Dosen Pengampu:
Drs. Tarmidzi Idris, M.A
Disusun Oleh:
Nadia Syarfa Khairani (11220220000011)
A. Latar Belakang
Kerajaan Gowa yang dikenal sebagai kerajaan maritim yang berdiri sekitar
abad ke-14 dan menerima Islam awal abad ke-17. Penerimaan Islam oleh Raja
Gowa merupakan langkah penting dalam proses Islamisasi. Ini terjadi dalam
konteks perang penaklukan yang dilakukan oleh Kerajaan Gowa ke terhadap
kerajaan-kerajaan Tellunpoccoe, yang dikenal sebagai Musu Selleng atau Islamic
Wars. Hasil dari proses ini adalah tersebarnya Islam di Sulawesi Selatan, kecuali di
daerah Tana Toraja. Penyebaran agama Islam juga berdampak signifikan pada
transformasi wilayah ini selama abad ke-17, mengubahnya menjadi pusat kegiatan
politik dan perdagangan yang semakin kuat.
B. Identitas Buku
Judul Buku : Islamisasi Kerajaan Gowa (Abad XVI Sampai Abad XVII)
Penulis : Prof. Dr. Ahmad M. Sewang, M.A
Penerbit : Yayasan Obor Indonesia
Kota Terbit : Jakarta
Tahun Terbit : 2005, Cetakan ke-2
Jenis : Non Fiksi
Jumlah Halaman : 209
BAB II
PEMBAHASAN
BAB V – Kesimpulan
Pada awal abad ke-17, Islam diterima di Kerajaan Gowa setelah
kedatangan pedagang Muslim pada akhir abad ke-16, terutama setelah jatuhnya
Malaka ke tangan Portugis pada tahun 1511. Proses Islamisasi Gowa melibatkan
tiga tahap: kedatangan pedagang Muslim, penerimaan Islam oleh Raja Gowa,
dan penyebaran Islam lebih lanjut. Para peneliti menilai, jika Kerajaan Gowa
terlibat dalam perang ekspansi yang disebut Musu Selleng lebih mengejar
ekspansi politik ekonomi daripada pengislaman. Hal ini terkait dengan posisi
Gowa sebagai pusat perdagangan maritim yang mencari wilayah penghasil
komoditi. Penaklukan ini menguntungkan dalam pengislaman dan memperkuat
posisi Gowa dalam politik dan perdagangan. Setelah benteng Tellunpoccoe
dikalahkan pada tahun 1611, Islam tersebar luas di Sulawesi Selatan, kecuali di
Tana Toraja.
BAB III
PENUTUP
2. Kekurangan
Buku dengan judul “Islamisasi Kerajaan Gowa (Abad XVI Sampai
Abad XVII)” memiliki kekurangan dalam pengetikan. Masih ditemukan
banyak kesalahan ejaan, terutama dalam penyebutan nama tokoh-tokoh
dalam isi buku tersebut. Selain itu, kekurangan lainnya adalah terlalu banyak
pengulangan kalimat, yang dimana kalimat tersebut pasti akan muncul pada
bab selanjutnya.