Anda di halaman 1dari 9

GOWA TALLO

TERHADAP VOC
kelompok : 07
1.M. fatih al adiyat
2.Ahmad Ramadhan umar
3.Dedek adrian saputra
4.Aliyul azim
LATAR BELAKANG
TERJADINYA PERLAWANAN
Kerajaan Gowa terletak di tengah-tengah lalu-
lintas pelayaran dan perdagangan yang ramai antara
Indonesia bagian barat dan Indonesia bagian timur.
Kerajaan ini menjadi pusat perhubungan antara
Pulau Jawa, Pulau Kalimantan dengan Kepulauan
Maluku yang menjadi surganya rempah-rempah. Faktor
inilah yang membuat kongsi dagang Hindia-Belanda
ini ingin menguasai dan memonopoli perdagangan di
wilayah ini.

Namun untuk memonopoli perdagangan di Gowa pada


abad 17, kongsi dagang yang memiliki nama lengkap
Vereenigde Oostindische Compagnie ini sedikit
tertatih-tatih. Kesulitan tersebut terjadi karena
Kerajaan Gowa sedang dipimpin oleh seorang raja
yang sangat menentang keras praktik monopoli
perdagangan VOC.
LATAR BELAKANG
TERJADINYA PERLAWANAN
VOC menginginkan hak monopoli perdagangan di kawasan Indonesia
Timur dan VOC melakukan blokade terhadap kapal-kapal yang akan
berlabuh di Somba Opu.

Untuk menghadapi tindakan VOC yang semena-mena, Sultan


Hasanudin memperkuat pasukan dengan memerintahkan kerajaan
bawahan di Nusa Tenggara untuk mengirimkan prajuritnya.
Sedangkan di sisi lain, VOC menggunakan politik devide et
Impera

Politik Divide et impera merupakan kombinasi strategi orang


belanda dalam hal politik, militer, dan ekonomi yang bertujuan
mendapatkan dan menjaga kekuasaan dengan cara memecah kelompok
besar menjadi kelompok-kelompok kecil yang lebih mudah
ditaklukkan.

dengan meminta bantuan Arung Palaka dari Kesultanan Bone. Arung


Palaka menerima permintaan dari VOC dengan alasan ingin
membalas kekalahannya atas GowaTallo dan merebut kembali
kemerdekaan Bone
peran tokoh
Kerajaan Gowa Tallo atau Kerajaan Makassar adalah salah satu
kerajaan Islam yang berdiri di Kabupaten Sulawesi Selatan.

Pada masa kepemimpinan Sultan Hasanuddin, raja ke-16 Kerajaan


Gowa yang lahir pada 12 Januari 1631. Sebelum menjadi raja,
nama asli beliau ialah I Mallombasi Muhammad Bakir Daeng
Mattawang Karaeng Bonto Mangepe. Setelah ia naik tahta,
barulah ia bergelar Sultan Hasanuddin.
proses & strategi
perlawanan
Sultan Hasanuddin mengawali perlawanan dengan VOC pada tahun 1660. Di bawah
komando Sultan Hasanuddin, pasukan Kerajaan Gowa yang terkenal dengan
ketangguhan armada lautnya mulai mengumpulkan kekuatan bersama kerajaan-
kerajaan kecil lainnya untuk menentang dan melawan VOC.

VOC dibawah JC Speelman membawa sekitar 1900 prajurit dan 21 armada kapal
perang.

VOC yang melihat Kerajaan Gowa memperkuat pasukan tidak tinggal diam. VOC
juga menjalin kerja sama dengan Kerajaan Bone yang sebelumnya memiliki
hubungan kurang baik dengan Kerajaan Gowa. Hal inilah yang dimanfaatkan
oleh VOC untuk menghimpun kekuatan untuk menghancurkan Kerajaan Gowa.
Namun, armada militer Kerajaan Gowa masih terlalu tangguh untuk dihancurkan
VOC dan para sekutunya

Pada 1663, pemimpin Kerajaan Bone yang bernama Arung Palakka melarikan diri
ke Batavia untuk menghindari kejaran tentara Kerajaan Gowa. Di pusat
pemerintahan Hindia-Belanda itu ia berlindung sekaligus meminta bantuan
yang jauh lebih besar dari VOC untuk menghancurkan Kerajaan Gowa
proses & strategi
perlawanan

Setelah 3 tahun, pada 24 November tahun 1966 pun terjadi pergerakan besar-
besaran yang dilakukan pasukan VOC di bawah pimpinan Laksamana Cornelis
Janszoon Speelman. Armada laut VOC meninggalkan pelabuhan Batavia menuju ke
Sombaopu (ibukota Gowa).

Pada tanggal 19 Desember 1666 armada VOC yang kuat ini sampai di depan
Sombaopu, ibukota dan sekaligus pelabuhan Kerajaan Gowa. Speelman mula-mula
mau menggertak Sultan Hasanudin, namun karena Sultan Hasanuddin tidak
gentar Speelman segera menyerukan tuntutan agar kerajaan Gowa membayar
segala kerugian yang berhubungan dengan pembunuhan orang-orang Belanda oleh
orang Makassar.

Maka terjadilah tembak-menembak dan duel meriam yang seru antara kapal-
kapal armada VOC dengan benteng-benteng pertahanan kerajaan Gowa.

Akhirnya, setelah tak kuat menahan gempuran dari VOC dan pasukan Kerajaan
Bone, Sultan Hasanuddin pun dipaksa menandatangani Perjanjian Bongaya pada
18 November 1667.
PERJANJIAN BONGAYA YG
INTINYA BERISI:

• VOC diperbolehkan memonopoli perdagangan


di kawasan Indonesia Timur
• Semua orang asing diusir dari Gowa-Tallo,
kecuali VOC
• Gowa Tallo mengganti biaya kerugian perang
• Beberapa wilayah kekuasaan Gowa-Tallo
diserahkan kepada VOC
AKHIR PERLAWANAN
Meski tak bisa mengusir bangsa Barat, hingga akhir
hayatnya Sultan Hasanuddin masih bersikukuh tidak mau
bekerja sama dengan Belanda. Kegigihan tersebut dibawa
sampai ia wafat pada 12 Juni 1670 di kabupaten Gowa,
Sulawesi Selatan.

Selama perlawanannya, Sultan Hasanuddin diberi julukan


De Haantjes van Het Oosten yang berarti Ayam Jantan
dari Timur karena semangat dan keberaniannya dalam
menentang monopoli yang dilakukan VOC.

KESIMPULAN
Hasrat VOC untuk menguasai
perdagangan rempah di
Nusantara selalu memicu
konflik terhadap masyarakat di
daerah yang dikunjunginya.

Anda mungkin juga menyukai