Anda di halaman 1dari 14

KERAJAAN GOWA-TALLO

(KERAJAAN MAKASAR)

NAMA :Shofil chukaimah (25)


Sofia amalia putri (26)
Sofira agustina nur soleha (27)
Sulthan akbar al hayyu sugiant (28)
*Kerajaan Gowa Tallo merupakan salah satu
dari kerajaan Islam di Indonesia yang
menjadi simbol kejayaan Islam di Indonesia
bagian timur.

Pada pembahasan kali ini kita akan


mengupas tentang sejarah kerajaan Gowa
Tallo, peninggalan kerajaan Gowa Tallo,
Sumber sejarah kerajaan Gowa Tallo, dan
asal-usul kerajaan Gowa Tallo serta Silsilah
kerajaan Gowa Tallo.
* Selayang Pandang Kerajaan Gowa Tallo
* Sejarah Lengkap Kerajaan Gowa Tallo
* Sejarah Awal
* Keadaan Sosial-Budaya
* Para Raja dan Sultan Gowa
* Selayang Pandang
Gowa dan Tallo adalah dua kerajaan yang berdiri di daerah Sulawesi Selatan. Tahun
1605, raja Gowa yang bernama Daeng Manrabia dan raja Tallo yang bernama Karaeng
Matoaya memeluk agama Islam.
Kemudian keduanya menyatukan wilayah kedua kerajaan mereka dengan Daeng
Manrabia sebagai rajanya. Sementara, Karaeng Matoaya menjabat sebagai perdana
menteri.
Daeng Manrabia mengganti namanya menjadi Sultan Alauddin dan Karaeng Matoaya
mengganti namanya menjadi Sultan Abdullah.
Sebagai penganut Islam, kedua penguasa kerajaan tersebut dimusuhi oleh himpunan
pedagang Belanda di Hindia Timur (Vereenigde Oost Indische Compagnie = VOC) yang
ingin menguasai perdagangan di kawasan tersebut.
Hingga wafatnya pada tahun 1639, Sultan Alauddin tidak pernah mau menerima kapal-
kapal Belanda di pelabuhan-pelabuhan milik Gowa–Tallo.Sepeninggal Alauddin, tahta
raja diduduki oleh Sultan Muhammad Said. Seperti halnya ayahnya, Sultan Muhammad
Said tidak pernah mau berdamai dengan Belanda yang menurutnya licik dan suka
memaksa.
Tahun 1653, Sultan Muhammad Said digantikan oleh putranya yang bernama
Hasanuddin. Pada masa pemerintahan Sultan Hasanuddin inilah perseteruan dengan
VOC semakin memuncak.
Kondisi ini diperparah oleh terjadinya pemberontakan seorang bangsawan Bone yang
bernama Aru Palaka pada tahun 1660. VOC yang membenci Sultan Hasanuddin
memberikan bantuan pada Aru Palaka.
Sultan Hasanuddin dipaksa menandatangani perjanjian yang mengakui
monopoli VOC di wilayah kerajaannya. Isi perjanjian Bongaya adalah sebagai
berikut.
a. VOC memperoleh hak monopoli dagang di Makassar.
b. Belanda mendirikan benteng di pusat Kerajaan Makassar yang bernama
Rotterdam.
c. Makassar melepas Bone dan pulau di luar wilayah Makassar.
d. Aru Palaka diakui sebagai Raja Bone.
Walaupun Sultan Hasanuddin mengalami kekalahan, VOC mengakui
keberaniannya dalam peperangan tersebut. VOC menyebut Sultan
Hasanuddin dengan de Haan Van de Oosten (Ayam Jantan dari Timur).
Sepeninggal Hasanuddin, Gowa–Tallo dipimpin oleh putranya yang baru
berusia 13 tahun, yakni Mappasomba. Dalam sebuah pertempuran, VOC
mengalahkan Mappasomba dan menghapuskan Kerajaan Gowa–Tallo.
Setelah itu, selain memonopoli perdagangan, VOC juga menjalankan
pemerintahan langsung di Gowa dan Tallo.
Sejarah Lengkap Kerajaan Gowa Tallo

Kesultanan Gowa atau kadang ditulis Goa, adalah salah satu


kerajaan besar dan paling sukses yang terdapat di daerah Sulawesi
Selatan. Rakyat dari kerajaan ini berasal dari Suku Makassar yang
berdiam di ujung selatan dan pesisir barat Sulawesi bagian selatan.
Wilayah kerajaan ini sekarang berada di bawah Kabupaten Gowa
dan beberapa bagian daerah sekitarnya.
Kerajaan ini memiliki raja yang paling terkenal bergelar Sultan
Hasanuddin, yang saat itu melakukan peperangan yang dikenal
dengan Perang Makassar (1666-1669) terhadap VOC yang dibantu
oleh Kesultanan Bone yang dikuasai oleh satu wangsa (dinasti) Suku
Bugis dengan rajanya, Arung Palakka.
Perang Makassar bukanlah perang antarsuku karena pihak Gowa
memiliki sekutu dari kalangan Bugis; demikian pula pihak Belanda-
Bone memiliki sekutu orang Makassar. Perang Makassar adalah
perang terbesar VOC yang pernah dilakukannya pada abad ke-17.
Sejarah Awal
Pada awalnya di daerah Gowa terdapat sembilan
komunitas, yang dikenal dengan nama Bate
Salapang (Sembilan Bendera), yang kemudian
menjadi pusat Kerajaan Gowa: Tombolo,
Lakiung, Parang-Parang, Data, Agangjene,
Saumata, Bissei, Sero dan Kalili. Melalui berbagai
cara, baik damai maupun paksaan, komunitas
lainnya bergabung untuk membentuk Kerajaan
Gowa. Cerita dari para pendahulu di Gowa
mengatakan bahwa Tumanurung merupakan
pendiri Kerajaan Gowa pada awal abad ke-14.
Abad ke-16
Tumapa’risi’ Kallonna
Memerintah pada awal abad ke-16, di Kerajaan Gowa bertahta Karaeng (Penguasa)
Gowa ke-9, bernama Tumapa’risi’ Kallonna. Pada masa itu salah seorang penjelajah
Portugis berkomentar bahwa “daerah yang disebut Makassar sangatlah kecil”. Dengan
melakukan perombakan besar-besaran di kerajaan, Tumapa’risi’ Kallonna mengubah
daerah Makassar dari sebuah konfederasi antar-komunitas yang longgar menjadi
sebuah negara kesatuan Gowa.
Dia juga mengatur penyatuan Gowa dan Tallo kemudian merekatkannya dengan
sebuah sumpah yang menyatakan bahwa apa saja yang mencoba membuat mereka
saling melawan (ampasiewai) akan mendapat hukuman Dewata. Sebuah perundang-
undangan dan aturan-aturan peperangan dibuat, dan sebuah sistem pengumpulan
pajak dan bea dilembagakan di bawah seorang syahbandar untuk mendanai kerajaan.
Begitu dikenangnya raja ini sehingga dalam cerita pendahulu Gowa, masa
pemerintahannya dipuji sebagai sebuah masa ketika panen bagus dan penangkapan
ikan banyak.
Dalam sejumlah penyerangan militer yang sukses penguasa Gowa ini mengalahkan
negara tetangganya, termasuk Siang dan menciptakan sebuah pola ambisi imperial
yang kemudian berusaha ditandingi oleh penguasa-penguasa setelahnya pada abad
ke-16 dan ke-17. Kerajaan-kerajaan yang ditaklukkan oleh Tumapa’risi’ Kallonna
diantaranya adalah Kerajaan Siang, serta Kesultanan Bone, walaupun ada yang
menyebutkan bahwa Bone ditaklukkan oleh Tunipalangga.
Tunipalangga
Tunipalangga dikenang karena sejumlah pencapaiannya,
seperti yang disebutkan dalam Kronik (Cerita para pendahulu)
Gowa, diantaranya adalah:
1.Menaklukkan dan menjadikan bawahan Bajeng, Lengkese, Polombangkeng,
Lamuru, Soppeng, berbagai negara kecil di belakang Maros, Wajo, Suppa, Sawitto,
Alitta, Duri, Panaikang, Bulukumba dan negara-negara lain di selatan, dan wilayah
pegunungan di selatan.
2.Orang pertama kali yang membawa orang-orang Sawitto, Suppa dan Bacukiki ke
Gowa.
3.Menciptakan jabatan Tumakkajananngang.
4.Menciptakan jabatan Tumailalang untuk menangani administrasi internal
kerajaan, sehingga Syahbandar leluasa mengurus perdagangan dengan pihak luar.
5.Menetapkan sistem resmi ukuran berat dan pengukuran
6.Pertama kali memasang meriam yang diletakkan di benteng-benteng besar.
7.Pemerintah pertama ketika orang Makassar mulai membuat peluru, mencampur
emas dengan logam lain, dan membuat batu bata.
8. dll
Abad ke-17
Pada tahun 1666, di bawah pimpinan Laksamana Cornelis Speelman, VOC
berusaha menundukkan kerajaan-kerajaan kecil di Sulawesi, tetapi belum
berhasil menundukkan Kesultanan Gowa. Di lain pihak, setelah Sultan
Hasanuddin naik tahta, ia berusaha menggabungkan kekuatan kerajaan-
kerajaan kecil di Indonesia bagian timur untuk melawan VOC (Kompeni).
Pertempuran terus berlangsung, Kompeni menambah kekuatan pasukannya
hingga pada akhirnya Gowa terdesak dan semakin lemah sehingga pada
tanggal 18 November 1667 bersedia mengadakan Perjanjian Bungaya di
Bungaya. Gowa merasa dirugikan, karena itu Sultan Hasanuddin
mengadakan perlawanan lagi. Akhirnya pihak Kompeni minta bantuan
tentara ke Batavia. Pertempuran kembali pecah di berbagai tempat. Sultan
Hasanuddin memberikan perlawanan sengit. Bantuan tentara dari luar
menambah kekuatan pasukan VOC, hingga akhirnya Kompeni berhasil
menerobos benteng terkuat milik Kesultanan Gowa yaitu Benteng Somba
Opu pada tanggal 12 Juni 1669. Sultan Hasanuddin kemudian mengundurkan
diri dari tahta kerajaan dan wafat pada tanggal 12 Juni 1670.
Abad ke-20
Kesultanan Gowa telah mengalami pasang surut dalam perkembangan
sejak Raja Gowa ke-1, Tumanurung, hingga mencapai puncak
keemasannya pada abad ke-17, hingga kemudian mengalami masa
penjajahan dibawah kekuasaan Belanda. Dalam pada itu, sistem
pemerintahan mengalami transisi pada masa Raja Gowa ke-36, Andi Idjo
Karaeng Lalolang Sultan Muhammad Abdul Kadir Aidudin, menyatakan
Kesultanan Gowa bergabung menjadi bagian Republik Indonesia yang
merdeka dan bersatu, dan berubah bentuk dari kerajaan menjadi Daerah
Tingkat II Kabupaten Gowa. Sehingga dengan perubahan tersebut, Andi
Idjo pun tercatat dalam sejarah sebagai Raja Gowa terakhir dan sekaligus
Bupati Kabupaten Gowa pertama.
Keadaan Sosial-Budaya
Sebagai negara maritim, maka sebagian besar masyarakat Gowa adalah
nelayan dan pedagang. Mereka giat berusaha untuk meningkatkan taraf
kehidupannya, bahkan tidak jarang dari mereka yang merantau untuk
menambah kemakmuran hidupnya.
Walaupun masyarakat Gowa memiliki kebebasan untuk berusaha dalam
mencapai kesejahteraan hidupnya, tetapi dalam kehidupannya mereka
sangat terikat dengan norma adat yang mereka anggap sakral. Norma
kehidupan masyarakat diatur berdasarkan adat dan agama Islam yang
disebut Pangadakkang. Dan masyarakat Gowa sangat percaya dan taat
terhadap norma-norma tersebut.
Di samping norma tersebut, masyarakat Gowa juga mengenal pelapisan
sosial yang terdiri dari lapisan atas yang merupakan golongan bangsawan
dan keluarganya disebut dengan Anakarung atau Karaeng, sedangkan rakyat
kebanyakan disebut to Maradeka dan masyarakat lapisan bawah disebut
dengan golongan Ata.
Dari segi kebudayaan, maka masyarakat Gowa banyak menghasilkan benda-
benda budaya yang berkaitan dengan dunia pelayaran. Mereka terkenal
sebagai pembuat kapal. Jenis kapal yang dibuat oleh orang Gowa dikenal
dengan nama Pinisi dan Lombo. Kapal Pinisi dan Lombo merupakan
kebanggaan rakyat Sulawesi Selatan dan terkenal hingga mancanegara.
Para Raja dan Sultan Gowa
1. Tumanurung (±1300)
2. Tumassalangga Baraya
3. Puang Loe Lembang
4. I Tuniatabanri
5. Karampang ri Gowa
6. Tunatangka Lopi (±1400)
7. Batara Gowa Tuminanga ri Paralakkenna
8. Pakere Tau Tunijallo ri Passukki
9. Daeng Matanre Karaeng Tumapa’risi’ Kallonna (awal
abad ke-16)
10.I Manriwagau Daeng Bonto Karaeng Lakiyung
Tunipallangga Ulaweng (1546-1565)
11. dll

Anda mungkin juga menyukai