleh Ahmad Fakhri
Hutauruk, dikatakan Aceh ingin menyerang Malaka. Penyerangan Aceh di Malaka mengalami kekalahan yang besar hingga
kehilangan seluruh kapalnya dengan 19.000 prajuritnya. Dari peristiwa tersebut, Aceh tidak ingin menyerang Malaka.

Di samping itu Aceh tidak bisa menjadi kerajaan besar karena adanya intrik-intrik yang dijalankan di dalam istananya
sendiri. Baik yang berada di dalam kekuasaan elit maupun di daerah, hingga sepeninggal Sultan Iskandar Muda, Johor
akhirnya berhasil menegakan pengaruhnya kembali di Semenanjung Malaya dan kawasan bagian Selatan.

Johor bekerjasama dengan VOC untuk menguasai Malaka. Pada tahun 1551. Johor dengan berani menguasai Malaka dan
munculah persekutuan Johor-VOC yang melawan kedudukan Portugis di Nusantara, hingga pada tahun 1641, VOC berhasil
menduduki Malaka.
Ketangguhan"Ayam Jantan dari
Timur"
Sultan Hasanuddin adalah Raja Gowa di Sulawesi Selatan. Suatu ketika Kerajaan Gowa dan Kerajaan Bone
berselisih paham.Hal ini dimanfaatkan VOC dengan mengadu domba kedua kerajaan tersebut. VOC
memberikan dukungan,sehingga Kerajaan Bone menang saat perang dengan Gowa tahun 1666. Sultan
Hassanuddin dipaksa menandatangani Perjanjian Bongaya pada 18 November 1667.Perjanjian Bongaya adalah
perjanjian antara Sultan Hasanuddin dan VOC.
Isi dari perjanjian Bongaya:
a) Belanda memperoleh monopoli dagang rempah-rempah di Makassar
b) Belanda mendirikan benteng pertahanan di Makassar
c) Makassar harus melepaskan daerah kekuasaannya berupa daerah di luar Makassar:
d) Aru Palaka diakui sebagai Raja Bone.
Perjanjian Bongaya memangkas kekuasaan Kerajaan Gowa sebagai kerajaan terkuat di Sulawesi.
Serangan Mataram terhadap VOC
Serangan pertama Sultan Agung terhadap VOC dilaksanakan tanggal 22 Agustus 1628. Dalam serangan itu, pasukan
Mataram dipimpin oleh Tumenggung Bahureksa. Tumenggung Bahureksa memimpin sekitar 10.000 prajurit Mataram
yang langsung menyerang VOC dengan dahysat. Namun, VOC langsung menembakkan meriam-meriamnya tiada
henti yang memporak-porandakan prajurit Mataram. Pasukan Mataram pun satu per satu mulai gugur. Dengan
demikian, serangan pertama yang dilakukan pasukan Mataram terhadap VOC mengalami kegagalan. Tidak kurang dari
1.000 prajurit Mataram tewas dalam pertempuran.

Setelah gagal di serangan pertama, Sultan Agung melancarkan serangan kedua Kiai Adipati Juminah, K.A. Puger,
pada 1629. Persiapan prajurit Mataram pada serangan kedua ini terbilang jauh lebih matang dengan kekuatan yang
lebih besar. Total ada 14.000 prajurit Mataram dikerahkan untuk menyerang VOC. Mereka mendirikan lumbung-
lumbung padi di daerah Tegal dan Cirebon sebagai perbekalan selama bertempur. Akan tetapi, rupanya VOC
mengetahui hal tersebut sehingga lumbung-lumbung tersebut dibakar oleh VOC. Akibatnya, pasukan Mataram tidak
memiliki persediaan makanan apa pun. Kesimpulannya, Mataram kembali mengalami kegagalan dalam serangan
keduanya terhadap VOC. Setelah Sultan Agung wafat pada 1645, Mataram pun jatuh ke tangan VOC.
Ada yang ingin
bertanya?
Terima kasih!

Anda mungkin juga menyukai