Anda di halaman 1dari 2

PERLAWANAN PADA MASA VOC

Vereenigde Oost-Indische Compagnie (VOC) atau Kongsi Dagang Hindia Belanda didirikan
pada 1602 oleh Belanda. Tujuan pembentukan VOC adalah untuk menguasai dan
memonopoli perdagangan rempah-rempah di Asia, terutama Indonesia.
1. Perlawanan Kesultanan Mataram
Awalnya hubungan mereka baik-baik saja, Mataram pun mengizinkan VOC
mendirikan benteng sebagai kantor perwakilan dagang. Konflik pertama antara
Mataram dan VOC terjadi pada 8 November 1618, ketika Gubernur Jenderal VOC,
Jan Pieterzoon Coen memerintahkan anggotanya menyerang Jepara dan penyerangan
ini membuat Mataram mengalami kerugian yang sangat besar. Sultan Agung
menyerang VOC sebanyak 2 kali.
Serangan pertama
Serangan pertama Sultan Agung terhadap VOC dilaksanakan tanggal 22 Agustus
1628. Dalam serangan itu, pasukan Mataram dipimpin oleh Tumenggung Bahureksa
dengan membawa sekitar 10.000 prajurit Mataram, yang akan langsung menyerang
VOC dengan dahysat. Namun, VOC langsung menembakkan meriam-meriamnya
tiada henti hingga pasukan Mataram pun satu per satu mulai gugur. Tidak kurang dari
1.000 prajurit Mataram tewas dalam pertempuran.
Serangan kedua
Setelah gagal di serangan pertama, Sultan Agung melancarkan serangan kedua yang
dipimpin oleh Kiai Adipati Juminah, K.A. Puger, dan K.A. Purabaya pada 1629.
Persiapan pada serangan kedua ini jauh lebih matang. Ada 14.000 prajurit Mataram
yang dikerahkan. Mereka mendirikan lumbung-lumbung padi di beberapa daerah
sebagai perbekalan selama bertempur. Akan tetapi, rupanya VOC mengetahui hal
tersebut sehingga lumbung-lumbung tersebut dibakar oleh VOC. Akibatnya, pasukan
Mataram tidak memiliki persediaan makanan apa pun.
Kesimpulannya, Mataram kembali mengalami kegagalan dalam serangan keduanya
terhadap VOC. Setelah Sultan Agung wafat pada 1645, Mataram pun jatuh ke tangan
VOC.
2. Perlawanan Kesultanan Gowa atau Makassar
Mulanya hubungan antara VOC dan Makassar berjalan baik. Makassar memiliki
posisi yang sangat strategis hal inilah yang membuat VOC ingin menguasai Gowa dan
pelabuhan Somba Opu dengan menerapkan monopoli perdagangan. Meski begitu,
Sultan Hasanuddin menentang VOC yang ingin melakukan monopoli perdagangan di
Gowa. VOC pun kemudian melakukan politik adu domba dengan menjalin hubungan
dengan Aru Palaka yang merupakan seorang pangeran Bugis dari Bone. Pada tanggal
7 Juli 1667 terjadilah perang Gowa, di mana VOC menyerang Gowa dengan dibantu
pengikut Aru Palaka. Pasukan Sultan Hasanuddin harus menyerah terhadap VOC
karena kalahnya persenjataan dan jumlah pasukan. Akhirnya, Sultan Hasanuddin
dipaksa untuk menandatangani perjanjian Bongaya pada 18 November 1667.
Berikut isi Perjanjian Bongaya antara Sultan Hasanuddin dengan VOC.

 VOC mendapatkan wilayah yang direbut selama perang


 Bima diserahkan kepada VOC
 Kegiatan pelayaran para pedagang Makassar dibatasi di bawah pengawasan
VOC
 Penutupan Makassar sebagai bandar perdagangan dengan bangsa Eropa, selain
VOC, dan monopoli oleh VOC
 Alat tukar/mata uang yang digunakan di Makassar adalah mata uang Belanda
 Pembebasan cukai dan penyerahan 1.500 budak kepada VOC
 Kendati demikian, Perjanjian Bongaya baru terlaksana pada 1669 karena
Sultan Hasanuddin masih melakukan perlawanan kembali.
3. Tokoh yang Terlibat
Sultan Agung
Sultan Agung Adi Prabu Anyakrakusuma lahir di Kutagede, Mataram, 1593 dan
meninggal di Karta, Mataram, 1645 adalah sultan Mataram ketiga yang memerintah
dari tahun 1613-1645. Seorang sultan sekaligus senapati ing ngalaga (panglima
perang) yang terampil ia membangun negerinya dan mengkonsolidasikan
kesultanannya menjadi kekuatan teritorial dan militer yang besar. Sultan Agung
merupakan penguasa lokal pertama yang secara besar-besaran melakukan perlawanan
dengan Belanda yang kala itu hadir lewat kongsi dagang VOC.
Sultan Hasanuddin
Sultan Hasanuddin adalah Sultan Gowa ke-16 yang memimpin Kerajaan Islam Gowa-
Tallo dari tahun 1653-1669. Ia lahir pada 12 Januari 1631 di Makassar, Sulawesi dan
meninggal pada usia 39 tahun pada 12 Juni 1670 di Gowa, Sulawesi. Ia dikenal
sebagai pemimpin yang sangat gigih melawan Belanda dan pandai dalam berdagang.
Sultan Hasanuddin pun diangkat menjadi salah satu Pahlawan Nasional pada 6
November 1973. Sultan Hasanuddin merupakan salah satu raja dari timur yang
populer berkat kegigihannya melawan Belanda pada masa penjajahan. Kegigihan
Sultan Hasanudin ini membuatnya mendapatkan julukan De Haantjes van Het Osten
dari Belanda yang artinya Ayam Jantan dari Timur.

Anda mungkin juga menyukai