Ahmad Fakhruddin
Fariz Ahmad Fahreza
Rafly Aditya Nugraha
Delia Putri Indahsari
Irena Juniar Sitanggang
Nur Nopiana Fitri
Verlyn Chrestella
PERLAWANAN BANTEN
Sejarah Perlawanan Banten:
2. Pada masa kolonial, Banten merupakan salah satu kesultanan yang sangat maju sehingga
banyak menarik pedagang untuk singgah di sana, salah satunya Belanda. Di bawah
kepemimpinan Sultan Ageng Tirtayasa sekitar tahun 1650-an, Banten mulai mengalami
perkembangan pesat dan menjadi daerah yang populer. Kondisi ini kemudian membuat VOC
tertarik untuk memonopoli perdagangan di kawasan pesisir Jawa, termasuk Banten. Untuk bisa
mengambil alih wilayah Banten, VOC melakukan Devide et Impera atau Politik Adu Domba.
VOC menghasut putra mahkota Sultan Haji untuk merebut kekuasaan sang ayah, Sultan Ageng
Tirtayasa. Kala itu, Sultan Haji sedang tidak akur dengan sang ayah. Belanda kali pertama
datang ke Indonesia pada 1596, di bawah pimpinan Cornelis de Houtman, tepatnya di Banten,
Jawa Barat. Namun, kala itu, Belanda langsung diusir oleh penduduk pesisir Banten karena
mereka dianggap kasar dan sombong. Ketidaksukaan rakyat Banten terhadap Belanda berlanjut
hingga 1656. Kala itu, Banten dipimpin oleh Sultan Ageng Tirtayasa.
Perlawanan rakyat Mataram Islam terhadap VOC dilakukan sebanyak dua kali.
Perlawanan pertama pada tanggal 22 Agustus 1628, pasukan Mataram Islam yang
dipimpin Tumenggung Baureksa menyerang VOC di Batavia.
Perlawanan kedua pada tahun 1629, pasukan Mataram Islam kembali menyerang
Batavia
Perlawanan terjadi pada Sultan Hasanudin Sultan Hasanuddin memimpin pasukannya melawan VOC dan
tahun 1666-1669 Aru Palaka menimbulkan kerugian besar bagi Belanda.VOC kemudian
Gubernur Jendral Matsuyker mendatangkan bala bantuan dari Batavia yang membuat pasukan
Spelmsn Goa-Tallo terdesak,sehingga bersedia menerima perjanjian Bongaya
yang diajukan VOC yang isinya sangat merugikan Goa-Tallo, Sultan
Hasanuddin kembali bertempur melawan VOC meski akhirnya
kalah saat mempertahankan Benteng Samba Upo , 12 Juni 1669.
Saat berperang melawan kerajaan Goa-Tallo, VOC berkoalisi
dengan Kerajaan Bone yang dipimpin Raja Aru Palaka.
• Makassar harus mengakui monopoli VOC
• Wilayah Makassar dipersempit hingga tiggal
Gowa saja
• Makassar harus membayar ganti rugi
peperangan
• Hasanuddin harus mengakui Arung Palakka
sebagai Raja Bone
• Gowa tertutup bagi orang asing selain VOC