Puji syukur kita panjatkan kepada Tuhan yang Maha Esa karena
dengan Rahmat dan karunia-Nyalah saya dapat menyelesaikan makalah ini
yang berjudul perkembangan islam kerajaan Gowa di Sulawesi selatan
saya harap karya tulis sederhana ini dapat berguna dalam rangka menambah
wawasan serta pengertahuan kita mengeni perkembangan islam pada
kerajaan Gowa di Sulawesi selatan meskipun karya tulis ini masih jauh dari
kata sempurnah. Semoga karya tulis ini dapat di pehami dan bermanfaat
bagi siapapunyang membacanya.
Penulis
1
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR.. 1
DAFTAR ISI. 2
BAB 1 PENDAHULUAN
Latar Belakang.. 3
Rumusan Masalah 4
Tujuan.. 4
BAB II PEMBAHASAN
A. Asal usul kerajaan Gowa 5
B. Islamisasi kerajaan Gowa 9
C. Penerimaan Islam.. 15
D. Penyebaran Islam.. 19
BAB III PENUTUP
A. Kesimpulan.. 21
B. Saran 21
DAFTAR PUSTAKA .. 22
2
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
3
1611. Dengan masuknya Islam Raja Bone, maka sebagian besar wilayah
Sulawesi selatan telah memeluk agama islam kecuali tanah Toraja.
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana Asal Usul kerajaan Gowa
2. Bagaimana perkembangan kerajaan Gowa saat Pra Islam
3. Bagaimana penerimaan islam di Sulawesi selatan
4. Bagaimana penyebaran islam di Sulawesi selatan
C. Tujuan
1. Untuk memenuhi tugas mata kuliah sejarah peradaban Islam
2. Untuk menambah wawasan tentang sejarah islam di Sulawesi
selatan (kerajaan Gowa)
4
BAB II
PEMBAHASAN
5
kerajaan kecil itu dalam satu kerajaan yang dinamakan butta Gowa (tanah tau
kerajaab gowa). 1
1
Prof.DR.Ahmad M.Sewang M.A, islamisasi kerajaan gowa,(jakarta; yayasan obor
indonesia,2005)hlm 15-20
2
Prof.Dr.Ahmad M.Sewang M.A, Islamisasi kerajaan gowa,(jakarta; yayasan obor
indonesia,2005)hlm21-22
6
Sejak kedua kerajaan Gowa dan Tallo menyepakati perjanjian tersebut,
maka siapa yang menjabat raja Tallo sekaligus yang menjabat sebagai
mengkubi kerajaan Gowa.Para sejarawan kemudian menamakan kedua
kerajaan Gowa dan Tallo dengan kerajaan Makassar.Dalam perkembangan
kedua kerajaan ini, ternyata kerajaan Gowa jauh lebih populer.karena itu,
beberapa buku yang membicarakan tentang kerajaan Makassar disamakannya
dengan kerajaan Gowa. Tonipalangga (memerintah 1546-1565) bersama
dengan mengkubuminya, nappakatatana daeng padulung (Raja Tallo),
menetapkan program politik ekspnsi untuk menaklukkan kerajaan-kerajaan
tetangga.Untuk itu, beliau memperkuat banteng-benteng pertahanan kerajaan
dengan menjadikan Benteng Somba Opu sebagai banteng utama.Banteng-
benteng lainnya ya g di perkuat dengan pagar keliling Adalah Benteng
Barombong dan Benteng Anak Gowa.Politik ekspansi ini ternyata berjalan
dengan baik.Beliau dapat menguasai daerah-daerah pedalaman bugis dan
perairan Bone.Kerajaan yang tidak mau tunduk pada pengaruh Gowa di anggap
sebagai saingan yang harus ditaklukkan. Karena it, ia menyerang kerjaan Bone
yang waktu itu di bawah kekuasaan Raja Bone VII, La Tenrirawe Bongkange
Matinro Ri Gucina (1560-1578).
7
laskarnya bercerai-berai meninggalkan jenazah baginda. Kajaio Lalido,
penasehat Raja Bone, menyarankan agar jenzah Tonibatta dikembalikan di
Gowa.3
3
Prof.Dr.Ahmad M.Sewang M.A, Islamisasi kerajaan gowa,(jakarta; yayasan obor
indonesia,2005)hlm23-24
8
mengikuti proses upacara pelantikan Raja Gowa XII, Tonijallo, ang
dilaksanakan di dalam Benteng Kale Gowa di Bukit Tamalate. Manggorai
daeng mammeta Karaeng Bontolangkasa Tonijallo (mmerintah 1565-
1590).Langkah pertama yang di ambil setelah di angkat sebagai Raja Gowa
adalah lebih memperkokoh persahabat dengan Bone yang menjurus kepada
pembentukan semacam aliansi. Pembentukan aliansi ini di mungkinkan oleh
pengaruh pribadi Tanijallo yang memahami kondisi Kerajaan Bone, karena ia
pernah tinggal beberapa tahun dalam lingkungan istana di ana. Aliansi kedua
kerajaan tersebut berhasil meredakan perseteruan itu untuk
sementara.Keadaan damai menyusul aliansi kedua kerajaan, dimanfaatkan
oleh Raja Bone, La Tenrirawe Bongkange, untuk menanamkan pengruh
kepada negeri-negeri tetangganya di daerah Bugi. Karena itu, aliansi yang di
buat antaraGowa dan Bone dapat di anggap sebagi taktik Bone untuk
menyusun kekuatan.Pada tahun 1582, dua Kerajaan Bugis, Wajo dan
Soppeng. Bergabung dengan Kerajaan Bone dengan membuat perjanjian
pertahanan bersama yang di sebut perjanjian Lamumpatue ri Timurung.
Ketiga kerajaan itu kemudian mebentuk aliansi yang di sebut Tellunpoccoe
atau tiga Puncak kerajaan Besar Bugis.Untuk menghadapi ancaman agresi
Gowa.4
4
Prof.Dr.Ahmad M.Sewang M.A, Islamisasi kerajaan gowa,(jakarta; yayasan obor
indonesia,2005)hlm24-26
9
B. Islamisasi Kerajaan Gowa
1. Kontak pertama dengan Islam
Bahasan ini akan mengungkapkan dua masalah penting yang berhubungan
dengan kontak pertama antara orang Makassar dan orang-orangf Muslim
sebelum Islam di terima secara resmi di Gowa pada awal abad XVII. Pertama,
kontak yang dilakukan oleh para pedagang Makassar dengan penduduk
Muslim di perantauan.Untuk melengkapi pembahasan ini akan di kemukakan
latar belakang yang mendorong jiwa perantau orang-orang Makassar. Kedua,
kontak yang berlangsung didalam negri Gowa melalui para pedagang Muslim
yang sudah bermukim di Makassar sejak pertengahan abad XIV.Pembahasan
ini di perlukan untuk menelusuri kemungkinan ada tidaknya orang-orang
Makassar yang menganut Islam sebelum Raja Gowa dan Tallo menerima Islam
tahun 1605.
10
Kedudukan geografis
Bentuk tanah dan pantainya
Karakter penduduk
Luas wilayah
Jumlah penduduk
Sifat pemerintahannya termasuk lembaga-lembaga nasional.
Faktor lain yang mendorong penduduk untuk terjun kelaut adalah keadaan
tanah Kerajaan Gowa, yang sebagian terdiri dari bukit-bukit kapur yang
berpasir, sehingga penduduknya tidak bisa menggantungkan hidup
sepenuhnya kepada tanah. Karena itu, tidaklah mengherankan jika sebagian
besar penduduk mencari penghidupan sebagai pelaut.5
5
Prof.Dr.Ahmad M.Sewang M.A, Islamisasi kerajaan gowa,(jakarta; yayasan obor
indonesia,2005)hlm71-73
11
Madukelleng dan To Ampanyompa, yang lebih dikenal dengn gelar
Saweregading.Menurut hasil penelitian Soehartoko, kebiasaan merantau orang
Bugis-Makassar dilator belakangi oleh Mitos tau kepercaan yang berbunyi,
Mappesona ri Dewata Seuae, tasalaipi kamptta taita deceng.(berserahlah
kepada Tuhan Yang Maha Esa, tinggalkan kampungmu untuk nantinya
memperoleh kebaikan). Jadi, menurut mitos, mreka baru bisa memperoleh
kebaikan, bila mereka telah meninggalkan kampong halaman.Sehingga, di
beberapa tempat, seperti di Ternate dan Bangkok sejak abad XVI telah di
temukan perkampungan orang Makassar.Kampung Makasar si Ternate masih
didapati sampai sekarang.
12
tentang siapa dan berapa orang yang menerima ajakan Sultan Babullah waktu
itu. Walaupun demikian, banyak sejarawan di daerah ini dan sejarawan dai
luar yang juga perpandangan bahwa kemungkinan besar di antara orang
Makassar sudah ada yang menganut Islam.6
3. Kedatangan Islam
Kedatangan Islam di Sulawesi Selatan agak terlambat jika di bandingkan
dengan daerah-daerah lainnya di Indonesia, seperti Sumatra, Jawa, Kalimantan,
dan Maluku. Hal ini di sebabkan kerajaan Gowa narulah dikenal sebagai
kerajaan yang berpengaruh dan menjadi kerajaan dagang pada akhir abad XVI
6
Prof.Dr.Ahmad M.Sewang M.A, Islamisasi kerajaan gowa,(jakarta; yayasan obor
indonesia,2005)hlm74-76
7
Prof.Dr.Ahmad M.Sewang M.A, Islamisasi kerajaan gowa,(jakarta; yayasan obor
indonesia,2005)hlm76-78
13
atau awal abad XVII. Dalam kurun waktu tersebutb para pedagang muslimdari
berbagai daerah Nusantara dan para pedagang asing dari Eropa mulai ramai
mendatangi daaerah ini. Menurut teori yng dikembangkan oleh Noorduyn,
proses islamisasi di Sulawesi Selatan tidak jauh berbeda dengan daerah
daerah lainnya di Indonesia, yaitu melalui tiga tahap : kedatangan Islam,
penerimaan islam, dan penyebarannya lebih lanjut. 8
Kedatangan islam di Makassar yang di maksudkan oleh Noorduyn dalam
teorinya di atas adalah ketika pertama kali para pedagang Muslim melayu
mendatangi daerah ini. kata Melayu yang di maksudkan dalam pengertian
orang Makassar masa itu, tidak hanya terbaatas paada wilayaah daaerah Riau
Dan Semenanjung Malaka, seperti yang di artikan sekarang, tetapi juga
meliputi Seluruh pulau Sumatra, sehingga ketika Datuk Ri Bandang yang
datang dari Koto tangah minangkabau di Makassar sebagai Mubaligh Islam,
dia di sebut sebagai orang Melayu.Hubungan naik antara pendatang Melayu
dengan penduduk setempat, menyebabkan mereka mendapatkan tempat
istimewah di hati Raja. Tidak mengherankan, jika Raja Gowa berikutnya, yaitu
Tonijallo (1565-1590) memberikan fasilitas tempat ibadah, sebuah masjid, di
tempat pemukiman mereka, di Mangallekana. Pemberian fasilitas masjid
mendatangkan bahwa Raja memberikan perhatian kepada para pedagang
Muslim. Di pihak lain, para pedagang muslim berusaha memelihara hubungan
baik itu dengan kerajaan yang dapat dilihat dari kontribusi yang di berikan oleh
para pedagang Melayu terhadap pembinaan kerajaaan. Sejak awal kedatangan
mereka, yaitu di masa pemerintahan Raja Gowa X, Tonipallangga, seorang
keturunan Melayu bernama I Daeng ri mangallekana diangkat sebagai
syahbandar yang kedua pada Kerajaan Gowa. Sejak saat itu secara turun
temurun jabatan syahbandar di peganf oleh orang MELAYU SAMPAI PADA
masa Ince Husain sebagai syahbandar terakhir. Dia mengakhiri jabatannya
pada tahun 1669, ketika Kerajaan Gowa mengalami kekalahan melawan VOC.
8
Prof.Dr.Ahmad M.Sewang M.A, Islamisasi kerajaan gowa,(jakarta; yayasan obor
indonesia,2005)hlm80
14
Beberapa sumber lokal mengemukakan, peranan orang-orang Melayu
dalam bidang perdagangan dan penyebaraan Islam cukup berarti dalam
upayanya untuk membendung pengaruh Katolik. Sampai tahun 1615 roda
prekonomian, khususnya perdagangan antar pulau yang melalui pelabuhan
Makassar, di kuasai oleh orang-orang Melayu. Komoditas beras sebagai hasil
utama. Makassar di ekspor ke Malaka dengan kapal orang-orang Melayu.
Sumbangan utama orang-orang Melayu dalam penyebaran agama Islam adalah
upayanya untuk mendatangkan mubaligh-mubaligh Islam. 9
C. Penerimaan Islam
9
Prof.Dr.Ahmad M.Sewang M.A, Islamisasi kerajaan gowa,(jakarta; yayasan obor
indonesia,2005)hlm81-86
15
Menurut teori yang berlaku umum bahwa penyebaran Islaam di
Indonesia paad awalnya melalui perdagangan, demikian halnya dengan
kedatangan Islam di Makassar tidak terlepas dari faktor dagang. Islamisasi
melalui perdagangan dapat dilihat pada daerah yang pertama kali di
singgahi para penyebar Islam pertama, yaitu daerah-daerah yang dilewati
jalur perdagangan. Para Penyebar Islam pun pada masa awalnya
perkembangannya adalah terdiri atas para pedagaangan di mungkinkan
karena didalam ajaran Islam tidak di bedakan antara tugas ke agamaan
seorang muslim, sebagai penyebar nilai-nilai kebenaran, dan profesinya
sebagai pedagang.
1. Kedatangan tiga mubaligh
Sekalipun para pedagang muslim sudah berada di Sulawesi Selatan
sejak akhir abad XV, tidak diperoleh keterangan yang pasti baik dari
sumber lokal maupun sumber dari luar, tentang terjadinya konversi
kedalam Islam oleh salah seorang raja setempat pada masa itu,
sebagaimana yang terjadi pada agaama katolik. Agaknya, inilah salah satu
faktor pendorong para pedagang Melayu mengundang tiga orang mubaligh
dari Koto Tangah Minangkabau agar datang di Makassar mengislamkan
elite Kerajaan Gowa dan Tallo. Motivasi lain yang mendorong para
saudagar Melayu dalam mengambil keputusan mendatangkan mubaligh ke
Makassar adalah untuk mengimbangi misi Katolik. Para misionaris telah
berusaha menyebarkan pengaruhnya kedalam iastana Kerajaaan Gowa.
Persaingan antara misionaris katolik dan para pedagang muslim telah lama
berlangsung, sebagaimana di aku oleh Antoniyo de Payva, seorang
misionaris katolikyag berkunjung di Sulawesi Selatan pada tahun 1542.
Inisiatif untuk mendatangkan Mubaligh khusus ke Makassar, sudah ada
sejak Anakkoda bonang berada di Gowa pada pertengahan abad XVI,
tetapi nanti berhasil memasuki awal abad XVII dengan kehadiran Tiga
orang Datuk di Minangkabau dilatarbelakangi persaingan antara
misionaaris dan para pedagang Muslim sebagaimana tersebut di atas, tealh
16
memperkuat tesis Schrieke yang memandang bahwa IntensitasPenyebaran
Isalm adalah sebagai tandingan terhadap misi Kristen yaang agresif. 10
Sumber lain menyebutkan bhawa ketiga datuk itu adalah utusan dari
Kerajaan Aceh. Mereka di utus atas permintaan karaeng Matoaya, Raja Tallo
yang juga menjabat sebagai tomabicara butta atau mangkubumi Kerajaan
Gowa.
10
Prof.Dr.Ahmad M.Sewang M.A, Islamisasi kerajaan gowa,(jakarta; yayasan obor
indonesia,2005)hlm86-89
17
mereka mampu menyusun strategi dakwah sesuai dengan keadaan yang
mereka hadapi.11
Demikianlah pula, setelah berhasil mengislamkan Datuk Luwu,
mereka lalu menusun startegi baru dengan memprioritaskan daerah-daerah
tertentu untuk Menyebarkan Islam selanjutnya, yaitu dengan membagi tenaga
dan daerah sasaran dakwah disesuaikan keahlian mereka dan kondisi daerah
tugas masing-masing sebagaimana yang di kemukakan oleh Abu Hamid,
sebagai berikut :
a. Datuk ri Bandang yang dikenal sebagai ahli fikih bertugas untuk menghadapi
masyarakat Gowa dan Tallo yang masih kuat b erpegang kedua tradisi lama,
seperti penjudian, minum ballo, (tuak) dan sabun ayam. Dalam menhgadapi
masyarakat demikian, metode dakwah yang di pakai Datuk ri Bandang lebih
menekanka pada masalah pelaksanaan huku syariat.
b. Datuk Patimang, bertugas di Kerajaan Luwu yang masyarakatnya masih kuat
berpegang kepada keprcayaan lama, seperti DewataSeuwae. Datuk Patimang
memperkenalkan jaran tauhid yang yang sederhana dengan mengemukakan
sifat-sifat Tuhan, seperi sifat wajib, sifat mustahil dan sifat jaiz bagi Tuhan.
Penekanan pada ajaran tauhid ini dimaksudkan untuk mengganti kepercayaan
Dewata Seuwae menjadi keimana kpada tauhid, yaitu Allah Yang Maha Esa.
c. Datuk ri Tiro bertugas di daerah Tiro, Bulukumba, dengan lebih menekankan
pada ajaran tasawuf, sesuai kondisi masyarakatnya yang di hadapinya, yaitu
masyarakatnya yang masih teguh berpegang kepada masalah-masalah
kebatinan, sihir dengan segala mantranya. Maayarakatnya Tiro memiliki
kegemaran dalam menggunakan kekuatan sakti (doti) untuk membinasakan
musuh. Masyarakat demikian, menurut Datuk ri Tiro, akan lebih berhasil jika
dilakukan pendekatan tasawuf.12
11
Prof.Dr.Ahmad M.Sewang M.A, Islamisasi kerajaan gowa,(jakarta; yayasan obor
indonesia,2005)hlm91,96
12
Prof.Dr.Ahmad M.Sewang M.A, Islamisasi kerajaan gowa,(jakarta; yayasan obor
indonesia,2005)hlm96-97
18
2. Raja Gowa Masuk Islam
Banyak versi cerita rakyat tentang kedatangan Datuk ri Bandang di
Makassar. Di antaranya, seperti yang di kutip oleh Noorduyn, Datuk ri
Bandang tiba di pe;abuhan Tallo pada tahun 1605dengan menumpang
sebuah perahu ajaib. Setelah tiba di pantai, datuk itu langsung
melaksanakan sembahyang. Mendengar berita kedatangan datuk, Raja
Tallo, I Mallingkang Daeng Manyonri karaeng katangka., segera dating
menemuinya. Tetapi, ditengah jalan, ia bertemu seorang tua yang
menanyakan tentang tujuan perja-lanannya. Orang tua tadi menuliskan
sesuatu di atas Ibu jari Raja Tallo. Setelah itu, ia menitipkan salam kepada
Datuk ri Bandang. Ternyata kemudian yang tertulis di atas Kuku Raja
Tallo radi adalah Surah Al-Fatihah. Kemudian Datuk ri Bandang berkata
kepada Raja Tallo bahwa orang tua tadi adalah Nabi Muhammad saw.
Pertemuan antara Raja Tallo dengan Nabi Muhammad itu dalam
bahasa Makassar di sebut,makassarami Nabbi Muhammad ri butta ri
Tallo, (Nabi Muhammad menjelma atau menampakkan diri di Kerajaan
Tallo). Sebagian orang makassar memberi interpertasi kalimat itu
sebagai asal mula nama kota makassar. Tetapi, interprestasi tersebut
tidak bisa dipertanggungjawabkan secara ilmiah. Karena Nama
makassar, telah dikenal sejak abad XII, sebagaimana yang tertulis dalam
buku Nagarakertagama, karangan prapanca.13
Ungkapan makassarami Nabbi Muhammad, tidaklah dipahami
secara tekstual, seperti dipahami oleh sebagian masyarakat setempat
bahwa Nabi Muhammad sendiri yang langsung membawa agama Islam ke
Makassar. Ungkapan itu harus diinterprestasikan bahwwa:Ajaran Nabi
Muhammad atau Islam telah menyatakan diri di dalam kalbu orang
Makassar.
Cerita rakyat di atas sekalipun tercampur mitos, tetapi dapat di
artikan bahwa Datuk ri Bandang dan Raja Tallo memegang peranan
13
Prof.Dr.Ahmad M.Sewang M.A, Islamisasi kerajaan gowa,(jakarta; yayasan obor
indonesia,2005)hlm97-98
19
penting pada periode awal islamisasi di daerah ini. peranan kedua tokoh
itu di perkuat oleh beberapa sumber lokal. Dalam kronik Tallo
menyebutkan, Raja Tallo menerima Islam pada tahun 1605, sedang dalam
lontara pattorioloanga ri Togowaya (Sejarah Kerajaan Gowa)
menceritakan tentang penerimaan islam Raja Gowa, Sultan Alauddin.
Penerimaan Islam oleh Raja Gowa dan Tallo, kemungkinan juga bukan
semata-mata karena kepentingan politik dan ekonomi perdagangan tetapi
terutama timbul dari kesadaran keagamaan. Jika salat dapat dijadikan tolok
ukur bagi keasadaran seseorang,maka dapat di terima bahwa penerimaan
Islam oleh Raja Gowa dan Tallo adalah muncul dari kesadaran dan
keyakinannya sendiri.14
D. PENYEBARAN ISLAM
1. Secara damai
Untuk merealisasikan dekrit di atas, Sultan Alauddin mengirim
utusan untuk ke kerajaan-kerajaan tetangga di Sulawesi Selatan dengan
membawa hadiah untuk di berikan kepada setiap raja yang didatangi
utusan itu. Hadiah ini di maksudkan sebagai bukti keinginan untuk
berdamai. Dakwah Islam pada prinsipnya adalah ajakan secara damai.15
2. Melalui peperangan
Kerajaan-kerajaan yang tergabung dalam persekutuan
Tellunpoccoe, yaitu Bone, Soppeng, dan Wajo, menolak ajakan Kerajaan
14
Prof.Dr.Ahmad M.Sewang M.A, Islamisasi kerajaan gowa,(jakarta; yayasan obor
indonesia,2005)hlm99,109,110
15
Prof.Dr.Ahmad M.Sewang M.A, Islamisasi kerajaan gowa,(jakarta; yayasan obor
indonesia,2005)hlm111
20
Gowa. Penolakan mereka didasarkan pada asumsi bahwa ajakan itu
sebagai taktik untuk memenuhi ambisi Gowa dalam memulai ekspansi dan
dominasi di bidang politik dan ekonomi di seluruh kerajaan
Tellunpoccoe.16
Penolakan kerajaan-kerajaan Tellunpoccoe di atas memiliki alasan
kesejarahan, sebab dalam Lontara Bugis-Makassar tercatat, sejak abad
XVI telah terjadi berbagai kegiatan politik yang terkadang meningkat
dalam bentuk kekerasan perang antara kerajaan-kerajaan Bugis dan
Makassar, dengan maksud untuk memperebutkan kedudukan
kepemimpinan di Sulawesi Selatan.
Dengan demikian, ajakan untuk menerima Islam, menurut
Tellunpoccoe, adalah sebagai siasat Gowa untuk menguasai mereka.
Untuk itu, mereka sepakat menolak ajakan tersebut. Tetapi, penolakan itu
menjadi alasan bagi Gowa untuk mengangkat senjata memerangi kerajaan-
kerajaan Bugis, Tellunpoccoe.17
16
Prof.Dr.Ahmad M.Sewang M.A, Islamisasi kerajaan gowa,(jakarta; yayasan obor
indonesia,2005)hlm113
17
Prof.Dr.Ahmad M.Sewang M.A, Islamisasi kerajaan gowa,(jakarta; yayasan obor
indonesia,2005)hlm114
21
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
22
DAFTAR PUSTAKA
23