wajo.Kerajaan Luwu yang bersekutu dengan Wajo di taklukan oleh kerajaan Gowa-
seorang lagi terbunuh sekitar pada 1565. ketiga kerajaan Bone, Wajo, dan soppeng
perjanjian Tellumpocco, sekitar 1582. Sejak kerajaan Gowa resmi sebagai kerajan
bercorak islam pada 1605, Gowa meluaskan pengaruh politiknya , agar kerajaan-
kerajaan lainnya juga memeluk islam dan tunduk kepada kerajaan Gowa-
Di daerah Sulawesi selatan proses islamisasi makin mantap dengan adanya para
mubalig yang di sebut Dato,Tallu ( Tiga Dato), yaitu Datu, Ri Bandang (Abdul
Makmur atau Khatib Tunggal), Dato, Ri pattimang (Dato, sulaemana atau khatib
Sulung), ketiganya bersaudara dan berasal dari Kolo Tengah, Minangkabau. Para
mubalig itulah yang mengislamkan Raja Luwu yaitu atu, La Patiware , Daeng
Parabung dengan gelar Sultan Muhammad pada 15-16 Ramadan 1013 H (4-5
Februari 1605 M). Kemudian di susul oleh Raja Gowa dan Tallo yaitu karaeng
Matowaya dari Tallo yang bernama I Mallingkang Daeng Manyonri (Karaeng Tallo)
Manga, rangi Daeng Manrabia mengucapkan syahadat pada jumat, 19 Rajab 1016
Sultan Ageng Tirtayasa bahkan di jadikan menantu dan di angkat sebagai mufti di
kesultanan.
Dalam sejarah kerajaan Gowa perlu dicatat tentang sejarah perjuangan Sultan
politik dan ekonomi kompeni (VOC) Belanda. Semula VOC tidak menaruh perhatian
portugis di rampas oleh VOC pada masa Gubernur jendral J. P. Coen di dekat
perairan Malaka.Di dalam kapal tersebut terdapat orang Makassar. Dari orang
rempah-rempah dari Maluku. Pada 1634 VOC memblokir Kerajaan Gowa tetapi
tidak berhasil. Peristiwa peperangan dari waktu terus berjalan dan baru berhenti
antara 1637-1638. Sempat tercipta perjanjian damai namun tidak kekal karena pada
1638 terjadi perampokan kapal orang bugis yang bermuatan kayu cendana, dan
muatannya di jual kepada orang portugis. Perang di Sulawesi Selatan ini berhenti
setelah ini berhenti setelah terjadiperjanjian Bongaya pada 1667 yang sangat