Anda di halaman 1dari 11

Nama Kelompok:

Agnes Monica Dewi


Devita Marthia Sari
Dilla Rachmatika
Nur Aisah

XI IIS 1

Latar Belakang
Kesultanan Gowa adalah salah satu kerajaan besar dan
paling sukses yang terdapat di daerah Sulawesi Selatan.
Rakyat dari kerajaan ini berasal dari Suku Makassar yang
berdiam di ujung selatan dan pesisir barat Sulawesi.
Kerajaan ini memiliki raja yang paling terkenal bergelar
Sultan Hasanuddin, yang saat itu melakukan peperangan
yang dikenal dengan Perang Makassar (1666-1669)
terhadap Belanda yang dibantu oleh Kerajaan Bone yang
berasal dari Suku Bugis dengan rajanya Arung Palakka.
Politik Divide et Impera Belanda, terbukti sangat ampuh
disini. Perang Makassar ini adalah perang terbesar
Belanda yang pernah dilakukannya di abad itu.

Awal Berdiri
Pada awalnya di daerah Gowa terdapat sembilan komunitas,
yang dikenal dengan nama Bate Salapang (Sembilan Bendera),
yang kemudian menjadi pusat kerajaan Gowa. Melalui
berbagai cara, baik damai maupun paksaan, komunitas lainnya
bergabung untuk membentuk Kerajaan Gowa. Cerita dari
pendahulu di Gowa dimulai oleh Tumanurung sebagai pendiri
Istana Gowa, tetapi tradisi Makassar lain menyebutkan empat
orang yang mendahului datangnya Tumanurung, dua orang
pertama adalah Batara Guru dan saudaranya. Masing-masing
kerajaan tersebut membentuk persekutuan sesuai dengan
pilihan masing-masing. Salah satunya adalah kerajaan Gowa
dan Tallo membentuk persekutuan pada tahun 1528, sehingga
melahirkan suatu kerajaan yang lebih dikenal dengan sebutan
kerajaan Makasar.

Sumber Sejarah
Sumber berita dari catatan Tome Pires
Mungkin lebih menitikberatkan kepada sebuah kerajaan di Sulawesi belum
resmi memeluk agama Islam, karena secara resmi kedua raja dari Gowa
dan Tallo memeluk agama Islam pada tanggal 22 September 1605 M.
Negeri tersebut kaya akan beras putih dan juga bahan-bahan makanan
lainnya, banyak daging dan juga banyak kapur barus hitam. Mereka
memasok barang dagangan dari luar, antara lain jenis pakaian dari
Cambay, Bengal, dan Keling.
Sumber asing terulis pertama dari Barat
Dia menyebutkan tentang bagaimana kemapuan pelayaran dan
perdagangan yang dilakukan oleh orang-orang Makassar. Dalam buku
Islamisasi kerajaan Gowa, Prof. DR. Ahmad M. Swang, M.A. Tome Pires
dalam perjalanannya dari Malaka ke Laut Jawa pada tahun 1513 telah
menemukan orang-orang Makassar sebagai pelaut ulung. Keterangan ini
dianggap keterangan tertulis Barat yang tertua.

Letak
Kerajaan ini terletak di daerah
Sulawesi Selatan. Secara
geografis Sulawesi Selatan
memiliki posisi yang
penting,karena dekat dengan
jalur pelayaran perdagangan
Nusantara. Bahkan daerah
Makassar menjadi pusat
persinggahan para pedagang,
baik yang berasal dari Indonesia
bagian timur maupun
para pedagang yang berasal dari
daerah Indonesia bagian barat.

Kehidupan Ekonomi
Kerajaan Makasar merupakan kerajaan Maritim dan
berkembang sebagai pusat perdagangan di Indonesia
bagian Timur. Hal ini ditunjang oleh beberapa faktor
seperti letak yang strategis, memiliki pelabuhan yang baik
serta didukung oleh jatuhnya Malaka ke tangan Portugis
tahun 1511 yang menyebabkan banyak pedagangpedagang yang pindah ke Indonesia Timur.
Sebagai pusat perdagangan Makasar berkembang
sebagai pelabuhan internasional dan banyak disinggahi
oleh pedagang-pedagang asing seperti Portugis, Inggris,
Denmark dan sebagainya yang datang untuk berdagang di
Makasar.

Kehidupan Sosial Budaya


Sejak Gowa Tallo sebagai pusat perdagangan laut,
kerajaan ini menjalin hubungan dengan Ternate yang
sudah menerima Islam dari Gresik. Raja Ternate yakni
Baabullah mengajak raja Gowa Tallo untuk masuk Islam,
tapi gagal. Baru pada masa Raja Datu Ri Bandang datang
ke Kerajaan Gowa Tallo agama Islam mulai masuk ke
kerajaan ini. Setahun kemudian hampir seluruh penduduk
Gowa Tallo memeluk Islam. Mubaligh yang berjasa
menyebarkan Islam adalah Abdul Qodir Khotib Tunggal
yang berasal dari Minangkabau.
Raja Gowa Tallo sangat besar perannya dalam
menyebarkan Islam, sehingga bukan rakyat saja yang
memeluk Islam tapi kerajaan-kerajaan disekitarnya juga
menerima Islam, seperti Luwu, Wajo, Soppeg, dan Bone.
Wajo menerima Islam tahun 1610 M.

Kehidupan Politik
Penyebaran Islam di Sulawesi Selatan dilakukan oleh Datuk
Robandang dari Sumatera, sehingga pada abad 17 agama Islam
berkembang pesat di Sulawesi Selatan, bahkan raja Makasar pun
memeluk agama Islam.
Raja Makasar yang pertama memeluk agama Islam adalah
Karaeng Matoaya (Raja Gowa) yang bergelar Sultan Alaudin yang
memerintah Makasar tahun 1593 1639 dan dibantu oleh Daeng
Manrabia (Raja Tallo) sebagai Mangkubumi bergelar Sultan
Abdullah.
Kerajaan Makasar mencapai puncak kebesarannya pada masa
pemerintahan Sultan Hasannudin (1653 1669). Pada masa
pemerintahannya
Makasar
berhasil
memperluas
wilayah
kekuasaannya yaitu dengan menguasai daerah-daerah yang subur
serta daerah-daerah yang dapat menunjang keperluan perdagangan
Makasar. Perluasan daerah Makasar tersebut sampai ke Nusa
Tenggara Barat.

Kemunduran / Keruntuhan
Sultan Hasannudin terkenal sebagai raja yang sangat
anti kepada dominasi asing. Dengan kondisi tersebut
maka timbul pertentangan antara Sultan Hasannudin
dengan VOC, bahkan menyebabkan terjadinya
peperangan. Peperangan tersebut terjadi di daerah
Maluku.
Dalampeperangan melawan VOC, Sultan Hasannudin
memimpin sendiri pasukannya untuk memporakporandakan pasukan Belanda di Maluku. Akibatnya
kedudukan Belanda semakin terdesak. Upaya Belanda
untuk mengakhiri peperangan dengan Makasar yaitu
dengan melakukan politik adu-domba antara Makasar
dengan kerajaan Bone (daerah kekuasaan Makasar).
Sebagai akibatnya Aru Palaka bersekutu dengan VOC
untuk menghancurkan Makasar.

Lanjutan
Akibat persekutuan tersebut akhirnya Belanda dapat menguasai
ibukota kerajaan Makasar. Dan secara terpaksa kerajaan Makasar harus
mengakui kekalahannya dan menandatangai perjanjian Bongaya tahun
1667 yang isinya tentu sangat merugikan kerajaan Makasar.

Isi dari perjanjian Bongaya antara lain:


VOC memperoleh hak monopoli perdagangan di Makasar.
Belanda dapat mendirikan benteng di Makasar.
Makasar harus melepaskan daerah-daerah jajahannya seperti Bone dan
pulau-pulau di luar Makasar.
Aru Palaka diakui sebagai raja Bone.
Walaupun perjanjian telah diadakan, tetapi perlawanan Makasar
terhadap Belanda tetap berlangsung. Bahkan pengganti dari Sultan
Hasannudin yaitu Mapasomba (putra Hasannudin) meneruskan
perlawanan melawan Belanda. Untuk menghadapi perlawanan rakyat
Makasar, Belanda mengerahkan pasukannya secara besar-besaran.
Akhirnya Belanda dapat menguasai sepenuhnya kerajaan Makasar, dan
Makasar mengalami kehancurannya.

Anda mungkin juga menyukai