DARI TIMUR
IPS
Anggota Kelompok:
1. Dini Saravi
2. Rihadatul Aisya Dwiki
3. Rafie Yohanza
4. Rahmat Rizky
Tiantoko
5. Rasyid Ferdian
Kelas: VIII.2
D. PERPERANGAN
Sultan Hasanuddin mengawali perlawanan dengan VOC pada tahun 1660.
Di bawah komando Sultan Hasanuddin, pasukan Kerajaan Gowa yang terkenal
dengan ketangguhan armada lautnya mulai mengumpulkan kekuatan bersama
kerajaan-kerajaan kecil lainnya untuk menentang dan melawan VOC.
VOC yang melihat Kerajaan Gowa memperkuat pasukan tidak tinggal diam.
VOC juga menjalin kerja sama dengan Kerajaan Bone yang sebelumnya memiliki
hubungan kurang baik dengan Kerajaan Gowa. Hal inilah yang dimanfaatkan oleh
VOC untuk menghimpun kekuatan untuk menghancurkan Kerajaan Gowa. Namun,
armada militer Kerajaan Gowa masih terlalu tangguh untuk dihancurkan VOC dan
para sekutunya.
Pada 1663, pemimpin Kerajaan Bone yang bernama Arung Palakka
melarikan diri ke Batavia untuk menghindari kejaran tentara Kerajaan Gowa. Di
pusat pemerintahan Hindia-Belanda itu ia berlindung sekaligus meminta bantuan
yang jauh lebih besar dari VOC untuk menghancurkan Kerajaan Gowa.
Setelah 3 tahun, pada 24 November tahun 1966 pun terjadi pergerakan
besar-besaran yang dilakukan pasukan VOC di bawah pimpinan Laksamana
Cornelis Janszoon Speelman. Armada laut VOC meninggalkan pelabuhan Batavia
menuju ke Sombaopu (ibukota Gowa). Pada tanggal 19 Desember 1666 armada
VOC yang kuat ini sampai di depan Sombaopu, ibukota dan sekaligus pelabuhan
Kerajaan Gowa. Speelman mula-mula mau menggertak Sultan Hasanudin, namun
karena Sultan Hasanuddin tidak gentar Speelman segera menyerukan tuntutan agar
kerajaan Gowa membayar segala kerugian yang berhubungan dengan pembunuhan
orang-orang Belanda oleh orang Makassar.
Karena peringatan dari VOC tidak diindahkan, Speelman mulai mengadakan
tembakan meriam yang gencar terhadap kedudukan dan pertahanan orang-orang
Gowa. Tembakan-tembakan meriam kapal-kapal VOC ini dibalas pula dengan
dentuman-dentuman meriam yang gencar pula dilancarkan oleh pihak Kerajaan
Gowa. Maka terjadilah tembak-menembak dan duel meriam yang seru antara
kapal-kapal armada VOC dengan benteng-benteng pertahanan kerajaan Gowa.
Pertempuran hebat terus terjadi. Armada VOC diperkuat oleh pasukan
Kerajaan Bone yang berada di bawah komando Arung Palakka. Akhirnya, setelah
tak kuat menahan gempuran dari VOC dan pasukan Kerajaan Bone, Sultan
Hasanuddin pun dipaksa menandatangani Perjanjian Bongaya pada 18 November
1667.
Perjanjian tersebut memukul telak Sultan Hasanuddin di mana ia harus
mengakui monopoli VOC yang selama ini ia tentang. Selain itu, ia juga harus
mengakui Arung Palakka menjadi Raja Bone. Wilayah Kerajaan Gowa pun
dipersempit. Akan tetapi, itu semua tidak serta-merta memadamkan semangat
juang Sultan Hasanuddin beserta para pasukannya. Perlawanan-perlawanan masih
terjadi pascaperjanjian, namun sayang tidak membuahkan hasil yang maksimal
sehingga VOC masih mendominasi di wilayah Sulawesi Selatan.
Sementara itu, beberapa kerajaan kecil bersiap-siap untuk melepaskan diri
dari kekuasaan Gowa. Arung Palakka dari Kerajaan Bone dengan dibantu Raja
Soppeng mengadakan pemberontakan. Tetapi pemberontakan itu dapat dikalahkan
Hasanuddin.