Anda di halaman 1dari 11

SEJARAH ISLAM DI INDONESIA

Kelompok 6

KERAJAANISLAMGOWATALLO

Disusun Oleh :
Andre Dwi Pangestu (06)

Bunga Deswary (08)

Claudia Agustine (09)

Lidya Annisa Ferdiani (19)

Sharon Shafina Anadea (32)

Muhammad Hafizh Risqullah (22)

SMA NEGERI 10 YOGYAKARTA

TAHUN AJARAN 2023/2024


2

Jl. Gadean No. 3 Ngupasan Yogyakarta

Kehidupan Pemerintahan

Kerajaan Makassar atau Gowa-Tallo merupakan salah satu kerajaan Islam di pulau Sulawesi.
Kerajaan Gowa Tallo mencapai puncak pada masa Sultan Hasanuddin. Sejarah Kerajaan Gowa-
Tallo terbagi dalam dua zaman, yaitu periode sebelum memeluk Islam dan setelah memeluk
Islam.

Kerajaan Gowa-Tallo merupakan gabungan dari dua kerajaan yang berasal dari keturunan sama,
yakni Kerajaan Gowa. Pada awalnya, di wilayah Gowa terdapat sembilan komunitas yang
dikenal dengan nama Bate Salapang atau Sembilan Bendera. Sembilan komunitas tersebut adalah
Tambolo, Lakiung, Saumata, Parang-parang, Data, Agangjene, Bisei, Kalili, dan Sero. Dengan
berbagai cara, baik damai ataupun paksaan, sembilan komunitas tersebut membentuk Kerajaan
Gowa. Tomanurung kemudian diangkat menjadi raja dan mewariskan Kerajaan Gowa kepada
putranya, Tumassalangga. Bukti genealogis dan arkeologis mengisyaratkan bahwa pembentukan
Kerajaan Gowa terjadi pada sekitar tahun 1300, di mana masyarakat dan penguasanya masih
menganut kepercayaan animisme. Kerajaan Gowa pernah terbelah menjadi dua setelah masa
pemerintahan Tonatangka Lopi pada abad ke-15. Dua putra Tonatangka Lopi, Batara Gowa dan
Karaeng Loe ri Sero, berebut takhta sehingga terjadilah perang saudara

Setelah Batara Gowa menang, Karaeng Loe ri Sero turun ke muara Sungai Tallo dan mendirikan
Kerajaan Tallo. Selama bertahun-tahun, dua kerajaan bersaudara ini tidak pernah akur. Hingga
pada akhirnya, Gowa dan Tallo bersatu dalam kesepakatan "dua raja tetapi satu rakyat" pada
1565. Setelah bersatu kembali, kerajaan ini disebut Kerajaan Gowa-Tallo atau Kerajaan
Makassar dengan sistem pembagian kekuasaan.

Puncak Kejayaan Makassar

Kerajaan Makassar mencapai puncak kejayaan pada masa pemerintahan Sultan Hasanuddin yaitu
pada tahun 1653 sampai tahun 1669.
3

Pada masa kepemimpinan Sultan Hasanuddin Makassar berhasil memperluas wilayah


kekuasaannya dengan menguasai daerah-daerah yang subur dan juga daerah-daerah yang dapat
menunjang keperluan untuk perdagangan di Makassar.

Sultan Hasanuddin juga berhasil menguasai Ruwu, Wajo, Soppeng, dan Bone. Perluasan daerah
Makassar hingga sampai ke Nusa tenggara Barat. Wilayah kekuasaan Makassar menjadi luas
sampai seluruh jalur perdagangan yang ada di Indonesia bagian timur juga dapat dikuasainya.

1. Peperangan Sultan Hasanuddin dengan VOC

Sultan Hasanudin dikenal sebagai raja yang anti kepada dominasi asing. Oleh karena itu Iya
sangat menentang kehadiran dan monopoli yang dipaksa oleh VOC yang pada saat itu telah
berkuasa di Ambon.

Akibat ketidaksenangan nya terhadap VOC hal tersebut menjadikan Batavia ( yang menjadi pusat
kekuasaan VOC di Hindia Timur) dan Ambon menjadi terhalang oleh adanya kerajaan Makassar.

Kondisi tersebut menimbulkan pertentangan di antara Sultan Hasanuddin dengan VOC yang
kemudian menyebabkan adanya peperangan. Peperangan antara Sultan Hasanuddin dengan VOC
terjadi di daerah Maluku.

2. Politik Adu Domba oleh Belanda

Sultan Hasanuddin menjadi pemimpin dari pasukannya untuk memporak-porandakan pasukan


Belanda yang berada di Maluku. Sehingga kedudukan dari Belanda menjadi terdesak.

Keberaniannya melawan Belanda membuat Sultan Hasanuddin dijuluki “Ayam Jantan dari Timur
oleh orang-orang Belanda sendiri. Dalam perang ini Hasanuddin tidak berhasil mematahkan
ambisi Belanda untuk menguasai Makassar. Dengan terpaksa, Makassar harus menyetujui
Perjanjian Bongaya (1667) yang isinya sesuai dengan keinginan Belanda, yaitu:

1. Belanda memperoleh monopoli dagang rempah-rempah di Makassar


4

2. Belanda mendirikan benteng pertahanan di Makassar


3. Makassar harus melepaskan daerah kekuasaannya berupa daerah di luar Makassar
4. Aru Palaka diakui sebagai Raja Bone

Usaha Belanda untuk mengakhiri peperangan dengan Makassar yaitu dengan melakukan politik
adu domba antara Makassar dengan kerajaan Bone (daerah kekuasaan Makasar).

Kerajaan Bone memiliki raja yang bernama Aru Palaka yang merasa dirinya dijajah oleh
Makassar, yang kemudian mengadakan persetujuan kepada VOC untuk melepaskan diri dari
kekuasaan Makassar. Hal itu menjadikan kerajaan Bone yaitu Aru palaka menjadi bersekutu
dengan VOC untuk menghancurkan Makasar.

Terjadinya persekutuan di antara mereka kemudian menjadikan Belanda dapat menguasai ibu
kota dari Kerajaan Makassar. Dan Makassar pun mau tidak mau harus mengakui kekalahannya
atas Belanda kemudian menandatangani perjanjian Bongaya pada tahun 1667 yang mana isinya
tentu sangat merugikan Kerajaan Makassar.

Keruntuhan Kerajaan Gowa Tallo

Sultan Hassanudin yang memiliki julukan Ayam Jantan dari Timur merupakan raja yang paling
terkenal. Pada masa kepemimpinannya, Gowa menikmati kejayaannya, namun pada akhir masa
pimpinannya pula kesultanan ini harus menghadapi keruntuhan.

Runtuhnya kerajaan ini dimulai etika Belanda mulai mencoba untuk menduduki Sulawesi Selatas
pada masa kepemimpinan Sultan Hassanudin. Meski begitu, Sultan Hassanudin berupaya untuk
tetap mempertahankan wilayahnya bahkan turut serta untuk membela bumi pertiwi dari jajahan
Belanda.

Belanda bekerja sama dengan raja Bone, dengan senang hati raja Bone yang notabenenya tidak
menyukai Gowa menerima ajakan tersebut. Setelah berperang dengan Belanda, naasnya Sultan
Hassanudin harus kalah dan menyerah dengan menandatangani perjanjian Bongaya yang sangat
merugikan wilayah Gowa Tallo.
5

Dari situlah kerajaan ini mulai melemah dan akhirnya runtuh perlahan.

Kehidupan Sosial

Kehidupan masyarakat Gowa Tallo terikat dengan norma yang mereka anggap sakral. Norma kehidupan
masyarakat tersebut diatur berdasarkan adat dan agama islam yang disebut pangadakkang. Selain itu
kehidupan sosial masyarakat Gowa Tallo juga masih bersifat feodal. Masyarakat Gowa Tallo terdiri atas
tiga kelas, yaitu karaeng (bangsawan), tumasaraq (rakyat biasa), dan ata ( hamba sahaya). Sultan
Hasanudin memajukan pendidikan dan kebudayaan islam sehingga banyak murid yang belajar agama
islam ke Banten.

Kehidupan Budaya

Predikat sebagai kerajaan maritim mempengaruhi aktivitas kebudayaan Kerajaan Gowa Tallo.
Hasil kebudayaan masyarakat Gowa Tallo yang masih kita temui hingga saat ini adalah perahu
pinisi. Pada masa kini perahu pinisi menjadi kebanggaan masyarakat Makassar dan Indonesia
karena perahu ini telah dikenal oleh seluruh dunia sebagai alat transportasi yang andal. Selain itu
juga berkembang kebudayaan lain seperti seni bangun, seni sastra, seni suara dan sebagainya.

Kehidupan Ekonomi

Kerajaan gowa-tallo atau yang biasa disebut dengan kerajaan Makassar merupakan kerajaan
maritim dan kemudian berkembang menjadi pusat perdagangan di wilayah Indonesia bagian
timur.

Kerajaan Gowa Tallo menjadi pusat perdagangan bukan tanpa alasan melainkan ditunjang oleh
beberapa faktor diantaranya yaitu:

1. Memiliki pelabuhan yang baik

2. Jatuhnya Malaka ke tangan Portugis pada tahun 1511 yang menyebabkan para pedagang
pindah ke wilayah Indonesia Timur
6

3. Letaknya yang strategis.

Gua sebagai pusat perdagangan kemudian wilayah Makassar berkembang menjadi pelabuhan
internasional yang banyak disinggahi oleh para pedagang asing seperti pedagang yang berasal
dari Portugis, Inggris, Denmark dan masih banyak lagi para pedagang yang datang ke Makassar.

Perdagangan dan juga pelayaran yang berada di Makassar diatur berdasarkan hukum niaga atau
yang disebut dengan ADE\\\\\\\’ ALOPING LOPING BICARANNA PABBALUE, peraturan
yang telah dibuat tersebut membuat perdagangan yang yang ada di wilayah Makassar menjadi
teratur dan juga mengalami perkembangan yang sangat pesat.

Selain menjadi tempat perdagangan Makassar juga mengembangkan an-naziat and pertanian
karena Makassar memiliki dan menguasai daerah-daerah yang subur yaitu di wilayah bagian
timur Sulawesi Selatan.

Kehidupan Keagamaan

Sebelum masuknya agama Islam, Masyarakat di wilayah Gowa menganut aliran animisme.
Kemudian ketika kepemimpinan Raja I Mangaru Daeng Manrabbia atau Sultan Alauddin I (Raja
Gowa pertama yang menganut agama Islam) Gowa Tallo menjadi pemerintahan Islam sehingga
satu – persatu masyarakatnya ikut menganut Islam.

Semenjak saat itu, Kerajaan Gowa berubah menjadi Kesultanan dan menjadi pusat dakwah Islam
di wilayah Sulawesi Selatan dan Indonesia Bagian Timur. Jika Aceh adalah Serambi Mekah,
maka kesultanan ini disebut juga dengan Serambi Madinah.

Perkembangan agama Islam di Gowa - Tallo tidak dapat dilepaskan dari ulama. Raja Gowa Tallo
yang mengundang ulama dari Kota Tengah. Minangkabau yang berada di Aceh untuk
mengajarkan Islam di Sulawesi Selatan. Ulama tersebut bersama Datuk ri Bandang, Datuk ri
Patimang dan Datuk ri Tiro. Ketiga ulama tersebut memiliki peran penting dalam Islamisasi di
wilayah Sulawesi Selatan.
7

Berkat usaha para ulama tersebut, pada 1605 penguasa Gowa - Tallo, Karaeng Matoaya memeluk
agama islam dan mendapatkan gelar Sultan Alauddin. Setelah beliau memeluk Islam, islamisasi
di wilayah Sulawesi Selatan semakin berkembang pesat. Pada masa pemerintahan beliau,
Kerajaan Gowa - Tallo menjadi pusat perdagangan dan penyebaran Islam di Sulawesi dan
Indonesia bagian timur. Pada pertengahan abad XVII Masehi, Syekh Yusuf Al - Makassari
mengembangkan sufisme dari tarekat Khaltawiyah.

Perkembangan islam yang pesat, tidak menghalangi Raja Gowa - Tallo untuk menjunjung sikap
toleransi dengan bangsa lain. Toleransi terlihat saat Sultan Hasanuddin menerima Prancisce
Viera, utusan Portugis yang membawa misi penyebaran agama Nasrani. Bahkan, sultan memberi
saham perdagangan kepada orang - orang portugis untuk membendung aksi monipoli
perdagangan yang dilakukan VOC.

Peninggalan - Peninggalan Bersejarah

1. Benteng Samba Opu

Peninggalan pertama sejarah Kerajaan Gowa Tallo adalah Benteng Somba Opu. Benteng
didirikan pada abad ke-16 saat kepemimpinan Raja Daeng Matanre Karaeng
Tumapa’risi’Kallonna.

Bendeng Somba Opu berada di Jalan Daeng Tata, Kelurahan Benteng Somba Opu, Kecamatan
Barombong, Kabupaten Gowa, Sulawesi Selatan. Benteng ini dulunya sempat menjadi pusat
perdagangan sebelum dikuasai oleh VOC pada 1669.

2. Istana Balla Lompoa


8

Istana Balla Lompoa berarti rumah besar atau kebesaran dalam bahasa Makassar. Istana ini
dibangun oleh Raja I Mangimingi Daeng Matutu pada tahun 1936 sebagai pusat kerajaan.

Bangunan ini terbuat dari bahan kayu jati bercorak arsitektur tradisional. Ada juga terdapat teknik
modern di beberapa bagian tertentu, misalnya di persambungan kayu menggunakan baut, bahkan
bagian dapurnya menggunakan bahan batu bata.

3. Masjid Tua Katangka

Masjid Katangka atau Masjid Al Hilal. Masjid ini terletak di Kecamatan Somba Opu, Sulawesi
Selatan. Masjid ini dibangun sekitar awal tahun 1600 dan merupakan yang tertua di Sulawesi
Selatan. Saat masa penjajahan Belanda, masjid ini digunakan sebagai benteng pertahanan.

4. Benteng Fort Rotterdam


9

Benteng Fort Rotterdam ini awalnya diberi nama Benteng Jumpandang. Benteng ini didirikan
saat kepemimpinan I Manrigau Daeng Bonto Karaeng Lakiung pada abad ke-16. Benteng ini
merupakan markas dari pasukan kerajaan Gowa Tallo yang terletak di tepi barat pantai kota
Makassar.

5. Batu Pallantikang

Batu Pallantikang, yang merupakan dua batu kapur menghimpit sebuah batu andesit dan
digunakan untuk pengambilan sumpah para raja kerajaan Gowa-Tallo. Dalam kepercayaan
masyarakat pada masa itu, batu ini dianggap sebagai batu dari kahyangan sehingga diyakini
memiliki tuah. Batu ini terletak di sebelah tenggara kompleks pemakaman Tamalate. Batu
Pallantikang merupakan batu yang terbentuk secara alami.

Daftar Pustaka

Hanif Pram & Muhammad Khadafi. (2023). Kerajaan Gowa Tallo


(https://www.pinhome.id/blog/kerajaan-gowa-tallo/, diakses 13 Mei)
10

Candra Setia Budi. (2023). 5 Peninggalan Sejarah Kerajaan Gowa Tallo yang Masih Ada Hingga
Sekarang (https://sulsel.inews.id/berita/5-peninggalan-sejarah-kerajaan-gowa-tallo-yang-masih-
ada-hingga
-sekarang, diakses 13 Mei)

Art3mis. (2021). Kehidupan Agama di Kerajaan Gowa


(https://id.scribd.com/document/497438008/Kehidupan-Agama-di-Kerajaan-Gowa, diakses 13
Mei)

Fida Nurfaiziah. (2021). Kerajaan Gowa Tallo: Sejarah, Kehidupan Masyarakat dan Peninggalan
(https://museumnusantara.com/kerajaan-gowa-tallo/, diakses 13 Mei)

Widya Lestari Ningsih. (2021). Kerajaan Gowa-Tallo: Letak, Kehidupan, Peninggalan, dan
Keruntuhan;
(https://www.kompas.com/stori/read/2021/04/21/163617279/kerajaan-gowa-tallo-letak-kehidupa
n-peninggalan-dan-keruntuhan, diakses 13 Mei)

Berita Terkini. (2022). Sejarah Politik dan Letak Kerajaan Islam Gowa Tallo di Indonesia
(https://kumparan.com/berita-terkini/sejarah-politik-dan-letak-kerajaan-islam-gowa-tallo-di-indo
nesia-1yxS0yCbVUu, diakses 13 Mei)

banteng samba opu


(http://regional.kompas.com/image/2018/01/29/07000081/benteng-somba-opu-saksi-sejarah-yan
g-terlantar?page=1, diakses 13 Mei)

Ibnu Munsir. 2022. Balla Lompoa, Istana Terakhir Kerajaan Gowa yang Kini Jadi Museum
(https://www.detik.com/sulsel/wisata/d-6342733/balla-lompoa-istana-terakhir-kerajaan-gowa-yan
g-kini-jadi-museum/amp#, diakses 13 Mei)

Abdul Kadir. 2021. Sejarah Masjid Tertua Katangka di Sulsel


(https://www.kabarmakassar.com/posts/view/14932/sejarah-masjid-tertua-katangka-di-sulsel.html
11

, diakses 13 Mei)

Benteng Fort Rotterdam


(http://www.kompas.com/stori/image/2021/08/19/140000379/benteng-fort-rotterdam-sejarah-fun
gsi-dan-kompleks-bangunan?page=1, diakses 13 Mei)

Alfian Nawawi. 2022.


(https://wartabulukumba.pikiran-rakyat.com/bulukumbanesia/amp/pr-873864758/batu-pallantika
ng-tujuh-batu-bersejarah-di-bulukumpa-toa-kabupaten-bulukumba, diakses 13 Mei)

Anda mungkin juga menyukai