Anda di halaman 1dari 12

MAKALAH

KERAJAAN GOWA – TALLO

Disusun Oleh :
1. Fermy Anggelia Putri
2. Putri Eka Mayasari
3. Sayyidah Lailatul Maghfiroh
4. Zunita Mafuadah

SMP NEGERI 2 MANTUP


TAHUN PELAJARAN 2019 / 2020
MAKALAH
KERAJAAN GOWA – TALLO

Disusun Oleh :
1. Fermy Anggelia Putri
2. Putri Eka Mayasari
3. Sayyidah Lailatul Maghfiroh
4. Zunita Mafuadah

SMP NEGERI 2 MANTUP


TAHUN PELAJARAN 2019 / 2020
i
KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh


Segala puji bagi Allah SWT yang telah memberikan kami kemudahan sehingga
kami dapat menyelesaikan makalah ini dengan tepat waktu. Tanpa pertolongan-Nya
tentunya kami tidak akan sanggup untuk menyelesaikan makalah ini dengan baik.
Shalawat serta salam semoga terlimpah curahkan kepada baginda tercinta kita yaitu
Nabi Muhammad SAW yang kita nanti-natikan syafa’atnya di akhirat nanti.
Penulis mengucapkan syukur kepada Allah SWT atas limpahan nikmat sehat-
Nya, baik itu berupa sehat fisik maupun akal pikiran, sehingga penulis mampu untuk
menyelesaikan pembuatan makalah ini.
Penulis tentu menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kata sempurna dan
masih banyak terdapat kesalahan serta kekurangan di dalamnya. Untuk itu, penulis
mengharapkan kritik serta saran dari pembaca untuk makalah ini, supaya makalah ini
nantinya dapat menjadi makalah yang lebih baik lagi. Kemudian apabila terdapat
banyak kesalahan pada makalah ini penulis mohon maaf yang sebesar-besarnya.
Penulis juga mengucapkan terima kasih kepada semua pihak khususnya kepada
guru Bahasa Indonesia kami yang telah membimbing dalam menulis makalah ini.
Demikian, semoga makalah ini dapat bermanfaat. Terima kasih.

Mantup, November 2019

Penulis

ii
DAFTAR ISI

Halaman Judul........................................................................................... i
Kata Pengantar .......................................................................................... ii
Daftar Isi.................................................................................................... iii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang ............................................................................. 1
B. Rumusan Masalah ........................................................................ 2
C. Tujuan .......................................................................................... 2
BAB II PEMBAHASAN
A. Sejarah Lengkap Kerajaan Gowa Tallo ....................................... 3
B. Keadaan Sosial-Budaya ............................................................... 6
C. Para Raja dan Sultan Gowa .......................................................... 7

iii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Kerajaan Gowa Tallo merupakan salah satu dari kerajaan Islam di
Indonesia yang menjadi simbol kejayaan Islam di Indonesia bagian timur.
Pada pembahasan kali ini kita akan mengupas tentang sejarah kerajaan Gowa
Tallo, peninggalan kerajaan Gowa Tallo, Sumber sejarah kerajaan Gowa Tallo,
dan asal-usul kerajaan Gowa Tallo serta Silsilah kerajaan Gowa Tallo.
Gowa dan Tallo adalah dua kerajaan yang berdiri di daerah Sulawesi Selatan.
Tahun 1605, raja Gowa yang bernama Daeng Manrabia dan raja Tallo yang
bernama Karaeng Matoaya memeluk agama Islam.
Kemudian keduanya menyatukan wilayah kedua kerajaan mereka dengan
Daeng Manrabia sebagai rajanya. Sementara, Karaeng Matoaya menjabat sebagai
perdana menteri.
Daeng Manrabia mengganti namanya menjadi Sultan Alauddin dan Karaeng
Matoaya mengganti namanya menjadi Sultan Abdullah.
Sebagai penganut Islam, kedua penguasa kerajaan tersebut dimusuhi oleh
himpunan pedagang Belanda di Hindia Timur (Vereenigde Oost Indische
Compagnie = VOC) yang ingin menguasai perdagangan di kawasan tersebut.
Hingga wafatnya pada tahun 1639, Sultan Alauddin tidak pernah mau
menerima kapal-kapal Belanda di pelabuhan-pelabuhan milik Gowa–Tallo.
Sepeninggal Alauddin, tahta raja diduduki oleh Sultan Muhammad Said.
Seperti halnya ayahnya, Sultan Muhammad Said tidak pernah mau berdamai
dengan Belanda yang menurutnya licik dan suka memaksa.
Tahun 1653, Sultan Muhammad Said digantikan oleh putranya yang
bernama Hasanuddin. Pada masa pemerintahan Sultan Hasanuddin inilah
perseteruan dengan VOC semakin memuncak.
Kondisi ini diperparah oleh terjadinya pemberontakan seorang bangsawan
Bone yang bernama Aru Palaka pada tahun 1660. VOC yang membenci Sultan
Hasanuddin memberikan bantuan pada Aru Palaka.
Sultan Hasanuddin dipaksa menandatangani perjanjian yang mengakui
monopoli VOC di wilayah kerajaannya. Isi perjanjian Bongaya adalah sebagai
berikut.
a. VOC memperoleh hak monopoli dagang di Makassar.
b. Belanda mendirikan benteng di pusat Kerajaan Makassar yang bernama
Rotterdam.

1
c. Makassar melepas Bone dan pulau di luar wilayah Makassar.
d. Aru Palaka diakui sebagai Raja Bone.
Walaupun Sultan Hasanuddin mengalami kekalahan, VOC mengakui
keberaniannya dalam peperangan tersebut. VOC menyebut Sultan Hasanuddin
dengan de Haan Van de Oosten (Ayam Jantan dari Timur).
Sepeninggal Hasanuddin, Gowa–Tallo dipimpin oleh putranya yang baru
berusia 13 tahun, yakni Mappasomba. Dalam sebuah pertempuran, VOC
mengalahkan Mappasomba dan menghapuskan Kerajaan Gowa–Tallo.
Setelah itu, selain memonopoli perdagangan, VOC juga menjalankan
pemerintahan langsung di Gowa dan Tallo.

B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana Sejarah Lengkap Kerajaan Gowa Tallo?
2. Bagaiman Keadaan Sosial-Budaya?
3. Siapa sajakah Para Raja dan Sultan Gowa?

C. Tujuan
1. Untuk mengetahui Bagaimana Sejarah Lengkap Kerajaan Gowa Tallo
2. Untuk mengetahui Bagaimana Keadaan Sosial-Budaya
3. Untuk mengetahui Siapa sajakah Para Raja dan Sultan Gowa

2
BAB II
PEMBAHASAN

A. Sejarah Lengkap Kerajaan Gowa Tallo


Kesultanan Gowa atau kadang ditulis Goa, adalah salah satu kerajaan besar
dan paling sukses yang terdapat di daerah Sulawesi Selatan. Rakyat dari kerajaan
ini berasal dari Suku Makassar yang berdiam di ujung selatan dan pesisir barat
Sulawesi bagian selatan. Wilayah kerajaan ini sekarang berada di bawah
Kabupaten Gowa dan beberapa bagian daerah sekitarnya.
Kerajaan ini memiliki raja yang paling terkenal bergelar Sultan Hasanuddin,
yang saat itu melakukan peperangan yang dikenal dengan Perang Makassar
(1666-1669) terhadap VOC yang dibantu oleh Kesultanan Bone yang dikuasai
oleh satu wangsa (dinasti) Suku Bugis dengan rajanya, Arung Palakka.
Perang Makassar bukanlah perang antarsuku karena pihak Gowa memiliki
sekutu dari kalangan Bugis; demikian pula pihak Belanda-Bone memiliki sekutu
orang Makassar. Perang Makassar adalah perang terbesar VOC yang pernah
dilakukannya pada abad ke-17.
1. Sejarah Awal
Pada awalnya di daerah Gowa terdapat sembilan komunitas, yang
dikenal dengan nama Bate Salapang (Sembilan Bendera), yang kemudian
menjadi pusat Kerajaan Gowa: Tombolo, Lakiung, Parang-Parang, Data,
Agangjene, Saumata, Bissei, Sero dan Kalili. Melalui berbagai cara, baik
damai maupun paksaan, komunitas lainnya bergabung untuk membentuk
Kerajaan Gowa. Cerita dari para pendahulu di Gowa mengatakan bahwa
Tumanurung merupakan pendiri Kerajaan Gowa pada awal abad ke-14.
2. Abad ke-16
- Tumapa’risi’ Kallonna
Memerintah pada awal abad ke-16, di Kerajaan Gowa bertahta
Karaeng (Penguasa) Gowa ke-9, bernama Tumapa’risi’ Kallonna. Pada
masa itu salah seorang penjelajah Portugis berkomentar bahwa “daerah
yang disebut Makassar sangatlah kecil”. Dengan melakukan perombakan
besar-besaran di kerajaan, Tumapa’risi’ Kallonna mengubah daerah
Makassar dari sebuah konfederasi antar-komunitas yang longgar menjadi
sebuah negara kesatuan Gowa.
Dia juga mengatur penyatuan Gowa dan Tallo kemudian
merekatkannya dengan sebuah sumpah yang menyatakan bahwa apa saja
yang mencoba membuat mereka saling melawan (ampasiewai) akan

3
mendapat hukuman Dewata. Sebuah perundang-undangan dan aturan-
aturan peperangan dibuat, dan sebuah sistem pengumpulan pajak dan bea
dilembagakan di bawah seorang syahbandar untuk mendanai kerajaan.
Begitu dikenangnya raja ini sehingga dalam cerita pendahulu Gowa, masa
pemerintahannya dipuji sebagai sebuah masa ketika panen bagus dan
penangkapan ikan banyak.
Dalam sejumlah penyerangan militer yang sukses penguasa Gowa ini
mengalahkan negara tetangganya, termasuk Siang dan menciptakan
sebuah pola ambisi imperial yang kemudian berusaha ditandingi oleh
penguasa-penguasa setelahnya pada abad ke-16 dan ke-17. Kerajaan-
kerajaan yang ditaklukkan oleh Tumapa’risi’ Kallonna diantaranya adalah
Kerajaan Siang, serta Kesultanan Bone, walaupun ada yang menyebutkan
bahwa Bone ditaklukkan oleh Tunipalangga.

Peta: Wilayah kekuasaan Federasi Kesultanan Gowa-Tallo pada abad ke-16

- Tunipalangga
Tunipalangga dikenang karena sejumlah pencapaiannya, seperti yang
disebutkan dalam Kronik (Cerita para pendahulu) Gowa, diantaranya
adalah:
1. Menaklukkan dan menjadikan bawahan Bajeng, Lengkese,
Polombangkeng, Lamuru, Soppeng, berbagai negara kecil di belakang

4
Maros, Wajo, Suppa, Sawitto, Alitta, Duri, Panaikang, Bulukumba
dan negara-negara lain di selatan, dan wilayah pegunungan di selatan.
2. Orang pertama kali yang membawa orang-orang Sawitto, Suppa dan
Bacukiki ke Gowa.
3. Menciptakan jabatan Tumakkajananngang.
4. Menciptakan jabatan Tumailalang untuk menangani administrasi
internal kerajaan, sehingga Syahbandar leluasa mengurus
perdagangan dengan pihak luar.
5. Menetapkan sistem resmi ukuran berat dan pengukuran
6. Pertama kali memasang meriam yang diletakkan di benteng-benteng
besar.
7. Pemerintah pertama ketika orang Makassar mulai membuat peluru,
mencampur emas dengan logam lain, dan membuat batu bata.
8. Pertama kali membuat dinding batu bata mengelilingi pemukiman
Gowa dan Sombaopu.
9. Penguasa pertama yang didatangi oleh orang asing (Melayu) di bawah
Anakhoda Bonang untuk meminta tempat tinggal di Makassar.
10. Yang pertama membuat perisai besar menjadi kecil, memendekkan
gagang tombak (batakang), dan membuat peluru Palembang.
11. Penguasa pertama yang meminta tenaga lebih banyak dari rakyatnya.
12. Penyusun siasat perang yang cerdas, seorang pekerja keras, seorang
narasumber, kaya dan sangat berani.
3. Abad ke-17
Pada tahun 1666, di bawah pimpinan Laksamana Cornelis Speelman,
VOC berusaha menundukkan kerajaan-kerajaan kecil di Sulawesi, tetapi
belum berhasil menundukkan Kesultanan Gowa. Di lain pihak, setelah Sultan
Hasanuddin naik tahta, ia berusaha menggabungkan kekuatan kerajaan-
kerajaan kecil di Indonesia bagian timur untuk melawan VOC (Kompeni).
Pertempuran terus berlangsung, Kompeni menambah kekuatan
pasukannya hingga pada akhirnya Gowa terdesak dan semakin lemah
sehingga pada tanggal 18 November 1667 bersedia mengadakan Perjanjian
Bungaya di Bungaya. Gowa merasa dirugikan, karena itu Sultan Hasanuddin
mengadakan perlawanan lagi. Akhirnya pihak Kompeni minta bantuan tentara
ke Batavia. Pertempuran kembali pecah di berbagai tempat. Sultan
Hasanuddin memberikan perlawanan sengit. Bantuan tentara dari luar
menambah kekuatan pasukan VOC, hingga akhirnya Kompeni berhasil
menerobos benteng terkuat milik Kesultanan Gowa yaitu Benteng Somba Opu

5
pada tanggal 12 Juni 1669. Sultan Hasanuddin kemudian mengundurkan diri
dari tahta kerajaan dan wafat pada tanggal 12 Juni 1670.
4. Abad ke-20
Kesultanan Gowa telah mengalami pasang surut dalam perkembangan
sejak Raja Gowa ke-1, Tumanurung, hingga mencapai puncak keemasannya
pada abad ke-17, hingga kemudian mengalami masa penjajahan dibawah
kekuasaan Belanda. Dalam pada itu, sistem pemerintahan mengalami transisi
pada masa Raja Gowa ke-36, Andi Idjo Karaeng Lalolang Sultan Muhammad
Abdul Kadir Aidudin, menyatakan Kesultanan Gowa bergabung menjadi
bagian Republik Indonesia yang merdeka dan bersatu, dan berubah bentuk
dari kerajaan menjadi Daerah Tingkat II Kabupaten Gowa. Sehingga dengan
perubahan tersebut, Andi Idjo pun tercatat dalam sejarah sebagai Raja Gowa
terakhir dan sekaligus Bupati Kabupaten Gowa pertama.

B. Keadaan Sosial-Budaya
Sebagai negara maritim, maka sebagian besar masyarakat Gowa adalah
nelayan dan pedagang. Mereka giat berusaha untuk meningkatkan taraf
kehidupannya, bahkan tidak jarang dari mereka yang merantau untuk menambah
kemakmuran hidupnya.
Walaupun masyarakat Gowa memiliki kebebasan untuk berusaha dalam
mencapai kesejahteraan hidupnya, tetapi dalam kehidupannya mereka sangat
terikat dengan norma adat yang mereka anggap sakral. Norma kehidupan
masyarakat diatur berdasarkan adat dan agama Islam yang disebut Pangadakkang.
Dan masyarakat Gowa sangat percaya dan taat terhadap norma-norma tersebut.
Di samping norma tersebut, masyarakat Gowa juga mengenal pelapisan sosial
yang terdiri dari lapisan atas yang merupakan golongan bangsawan dan
keluarganya disebut dengan Anakarung atau Karaeng, sedangkan rakyat
kebanyakan disebut to Maradeka dan masyarakat lapisan bawah disebut dengan
golongan Ata.
Dari segi kebudayaan, maka masyarakat Gowa banyak menghasilkan benda-
benda budaya yang berkaitan dengan dunia pelayaran. Mereka terkenal sebagai
pembuat kapal. Jenis kapal yang dibuat oleh orang Gowa dikenal dengan nama
Pinisi dan Lombo. Kapal Pinisi dan Lombo merupakan kebanggaan rakyat
Sulawesi Selatan dan terkenal hingga mancanegara.

6
C. Para Raja dan Sultan Gowa
1. Tumanurung (±1300)
2. Tumassalangga Baraya
3. Puang Loe Lembang
4. I Tuniatabanri
5. Karampang ri Gowa
6. Tunatangka Lopi (±1400)
7. Batara Gowa Tuminanga ri Paralakkenna
8. Pakere Tau Tunijallo ri Passukki
9. Daeng Matanre Karaeng Tumapa’risi’ Kallonna (awal abad ke-16)
10. I Manriwagau Daeng Bonto Karaeng Lakiyung Tunipallangga Ulaweng
(1546-1565)
11. I Tajibarani Daeng Marompa Karaeng Data Tunibatte
12. I Manggorai Daeng Mameta Karaeng Bontolangkasa Tunijallo (1565-1590)
13. I Tepukaraeng Daeng Parabbung Tuni Pasulu (1593)
14. I Mangari Daeng Manrabbia Sultan Alauddin I Tuminanga ri Gaukanna;
Berkuasa mulai tahun 1593 – wafat tanggal 15 Juni 1639, merupakan
penguasa Gowa pertama yang memeluk agama Islam
15. I Mannuntungi Daeng Mattola Karaeng Lakiyung Sultan Malikussaid
Tuminanga ri Papang Batuna; Lahir 11 Desember 1605, berkuasa mulai tahun
1639 hingga wafatnya 6 November 1653
16. I Mallombassi Daeng Mattawang Karaeng Bonto Mangape Sultan
Hasanuddin Tuminanga ri Balla’pangkana; Lahir tanggal 12 Juni 1631,
berkuasa mulai tahun 1653 sampai 1669, dan wafat pada 12 Juni 1670
17. I Mappasomba Daeng Nguraga Sultan Amir Hamzah Tuminanga ri Allu’;
Lahir 31 Maret 1656, berkuasa mulai tahun 1669 hingga 1674, dan wafat 7
Mei 1681
18. Sultan Mohammad Ali (Karaeng Bisei) Tumenanga ri Jakattara; Lahir 29
November 1654, berkuasa mulai 1674 sampai 1677, dan wafat 15 Agustus
1681
19. I Mappadulu Daeng Mattimung Karaeng Sanrobone Sultan Abdul Jalil
Tuminanga ri Lakiyung. (1677-1709)
20. La Pareppa Tosappe Wali Sultan Ismail Tuminanga ri Somba Opu (1709-
1711)
21. I Mappaurangi Sultan Sirajuddin Tuminang ri Pasi
22. I Manrabbia Sultan Najamuddin

7
23. I Mappaurangi Sultan Sirajuddin Tuminang ri Pasi; Menjabat untuk kedua
kalinya pada tahun 1735
24. I Mallawagau Sultan Abdul Chair (1735-1742)
25. I Mappibabasa Sultan Abdul Kudus (1742-1753)
26. Amas Madina Batara Gowa (diasingkan oleh Belanda ke Sri Lanka) (1747-
1795)
27. I Mallisujawa Daeng Riboko Arungmampu Tuminanga ri Tompobalang
(1767-1769)
28. I Temmassongeng Karaeng Katanka Sultan Zainuddin Tuminanga ri
Mattanging (1770-1778)
29. I Manawari Karaeng Bontolangkasa (1778-1810)
30. I Mappatunru / I Mangijarang Karaeng Lembang Parang Tuminang ri
Katangka (1816-1825)
31. La Oddanriu Karaeng Katangka Tuminanga ri Suangga (1825-1826)
32. I Kumala Karaeng Lembang Parang Sultan Abdul Kadir Moh Aidid
Tuminanga ri Kakuasanna (1826 – wafat 30 Januari 1893)
33. I Malingkaan Daeng Nyonri Karaeng Katangka Sultan Idris Tuminanga ri
Kalabbiranna (1893 – wafat 18 Mei 1895)
34. I Makkulau Daeng Serang Karaeng Lembangparang Sultan Husain Tuminang
ri Bundu’na; Memerintah sejak tanggal 18 Mei 1895, dimahkotai di Makassar
pada tanggal 5 Desember 1895, ia melakukan perlawanan terhadap Hindia
Belanda pada tanggal 19 Oktober 1905 dan diberhentikan dengan paksa oleh
Hindia Belanda pada 13 April 1906, kemudian meninggal akibat jatuh di
Bundukma, dekat Enrekang pada tanggal 25 Desember 1906
35. I Mangimangi Daeng Matutu Karaeng Bonto Nompo Sultan Muhammad
Tahur Muhibuddin Tuminanga ri Sungguminasa (1936-1946)
36. Andi Ijo Daeng Mattawang Karaeng Lalolang Sultan Muhammad Abdul
Kadir Aidudin (1946-1978)[3]
37. Andi Maddusila Patta Nyonri Karaeng Katangka Sultan Alauddin II (2011-
2014)
38. I Kumala Andi Idjo Sultan Kumala Idjo Batara Gowa III Daeng Sila Karaeng
Lembang Parang (2014-Sekarang)

Anda mungkin juga menyukai